Anda di halaman 1dari 8

F2 (Upaya Kesehatan Lingkungan)

1. Rumah Sehat untuk Mencegah Corona


LATAR BELAKANG
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok sehari-hari serta sebagai tempat berlindung
dari panas dan hujan. Rumah sehat adalah rumah yang dapat memenuhi kebutuhan rohani dan
jasmani secara layak sebagai suatu tempat tinggal atau perlindungan dari pengaruhalam luar.
Lingkungan rumah yang tidak diperhatikan dapat menim bulkan beberapa risiko penyakit
terasuk penyakit Corona.

PERMASALAHAN
Berdasarkan kriteria fisiologis, tempat tinggal tersebut tidak memiliki pencahayaan,
penghawaan, dan ruang gerak yang cukup antar anggota keluarga. Berdasarkan kriteria
psikologis, keadaan rumah tidak cukup privacy, komunikasi yang sehat antar anggota
keluarga dan penghuni rumah kurang terasa nyaman.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Edukasi perorang Rumah Sehat
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
• Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
• Memenuhi kriteria psikologis antara lain
• Privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni
rumah.
• Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari

PELAKSANAAN
Tanggal : 23 Juli 2021
Tempat : Puskesmas Kalisari
Sasaran : Masyarakat Pengunjung Poli ISPA Puskesmas Kalisari

MONITORING & EVALUASI


Pemantauan kerumah pasien terkonfirmasi covid19.
2. Pencegahan Penyakit Tuberculosis Berbasis Lingkungan (PKL Kalisari)
LATAR BELAKANG
Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia,
salah satunya Tuberkulosis. TB merupakan salah satu penyakit yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan perilaku (Kemenkes, 2011). Penyakit TB disebabkan oleh bakteri yang
dikenal sebagai Mycobacterium Tuberculosis. Hampir seluruh bagian tubuh manusia dapat
diserang oleh bakteri ini namun organ yang sering diserang adalah paru-paru. Beberapa
faktor yang terkait erat dengan penyakit TB meliputi usia, nutrisi, imunitas, kebiasaan
hidup, kebersihan lingkungan, beberapa keadaan penyakit yang memudahkan infeksi TB
seperti Diabetes Melitus, Campak, serta factor genetik. Penyakit TB Paru menjadi
masalah sosial, karena sebagaian besar penderitanya adalah kelompok usia produktif,
kelompok ekonomi rendah dan tingkat pendidikan rendah (Sejati, 2015).
Jumlah kasus baru TB mencapai 8,8 juta per tahun di seluruh dunia. Sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi TB dengan 75% ada di kalangan usia produktif (WHO,
2015). Indonesia berada pada peringkat kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia
serta bertambah seperempat juta kasus baru dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap
tahunnya. Sebanyak 40% dari kasus baru di seluruh provinsi Indonesia, jumlah kasus TB
BTA+ baru paling tinggi ditemukan di Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Cure rate
kasus TB pada tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan 6 tahun sebelumnya dengan
angka sebesar 81,3% dimana WHO menetapkan standar sebesar 85% (Dinihari, 2014).

PERMASALAHAN
Sebagian besar masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kalisari belum memahami
pentingnya lingkungan sehat sebagai pencegahan penularan penyakit terutama terkait dengan
pengadaan lingkungan yang sehat dalam mencegah penularan Tuberkulosis.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Dilakukan edukasi perorang pada pasien yang datang ke poli ISPA terutama pasien yang
terkonfirmasi dan kontak erat dengan penderita Tuberculosis.
Dalam pencegahan penyakit TB Paru sangat perlu menjaga lingkungan yang sehat seperti
pengaturan syarat – syarat rumah yang sehat diantaranya luas bangunan rumah, ventilasi
pencahayaan dengan jumlah anggota keluarga serta kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Beberapa upaya pencegahan penyakit TB Paru berbasis lingkungan yang dapat dilakukan
antara lain :
1. Satu kamar di huni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih atau sama
dengan 10 m²/orang.
2. Lantai rumah sebaiknya di semen dan memperbaiki ventilasi serta menambah
ventilasi buatan.
3. Selalu membuka pintu atau jendela terutama di pagi hari agar pencahayaan alami
dapat masuk ke dalam rumah.
4. Menutup mulut bila batuk atau bersin bagi penderita maupun bukan penderita jika
salin berdekatan.
5. Tidak meludah di sembarang tempat, upayakan meludah pada tempat yang terkena
sinar matahari atau I tempat khusus seperti tempat sampah.
6. Menjemur tempat tidur bekas penderita secara teratur karena kuman tuberkulosis akan
mati bila terkena sinar matahari.
7. Menjaga kebersihan diri, baik perorangan maupun keluarga serta menjaga kesehatan
badan agar sistem imun senantiasa terjaga dan kuat.
8. Di usahakan tidur terpisah dengan penderita dan menjaga jarak aman ketika
berhadapan dengan penderita TB Paru.
9. Bagi penderita di usahakan istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi.
10. Hindari melakukan hal-hal yang dapat melemahkan sistem imunitas, seperti begadang
dan kurang istirahat.

