Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TENTANG KOMUNIKASI DALAM PERUBAHAN PERILAKU

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. FIME BERLIN NAZARA (2103007)


2. THERESIA SOFRIANTI ZALUKHU (2103010)
3. SINDI ANDIKA HAREFA (2103008)
4. RIZKI RAMADHANI (2103004)

DOSEN PENGAMPUH : MURYANI,SST,M.KM

PROGAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN MASYARAKAT

T.A 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa karna iyah telah melimpahkan
berkat karunianya kepada kita semua. Sehingga kami dapat menyelasaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok MK KOMUNIKASI KESEHATAN .

Dan sebelumnya kami mengucapakan terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami
didalam menyelesaikan makalah ini. Baik kepada ibu dosen dan kepada teman-teman semua.
Harapan kami semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat menambah pengetahuan
dan pengalaman baik dari pembuat makalah dan bagi pembaca makalah kami ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari banyak kekurangan didalam pembuatan makalah ini,
baik dalam segi penyusunan kata maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah kami ini, sekian dan trimakasih.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii

BAB 1

1. Latarbelakang................................................................................................................................
2. Rumusan masalah..........................................................................................................................
3. Tujuan............................................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

1. Defenisi Tingkah Laku....................................................................................................................


2. Defenisi Perubahan Perilaku..........................................................................................................
3. Pengertian Komunikasi Perubahan Perilaku..................................................................................
4. Tahapan Komunikasi Perubahan Perilaku......................................................................................
5. Faktor Penentu Perubahan Tingkah laku.......................................................................................
6. Tujuan Komunikasi Perubahan Tingkah laku.................................................................................
7. Strategi Perubahan Perilaku..........................................................................................................
8. Faktor Penghambat Perubahan Perilaku.......................................................................................
9. Studi Kasus....................................................................................................................................
1) Bahasan studi kasus..............................................................................................................
2) Pembahasan studi kasus.......................................................................................................
3) Kesimpulan studi kasus.........................................................................................................
4) Saran studi kasus...................................................................................................................

PENUTUP

1. Kesimpulan....................................................................................................................................
2. Saran..............................................................................................................................................

Daftar Pustaka............................................................................................................................................

3
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi merupakan kebutuhan setiap individu untuk hidup dalam suatulingkungan atau
masyarakat. Setiap manusia akan menjalin hubungan dengan manusialainnya melalui komunikasi. Hal
yang didapat dari sebuah komunikasi adalahinformasi, kesepakatan, terjalinnya hubungan dekat,
hubungan kerja, dan lainsebagainya.

Komunikasi terjadi dimanapun dengan tujuan yang berbeda pula, sepertidalam sebuah kelompok,
organisasi, keluarga, antara dua orang ataupun komunikasidi dalam diri sendiri. Macam-macam
komunikasi ini memiliki tujuan yang
berbeda pula. Namun tujuan utama dari terjadinya komunikasi yaitu tersampaikannya pesandari
pengirim kepada penerima. Pesan itu baik berupa informasi maupun bujukan.

Komunikasi dalam masyarakat juga digunakan untuk merubah perilakutermasuk perilaku sehat.
Perilaku masyarakat dalam meningkatkan kesehatannya saatini masih rendah, meskipun di Indonesia
paradigma sakit telah diganti
dengan paradigma sehat. Masyarakat sendiri masih melakukan kebiasaan lama yangsebenarnya tidak
baik untuk dilakukan. Seperti melahirkan dengan dukun beranak,Buang Air Besar (BAB) disungai, dan
lainnya. Saat ini meskipun telah
banyak penyuluhan yang memberikan informasi tentang dampak buruk dari kebiasaan lamatersebut
tetap saja masih terdapat masyarakat yang masih melakukannya.

