Anda di halaman 1dari 49

PHBS melalui budaya cuci tangan

LATAR BELAKANG:

Kesehatan adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini dapat dicapai
dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), salah satu diantaranya adalah
mencuci tangan menggunakan sabun. Dengan pembiasaan perilaku hidup bersih dan
sehat tentu saja dapat mengoptimalkan kesehatan masyarakat. Cuci tangan pakai
sabun merupakan salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari-
jemari menggunakan air dan sabun dalam rangka memutuskan mata rantai kuman,
menyuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan
penyakit, hal ini dilakukan karena tangan sering kali menjadi agen yang membawa
kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain baik
dengan kontak langsung ataupun tidak langsung. Cuci tangan pakai sabun dengan air
mengalir dapat mencegah penyakit diare, infeksi saluran pernafasan atas, hepatitis A,
kecacingan, penyakit kulit dan mata.
Terdapat 5 waktu penting cuci tangan pakai sabun, yaitu:
1. Sebelum makan
2. Setelah BAB
3. Sebelum menjamah makanan
4. Sebelum menyusui
5. Setelah beraktifitas

6 langkah cuci tangan yang benar yaitu :


1. Basahi tangan, gosok sabun pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua
telapak tangan secara lembut dengan arah memutar 
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan. Bilas dengan air
bersih dan keringkan
PERMASALAHAN:
Perilaku cuci tangan pakai sabun yang tidak benar masih banyak ditemukan di
lingkungan masyarakat. Dibutuhkan kesadaran akan pentingnya perilaku sehat cuci
tangan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai langkah preventif pencegahan
berbagai penyakit. Apa lagi sejak dunia dihebohkan dengan munculnya pandemi
COVID-19 pada Desember 2019, hingga kini virus ini masih menjadi permasalahan
global. Diharapkan dengan adanya penyuluhan kesehatan mengenai cuci tangan ini
mampu menjadikan perilaku masyarakat menjadi bersih dan sehat sehingga dapat
menghindarkan masyarakat dari berbagai penyakit.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


1. Melakukan sosialisasi tentang perilaku hidup sehat, yaitu mencuci tangan yang baik
dan benar untuk meningkatkan perilaku masyarakat yang bersih dan sehat
2. Memberikan informasi mengenai pentingnya mencuci tangan yang dapat
menghindarkan masyarakat dari berbagai penyakit.
3. Memberi contoh kepada masyarakat gerakan 6 langkah mencuci tangan yang baik
dan benar
4. Mengajak masyarakat untuk ikut mempraktekan gerakan 6 langkah mencuci tangan
yang baik dan benar.

PELAKSANAAN

Waktu : 19 Agustus 2021


Tempat : Posyandu Kalidam.
Jumlah Peserta : 13 Ibu dari Balita peserta posyandu, kader desa

Proses pelaksanaan : Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan kondusif, para


peserta mengikuti materi yang disampaikan dan memerhatikan langkah-
langkah mencuci tangan dengan baik. Selanjutnya peserta ikut mempraktekan
cuci tangan dengan baik dan benar.

EVALUASI DAN MONITORING

Kegiatan berjalan dengan baik. Peserta mengikuti penyuluhan dengan antusias.


Peserta mampu mengulang kembali 6 langkah mencuci tangan dengan baik dan benar.
PENYULUHAN BULAN VITAMIN A

LATAR BELAKANG:

Pertumbuhan balita merupakan masa-masa yang wajib diperhatikan untuk


menciptakan generasi yang sehat dan cerdas. Oleh karena itu, pemerintah
mengadakan Program Pemberian Kapsul Vitamin A untuk bayi dan balita. Vitamin A
merupakan salah satu zat gizi mikro yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati,
mempunyai manfaat yang sangat penting bagi tubuh manusia namun tidak dapat
dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar (essensial). Balita mengalami
siklus pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat gizi yang lebih besar
dibanding dengan kelompok umur yang lain, sehingga balita lebih rentan mengalami
masalah gizi. Penyebab kondisi tersebut antara lain karena pada saat fase balita terjadi
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, disamping itu balita juga biasanya
memiliki gangguan nafsu makan, serta mendapat asupan zat gizi yang tidak sesuai
kuantitas atau kualitasnya. Vitamin A diberikan pada balita bermanfaat untuk
menurunkan angka kebutaan dan angka kesakitan, karena Vitamin A dapat
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare, ISPA
dan bermanfaat untuk kesehatan mata dan membantu proses pertumbuhan.
Vitamin A diberikan pada bulan Februari dan Agustus, dengan sasaran pemberian
kapsul vitami A sebagai berikut:

 Umur 6 – 11 bulan diberikan kapsul vitamin A 100.000 SI (warna biru)

 Umur 12 – 59 bulan diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI (warna merah)

PERMASALAHAN:
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya dan manfaat pemberian
vitamin A
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sumber makanan yang mengandung
vitamin A
3. Kurangnya informasi masyarakat tentang jadwal pemberian vitamin A
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Memberikan materi mengenai sumber makanan yang mengandung vitamin A


2. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya dan manfaat pemberian vitamin A
pada balita
3. Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya seputar pemberian vitamin
A
4. Pemberian vitamin A di tempat pada balita sesuai dosis berdasarkan usia

WAKTU
Waktu : 19 Agustus 2021
Tempat : Posyandu, Kalidam
Jumlah Peserta : 13 Ibu dari Balita peserta posyandu. Kader desa

Proses pelaksanaan : Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan baik.


Penyuluhan diawali dengan pemberian materi mengenai pemberian vitamin A
dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Setelah itu langsung dilakukan
pemberian vitamin A dengan dosis sesuai usia di tempat.

MONITORING
Kegiatan berjalan dengan baik. Peserta mengikuti penyuluhan sampai selesai
dan peserta sangat antusias bertanya mengenai vitamin A saat sesi tanya jawab
dibuka.
PENYULUHAN HIPERTENSI

LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia. Hipertensi
adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolik sedikitnya 90 mmHg. Menurut WHO tahun 2012, hipertensi menjadi
kontributor paling penting untuk penyakit jantung dan stroke yang bersama-sama
menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomor satu. Hipertensi diperkirakan
mempengaruhi satu atau lebih dari tiga orang dewasa berusia 25 tahun ke atas,
atau sekitar satu miliar orang di seluruh dunia (WHO 2012). Hipertensi adalah
kondisi di mana tekanan darah di arteri mengalami peningkatan. Tekanan darah tinggi
biasanya tidak menimbulkan gejala. Hipertensi merupakan penyebab kematian
nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, dimana proporsi kematiannya mencapai
6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia (Kemenkes, 2013).
Penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan sebesar 15 juta tetapi hanya 4%
penderita hipertensi yang terkendali, yaitu mereka yang tahu bahwa mereka
menderita hipertensi dan sedang menjalani pengobatan, sedangkan 50% penderita
hipertensi tidak menyadarinya sehingga berpeluang mengalami kondisi yang lebih
berat.

PERMASALAHAN:
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang apa itu hipertensi
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya mengendalikan
hipertensi
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gaya hidup yang dapat memengaruhi
kondisi hipertensi
4. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana mencegah hipertensi
5. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai gejala hipertensi
6. Ketidakpatuhan masyarakat sebagai penderita hipertensi dalam berobat
mengonsumsi obat antihipertensi, sehingga banyak yang tidak melanjutkan
pengobatan apabila obat habis atau tekanan darah turun.
7. kurangnya pengetahuan mengenai bahaya dan komplikasi apabila tekanan darah
tidak terkontrol
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Memberikan materi mengenai definisi hipertensi, pentingnya mengendalikan faktor


risiko, melakukan pencegahan, mengenali gejala, dan penatalaksanaan hipertensi, dan
menjelaskan bahaya serta kompilasi hipertensi.
2. Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya seputar hipertensi
3. Melakukan pemeriksaan tekanan darah peserta
4. Memberikan edukasi terkait hasil pemeriksaan tekanan darah

WAKTU
Waktu : 19 Agustus 2021
Tempat : Posyandu, Kalidam
Jumlah Peserta : 13 Ibu dari Balita peserta posyandu. Kader desa

Proses pelaksanaan: Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan baik.


