Anda di halaman 1dari 12

INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA

NAMA : BIDA JERNI HATI NAZARA

NIM : 1903005

MATUL : PROGRAM EVALUASI KESEHATAN LINGKUNGAN

1. Permasalahan Kesehatan Masyarakat karena Budaya Hidup Sehat Berkurang

Permasalahan kesehatan pada masyarakat sering kali diakibatkan oleh perilaku masyarakat
yang kurang sehat sehingga menyebabkan lingkungannya pun kurang sehat. Padahal, konsep dari
kesehatan sendiri berkaitan dengan perubahan perilaku masyarakat. Perilaku masyarakat yang
merupakan sebagai respon yang mempengaruhi kesehatan, penyakit, sistem pelayanan, serta
lingkungan sosialnya. Sehingga, perilaku masyarakat disini sangat penting kaitannya dengan
peningkatan derajat kesehatan pada masyarakat.  Lingkungan sendiri yang meliputi lingkungan
fisik baik yang natural maupun buatan manusia seperti sampah, air, dan sosial seperti
perekonomian, pendidikan, dan sebagainya juga akan memberikan pengaruh kepada
kesehatan. Pada kesehatan, lingkungan fisik mempengaruhi kualitas kesehatan dalam masyarakat
karena banyaknya penyakit yang ditimbulkan oleh lingkungan yang kurang sehat.  Lingkungan
yang kurang sehat, contohnya seperti sampah yang dibuang sembarangan dan beberapa air hujan
yang menggenang sehingga banyak mengakibatkan berbagai penyebab penyakit. Seperti di
beberapa daerah, penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) yang masih marak terjadi.  Penyakit
DBD ini dikarenakan karena lingkungan yang kotor sehingga mengakibatkan nyamuk
berkembang biak dengan cepat.  Selain itu, adapun penyakit yang diakibatkan karena air yang
kotor seperti diare hingga hepatitis A yang mana kedua penyakit ini masih marak di masyarakat.
Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku masyarakat akan lingkungan yang bersih
dan sehat masih kurang atau bahkan mengurang. Kesadaran masyarakat akan kesehatan
sendiripun kurang, sehingga mengakibatkan derajat kesehatan menjadi rendah. Kebiasaan buruk
masyarakat yang mungkin sulit diubah ini tentunya menjadi sebuah tantangan bagi pelayanan
kesehatan. Para tenaga kesehatan yang merupakan sebagai komunikator dengan masyarakat
tentunya berperan penting untuk mengubah perilaku masyarakat yang tidak sehat tersebut. Yang
tentunya, hal tersebut telah dilakukan oleh para tenaga kesehatan melalui pemberdayaan
masyarakat. Selain melalui para tenaga kesehatan melalui pemberdayaan, para organisasi dalam
masyarakat harus memiliki andil yang aktif untuk membantu perubahan dan peningkatan derajat
kesehatan masyarakat dengan menjadi role model untuk mencontohkan perilaku kesehatan yang
baik untuk mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih. Bukan hanya para organisasi dalam
masyarakat saja, para mahasiswa yang merupakan sebagai agent of change untuk masa depan
dapat juga menjadi contoh yang baik. 

Sumber:https://www.kompasiana.com/whynra/62956dc8ce96e528f5166a22/permasalahan-
kesehatan-masyarakat-karena-budaya-hidup-sehat-berkurang

