Abstrak
Kondisi sehat memungkinkan seseorang untuk dapat melakukan aktivitasnya dengan baik
dan tanpa hambatan namun terkadang tidak dapat di pungkiri bahwa seseorang bisa terkena
penyakit baik itu yang menular maupun tidak menular. Terdapat banyak faktor yang dapat
menyebabkan suatu penyakit tersebut dapat terjadi baik itu karena pengaruh dari lingkungan,
vektor yang menjadi pembawa penyakit dan bahkan, manusia pun dapat menjadi salah satu
faktor penyebab penyakit tersebut dapat terjadi. Oleh sebab itu, perlu adanya pemahaman yang
di berikan kepada khalayak agar dapat mengantisipasi penyakit- penyakit tersebut dapat terjadi.
Hal itu dapat di wujudkan dengan memberikan program pendidikan kesehatan melalui
penyuluhan terkait bahaya dan dampak dari penyakit tersebut serta cara pencegahan yang dapat
dilakukan kepada masyarakat.
Kata kunci : faktor penyebab penyakit, kondisi sehat, program pendidikan kesehatan
Abstract
Healthy conditions allow a person to be able to carry out their activities properly and
without obstacles, but sometimes it cannot be denied that a person can be infected with both
contagious and non-communicable diseases. There are many factors that can cause a disease to
occur either because of the influence of the environment, vectors that carry the disease and even
humans can be one of the factors that cause the disease to occur. Therefore, it is necessary to
provide an understanding to the public in order to anticipate these diseases can occur. This can
be realized by providing health education programs through counseling related to the dangers
and impacts of the disease as well as prevention methods that can be done to the community.
Key words : disease-causing factors, healthy conditions, health education programs
I. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 sehat adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomi. Namun, terlepas dari itu seseorang dapat juga dikatakan sakit
jika orang tersebut kemungkinan dapat berinteraksi secara langsung dengan agentnya dan
bertempat tinggal di lingkungan yang tidak bersih. Sehingga orang tersebut dapat terkena
berbagai macam penyakit dan sangat rentan terjangkit oleh balita dan kanak-kanak.1
Namun, hingga saat ini kurangnya kesadaran masyarakat terkait faktor penyebab
dari penyakit tersebut. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman yang di berikan oleh
karena itu dibentuklah berbagai program pendidikan kesehatan yang diberikan kepada
masyarakat melalui Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) dan Pusat Kesehatan
Masyarakat (PUSKESMAS).1
2. Rumusan Masalah
Kepala dinas pendidikan Kecamatan Batu Ampar melaporkan kepada Kepala
Puskesmas bahwa ada sekitar 20% murid sekolah dasar yang tampak pucat, lemah, letih
dan lesu. Berdasarkan hasil pemeriksaan tinja yang dilakukan secara acak didapatkan
sebanyak 40% murid sekolah tersebut menderita kecacingan. Rata-rata kadar hemoglobin
hanya 8.5 g/dL. Selain diberikan obat cacing, Pihak Puskesmas merencanakan suatu
program pendidikan kesehatan dalam rangka mencegah terjadinya infeksi cacing
berulang. Dari skenario tersebut ditemukan sebuah pokok permasalahan yang mana
karena terdapat beberapa murid Sekolah Dasar yang menderita cacingan sehingga pihak
Puskesmas mengadakan program pendidikan kesehatan.
3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui penyebab dari
penyakit cacingan yang diderita oleh murid-murid Sekolah Dasar tersebut serta sebagai
calon dokter kita dapat memahami dan mengetahui cara penyuluhan yang benar sehingga
dapat memberikan pelayanan yang terbaik guna memberdayakan Kesehatan masyarakat.
I. Pembahasan
Hemoglobin atau Hb merupakan protein yang berada di dalam sel darah merah,
protein inilah yang membuat darah berwarna merah. Hemoglobin berfungsi menjadikan
sel darah merah berbentuk bulat dengan bagian tengah lebih pipih yang membuat sel
darah merah mengalir di dalam pemburuh darah. Kadar hemoglobin normal pada
perempuan berkisar 12-15 g/dL dan laki-laki berkisar 13-17 g/dL. Jika jumlah dan bentuk
hemoglobin mengalami kelainan mengakibatkan sel darah merah tidak dapat berfungsi
dengan baik dalam mengangkut oksigen dan karbondioksida sehingga memicu masalah
kesehatan seperti anemia.3
Cacingan tergolong pada neglected disease yaitu infeksi yang kurang diperhatikan
dan penyakitnya bersifat kronis karena tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas dan
dampak yang ditimbulkan akan baru terlihat dalam jangka waktu yang panjang seperti
kekurangan gizi, gangguan tumbuh kembang dan gangguan kognitif pada anak. Cacingan
disebabkan oleh Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale, Necator americanus,
Trichuris trichiura dan Strongyloides stercoralis. Cacingan juga dapat menyebabkan
beberapa penyakit seperti anemia yaitu kekurangan darah merah sehingga dapat
menyebabkan kadar hemoglobin menjadi rendah.2
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2012 lebih dari
1 miliar orang terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides, 795 juta terinfeksi cacing
Trichiuris trichiura. Infeksi penyebaran terluas di daerah tropis dan subtropis, dengan
jumlah terbanyak di sub-Sahara, Afrika, Amerika, Cina, dan Asia Timur. Sekitar 2,4%
masyarakat dunia menderita kecacingan dan terinfeksi, sedangkan menurut Departemen
Kesehatan Indonesia pada tahun 2015 angka kejadian terinfeksi di Indonesia sekitar 28%
dari penduduk Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa masih tingginya infeksi yang
menyebabkan kecacingan di Indonesia.1
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang terkena cacingan yaitu :
Rendahnya tingkat sanitasi pribadi (perilaku hidup bersih sehat)
Kebiasaan cuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar (BAB)
Kebersihan kuku
Perilaku jajan disembarang tempat yang kebersihannya tidak diperhatikan
Perilaku BAB tidak di WC yang menyebabkan pencemaran tanah dan
lingkungan oleh feses yang mengandung telur cacing
Ketersediaan sumber air bersih
Visi Indonesia Sehat
Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah dirumuskan oleh Dep. Kes (1999)
menyatakan bahwa, gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan Kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandainya
oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah
Republik Indonesia.