PELAKSANAAN
Tanggal : 2 Juli 2021
Tempat : Puskesmas Kalisari
Sasaran : Masyarakat Pengunjung Poli ISPA Puskesmas Kalisari

MONITORING DAN EVALUASI


Evaluasi dilakukan dengan Tanya jawab terhadap pasien yang datang tentang pemahamannya
dalam kasus TB. Selain itu, diperlukannya peran aktif tenaga kesehatan maupun kader dalam
mengajak masyarakat sekitar dalam mengupayakan lingkungan yang baik untuk mencegah
penularan TB. Tenaga kesehatan dan kader secara kontinyu memberikan penyuluhan tentang
penyakit TB Paru dan pencegahan penularannya
3. Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun (PKC Pasar Rebo)
LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai negara berkembang saat ini mempunyai permasalahan di bidang sanitasi
dan perilaku hidup bersih dan sehat, sebagaimana negara berkembang lainnya. Dengan
adanya otonomi daerah, permasalahan di bidang sanitasi ini pun bukan lagi hanya menjadi
urusan bagi Pemerintah Pusat, namun juga sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab
Pemerintah Kabupaten/Kota. Pada kondisi sanitasi saat ini, jumlah penduduk yang hidup
dalam akses sanitasi yang buruk mencapai 72.500.000 jiwa.
Dalam hal ini Pemerintah juga telah memberikan perhatian di bidang higiene dan sanitasi
dengan menetapkan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), salah satunya dalah cuci
tangan pakai sabun. Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu bagian dari
program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga. Program PHBS
dilaksanakan sebagai upaya pemberdayaan anggota rumah tangga agar sadar, mau, dan
mampu melakukan kebiasaan hidup bersih dan sehat. Dengan menjalankan perilaku perilaku
melakukan PHBS, masyarakat berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat seperti
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, dan
melindungi diri dari ancaman penyakit (Depkes RI, 2009).

PERMASALAHAN
Menurut Depkes RI (2009), tangan manusia seringkali menjadi agen yang membawa kuman
dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang atau dari alam ke orang lain melalui
kontak langsung atau tidak langsung. Mencuci tangan pakai sabun merupakan suatu tindakan
sederhana namun sulit untuk diterapkan ditengah masyarakat karena faktor kebiasaan.
Kebiasaan inilah yang harus dibentuk dan diubah di dalam masyarakat mengingat perilaku
cuci tangan pakai sabun dapat mengurangi risiko penularan penyakit seperti infeksi saluran
pernafasan , infeksi saluran cerna seperti diare dan infeksi parasite.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Kegiatan ini ditujukan kepada para masyarakat yang datang ke poli umum PKC Pasar Rebo
untuk meningkatkan pengetahuan mengenai cara dan pentingnya mencuci tangan dalam
kegiatan sehari-hari.
PELAKSANAAN
Kegiatan : Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun
Peserta : Masyarakat yang datang ke poli umum PKC Pasar Rebo
Waktu : 27 Mei 2021
Metode : Pemberian materi penyuluhan secara oral dan praktek cara mencuci tangan pakai
sabun

MONITORING DAN EVALUASI


Kegiatan kampanye cuci tangan pakai sabun sangat baik dilaksanakan di setiap pertemuan
kelompok. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya CTPS
dan menjadikan CTPS sebagai kebiasaan hidup sehat yang rutin di lakukan seharihari.

4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PKL Kalisari)


LATAR BELAKANG
Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara-negara berkembang terutama
anak-anak meninggal dunia akibat berbagai penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air
minum yang aman, sanitasi dan hygiene yang buruk. Selain itu, terdapat bukti bahwa
pelayanan sanitasi yang memadai, persediaan air yang aman, sistem pembuangan sampah
serta pendidikan hygiene dapat menekan angka kematian akibat diare sampai 65%, serta
penyakit-penyakit lainnya sebanyak 26%.
Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010, dimana ada 3 pilar yang
perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat serta pelayanan
kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku sehat bentuk kongkritnya yaitu
perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan. mencegah risiko terjadinya
penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya
kesehatan.

PERMASALAHAN
Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar (30-35% terhadap
derajat kesehatan), maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak
sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah keadaan dimana individu- individu dalam rumah
tangga (keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dalam rangka mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain,
menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan, memanfaatkan pelayanan kesehatan, mengembangkan dan
menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat.

PERENCANAAN DAN INTERVENSI


Intervensi yang dipilih adalah edukasi perorang pada setiap pasien yang datang ke poli ISPA
PKL Kalisari pada 23 Juli 2021.