2. Limbah Tinja Menghantui Kebersihan Air Minum di Indonesia

Air merupakan salah satu kebutuhan manusia yang wajib dipenuhi untuk kehidupan
sehari-hari, dari mulai minum, memasak, mandi, mencuci, dan tentunya menunjang proses
metabolisme tubuh manusia. Dapat dipastikan manusia sulit bertahan hidup tanpa air
mengingat begitu banyak manfaatnya bagi kehidupan. Apalagi di masa pandemi seperti saat
ini, kebutuhan air bersih terus mengalami peningkatan seiring dengan perubahan perilaku
masyarakat untuk lebih sering mencuci tangan dan mandi. Menurut riset Indonesia Water
Institute (IWI) periode 15 Oktober-20 November 2020, volume air untuk mencuci tangan
meningkat hingga 20-25 liter per orang per hari atau lima kali lipat lebih banyak dibandingkan
sebelum pandemi. Adapun volume air untuk mandi meningkat dari 50-70 liter per orang per
hari sebelum pandemi, menjadi 150-210 liter per orang per hari selama pandemi. Namun,
kebutuhan air yang meningkat belum didukung dengan pemerataan akses air bersih. Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS), 9,79 persen rumah tangga Indonesia belum memiliki akses ke
sumber air minum layak pada tahun 2020. Penggunaan air memang tidak bisa sembarangan
sebab tidak semua dapat dikonsumsi dengan aman. Penting untuk menilai kualitas air untuk
diminum, misalnya air tampak jernih, memiliki rasa tawar, dan tidak berbau. Tentunya
dibutuhkan hasil uji laboratorium untuk mengetahui kandungan mikrobiologis yang
terkandung dalam air. Keberadaan sanitasi yang baik akan memengaruhi kehidupan
masyarakat dan lingkungannya, termasuk juga pada air, tanah, dan udara. Bila diterapkan
dengan benar, sanitasi dapat menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, kemudian
berperan untuk mencegah timbul penyakit yang bersumber dari air. Selain itu, tentunya
lingkungan tempat tinggal lebih nyaman dan terhindar dari bau tak sedap, serta mengurangi
jumlah orang sakit akibat sanitasi buruk. Buruknya kualitas sanitasi dapat menimbulkan
berbagai indikasi penyakit seperti sakit, perut, diare, penyakit kulit, disentri, cacingan, tipus,
dan kolera. Menurut keterangan UNICEF, Indonesia sebenarnya telah mengalami kemajuan
signifikan dalam peningkatan mutu sanitasi dasar. Namun, angka rumah tangga yang memiliki
sarana toilet dengan sambungan tangki septik yang tertutup serta rutin membersihkan
tangkinya minimal satu kali dalam lima tahun adalah kurang dari delapan persen. Meski ada
peningkatan, nyatanya masih ada hampir 25 juta orang di Indonesia yang tidak menggunakan
toilet dan buang air besar di ladang, semak, hutan, parit, jalan, sungai atau ruang terbuka lain.
Perlu diketahui bahwa limbah tinja bila tidak dikelola dengan baik akan mencemari
lingkungan dan sumber air di sekitarnya. Bisa dibilang kesadaran masyarakat terhadap risiko
kesehatan akibat pengelolaan tanki septik yang tidak memadai dan frekuensi pengurasan
tangki masih rendah. Banyak keluarga belum memahami betapa pentingnya menghubungkan
toilet dengan sistem sistem pembuangan dengan pipa atau bahwa tangki septik harus
dibersihkan secara rutin. Perwakilan Sementara UNICEF Robert Gass mengatakan bahwa
masa pandemi meningkatkan perhatian terhadap pentingnya hidup di lingkungan yang bersih.
Sanitasi yang tidak dikelola dengan baik bisa melemahkan daya tahan tubuh anak-anak
sehingga menimbulkan dampak yang permanen, bahkan kematian. Melalui
kampanye #DihantuiTai, UNICEF memiliki tujuan untuk memberikan pemahaman kepada
keluarga-keluarga Indonesia tentang bagaimana sanitasi yang aman dan dampak pencemaran
sumber air oleh tinja terhadap kesehatan. “Kami harap akan makin banyak masyarakat
Indonesia yang mau lebih berperan dalam mengelola sanitasi rumah tangga demi
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak serta keluarga mereka,” ungkap Robert.

Sumber : https://www.kompasiana.com/whynra/62956dc8ce96e528f5166a22/permasalahan-
kesehatan-masyarakat-karena-budaya-hidup-sehat-berkurang