Menurut Carl I. Hovland Komunikasi adalah proses yang memungkinkanseseorang (komunikator)


menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambangverbal) untuk mengubah perilaku orang lain.
Dalam pengertian teresebut jelas bahwakegiatan komunikasi berusaha untuk mengubah perilaku
seseorang. Seperti halnyaindividu dalam proses komunikasi tersebut memiliki sikap ingin
mempengaruhi.Proses memberikan pengaruh kepada orang lain ini dilakukan melalui komunikasi

Dengan perilaku masyarakat saat ini dapat dilakukan komunikasi yang lebihefektif lagi secara verbal
maupun non verbal. Berkembangnya teknologi komunikasidapat dilakukan di media massa yang banyak
masyarakat memiliki danmengethauinya. Sehingga akan lebih efektif memberikan penyuluhan
atau pengetahuan tentang perilaku hidup sehat.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan perilaku?

2. Apa yang dimaksud dengan perubahan perilaku?

3. Apa yang dimaksud dengan komunikasi perubahan perilaku?

4. Apa saja tahapan-tahapan dalam komunikasi perubahan perilaku?

5. Faktor apa saja yang menentukan berubahnya perilaku?

6. Apa tujuan dari komunikasi perubahan perilaku?

7. Apa saja strategi yang digunakan dalam komunikasi perubahan perilaku?

8. Apa hambatan atau tantangan dalam komunikasi perubahan perilaku?

9. Bagaimana contoh studi kasus dari komunikasi perubahan perilaku?

1.3 TUJUAN

1.Untuk mengetahui tentang perilaku

2.Untuk mengetahui tentang perubahan perilaku

3.Untuk mengetahui komunikasi perubahan perilaku

4.Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam komunikasi perubahan perilaku

5.Untuk mengetahui f aktor -faktor yang menentukan perubahan perilaku

6.Untuk mengetahui tujuan dari komunikasi perubahan perilaku

7.Untuk mengetahui startegi yang digunakan dalam komunikasi perubahan perilaku

8.Untuk mengetahui hambatan atau tantangan dalam komunikasi perubahan perilaku

9.Untuk mengetahui studi kasus dari komunikasi perubahan perilaku

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Perilaku

Pengertian perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamatilangsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).Sedangkan dalam pengertian
umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yangdilakukan oleh makhluk hidup.

2.2 Definisi Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku adalah merupakan suatu paradigma bahwa manusia akan berubahsesuai
dengan apa yang dipelajarinya baik dari keluarga, teman, sahabat ataupun belajardari pengalaman
mereka sendiri.

2.3 Pengertian KPP

Komunikasi Perubahan Perilaku / KPP (Behavior Change Communication / BCC)adalah suatu


proses interaktif untuk merancang beragam pesan menggunakan berbagaimacam media dan
saluran untuk mempromosikan, mengubah, mengembangkan danmemelihara perilaku yang positif,
khususnya perilaku kesehatan masyarakat. KomunikasiPerubahan Perilaku (KPP) merupakan
pengembangan dari KIE (Komunikasi, Informasidan Edukasi), namun lebih menekankan pada
perubahan perilaku, sehingga tidak hanya berhenti pada peningkatan pengetahuan dan sikap saja.
Istilah KPP dipergunakan untukmenegaskan bahwa komunikasi tersebut harus mengarah pada
perubahan atau perbaikan perilaku.

2.4 Tahapan KPP

1)Melakukan telaah situasi, untuk menemukan dan mengenali masalah kesehatan.


2) Melakukan penelitian atau Kajian Formatif, untuk menemukan dan mengenali perilaku sekarang
yang berkaitan dengan masalah kesehatan tersebut, serta faktor pendorong dan penghambatnya.
3) Menyusun strategi dan rencana Komunikasi Perubahan Perilaku yang efektif, dalamrangka
perbaikan kesehatan termasuk rencana monitoring dan evaluasinya.
4) Merancang media Komunikasi Perubahan Perilaku dan mengembangkannya

6
2.5 Faktor Penentu Perubahan Perilaku

Terdapat beberapa tahapan yang dilalui, sehingga kita dapat mengalami perubahan perilaku.
Tahap-tahap tersebut antara lain tahap mengetahui, memahami, mempraktekkan,merangkum, serta
tahap evaluasi.
Pada tahap pertama, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
adalah pengetahuan (knowledge).

 Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasiltahu seseorang terhadap objek


melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga).Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebutsangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek.

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Komponen kognitif merupakan representasiya
ng dipercaya oleh individu. Komponen kognitif berisi persepsi dan kepercayaan yangdimiliki individu
mengenai sesuatu kepercayaan datang dari yang telah dilihat, kemudianterbentuk suatu ide atau
gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek.Sekali kepercayaan telah terbentuk, akan
menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenaiyang dapat diharapkan dari objek tertentu.

 Namun kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak terlalu akurat. Kadang-kadangkepercayaan


tersebut terbentuk justru dikarenakan kurang atau tiadanya informasi yang benar mengenai objek yang
dihadapi. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakandengan pandangan atau opini.

Berikut ini berapa referensi yang terkait dengan faktor-faktor yang


mempengaruhi perubahan perilaku seseorang. Terdapat beberapa tahapan yang dilalui, sehingga kitada
pat mengalami perubahan perilaku. Tahap-tahap tersebut antara lain tahap mengetahui,memahami,
mempraktekkan, merangkum, serta tahap evaluasi.

Tahap kedua adalah tahap memahami (comprehension), merupakan tahap memahamisuatu


objek bukan sekedar tahu atau dapat menyebutkan, tetapi juga dapatmenginterpretasikan secara benar
tentang objek. Tahap selanjutnya, tahap ketiga, tahapaplikasi (application), yaitu jika orang yang telah
memahami objek yang dimaksud dapatmengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi yang lain.

Sedangkan tahap ke empat merupakan tahap analisis (analysis), merupakankemampuan


seseorang menjabarkan dan atau memisahkan. Indikasi bahwa pengetahuanseseorang sudah sampai
pada tingkat analisis jika dapat membedakan, memisahkan,mengelompokkan, membuat diagram pada
pengetahuan atas objek tersebut.
Tahap ke lima adalah sintesis (synthesis). Tahap ini menunjukkan
kemampuanseseorang untuk merangkum suatu hubungan logis dari komponen komponen pengetahuan 
yang dimiliki. Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru.

7
Sedangkan tahap terakhir, berupa tahap evaluasi (evaluation). Tahap ini berkaitandengan kemampuan
seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek.

2.6 Tujuan Komunikasi Perubahan Perilaku

1 .Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit

Komunikasi dalam perubahan perilaku bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang suatu
penyakit. Penyakit yang dicari tahu ini biasanya terkait penyakit yang dialami oleh dirinya sendiri atau
penyakit orang lain. Denganmengetahui lebih dalam tentang penyakit tersebut, maka hal ini akan sangat
bermanfaat terkait meminimalisir terjadinya risiko yang bisa saja menimpa orangtersebut bila tidak
mengetahui tentang penyakitnya.

2. Meningkatkan persepsi terhadap risiko

Meningkatkan persepsi terhadap risiko disini yang dimaksud adalah melakukantindakan-tindakan yang
bisa meminimalisir terjadinya risiko dengan maksimal. Risikotersebut adalah bahaya atau ancaman atau
kerentanan dari suatu penyakit. Pentingsekali untuk melakukan tindakan yang tepat dalam mencegah
terjadinya risiko agar penyakit tidak semakin memburuk.

3. Meningkatkandemand/ permintaan / kebutuhan terhadap layanan

Pelayanan kesehatan memang sangat penting untuk menunjang kesehatanseseorang. Dengan


pelayanan yang baik dan tepat maka masyarakat akan dimudahkandalam mengatasi masalah kesehatan
yang sedang dideritanya. Hal ini juga supayauntuk selalu memperbarui sistem yang dimiliki pelayanan
kesehatan tersebut.