Standar Kesehatan Indonesia
Berdasarkan teori oleh HL Blum, terdapat empat aspek standar kesehatan yaitu
gaya hidup, lingkungan, genetik, dan pelayanan kesehatan. Faktor aspek gaya hidup dan
lingkungan dapat dilakukan oleh individu dengan menjaga kesehatan dan faktor genetik
merupakan aspek yang tidak dapat diubah. Sedangkan untuk faktor pelayanan kesehatan
dapat diperoleh melalui rumah sakit maupun puskesmas atau praktik dokter. Kementerian
Kesehatan telah menetapkan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota berdasarkan Permenkes Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 yang meliputi
18 indikator.6
Berikut tabel 1 kegiatan program yang dapat dilakukan oleh puskesmas Batu Ampar
1. Kegiatan promosi kesehatan bertujuan guna meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat sebagai upaya pencegahan kecacingan. Puskesmas Batu Ampar dapat
melaksanakan penyuluhan kepada anak-anak maupun masyarakat sesuai dengan buku
pedoman pemberantasan kecacingan sebagai pengetahuan dan wawasan terhadap
penyakit kecacingan.
2. Surveilans kecacingan dapat diperoleh dengan cara aktif dan pasif, data yang
diperoleh dari puskesmas Batu Ampar sekitar 20% murid sekolah dasar yang tampak
pucat, lemah, letih, dan lesu. Berdasarkan hasil pemeriksaan tinja yang dilakukan
secara acak didapatkan sebanyak 40% murid sekolah tersebut menderita kecacingan.
Hal ini dapat disebabkan oleh faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan perilaku
anak-anak.
3. Program pengendaliaan risiko bertujuan mengendalikan faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kecacingan. Puskesmas Batu Ampar perlu melaksanakan kegiatan
seperti pemberian dan pembuatan jamban di tiap rumah yang belum memiliki jamban
pribadi. Pengendalian ini sebagai upaya memperhatikan kebersihan individu terutama
anak-anak yang mudah terserang penyakit kecacingan dengan memperbaiki sanitasi
lingkungan agar terjaga kebersihannya.14
Tabel 2 Pengetahuan mengenai tanda kecacingan, cara penularan, dan infeksi1
No Pengetahuan Ciri-Ciri
Kurus
Lemas/ lesu
Pucat/kurang darah
4. Penanganan penderita
Selama ini penanganan penderita kecacingan dengan fasilitas alat dan sarana yang
kurang cukup memadai. Adanya pasien anak sekolah dasar yang terinfeksi
kecacingan disebabkan kurang efektifnya penyelenggaraan pendidikan kesehatan usia
dini di sekolah-sekolah dan puskesmas. Penanganan didasarkan pada penemuan
laporan pasien dan sampel tinja. Oleh karena itu perlunya fasilitas alat dan sarana
guna mendukung pemberantasan kecacingan.14
5. Pemberian obat cacing secara massal
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2017
tentang penanggulangan kecacingan menyebutkan bahwa penemuan kasus cacingan
dilakukan secara aktif melalui penjaringan anak sekolah dasar dan secara pasif
melalui penemuan kasus laporan pasien yang berobat di puskesmas atau fasilitas
kesehatan dengan pemeriksaan sampel tinja.8 Puskesmas Batu Ampar dapat
merencanakan pelaksanaan program dengan pemberian obat secara massal pada anak-
anak secara berkala. Pemberiaan obat cacing yang dipilih menurut buku pedoman
kesehatan yaitu albendazole dengan dosis 400 mg yang memiliki efektivitas paling
baik diantara obat cacing lainnya.