3. Sampah menjadi masalah

Sampah ialah sisa buangan dari suatu produk atau barang yang sudah tidak digunakan lagi.
Sampah menjadi masalah yang sedang dialami oleh seluruh negara, baik negara berkembang
maupun negara maju di dunia. Sampah dapat bersumber dari berbagai aktivitas seperti rumah
tangga, sampah industri, sampah dari pasar tradisional, sampah pertanian, sampah pada
fasilitas publik dan masih banyak lainnya. Sampah dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu: Sampah
organic Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari sampah dapur, sisa makanan,
buah-buahan, sayuran, tumbuhan dan lain-lain yang dapat didaur ulang dan waktunya cukup
singkat. Sampah anorganik adalah sampah kering atau yang mengandung sedikit air. Contoh
bahan-bahan anorganik adalah bahan plastik, logam, karet, kaca, dan kaleng. Sifat sampah
anorganik adalah tahan lama dan sukar membusuk. Sampah anorganik sukar untuk didaur
ulang dan memerlukan waktu yang lama. Membuang sampah tidak pada tempatnya sudah
menjadi kebiasaan dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat
yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Masyarakat kita tidak menyadari penyebab
mengerikan dari sampah. Sering dijumpai dalam beberapa kesempatan, masyarakat ada yang
membuang sampah sembarangan seperti pada pingir jalan maupun aliran sungai. Membuang
sampah sembarangan umumnya tidak mengenal usia, jenis kelamin dan status masyarakat.
Membuang sampah sembarangan sering dilakukan baik di kalangan anak-anak, kalangan
remaja, bahkan kalangan orang tua.Sampah yang dibuang secara sembarangan dapat
menyebabkan beberapa masalah serta pencemaran lingkungan yang akan terjadi. Sampah
yang dibuang pada aliran sungai dapat menyebabkan menyumbatnya air dan jika volume debit
air sedang tinggi dapat menyebabkan sungai menjadi meluap dan jadilah banjir. Sampah dapat
mencemari lingkungan dan kesehatan manusia. Sampah yang menumpuk disembarangan
tempat dapat menimbulkan bau yang tidak sedap serta dapat mengundang banyak lalat. Lalat
yang menghingapi sampah dapat berpindah-pindah tempat contohnya pada makanan.
Makanan yang dihingapi lalat dan dikonsumsi dalam jumlah yang lebih banyak dapat
membuat seseorang mengalami gangguan kesehatan seperti pada masalah pencernaan (diare)
dan masalah kesehatan lainnya Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan
sampah yang baik membuat masyarakat memilih jalan pintas seperti dengan membakarnya.
Membakar sampah dapat mengakibatkan polusi udara karena pelepasan bahan kimia beracun
ke udara, membuat sesak nafas dan juga tanah tempat pembakaran sampah cenderung tidak
subur lagi

Sumber: https://www.kompasiana.com/ratna92452/6296dda1ce96e53a73585e32/sampah-
penyebab-masalah
4. Budaya Bebenah Bisa Cegah Hepatitis Akut Misterius, Disampaikan Dr. dr. Retno
Asti Werdhani, M.Epid

Dari 15 kasus tersebut, spesimen 7 kasus diterima laboratorium Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia–Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (FKUI–RSCM) sebagai upaya
untuk mencari solusi penanganan. Mengenai penyakit hepatitis akut misterius ini,“Pertama kali
muncul di Eropa. Berdasarkan data terakhir, saat ini Hepatitis Akut telah menyebar di 20 negara.
Saya mendapat kontak dari Menteri Kesehatan yang meminta bebeberapa ahli dari FKUI untuk
membahas kasus ini,” kata Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB selaku Dekan
FKUI. Pada penjelasannya dalam acara Webinar yang diselenggarakan melalui Zoom dan
YouTube @cmefku, yang diselenggarakan oleh Continuing Medical Education (CME) FKUI,
mengangkat tema “Infeksi Emerging: Hepatitis Akut Berat yang Belum Diketahui
Penyebabnya”, pada Kamis (12/05), Prof. Hanifah menyampaikan, saat ini belum diketahui cara
untuk memastikan pasien yang mengidap penyakit Hepatitis Akut Berat. Meski begitu, ada fase-
fase yang dapat dikenali sebagai gejala penyakit ini. Pada fase awal, penderita merasakan diare,
mual-muntah, demam, dan masalah pernapasan. Ketika memasuki fase lanjutan, terjadi
perubahan warna kekuningan pada kulit atau mata. Penderita mengalami buang air kecil pekat
atau buang air besar berwarna pucat, juga mengalami kejang. Pada fase terakhir, penderita
kehilangan kesadaran. Penularan dan Pemicu Penularan Hepatitis Akut Hepatitis Akut Berat
dapat menular melalui mulut dari benda, makanan, atau minuman yang terkontaminasi kotoran
orang yang terinfeksi virus serta saluran pernapasan. Dr. Budiman menyarankan kepada fasilitas
pelayanan kesehatan agar menggunakan standar pencegahan dan pengendalian infeksi, terutama
pada semua staf yang terlibat.

