(1)
PESERTA : Masyarakat
LATAR BELAKANG :
PERMASALAHAN
Ada tiga poin utama yang terdapat dalam program PHBS yaitu Kesehatan Ibu dan Anak,
Perilaku & Gaya Hidup Sehat dan Kesehatan Lingkungan. Sayangnya program ini lebih
sering ditujukan pada sasaran dengan usia produktif seperti ibu-ibu dengan bayi dan
balita namun cenderung lebih jarang diberikan pada mereka yang berusia lanjut. Penting
untuk disampaikan kepada masyarakat bahwa hidup sehat itu mudah dilakukan,
menguntungkan, dan menjamin masa tua tetap aktif dan menyenangkan karena tidak sakit-
sakitan. Selain itu gaya hidup sehat diperlukan untuk mencegah berbagai penyakit tidak
menular yang selama ini sering diderita lansia seperti penyakit hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung, stroke dan kanker. Oleh karena itu maka masih perlu
dilakukan penyegaran informasi bagi lansia mengenai pentingnya PHBS ini mengingat
masih banyak dari mereka yang belum menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat.
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Kegiatan yang dapat dilakukan guna mencapai pemahaman bagi lansia mengenai pentingnya
dan bagaimana melakukan PHBS yang benar adalah berupa penyuluhan dan sosialisasi
interaktif dua arah. Sasaran dalam penyuluhan kali ini adalah posyandu lansia Desa
Kampal, yang rutin dilakukan setiap satu bulan sekali. Posyandu ini dihadiri oleh
hampir semua anggotanya sehingga diharapkan materi dapat tersampaikan dengan tepat.
Untuk mempermudah penyampaian informasi, penyuluhan dilakukan dengan media
bantu berupa leaflet yang dibuat semenarik mungkin.
PELAKSANAAN
Kegiatan penyuluhan dan diskusi mengenai PHBS pada kegiatan Posyandu Lansia telah
dilaksanakan pada :
Penyuluhan dibuka dengan sesi tanya jawab untuk mengetahui pengetahuan awal peserta
mengenai PHBS. Peserta dapat menyebutkan beberapa poin dari PHBS seperti melakukan
aktifitas fisik rutin setiap hari, makan makanan bergizi dan seimbang dan pentingnya
menggunakan air bersih untuk dikonsumsi. Namun beberapa peserta mengakui bahwa
selama ini mereka tidak rrutin untuk cuci tangan dengan sabun dan masih merokok setiap
harinya. Selama dilakukan penyuluhan, antusiasme peserta terlihat tinggi. Beberapa kali
peserta mengajukan pertanyaan ketika dilakukan penyuluhan. Pertanyaan yang ditanyakan
terkait tentang bagaimana cara olahraga yang baik bagi lansia dan apa menu makanan sehat
bagi lansia.
Ada beberapa poin penting yang ditekankan pada peserta terkait PHBS dan gaya hidup sehat
untuk mencegah penyakit tidak menular, yaitu :
3. Tidak merokok
5. Melakukan aktitas fisik setiap hari sesuai kemampuan stamina seperti: jalan pagi, jogging,
membersihkan rumah, berkebun, berladang dan lain sebagainya.
(2)
PESERTA : Masyarakat
LATAR BELAKANG :
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,
industri maupun tempat-tempat umum lainya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan
atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu
lingkungan hidup. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water),
yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri
dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya
terdiri dari bahan-bahan organic. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya besar,
karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari- hari
tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini
akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab
itu, air buangan ini harus dikelola atau diolah secara baik. Pembuangan akhir limbah tinja
umumnya dibuang menggunakan beberapa cara antara lain dengan menggunakan septic tank
yang seharusnya berjarak minimal 10 meter dari sumber air.
PERMASALAHAN
PELAKSANAAN
Materi yang disampaikan yaitu penjelasan mengenai scabies, gejala yang muncul pada
penderita scabies, cara penularan, pengobatan yang tepat. Pemaparan materi lebih ditekankan
kepada bagaimana mencegah penularan dari scabies di keluarga dan juga lingkungan sekitar.
