METODOLOGI PENELITIAN
KUANTITATIF
Tugas Mini Proposal Penelitian
Kuantitatif
“Pengaruh Cognitive Behavioral
Therapy (CBT) Terhadap
Peningkatan Skor Citra
i
Tubuh Pada Wanita Usia Dewasa
Muda Yang Menderita Kanker
Payudara Pasca
Menjalani Operasi Mastektomi”
METODOLOGI PENELITIAN
KUANTITATIF
Tugas Mini Proposal Penelitian
Kuantitatif
“Pengaruh Cognitive Behavioral
Therapy (CBT) Terhadap
Peningkatan Skor Citra
Tubuh Pada Wanita Usia Dewasa
Muda Yang Menderita Kanker
Payudara Pasca
Menjalani Operasi Mastekt
OLEH :
ii
DOSEN : MAZLY ASTUTY S.Kep,Ns,M.Kep
MEDAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gizi buruk merupakan masalah yang masih menjadi perhatian utama hingga saat ini,
terutama di negara-negara berkembang. Tercatat sekitar sepertiga dari populasi balita yang ada di
negara-negara berkembang mengalami masalah gizi buruk. Jika dapat bertahan hingga dewasa,
mereka akan beresiko mengalami perkembangan kognitif yang buruk dan produktivitas yang
rendah (Smith dan Haddad, 2000). Yang lebih buruk, gizi buruk dapat menyebabkan kematian.
Hal ini cukup mengkhawatirkan mengingat anak-anak ialah generasi penerus bangsa. Banyak hal
yang melatarbelakangi kejadian gizi buruk, namun secara umum ada dua faktor penyebab yaitu
penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung meliputi kurangnya ketersediaan
pangan dan penyakit infeksi, sedangkan penyebab tidak langsung yaitu kurangnya ketersediaan
pangan pada tingkat rumah tangga, pola asuh yang tidak memadai serta masih rendahnya akses
pada kesehatan lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat. Masalah sosialekonomi juga
turut memberikan andil, di antaranya adalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan alasan tidak
tercukupinya asupan gizi serta ketidakmampuan untuk mengakses fasilitas kesehatan. Selain itu,
Berdasarkan data Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5%
(5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak
giziburuk(8,3%). Jumlah gizi buruk pada balita di Indonesia dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Dari tahun 2005 jumlah kasus gizi buruk pada balita sebanyak 8.349 orang atau 8,8%
dan pada tahun 2007 balita yang mengalami kasus gizi buruk meningkat menjadi 700.000.
Kasus gizi buruk tersebut tersebar di beberapa propinsi, salah salah satunya propinsi sulawesi
1
tenggara.Tahun 2012, kasus gizi buruk di propinsi sulawesi tenggara terbanyak di kabupaten
Buton dengan 94 kasus, diikuti Kota Kendari 85 kasus, Muna 31 kasus, Bombana 29 kasus,
Kolaka 22 kasus, Konawe 17 kasus, Konawe Utara 17 kasus, Konawe Selatan 16 kasus, Baubau
tujuh kasus, Wakatobi enam kasus, Buton Utara dua kasus, dan Konawe Utara satu kasus.
( Dinkes Sultra,2012).
Faktor utama terjadinya gizi buruk di Sultra dipicu masalah ekonomi atau kemiskinan,
hal tersebut sangat berkorelasi mengingat makin tinggi angka kemiskinan yang tercermin dari
rendahnya tingkat pendapatan, makin tinggi pula potensi terjadinya balita gizi buruk.
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu adanya penelitian tentang faktor-faktor yang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah ;
1. Apakah tingkat pendapatan keluarga berhubungan dengan angka kejadian gizi buruk
2. Apakah pola asuh berhubungan dengan angka kejadian gizi buruk pada balita di
Kabupaten Nias ?