5. DLH Jabar Ungkap Penyebab Sungai Cimeta Berubah Jadi Merah

Adapun latar belakang pembuangan sumber pencemaran adalah inisiatif warga yang
menyuruh pelaku karena banyaknya keluhan warga sekitar akibat material pencemar. Namun
mereka berdua tidak mengetahui isi kantong plastik tersebut.
"Mereka juga tidak mengetahui asal usul kantong yang berisi material pencemaran," ucap Arif.
Selain meminta keterangan dua warga tersebut, Arif menyebut pihaknya mengambil barang bukti
kantong berisi material pencemar diserahkan ke DLH Jabar untuk diuji lab. Selain itu, hasil susur
sungai tidak ditemukan dampak sisa pencemaran dan keluhan dari masyarakat.
"Selanjutnya akan dilakukan proses hukum lebih lanjut terkait pemenuhan unsur-unsur hukum
pidana dan penetapan tersangka serta pengembangan kasus, akan dilakukan pemeriksaan
lanjutan terhadap dua warga setempat yang dilakukan secara kolaboratif antara DLH Jabar dan
DLH KBB," tuturnya. Untuk sementara, beberapa orang telah diperiksa pihak berwajib dan
mengarah pada dugaan tindakan pidana yang saat ini tengah ditangani oleh Polresta Cimahi dan
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lingkungan Hidup. Arif menuturkan, hasil pemeriksaan lanjutan
akan menjadi dasar penetapan tersangka setelah melalui proses gelar perkara sesuai mekanisme
Hukum Acara Pidana. "Upaya pengusutan pencemaran akan terus dilakukan agar tidak ada kasus
serupa yang sengaja mencemari atau mengotori sungai ke depannya," ujarnya.

sumber : https://app.cnnindonesia.com/

6. IPB: Pencemaran Teluk Bima Akibat Fitoplankton

Tim dari Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (SPL), Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB
University merespon kasus pencemaran di Teluk Bima, Nusa Tenggara Barat. Hasil penelitian
sementara membuktikan pencemaran itu terjadi akibat kelimpahan fitoplankton yang sangat
tinggi dari kelas Bacillariophyceae (Diatom). Fitoplankton tersebut diduga mengarah pada genus
Navicula atau Mastogloia dengan estimasi kelimpahan berkisar 10 – 100 milyar sel per liter.

“Hasil penelitian cepat pada Jumat (29/4) ini akibat bahan organik,’’ kata ketua tim IPB
University Prof Hefni Effendi saat dihubungi Mongabay Indonesia, Minggu (1/5). Tim IPB
University beranggotakan Mursalin Aan (Ahli Kualitas Air), Reza Zulmi (dosen IPB University
dari Departemen MSP) dan Luluk DW Handayani (peniliti PPLH IPB University). Dalam
pengambilan sampel yang dilakukan pada Jumat, 29 April 2022, Prof Hefni dan tim
berkoordinasi dengan Maulana Ishak, alumnus IPB University dari Departemen MSP FPIK yang
berdomisili di Bima. Maulana juga merupakan Ketua Yayasan Kabua Dana Rasa (LSM
Lingkungan). Prof Hefni bersama tim juga berkoordinasi dengan Dr Paryono (Universitas
Mataram/Unram). Tim Unram juga melakukan pengambilan contoh lapisan coklat dan contoh
air. “Hari Jumat itu kami sudah siap naik pesawat terbang ke Bima, tapi tidak dapat tiket
pesawat. Jadi tim di lapangan kami bimbing dari sini,’’ kata guru besar bidang kualitas air ini.