Edukasi Umum Untuk mengobati skabies perlu diberikan penjelasan kepada pasien dan
keluarganya bahwa penyakit skabies mudah sekali menular, sehingga semua individu yang
berkontak /serumah harus diobati walaupun gejala belum ada. Obat topikal sebaiknya
diberikan setelah mandi karena hidrasi kulit. Pakaian, sprei, handuk dan alat tidur lain
hendaknya dicuci dengan air panas. Penyakit scabies bisa dicegah dengan pola hidup bersih
dan sehat di lingkungan rumah. Rumah sebagai tempat tinggal terutama bagian seperti tempat
tidur, kamar yang perlu rutin dibersihkan. Sirkulasi udara di rumah juga perlu diperhatikan
dengan adanya sinar matahari yang masuk, udara yang bersih, bisa mencegah adanya kutu
penyebab scabies tersebut. Kebersihan pakaian dan tempat menyimpan pakaian juga perlu
diperhatikan.
Untuk menilai apakah masyarakat memahami intervensi yang diberikan maka perlu adanya
monitoring. Selain itu monitoring juga diperlukan untuk mengetahui apakah masyarakat
menerapkan apa yang sudah diberikan dalam kegiatan sehari-harinya. Monitoring dapat
dilakukan dengan melihat angka kunjungan skabies di puskesmas ujung pangkah.
(3)
PESERTA : Masyarakat
LATAR BELAKANG
Mencuci tangan merupakan langkah yang cukup penting untuk mencegah penyebaran
penyakit. Tangan merupakan salah satu jalur penularan berbagai penyakit menular seperti
penyakit gangguan usus dan pencernaan (diare, muntah) dan berbagai penyakit lainnya yang
dapat berpotensi membawa kepada arah kematian. Tangan merupakan salah satu media
penghantar utama masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia. Kontak dengan kuman dapat
terjadi di mana saja, melalui meja, gagang pintu, sendok, dan sebagainya. Penelitian bahkan
menyebutkan bahwa keyboard komputer di perkantoran dan gagang telepon mengandung
lebih banyak kuman dari pada di toilet. Fakta saat ini menunjukan masih rendahnya
kebiasaan cuci tangan pakai sabun pada saat penting dalam masyarakat yaitu sebelum makan
14,3%, sesudah buang air besar 11,7%, setelah menceboki bayi 8,9%, sebelum menyuapi
anak 7,4% dan sebelum menyiapkan makanan hanya 6%. Hal ini membuktikan masih belum
adanya kesadaran mencuci tangan guna mencegah penyebaran penyakit. Berdasarkan
penelitian Rabie dan Curtis (2005) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dapat menurunkan
CTPS menurunkan insiden diare, menurunkan transmisi ISPA 30% selain itu menurut
UNICEF: CTPS menurunkan 50% insiden Avian. Bersadarkan hal tersebut maka pentingnya
perilaku mencuci tangan pakai sabun dengan baik dan benar. Kaum lansia merupakan usia
yang rentan, termasuk dalam hal penularan beragam penyakit infeksi. Daya imunitas yang
semakin berkurang, aktivitas yang tak lagi banyak, dan banyak hal lainnya membuat
kebugaran fisik mereka menurun dan mudah terjangkit beragam penyakit infeksi. Penyakit
infeksi paling banyak ditularkan melalui tangan yang tidak higienis. Peningkatan kesadaran
mengenai metode cuci tangan dan kebiasaannya diharapkan menjadi langkah sederhana
namun bermanfaat yang dapat menambah kesadaran akan hygiene diri dan akhirnya
meningkatkan derajat kesehatan kaum lanjut usia.
PERMASALAHAN
Banyak orang-orang, terutama lansia yang tidak memahami bahwa mencuci tangan yang
tepat untuk mencegah penularan penyakit adalah dengan menggunakan sabun, dan masih
banyak pula orang yang belum memahami 6 langkah cuci tangan yang tepat sesuai dengan
anjuran WHO (World Health Organisation). Selain itu, kesadaran masyarakat untuk
menjadikan cuci tangan sebagai bagian dari kebiasaan dan gaya hidup masih harus
ditingkatkan. Untuk itulah perlu adanya pemberian edukasi bagi masyarakat untuk
memahami 6 langkah cuci tangan yang tepat, serta membiasakan diri untuk melakukannya
dalam hidup sehari-hari.