3. Apakah tingkat pendidikan ibu berhubungan dengan angka kejadian gizi buruk pada
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumuasan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
2
2. Untuk mengetahui apakah pola asuh berhubungan dengan angka kejadian gizi buruk
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi buruk pada balita di Kabupaten Buton
2. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang faktor- faktor yang berhubungan
3. Bagi Pemerintah
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Gizi Kurang Pada Balita
a.Pengertian Gizi Kurang
Menurut Supriasa (2008), Gizi kurang adalah keadaan patologis akibat kekurangan secara
relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi sedangkan menurut Ayu (2008), Gizi kurang
adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan
untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Di
Indonesia kelompok anak balita menunjukkan prevalensi paling tinggi untuk menderita KKP
(Kekurangan Kalori Protein) dan defisiensi vitamin Aserta anemia defisiensi gizi Fe. Kelompok
umur ini sulit dijangkau oleh berbagai upaya kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya,
karena tidak dapat datang sendiri ke tempat pelayanan kesehatan gizi dan kesehatan. menurut
Agus Krisno (2009), Secara umum status gizi dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Kecukupan
Gizi (Gizi Seimbang) Susunan makanan sehari – hari yang mengandung zat – zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip
keanekaragaman atau variasi makanan, aktifitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal
(Supranto, 2000).
b. Gizi Kurang Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat yang timbul karena tidak cukup
makan, atau tidak keseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktifitas berfikir
dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. dengan demikian konsumsi energi dan
protein kurang selama jangka waktu tertentu (Mubarak, 2009).
c. Gizi Lebih Keadaan patologis (tidak sehat) yang disebabkan kebanyakan makan. Penyakit
gangguan gizi banyak ditemui pada masyarakat golongan rentan, yaitu golongan yang mudah
sekali menderita akibat kekurangan gizi dan juga kekurangan makanan (dificiency) misalnya
kwashiorkor, busung lapar, marasmus, beri-beri dan lain-lain. Kegemukan (obesity), kelebihan
berat badan (over weight) merupakan tanda gizi salah yang berdasarkan kelebihan dalam
makanan Harjosastro (2006). Menurut Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat (2007),
Keadaan penyakit kekurangan gizi terbagi menjadi dua kelas, yaitu :
4
1. kelas pertama, penyakit kurang gizi primer, contohnya pada kekurangan zat gizi esensial
spesifik, seperti kekurangan vitamin C maka penderita mengalami gejala scurvy.
2. kelas yang kedua yaitu penyakit kurang gizi sekunder, contohnya penyakit yang disebabkan
oleh adanya gangguan absorpsi zat gizi atau gangguan metabolisme zat gizi.
Ciri Klinis Anak Dengan Gizi Kurang Menurut buku pedoman pelayanan kesehatan anak
gizi buruk Kemenkes RI tahun 2011, hasil pemeriksaan klinis BB/PB, BB/TB, Lila di Poskesdes,
pustu, polindes, maupun puskesmas menyatakan hasil dari pemeriksaan anak dengan gizi kurang
apabila : 1. BB/TB <-2 SD s/d -3 SD 2. Bila Lila antara 11,5 – 12,5 cm (untuk anak usia 6-59
bulan) 3. Tidak ada edema 4. Nafsu makan baik 5. Tanpa komplikasi Adapun cara klinis yang
biasa menyertai anak dengan gizi kurang antara lain : 1. Kenaikan berat badan berkurang,
terhenti, atau bahkan menurun secara terus menerus. 2. Ukuran lila menurun 3. Maturasi tulang
terlambat 4. Rasio berat badan terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun 5. Tebal lipatan
kulit normal atau semakin berkurang 2.1.4 Dampak yang ditimbulkan akibat Gizi Kurang
Keadaan gizi kurang pada anak – anak mempunyai dampak pada kelambatan pertumbuhan dan
perkembangannya yang sulit disembuhkan. Oleh karena itu anak yang bergizi kurang tersebut
kemampuannya untuk belajar dan bekerja serta bersikap akan lebih terbatas dibandingkan
dengan anak yang normal. Gizi buruk terjadi bila gizi kurang berlangsung lama, maka akan
berakibat semakin berat tingkat kekurangannya. Pada keadaan ini dapat menjadi kwashiorkor
dan marasmus yang biasanya disertai penyakit lain seperti diare, infeksi, penyakit pencernaan,
infeksi saluran pernapasan bagian atas, anemia dan lain – lain. (Santoso dan Anne, 2004)
5
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep Penelitian
B. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana kebiasaan orang tua dalam memberikan makanan sehat abgi anak- anaknya ?