Sampel yang diambil adalah bagian permukaan air, mengambil lapisan berwarna coklat yang
menutupi perairan Teluk Bima. Dalam pengambil sampel itu, tim di lapangan tidak
mencampur dengan air. Selanjutnya sampel dibawa ke laboratorium, melihat di bawah
mikroskop. Penilaian di laboratorium dilakukan berulang kali untuk memastikan hasilnya.
“Dari beberapa kali pemeriksaan, ini mikro alga. Tapi belum kami pastikan jenisnya.
Pengambilan sampel akan dilakukan untuk memastikan jenisnya,’’ katanya. Dengan
mengacu pada baku mutu air laut berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021,
ambang batas kelimpahan fitoplankton bagi wisata bahari dan biota laut adalah 1.000 sel per
mililiter. Dengan kata lain, kelimpahan fitoplankton yang melebihi ambang batas tersebut
dianggap tidak baik bagi wisata bahari dan biota laut. Tidak hanya itu, apabila dibandingkan
dengan fenomena blooming lainnya, kelimpahan plankton jenis diatoms ini memiliki nilai
yang sangat tinggi. Penelitian Damar et al. (2021) di Teluk Jakarta hanya melaporkan
hitungan puluhan juta sel per liter.

“Kejadian seperti ini sering di Kepulauan Seribu, tapi karena di Teluk Bima kelimpahannya
tinggi akhirnya membuat resah,’’ katanya. Konsentrasi unsur hara seperti nitrogen, fosfor,
dan silikat yang berlebih, dapat memicu pertumbuhan pesat fitoplankton di kolom air.
Pertumbuhan logaritmik yang pesat fitoplankton di kolom air bisa berlangsung 3-5 hari.
Setelah itu, fitoplankton akan mengalami fase stationary (pertumbuhan normal) dan
fase death (mati alami). Prof Hefni menjelaskan, ketika fitoplankton yang kelimpahannya
sangat tinggi ini mati, maka akan mengapung di permukaan laut membentuk lapisan coklat
serupa jelly.  Ia menyebut, ketika masih mengalami masa pertumbuhan, fitoplankton (mikro
algae) hidup melayang di kolom air, terombang ambing oleh gelombang dan arus.

“Mengingat perairan teluk, maka blooming Bacillariophyceae ini mudah terkonsentrasi


menjadi lebih pekat, karena topografi teluk yang semi tertutup, sehingga flushing air
berlangsung lambat dan kondisi ini menyokong terjadinya akumulasi biomassa
Bacillariophyceae,” kata Prof Hefni.
Jika tidak ada tumbuh baru, dalam seminggu atau dua minggu ke depan, jelly berwarna
coklat itu akan hilang. Selain itu, Prof Hefni menegaskan, karena tumbuhan renik ini
membutuhkan unsur hara, dan pada saat bersamaan di laut berlimpah unsur yang dibutuhkan,
kejadian ini akan terjadi. Unsur pengkayaan di dalam perairan Teluk Bima yang memicu
pertumbuhan ini adalah fosfor.

7. KKP Batam Awasi Tempat Makan di Bandara dan Pelabuhan Cegah Penularan
Hepatitis
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Batam meningkatkan upaya pencegahan
terhadap risiko penularan penyakit hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya (Acute
Hepatitis Of Unknown Aetiology). Sebelumnya Kemenkes Melalui Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) telah mengeluarkan Surat Edaran (SE)
Nomor HK.02.02/C/2515/2022. Kemenkes meminta dinas kesehatan provinsi dan
kabupaten/kota, KKP, laboratorium kesehatan masyarakat, dan rumah sakit untuk memantau dan
melaporkan kasus sindrom penyakit kuning akut di Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
(SKDR). Kepala KKP Kelas I Batam, Achmad Farchany mengatakan pengawasan faktor risiko
dilakukan di Tempat Penjamah Makanan (TPM), seperti restoran/warung makan di Bandara dan
Pelabuhan.

“Kami melaksanakan kegiatan rutin pengawasan di restoran/warung makan bandara dan


pelanuhan,” ujar Farchany, Jumat melalui pesan singkat, Jumat (6/5/2022).

Selain pengawasan terhadap makanan, pihaknya juga melakukan pengawasan terhadap para
pekerja di restoran atau warung makan, seperti pramusaji dan koki.