Pemberian edukasi dilakukan secara terencana dan merupakan bagian dari program Posyandu
Lansia yang diadakan secara rutin tiap bulan sekali di kawasan kerja Puskesmas Parigi Desa
Olaya. Metode yang digunakan adalah penyuluhan aktif, di mana tenaga kesehatan
mendatangi langsung posyandu yang tengah dilaksanakan, memberikan penyuluhan,
membuka sesi tanya-jawab, dan diakhiri dengan ramah-tamah dengan mereka yang hadir
dalam acara ini, termasuk di antaranya warga sekitar serta kader posyandu lansia.
PELAKSANAAN
Kegiatan penyuluhan dan diskusi mengenai enam langkah cuci tangan pada kegiatan
Posyandu Lansia telah dilaksanakan pada :
Kegiatan : Para lansia diajak untuk mengikuti prosedur 6 langkah cuci tangan yang
dicontohkan sesuai program yang ada. Sebelum penyuluhan dilaksanakan, dilakukan
pendataan para lansia, pengukuran tekanan darah, berat dan tinggi badan. Setelah penyuluhan
dilaksanakan sesi tanya jawab dan ramah-tamah.
Proses penyuluhan berjalan lancar dan diikuti oleh para peserta dengan sangat antusias.
Terbukti dengan saat diminta mengulang gerakan yang telah dicontohkan, mereka dapat
melakukan dengan baik, serta memahami hal-hal apa saja yang diperlukan untuk membuat
kegiatan mencuci tangan dilakukan secara optimal. Selain itu, mereka dapat saling
melengkapi dan memberi contoh pada momen-momen apa saja mereka harus mencuci tangan
dan dapat diaplikasikan dalam hidup sehari-hari.
(4)
PESERTA : Masyarakat
LATAR BELAKANG
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia
yang menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi, sering menimbulkan keresahan
masyarakat karena perjalanan penyakitnya yang cepat dan dapat menyebabkan kematian
dalam waktu singkat. Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit
DBD sebab virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah tersebar luas di seluruh
Indonesia Penyakit DBD ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang telah terinfeksi
oleh virus dengue pada pasien sebelumnya. Masa inkubasi penyakit DBD, yaitu periode sejak
virus dengue menginfeksi manusia hingga menimbulkan gejala klinis antara 3-14 hari, rata-
ratanya 4-7 hari. Nyamuk Aedes ini terdapat di seluruh daerah di Indonesia, kecuali pada
daerah yang ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Nyamuk ini,
merupakan penyebaran penyakit ( vektor ) DBD yang paling efektif dan karena tinggal
didaerah pemukiman penduduk. Kondisi lingkungan yang buruk, genangan air yang
tertampung dalam suatu wadah, tempat pemukiman yang padat, kurangnya kesadaran
masyarakat tentang kebersihan.
PERMASALAHAN
PELAKSANAAN
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Lansia di Desa Lebo pada tanggal Senin, 16 Agustus
2021 pukul 09.30 – 10.30 WITA.
Pada setiap sesi dapat dilakukan tanya jawab secara langsung dengan masyarakat, sehingga
masyarakat dapat lebih memahami tentang tanda dan gejala demam berdarah serta upaya
pencegahan demam berdarah.
Penyuluhan tentang demam berdarah pada masyarakat, khususnya masyarakat pada wilayah
Kapuan Barat telah berjalan dengan lancar, hal ini terlihat dari antusiasme warga saat
mengikuti penyuluhan. Pada tempat warga yang menjadi lokasi penyuluhan, masih
didapatkan tempat-tempat yang memudahkan berkembang biaknya jentik nyamuk Aedes
aegypthi baik itu kumpulan barang bekas, ban bekas, serta penampungan air yang tidak
ditutup di sekitar lingkungan warga. Melalui kegiatan penyuluhan ini diharapkan para ibu-ibu
dapat menggerakkan keluarganya dan masyarakat sekitar untuk lebih menjaga kebersihan
lingkungannya dalam upaya mencegah terjadinya penularan dan mewabahnya penyakit
demam berdarah.