PELAKSANAAN
Hari dan Tanggal : 23 Juli 2021
Waktu : Pukul 09.00 – 11.30
Tempat : Poli ISPA Puskesmas Kalisari

MONITORING DAN EVALUASI


Evaluasi dilakukan dengan Tanya jawab terhadap pasien yang datang tentang pemahamannya
dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Selain itu, diperlukannya peran aktif tenaga
kesehatan maupun kader dalam mengajak masyarakat sekitar dalam mengupayakan
pentingnya perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Tenaga kesehatan dan kader secara kontinyu
memberikan penyuluhan tentang Hidup Bersih dan Sehat.

5. Pencegahan Penyakit Tuberculosis Berbasis Lingkungan (PKC Pasar Rebo)


LATAR BELAKANG
Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia,
salah satunya Tuberkulosis. TB merupakan salah satu penyakit yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan perilaku (Kemenkes, 2011). Penyakit TB disebabkan oleh bakteri yang
dikenal sebagai Mycobacterium Tuberculosis. Hampir seluruh bagian tubuh manusia dapat
diserang oleh bakteri ini namun organ yang sering diserang adalah paru-paru. Beberapa
faktor yang terkait erat dengan penyakit TB meliputi usia, nutrisi, imunitas, kebiasaan
hidup, kebersihan lingkungan, beberapa keadaan penyakit yang memudahkan infeksi TB
seperti Diabetes Melitus, Campak, serta factor genetik. Penyakit TB Paru menjadi
masalah sosial, karena sebagaian besar penderitanya adalah kelompok usia produktif,
kelompok ekonomi rendah dan tingkat pendidikan rendah (Sejati, 2015).
Jumlah kasus baru TB mencapai 8,8 juta per tahun di seluruh dunia. Sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi TB dengan 75% ada di kalangan usia produktif (WHO,
2015). Indonesia berada pada peringkat kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia
serta bertambah seperempat juta kasus baru dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap
tahunnya. Sebanyak 40% dari kasus baru di seluruh provinsi Indonesia, jumlah kasus TB
BTA+ baru paling tinggi ditemukan di Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Cure rate
kasus TB pada tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan 6 tahun sebelumnya dengan
angka sebesar 81,3% dimana WHO menetapkan standar sebesar 85% (Dinihari, 2014).

PERMASALAHAN
Sebagian besar masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pasar Rebo belum memahami
pentingnya lingkungan sehat sebagai pencegahan penularan penyakit terutama terkait dengan
pengadaan lingkungan yang sehat dalam mencegah penularan Tuberkulosis.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Dilakukan edukasi perorang pada pasien yang datang ke poli ISPA terutama pasien yang
terkonfirmasi dan kontak erat dengan penderita Tuberculosis.
Dalam pencegahan penyakit TB Paru sangat perlu menjaga lingkungan yang sehat seperti
pengaturan syarat – syarat rumah yang sehat diantaranya luas bangunan rumah, ventilasi
pencahayaan dengan jumlah anggota keluarga serta kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Beberapa upaya pencegahan penyakit TB Paru berbasis lingkungan yang dapat dilakukan
antara lain :
1. Satu kamar di huni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih atau sama
dengan 10 m²/orang.
2. Lantai rumah sebaiknya di semen dan memperbaiki ventilasi serta menambah
ventilasi buatan.
3. Selalu membuka pintu atau jendela terutama di pagi hari agar pencahayaan alami
dapat masuk ke dalam rumah.
4. Menutup mulut bila batuk atau bersin bagi penderita maupun bukan penderita jika
salin berdekatan.
5. Tidak meludah di sembarang tempat, upayakan meludah pada tempat yang terkena
sinar matahari atau I tempat khusus seperti tempat sampah.
6. Menjemur tempat tidur bekas penderita secara teratur karena kuman tuberkulosis akan
mati bila terkena sinar matahari.
7. Menjaga kebersihan diri, baik perorangan maupun keluarga serta menjaga kesehatan
badan agar sistem imun senantiasa terjaga dan kuat.
8. Di usahakan tidur terpisah dengan penderita dan menjaga jarak aman ketika
berhadapan dengan penderita TB Paru.
9. Bagi penderita di usahakan istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi.
10. Hindari melakukan hal-hal yang dapat melemahkan sistem imunitas, seperti begadang
dan kurang istirahat.

PELAKSANAAN
Tanggal : 1 Juni 2021
Tempat : Puskesmas Pasar Rebo
Sasaran : Masyarakat Pengunjung Poli ISPA Puskesmas Pasar Rebo

MONITORING DAN EVALUASI


Evaluasi dilakukan dengan Tanya jawab terhadap pasien yang datang tentang pemahamannya
dalam kasus TB. Selain itu, diperlukannya peran aktif tenaga kesehatan maupun kader dalam
mengajak masyarakat sekitar dalam mengupayakan lingkungan yang baik untuk mencegah
penularan TB. Tenaga kesehatan dan kader secara kontinyu memberikan penyuluhan tentang
penyakit TB Paru dan pencegahan penularannya

Anda mungkin juga menyukai