Namun pencegahan yang utama, kata Farchanny yaitu dengan tetap disiplin protokol kesehatan,
di antaranya dengan memakai masker di tempat umum, mencuci tangan dengan sabun atau
memakai hand sanitizer. Serta menjaga kebiasaan sanitasi yang higienis, termasuk makanan.

“Kami juga rutin melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan laboratorium,” kata dia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan kejadian luar biasa (KLB) pada 15
April 2022, setelah penyakit hepatitis ini menyerang sejumlah anak di Amerika, Eropa dan
Amerika.
Sebelumnya dilaporkan ada 3 anak di Jakarta yang meninggal dunia dengan dugaan tertular
penyakit tersebut, dalam kurun waktu tiga minggu terakhir.

8. Paracetamol di Teluk Jakarta, Keamanan Kualitas Air Minum Kita Terancam?

Sudah bukan merupakan hal yang baru, air merupakan benda cair atau senyawa yang sangat
penting bagi semua makhluk hidup di bumi ini. Hampir semua aktivitas yang dilakukan oleh
manusia atau makhluk hidup lainnya selalu bersentuhan dengan air. Sebagaimana diketahui,
sekitar 50–80 persen komponen makhluk hidup terdiri atas air: penyusun utama tubuh orang
dewasa 55–60 persen dari berat badan atau 70 persen dari bagian tubuh tanpa-lemak (lean body
mass); dan 75 persen berat badan bayi baru lahir terdiri atas air. Bagi kita manusia, air menjadi
senyawa yang ikut mempengaruhi kondisi metabolisme serta kesehatan organ-organ dalam
tubuh. Beberapa fungsi penting di antaranya adalah sebagai pengatur suhu tubuh; pelarut zat–zat
gizi dan alat angkut sisa-sisa metabolisme tubuh; pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh;
sebagai fasilitator pertumbuhan jaringan tubuh; dan katalisator berbagai reaksi biologis dalam
sel. Kemudian, sebagai pelumas, pembersih dan perlindungan; pelindung terhadap benturan dari
organ-orang penting tubuh seperti mata, saraf tulang belakang, bayi dalam kandungan; cairan
yang berfungsi dalam proses mekanis seperti absorpsi; serta penjaga keseimbangan pH (asam-
basa). Begitu pentingnya fungsi air bagi tubuh, sehingga kuantitas dan kualitasnya akan
mempengaruhi kesehatan manusia. Berbagai penyakit dapat ditimbulkan akibat rendahnya
kualitas air minum dan sanitasi adalah: penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum
(water borne diseases) karena mengandung kuman pathogen seperti kolera, typhus dan desentri.
Sementara skabies, infeksi kulit dan selaput lendir, trachoma dan lepra adalah penyakit yang
berkaitan dengan kekurangan air higiene perorangan (water washed diseases). Lalu, penyakit
yang disebabkan oleh bibit penyakit yang sebagian siklus kehidupannya berhubungan dengan air
(water based diseases) adalah Schistosomiasis, dan penyakit yang ditularkan oleh vektor
penyakit yang sebagian atau seluruh perindukannya berada di air (water related vectors) adalah
malaria, demam berdarah dengue dan filariasis (kaki gajah). Air minum, air bersih dan sanitasi
yang digunakan perlu dijaga kualitasnya sesuai dengan standar yang berlaku untuk menjamin
kondisi kesehatan masyarakat luas. Kerentanan terhadap perubahan kualitas air baku akibat
pencemaran bahan berbahaya yang masuk dalam badan air sungai perlu diantisipasi dan
dilakukan tindakan yang diperlukan. Pertama, peningkatan pemahaman terhadap pentingnya
pengolahan limbah cair domestik dan industri sebelum dibuang ke lingkungan. Kedua, gerakan
masal untuk tidak membuang sampah dan limbah ke saluran drainase dan sungai. Ketiga,
penguatan kepedulian dan partisipasi dari semua pihak untuk memelihara dan menjaga ekosistem
dan lingkungan sekitar.

sumber: https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/13/163000723/paracetamol-di-teluk-
jakarta-keamanan-kualitas-air-minum-kita-terancam-?page=all.