2. Apa penyebab anak balita mengalami kasus gizi buruk ?
3. Bagaimna pengetahuan orang tua dalam mengasuh balita ?
4. Bagaimana cara dan upaya orang tua dalam menangani gizi buruk anaknya ?
case control study yaitu suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor
risiko ditelusuri dengan menggunakan pendekatan retrospektif yaitu efek (gizi buruk pada
balita) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi dengan
6
D. Populasi Dan Partisipan
1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita yang mengalami gizi buruk.
2. Sampel penelitian
a. Kasus
Kasus adalah balita dengan status gizi buruk yang ada di wilayah Kabupaten Nias
b. Kontrol
Kontrol merupakan balita dengan status gizi baik (berdasarkan hasil pengukuran
dari tetangga terdekat dari kasus dengan karakteristik sama dengan kasus melalui
proses matching umur dan jenis kelamin. Matching pada kontrol didasarkan pada
Pada penelitian ini pemilihan sampel dilakukan secara total sampling yaitu semua
populasi dijadikan sebagai sampel. Adapun jumlah sampel pada penelitian ini
adalah 46 orang.
d. Responden
Pada penelitian ini responden adalah ibu dari balita yang terpilih menjadi sampel
7
E. Tempat Penelitian
Penelitin ini dilaksanakan pada bulan 11 sampai bulan 12 tahun 2014 di kabupaten Nias.
Setiap responden dalam penelitian ini akan dimintai persetujuan dengan mengisi lembar
informed consent yang berisikan tujuan, manfaat dan kejelasan tentang kerahasiaan
subyek.
2. Sumber Data
a. Data primer
Data primer diperoleh dengan wawancara secara langsung dengan orang tua balita (ibu)
yang menggunakan alat bantu berupa kuesioner . Data yang dikumpulkan berupa
identitas responden, identitas sampel (tidak termasuk balita gizi buruk), pola makan,
b.Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Dinas
Kesehatan Kabupaten Buton, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Buton serta instansi lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang
dikumpulkan antara lain : data jumlah kasus balita gizi buruk di Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2012 ,data jumlah kasus balita gizi buruk di Kabupaten Buton tahun
8
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dilakukan sebagai berikut :
1. Analisis univariat
2. Analisis bivariat
Untuk menguji hipotesis nol (Ho) digunakan analisis bivariat (Odds Ratio)
OR = axd
bxc (Multono, 2000)
Keterangan :
9
d : jumlah kontrol dengan resiko (-)
Menurut Multono (2000), estimasi Coefisien Interval (CI) ditetapkan pada tingkat
Nilai OR dikatakan bermakna apabila nilai lower limit dan upper limit tidak
mencakup nilai 1 (Ho ditolak). Untuk menentukan apakah nilai OR yang diperoleh
mempunyai pengaruh kemaknaan maka harus dihitung nilai batas bawah (lower limit)
dan nilai batas atas (upper limit). Untuk mengetahui batas atas dan batas bawah tersebut
Upper limit : OR x
Lower limit : OR x
Di mana, f=
10
DAFTAR PUSTAKA
Abedi, A.J, J.P. Srivastava. 2012.The Effect of Vaccination on Nutritional Status of Pre-school
Children in Rural and Urban Lucknow. Aligarh Muslim University India. Vol. 1(4) September
2012
Abuya, BA., Onsumu, EO., Kimani, JK., Moore, D. 2011. “Influence of Maternal Education on
Child Imunization and Stunted in Kenya”. Matern Child Health J. 15:1389-1399
Albertina M. 2008. Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Bayi dan Faktor - Faktor yang
Berhubungan di Poliklinik Anak Beberapa Rumah Sakit di Jakarta dan Sekitarnya pada Bulan
Maret 2008. Departeman Ilmu Kesehatan Anak, FK UI, Jakarta.
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
11