4. Meningkatkan kepercayaan diri untuk mengakses layanan kesehatan

Salah satu tujuan komunikasi perubahan perilaku adalah agar bisa meningkatkankepercayaan diri
seseorang untuk mengakses layanan kesehatan. Dengan komunikasiyang baik untuk pasien maka
seseorang yang biasanya tidak percaya diri atau takut bila pergi ke tempat pelayanan kesehatan seperti
puskesmas untuk memeriksakankeadaannya menjadi berani. Komunikasi ini berlaku juga bagi dokter
dan tenagakesehatan lainnya agar pasien selalu percaya diri dan mau untuk memeriksakandirinya
dengan kejujuran.

8
2.7 Strategi Perubahan Perilaku

a.Inforcement (Paksaan):

Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan peraturanatau perundangan.
Menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuksementara (tidak langgeng)

b.Persuasi

Dapat dilakukan dengan persuasi melalui pesan, diskusi dan argumentasi.Melalui pesan seperti jangan
makan babi karna bisa menimbukkan penyakit H1N1.Melalui diskusi seperti diskusi tentang abortus
yang membahayakan jika digunakanuntuk alasan yang tidak baik

c.Fasilitasi

Strategi ini dengan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung.Dengan penyediaan sarana dan
prasarana ini akan meningkatkan Knowledge(pengetahuan) Untuk melakukan strategi ini mmeerlukan
beberapa proses yaknikesediaan, identifikasi dan internalisasi.

d.Education

Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari pemberian informasi atau
penyuluhan-penyuluhan. Menghasilkan perubahan perilakuyang langgeng, tetapi makan waktu lama.

2.8 Faktor Penghambat Perubahan

Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan
keadaan sebelumnya (Atkinson,1987). Ada beberapa hal yangmempengaruhi perilaku seseorang,
sebagian terletak di dalam individu sendiri yangdisebut faktor intern yaitu keturunan dan motif.
Sedangkan sebagian terletak diluardirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.
Sedangkan aspek perilaku berupa aspek fisik, aspek psikis, dan aspek sosial.

Faktor-Faktor Penghambat Perubahan :

1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lainManusia yang tidak pernah lepas dari hubungan
manusia atau masyarakat laindalam suatu pergaulan. Kurangnya hubungan dengan masyarkata lain
akanmengakibatkan suatu masyarakat yang menjadi terasing dari pergaulan hidup denganmasyarakat
lainnya. Bila pergaulan saja sangat terbatas, maka yang terjadi ialahketerbatasan pemikiran sehingga
keinginan untuk berubah pun juga sangat minim.

2. Terlambatnya perkembangan ilmu pengetahuanDengan adanya keterbatasan dalam pergaulan, bisa


dipastikan perkembangan ilmu pengetahuan juga akan terlambat. Sebab didalam kemajuan ilmu
pengetahuan bisaditempuh diantaranya dengan metode learning by doing.

9
Tidak adanya keinginanuntuk menambah wawasan dibidang ilmu pengetahuan hal ini akan
mengakibatkan pola pikir yang terbelakang dan ketinggalam zaman, sehingga timbul sebuah pandangan
miring adanya kelompok masyarakat yang enggan berubah.

3. Sikap masyarakat yang masih sangat tradisionalSikap konservatif ini atau enggan untuk melakukan
sebuah perubahan akanmembawa mentalitas yang buruk dalam sebuah kemajuan, karena itu sikap
tersebutharus dihindari bila seseorang hendak melakukan suatu perubahan.

4. Rasa takut terjadinya kegoyahan pada integritas kebudayaanAda beberapa anggota masyarkat yang
takut atau khawatir terhadap perubahanyang terjadi dimasyarakat karena menurut mereka perubahan
itu akan menggoyahkanintegrasi dalam masyarakat. Misalnya : penggunaan traktor dalam pengolahan
lahan pertanian, mulanya hal itu ditolak karena bisa memudarkan gotong royong diantara para petani,
namum lambat tahun hal itu bisa diterima.

5. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat (vested interest) Nilai-nilai
tradisonal akan memunculkansebuah kepentingan-kepentingan kolektifyang tertanam kuat dalam diri
masyarakat. Hal ini juga akan menghambat sebuah perubahan sosial karena pada dasarnya suatu
perubahan itu berusaha untukmeninggalkan nilai-nilai lama guna menuju pada nilai-nilai yang baru yang
lebih bermanfaat dan sesuai dengan keadaan masyarakat saat sekarang. Oleh karena ituseseorang yang
menginginkan sebuah perubahan harus berani membuang jauh nilai-nilai kepentingan semacam ini.

6. Adanya sikap tertutup dan prasangka terhadap hal baru/asingSelain nilai-nilai kepentingan, prasangka
buruk terhadap hal yang baru akanmengganggu proses perubahan sosial. Setiap ada hal yang baru
datang, sepertinya adasemacam ketakutan dari sekelompok masyarakat yang tidak menghendaki
perubahan,lalu sekelompok orang tadi berusaha memengaruhi kelompok yang lain, hal ini
harusdisingkirkan apabila seseorang akan melakukan perubahan sosial.

7. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologisSuatu perubahan didalam masyarakat akan sulit terjadi
bila berbenturan denganideologi atau paham yang dianut oleh masyarakat tersebut. Misalnya :
kebiasaan-kebiasaan yang ada dimasyarakat.

8. Adat atau kebiasaan yang telah mengakar

9. Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki(pandangan pesimis)

10
2.9.1 Studi Kasus

Subjek penelitian adalah siswa kelas 4 dan kelas 5 di dua SD di Kabupaten BogorJawa Barat yang
meliputi SDN dan SDIT. Rentang usia siswa bervariasi antara 8 _ 12tahun dengan usia terbanyak adalah
10 tahun (62,8%) sedangkan jenis kelamin siswadidominasi oleh siswa perempuan sebesar 51,3%. Pada
siswa SDN dan SDIT terjadi peningkatan kebiasaan makan lengkap dalam sehari yaitu frekuensi 3 kali
dan > 3 kalisehari. Sebaliknya, terjadi penurunan kebiasaan makan lengkap dengan frekuensi 2
kalisehari. Penurunan kebiasaan sarapan pagi siswa setelah diberikan kegiatan intervensi di 2SD yaitu
siswa SDN dan SDIT. Sebagian besar tempat sarapan pagi adalah rumah danhanya 3 siswa SDIT yang
sarapan di sekolah. Hal ini disebabkan oleh letak rumah siswayang jauh dari sekolah sehingga mereka
selalu dibawakan bekal sarapan oleh orang tuauntuk dikonsumsi sebelum jam pelajaran dimulai. Terjadi
penurunan proporsiketersediaan sarapan di rumah, baik pada siswa SDN maupun SDIT. Hal ini
sejalandengan penurunan proporsi orang yang menyiapkan sarapan, baik ibu maupun pembantu.

Sebagian besar jenis sarapan yang dimakan anak adalah nasi dan lauk diikuti denganroti dan susu.
Tidak satupun siswa yang mengonsumsi mi instan saja. Hal tersebutmengindikasikan pengetahuan dan
kewaspadaan orang tua terhadap pola makan anakcukup baik. Sebagian besar siswa mempunyai
kebiasaan jajan 2 _ 3 kali sehari tetapisetelah intervensi terjadi penurunan frekuensi kebiasaan jajan
siswa pada kebiasaan jajan2 _ 3 kali sehari dan 1 kali sehari. Hanya ada 1 siswa di SDIT yang tetap tidak
pernah jajan dalam sehari. Hal ini karena memang tidak diberikan uang saku dan uang jajan olehorang
tuanya.