(5)
PESERTA : Masyarakat
LATAR BELAKANG
Dari sudut pandang ekonomi, Indonesia mengalami kerugian sebesar $ 6,3 miliar ( Rp. 56,7 trillun )
pertahun akibat buruknya kondisi sanitasi dan higiene, hal ini setara dengan 2,3% dari produk
domestic bruto. Hasil studi WHO (2007), intervensi melalui modifikasi lingkungan dapat menurunkan
risiko penyakit diare sampai dengan 94%. Modifikasi lingkungan tersebut termasuk di dalamnya
penyediaan air bersih yang menurunkan risiko 25%, pemanfaatan jamban menurunkan risiko 32%,
pengolahan air minum tingkat rumah tangga menurunkan risiko sebesar 39% dan cuci tangan pakai
sabun menurunkan risiko sebesar 45%. Berdasarkan pada hasil studi tersebut diformulasikan kegiatan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebagai Program Nasional dan masuk menjadi salah satu
target MDGs 7e, Renstra Kemenkes 2010-2014, dan RPJMN 2010-2014 dimana persentase penduduk
yang menggunakan jamban sehat pada tahun 2014 adalah sebesar 75% sementara itu capaian pada
akhir tahun 2012 hanya 56,24% dari 69 % yang ditargetkan. STBM dalah suatu pendekatan untuk
mengubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan dengan metode pemicuan, untuk
mewujudkan kondisi sanitasi total di komunitas. Pendekatan ini bertujuan untuk mengubah perilaku
melalui pemberdayaan di masyarakat dengan pendekatan 5 Pilar STBM, yaitu Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS), Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Pengelolaan Air Minum dan Makanan
Rumah Tangga (PAM-RT), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT), dan Pengelolaan Limbah
Cair Rurnah Tangga (PLC-RT) Jamban sehat merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk
digunakan sebagai tempat buang air besar. Berbagai jenis jamban yang digunakan di rumah tangga,
sekolah, rumah ibadat, dan lembaga - lembaga lain.
PERMASALAHAN
Kita semua mengetahui bahwa mempunyai dan menggunakan jamban bukan hanya nyaman
melainkan juga turut melindungi dan meningkatkan kesehatankeluarga dan masyarakat. Namun, data
yang tersedia dari studi dan survei sanitasipedesaan di Indonesia memperlihatkan bahwa sangat
sedikit rumah tangga di pedesaanyang benar-benar mempunyai akses ke jamban sehat. Hanya 37%
penduduk pedesaanmempunyai akses ke sanitasi yang aman menurut Laporan Joint Monitoring
Program 2008. Meskipun kita tidak sepenuhnya memahami semua alasan ini, sebagian penjelasannya
adalah bahwa bahan bangunan jamban yang ada dipasaran rumit dan mahal, dan memberikan kesan
bahwa harganya tidak terjangkau bagi keluarga yang berpenghasilan rendah. Pentingnya untuk
membuang air besar dan kecil di jamban adalah untuk menjaga lingkungan agar selalu bersih, sehat
dan tidak berbau, tidak mencemari sumber air yang ada di sekitarnya, dan tidak menimbulkan
datangnya lalat yang dapat menjadi penular penyakit diare, kolera, disentri, tipus, cacingan, dan lain-
lain.
Oleh karena permasalahan yang terjadi di atas, maka diadakan penyuluhan tentang jamban sehat pada
pasien yang datang berkunjung di Puskesmas Sumbersari. Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan
ini adalah agar meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya jamban sehat.
Diharapkan dengan penyuluhan ini masyarakat mulai peduli akan pentingnya kebersihan lingkungan,
higinitas sumber air, dan tentunya penyakit yang berbasis lingkungan dapat dicegah. Materi
penyuluhan berupa pengetahuan mengenai definisi jamban sehat, manfaat menggunakan jamban
bersih, syarat-syarat jamban sehat, dan cara memelihara jamban.
PELAKSANAAN
Untuk menilai apakah masyarakat memahami intervensi yang diberikan maka perlu adanya
monitoring. Selain itu monitoring juga diperlukan untuk mengetahui apakah masyarakat
menerapkan apa yang sudah diberikan dalam kegiatan sehari-harinya. Monitoring dapat
dilakukan dengan melihat angka kunjungan ISK di puskesmas.