Pencegahan Primer
Salah satu jenis media promosi kesehatan yang dapat dilakukan dengan buku
saku. Buku saku dapat berisikan materi tentang penyakit cacingan yang disajikan dalam
bentuk gambar dan Bahasa yang sederhana mungkin sehingga dapat dipahami anak
sekolah dasar. Selain isi materi yang mudah dipahami, buku saku harus dibuat dengan
mempertimbangakan segi kebermanfaatan dari sebuah promosi kesehatan dengan
memberikan sasaran mudah mengingat pesan yang disampaikan pada buku saku
tersebut.11
Puskesmas
Puskesmas adalah salah satu pelayanan strata pertama yan bergerak dalam bidang
pelayanan kesehatan masyarakat.1 Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat,
membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh
dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.1
Puskesmas memiliki beberapa fungsi yaitu :
Setelah dilakukan berbagai program dari puskesmas dan penyelenggaraan kesehatan usia
dini di sekolah. Hubungan keterkaitan program tersebut dengan paradigma kesehatan
dapat mengubah pola pikir, cara pandang, perbedaan sikap dalam menyikapi dan memilih
tindakan terhadap fenomena yang ada terkait penyakit kecacingan. Orang akan
melakukan pencegahan tentang kecacingan apabila ia tahu tujuan dan manfaatnya bagi
kesehatan. Perbedaan sikap tentang kecacingan sebelum dan setelah mengikuti
penyuluhan maupun melihat melalui media promosi kesehatan akan berbeda. Perbedaan
tersebut sebab sikap individu dalam menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung
jawab terhadap kepeduliaan kesehatannya. Pada anak cenderung untuk berhati-hati dan
melakukan pencegahan ketika berada di lingkungan luar. 15
TRIAS UKS :
Pendidikan kesehatan
Pelayanan kesehatan
Pembinaan lingkungan sekolah sehat
Tujuan UKS :
Memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat kesehatan
anak sekolah yang mencakup :
II. Kesimpulan
Kecacingan merupakan penyakit endemik dan sering terjadi yang diakibatkan
oleh cacing-cacing parasit yang berada dalam tubuh manusia dan cenderung tidak
mematikan namun dapat berakibat menurunnya kondisi gizi serta menggerogoti
kesehatan manusia. Beberapa program yang dapat dilakukan untuk menangani kasus di
puskesmas Batu Ampar yaitu : (1) promosi kesehatan, (2) surveilans kecacingan, (3)
pengendalian faktor risiko, (4) penanganan penderita, dan (5) pemberian obat pencegahan
massal. Selain itu, program penyelenggaraan pendidikan kesehatan dapat dilakukan di
sekolah melalui Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Promosi Kesehatan merupakan salah
satu upaya penting dan pencegahan utama dalam mengatasi penyakit cacingan pada usia
anak.
Berdasarkan dari skenario tersebut dapat disimpulkan bahwa karena kurangnya
pemahaman masyarakat terkait penyakit cacingan dan kurangnya kesadaran dari
masyarakat untuk membersihkan lingkungan tempat tinggal mereka yang menyebabkan
reservoir dari telur cacing tersebut yaitu tanah yang lembab dan subur sehingga vektor
pembawa penyakit tersebut yaitu nyamuk dapat membawanya hingga ke agentnya yaitu
manusia yang mana dalam kasus ini adalah murid-murid Sekolah Dasar. Hal ini terjadi
karena kurang efektifnya penyuluhan yang di berikan oleh Puskesmas yang
menyebabkan masyarakat pun menjadi tidak paham
Maka dari itu, puskesmas sebaiknya memberikan pendidikan kesehatan secara
rutin dan menerapkan kegiatan UKS di lingkungan sekolah dengan memperhatikan
aspek promotif, preventif, managemen, serta kuratif dan rehabilitatif sehingga sasaran
dari UKS pun dapat tercapai.
9. Pratiwi EE, Sofiana L. Kecacingan sebagai Faktor Risiko Kejadian Anemia pada
Anak. J Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2019 Nov;14(2):1-6. Available
from :https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi
14. Wahyuni D, Kurniawati Y. Prevelensi Kecacingan dan Status Gizi pada Anak
Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Penida (NP) III, Klungkung Bali. J
Ilmiah Kesehatan; 2018 Sept;10(2):130-136. Available from :
http://journal.thamrin.ac.id/index.php/index/index
15. Fridayanti DV, Prameswari GN. Peran UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dalam
Upaya Penanggulangan Obesitas pada Anak Usia Sekolah. Journal of Health
Education; 2016 Agust;1(2):9-14. Available from :
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu
16. Ahmad A, Adi S, Gayatri RW. Pengembangan Buku Saku sebagai Media Promosi
Kesehatan Tentang Cacingan yang Ditularkan Melalui Tanah pada Siswa Kelas IV
SDN 01 Kromengan Kabupaten Malang. Journal of Public Health; 2017 Juni;2(1):1-
25. Available from : https://www.researchgate.net/publication/339098776
17. Wantini S. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Infeksi Kecacingan pada siswa
SDN 2 dan SDN 3 Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota
Bandar Lampung. J Analis Kesehatan; 2013 Maret;2(1):203-209. Available from :
https://core.ac.uk/download/pdf/236060737.pdf