Terjadi peningkatan pengetahuan dan perilaku siswa sesudah kegiatan intervensi baik pada siswa
SDN maupun SDIT. Peningkatan sikap siswa terhadap sarapan juga terjadi pada siswa di kedua SD,
namun tidak menunjukkan perbedaan signifikan. Rata-rataasupan energi siswa SDN mengalami
peningkatan secara signifikan sedangkan asupanenergi siswa SDIT mengalami peningkatan setelah
kegiatan intervensi.

Asupan protein, baik pada siswa SDN dan SDIT, mengalami penurunan setelah dilakukankegiatan
intervensi. Terjadi peningkatan rata-rata asupan karbohidrat pada siswa SDIT,sedangkan pada siswa SDN
mengalami penurunan. Hal sebaliknya terjadi pada asupanlemak dan serat, setelah dilakukan kegiatan
intervensi terjadi peningkatan asupan lemakdan serat pada siswa SDN dan penurunan asupan pada
siswa SDIT.

11
2.9.2Pembahasan Studi Kasus

Pendidikan kesehatan merupakan upaya peningkatan perilaku hidup sehat dimasyarakat dengan
tujuan menyadarkan masyarakat untuk mencegah penyakit danmeningkatkan derajat kesehatan.
Pendidikan gizi dalam bentuk KIE merupakan upayameningkatkan status kesehatan masyarakat
khususnya status gizi melalui perubahan pengetahuan dan praktik/perilaku gizi ke arah yang lebih baik.
Salah satu upaya KIE gizi pada anak melalui media pendidikan sebagai alat bantu menyampaikan bahan
pendidikan/pengajaran. Penggunaan media pendidikan berguna untuk mencapai sasaranyang lebih
banyak, menimbulkan minat sasaran pendidikan, memotivasi sasaran pendidikan untuk melaksanakan
pesan-pesan kesehatan, membantu mengatasi berbagaihambatan, dan membantu sasaran pendidikan
untuk belajar lebih cepat dan lebih banyak.

Secara umum, tujuan dari kegiatan intervensi ini adalah meningkatkan pengetahuandan penilaian
siswa terhadap manfaat sarapan serta membiasakan diri sarapan sebelummelakukan aktivitas sekolah.
Terjadi penurunan proporsi frekuensi jajan siswa SDIT dari jajan > 3 kali/hari menjadi 2 _ 3 kali/hari.
Namun, siswa SDN justru mengalami peningkatan frekuensi jajan yang kemungkinan disebabkan oleh
kemudahan siswamembeli jajanan di sekitar sekolah saat istirahat dan pulang sekolah. Tidak ada
laranganuntuk jajan di sekitar sekolah serta larangan pedagang menjajakan dagangan sehinggamembuat
banyak pedagang jajanan yang berjualan di sekitar sekolah. Sebagian besarsiswa mempunyai kebiasaan
jajan di sekolah dan di rumah dengan frekuensi 2 _ 3kali/hari. Kebiasaan jajan anak di sekolah
dipengaruhi oleh kebijakan sekolah, orang tua,dan teman.

Banyak makanan/minuman yang kurang baik dikonsumsi oleh anak, sepertimengandung zat
pewarna, pemanis buatan, pengawet, serta rendah zat gizi. Berdasarkan penelitian, hampir separuh
anak sekolah dasar jajan di luar kantin, artinya anak-anakterpapar pada risiko mengonsumsi makanan
yang nilai gizi dan keamanannya tidakdiketahui. Kebiasaan jajan anak didukung uang jajan anak dari
orang tua sekitarRp2.000,00 hingga Rp2.500,00/hari.

Siswa SDN mempunyai rata-rata uang saku dan uang jajan yang lebih besardibandingkan siswa SDIT.
Hal ini sejalan dengan proporsi frekuensi jajan siswa SDNyang juga lebih tinggi dibandingkan siswa SDIT.
Semakin besar uang saku yangdiperoleh, jajan siswa cenderung semakin meningkat.