9. Limbah Rumah Tangga Biang Pencemaran Sungai di Surabaya

“Fungsi sungai (air permukaan) sebagai bahan baku air minum PDAM, sebagai sarana rekreasi,
estetika kota, juga pengendalian genangan. Tiap tahun selama 11 bulan dilakukan upaya
pengujian air badan air (ABA) di 20 titik per bulannya,” ujar Kasie Pemantauan dan
Pengendalian Kualitas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya Eny Willia
kepada Radar Surabaya, kemarin. Eny menuturkan, limbah rumah tangga (sektor domestik)
menjadi penyebab utama pencemaran sungai. Dari hasil pengujian  yang disebut Indeks Kualitas
Air (IKA) tahun 2020 adalah 56,05 poin.

“Data Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) perusahaan ada 583 berdasarkan data Pengajuan
perizinan IPAL di DLH dari tahun 2017. Sedangkan yang masih mengajukan perizinan sejumlah
119 perusahaan. Kemudian data IPAL domestik  MCK 40, MCK + komunal  24 dan komunal
122,” terangnya.

Pemkot Surabaya sudah melakukan beberapa upaya untuk mencegah dan mengantisipasi
pencemaran sungai. Seperti mendorong masyarakat agar membangun IPAL komunal.

Tak hanya terhadap rumah tangga, pencegahan juga dilakukan DLH Surabaya terkait antisipasi
limbah dari perusahaan atau sektor usaha. Di samping itu, upaya pengendalian juga dilakukan
pemkot dengan membangun IPAL di sentra usaha.

10. Sungai di Kabupaten Bekasi Tercemar Limbah Industri


Bekasi, Beritasatu.com - Tak hanya Kali Cilemahabang yang tercemar limbah industri.
Beberapa sungai lainnya sudah tercemar limbah hingga menjadi hitam pekat dan berbau. Aktivis
lingkungan hidup Kabupaten Bekasi, Dedi Kurniawan, mengungkap dalam kurun waktu dua
tahun belakangan ini, pencemaran di sungai atau kali makin parah.

Pencemaran terjadi karena pelaku industri membuang limbahnya ke aliran sungai atau kali tanpa
terlebih dahulu melalui proses pengolahan air limbah yang diatur perundang-undangan.

“Kita sudah kekurangan air bersih sejak lama, sebab air sungai atau kali sudah tercemar limbah
industri. Ironisnya, masih banyak warga yang mengomsumsi air sungai yang tercemar limbah,
karena terpaksa,” kata Dedi, Rabu (8/9/2021). Dia mengatakan kualitas air dari tujuh sungai alam
yang berada wilayah Kabupaten Bekasi, sudah sangat berbahaya untuk kesehatan dan tak layak
digunakan.

“Satu-satunya aliran air yang masih cukup bagus yakni Kali Cikarang. Itu pun, hanya dari hulu
sampai tengah. Artinya, dari Gunung Karang Sukabumi sampai Cikarang Barat. Selebihnya,
sudah tercemar limbah industri hingga ke hilir, Muaragembong,” tuturnya.

Menurutnya, aliran Kali Cikarang mulai dari Cikarang Barat sampai Muaragembong yang
melewati Kecamatan Sukatani, Sukawangi, dan Cabangbungin, sudah menjadi tempat
pembuangan limbah B3.

“Pencemaran limbah B3 itu berasal dari perusahaan yang berlokasi di sebelas kawasan industri,”
katanya. Selain, Kali Cikarang, ada Kali Cabang, Kali Jambe, Kali Cipamingkis, dan Sungai
Citarum, yang menjadi lokasi pembuangan limbah. Lalu, Kali Cilemahabang, Kali CBL, Kali
Bekasi.

“Perusahaan pembuang limbah sudah saya data, nanti kita laporkan langsung kepada pemerintah
pusat untuk ditindaklanjuti,” tuturnya. Sementara itu, Penjabat Bupati Bekasi, Dani Ramdan
menambahkan akan mengecek tempat-tempat pembuangan limbah pabrik sehingga sungai dan
kali menjadi hitam. “Kita bentuk Satgas Gabungan Penegak Hukum Terpadu dengan melibatkan
masyarakat pecinta lingkungan,” kata Dani.

Anda mungkin juga menyukai