Kebiasaan jajan mengalami penurunan sebelum dan sesudah kegiatan intervensi.Kebiasaan jajan
anak dipengaruhi oleh pengetahuan gizi, kebiasaan membawa bekalmakanan, uang jajan, sarapan pagi,
pekerjaan, dan pendidikan orang tua.7 Alasanmengubah kebiasaan sarapan selama satu bulan terakhir
antara lain sarapan tidak tersedia,terlambat bangun tidur, tergesagesa ke sekolah, dan makanan
membosankan. sekitar
10% _ 15% keluarga cenderung mengubah kebiasaan menyediakan sarapan dari setiap harimenjadi
kadang-kadang.

12
Sebagian besar ibu siswa selalu menyediakan sarapan pagi dan sisanya (< 10%)disediakan oleh
pembantu rumah tangga atau nenek karena ibu siswa tersebut adalah ibuyang bekerja dan berangkat
kerja lebih awal sehingga tidak sempat menyediakan
sarapan pagi terlebih dahulu bagi anaknya. Jika seorang ibu bekerja maka ketersediaan waktuuntuk
menyiapkan sarapan pagi akan berkurang karena harus menyiapkan diri untuk pergi bekerja.

Penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa lebih dari 80% anak sarapan sebelumke sekolah
meskipun pengetahuan gizi seimbang secara umum masih belum baik.Sarapan biasanya dilakukan di
rumah. Bila di rumah tidak ada makanan, anak biasanyasarapan di sekolah. Cukup banyak anak yang
membawa bekal ke sekolah.

Proporsi terbanyak jenis sarapan yang dikonsumsi oleh siswa, baik yang berasal dariSDN maupun
SDIT adalah nasi dengan lauk pauk berupa telur, ikan, ayam, dan daging,diikuti dengan jenis roti dan
susu. Yang menarik adalah terjadi penurunan proporsi siswayang mengonsumsi nasi dan lauk dengan
roti dan susu menjadi jenis makanan seperti burger, risol, bakwan, kentang goreng, dan lontong/arem-
arem. Salah satu penyebabnya adalah siswa merasa bosan dengan menu sarapan pagi yang tidak
berubah dalamseminggu. Seorang anak sudah mulai dapat membedakan makanan yang enak dan
tidakenak serta membosankan.

Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangat penting karena waktu sekolah
adalah penuh aktivitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar. Sarapan harusmemenuh
i total kalori kebutuhan anak setiap hari. Dengan mengonsumsi 2 potong rotidan telur, satu porsi bubur
ayam, serta satu gelas susu dan buah akan diperoleh 300 kalori.Bila tidak sempat sarapan pagi,
sebaiknya anak dibekali dengan makanan/snack yang berat (bergizi lengkap
dan seimbang) seperti arem-arem, mi goreng, atau roti isi daging.Survei yang dilakukan oleh
Senanayake, di Srilanka terhadap siswa sekolahmenunjukkansekitar 30% siswa mengonsumsi sarapan
pagi. Jenis minuman yang biasa diminum saat sarapan adalah campuran teh dengan susu dansusu full
cream sedangkan jenis makanan nasi serta makanan berbahan baku tepung terigumenjadi pilihan menu
sarapan pagi siswa.

Sifat dasar anak adalah sering merasa bosan sehingga sebagai orang tua harusmempunyai cara
untuk mengatasi kebosanan dari anak. Menu yang bervariasi dalam penyajian tiap hari akan membuat
anak selalu semangat dan senang untuk sarapan pagi.Mengingat sarapan pagi sangat penting dan sudah
menjadi tugas orang tua/ibu untukmengarahkan anak maka orang tua/ibu harus membiasakan anaknya
untuk sarapan pagidengan menyiapkan menu makanan yang sesuai dengan kebutuhan zat gizi dan
keinginan anak.

13
2.9.3 Kesimpulan dari Studi Kasus

Setelah dilakukan intervensi KIE gizi terjadi peningkatan skor rata-rata pengetahuandan perilaku
siswa terhadap kebiasaan sarapan pagi (nilai p < 0,050). Media yangdigunakan untuk kegiatan KIE gizi
seperti kartu bergambar, kartu kuartet, ular tangga,tebak gambar, TTS, leaflet, poster, dan lomba cerdas
cermat dinilai cukup efektif dalammeningkatkan pengetahuan dan perilaku siswa. Peran ibu sebagai
penyedia sarapan pagi bagi siswa sangat penting terutama dalam menghindari kebosanan.

2.9.4 Saran dari Studi Kasus

Sebaiknya pihak sekolah bekerja sama dengan persatuan orang tua murid, guru, danahli gizi
puskesmas untuk menggiatkan kembali usaha kesehatan sekolah (UKS) denganmelakukan kegiatan
promosi kesehatan bagi ibu/pengasuh siswa, khususnya tentang perencanaan menu sarapan pagi yang
enak, praktis, dan sehat.

14
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi Perubahan Perilaku / KPP (Behavior Change Communication / BCC)adalah suatu proses
interaktif untuk merancang beragam pesan menggunakan berbagaimacam media dan saluran untuk
mempromosikan, mengubah, mengembangkan danmemelihara perilaku yang positif, khususnya
perilaku kesehatan masyarakat dan memiliki.Dengan adanya komunikasi perubahan perilaku, seseorang
khususnya tenaga kesehatan dapatmempermudah semua kendala yang sedang diderita oleh seseorang
atau pasien. Hal inimerupakam tujuan dari komunikasi perubahan perilaku antara lain
meningkatkan pengetahuan tentang penyakit, Meningkatkan persepsi terhadap risiko, meningkatkan
Demand / permintaan / kebutuhan terhadap layanan, dan meningkatkan kepercayaan diri
untukmengakses layanan kesehatan. Jadi, komunikasi perubahan perilaku sangat bermanfaat bila
diterapkan karena KPP dipergunakan untuk menegaskan bahwa komunikasi tersebut harusmengarah
pada perubahan atau perbaikan perilaku.

3.2 Saran

Agar penerapan komunikasi perubahan perilaku berjalan lancar dan sesuai rencana,seseorang
memang perlu untuk melakukan berbagai cara. Cara tersebut dapat ditempuhdengan paksaaan, dengan
memberi imbalan, dengan membina hubungan baik, denganmenunjukkan contoh-contoh, dengan
memberikan kemudahan, dan dengan menanamkankesadaran dan motivasi. Semua cara dapat
digunakan asalkan tidak akan membuatkomunikan merasa ketakutan dan menjadi tidak suka seperti
misalnya paksaan dengan carakekerasan, karena sudah jelas bila menggunakan cara kekerasan
komunikan tidak akan pernah mengikuti atau menuruti perkataan komunikator tetapi malah merasa
ketakutan. Jadi,selalu dibutuhkan ide agar bisa melancarkan cara-cara tersebut supaya komunikan
maumendengarkan dan menuruti apa yang dikatakan komunikator.

15
DAFTAR PUSTAKA

GWL-INA. 2015.Strategi Pengembangan Program Intervensi Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP)


untuk Peningkatan Kualitas Outreach pada Komunitas GWL. YayasanSiklus Indonesia. Diakses pada 27
September 2017,

http://www.gwlina.or.id/wpcontent/uploads/2016/03/Panduan-IPP-GWL-untuk-Pengelola-Program.pdf
Notoadmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo,
Sukidjo, 2010 , Ilmu Perilaku Kesehatan, Ebook Diakses pada 27 September2017
<http://omtol.com/soekidjo-notoatmodjo.pdf>PERSAGI. (2010). Penuntun Konseling Gizi. Jakarta: PT.
Abadi.Sam, Hisam, 2016,7 Faktor Penghambat Perubahan Sosial Serta Penjelasannya,

DosenPendidikan.com, Diakses pada 27 September 2017http://www.dosenpendidikan.com/7-faktor-


penghambat-perubahan-sosial-serta- penjelasannya.

16
17
18

Anda mungkin juga menyukai