Penyuluhan diawali dengan pemberian materi mengenai hipertensi, kemudian
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Setelah itu dilakukan pemeriksaan
tekanan darah dan edukasi hasil pemeriksaan.

MONITORING
Kegiatan berjalan dengan baik dan tertib. Peserta menyimak pemberian materi
dengan baik dan diskusi berjalan lancar. Peserta sangat antusias bertanya
mengenai hipertensi.
1

11 September 2021

PENYULUHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH

LATAR BELAKANG
Demam berdarah dengue masih menjadi masalah kesehatan utama di
berbagai daerahdi dunia, terutama di negara-negara Asia. Data dari WHO
menunjukkan lebih dari 52%dari populasi berisiko DBD di seluruh dunia
tinggal di negara-negara Asia Tenggara. Penyebab utama DBD adalah akibat
perubahan iklim dan rendahnya kesadaran untuk menjaga kebersihan
lingkungan.
DBD merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan
wabah. Penularan DBD adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Habitat nyamuk ini adalah pada air-air yang bersih (kolam, bak air/mandi
terbuka). Cara Pemberantasan sarang nyamuk DBD dilakukan dengan cara
“3M” yaitu Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti
bak mandi, drum, dan lain-lain. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
seperti tempayan dan lain - lain. Kemudian, mengubur barang-barang bekas
yang dapat menampung air hujan. Selain itu ditambah dengan cara lain yang
disebut "3M Plus" , yaitu Mengganti air vas bunga, tempat minum burung
atau tempat lainnya yang sejenis minimal seminggu sekali, memperbaiki
saluran dan talang air yang tidak lancar / rusak, menutup lubang pada
potongan bambu / pohon dengan tanah, menaburkan bubuk Larvasida /
Abate, memelihara ikan pemakan jentik di bak penampung air, serta
Memasang kawat kasa. 

PERMASALAHAN
1. Pergantian musim menjadi penghujan meningkatkan angka kejadian penyakit
demam berdarah. Diharapkan dengan adanya penyuluhan ini akan mampu
menjadikan perilaku masyarakat menjadi bersih dan sehat sehingga dapat
menghindarkan masyarakat dari DBD.
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya DBD
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan DBD
4. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kebiasaan-kebiasaan yang dapat
menimbulkan sarang bagi nyamuk DBD

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


1. Melakukan penyuluhan tentang perilaku hidup sehat untuk mencegah DBD ,
materi yang disampaikan terdiri dari penjelasan apa itu DBD hingga
pencegahan yang dapat dilakukan setiap keluarga guna mencegah penyakit.
2. Memberikan edukasi dan memberi waktu bagi pasien untuk bertanya seputar
DBD

WAKTU
Waktu: 11 September 2021
Tempat : Posyandu ____
Jumlah Peserta: 30 Ibu dari Balita peserta posyandu. Kader desa

Proses pelaksanaan : Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan kondusif,


pemberian materi mengenai DBD dan PHBS dalam pencegahan DBD.
Dilanjutkan sesi tanya jawab.

MONITORING
Kegiatan berjalan dengan cukup baik. Peserta mengikuti pemberian materi
dengan baik dan diskusi berjalan lancar. Peserta antusias bertanya mengenai
pencegahan DBD.

9
COVID dan Penerapan Protokol Kesehatan

LATAR BELAKANG

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-


CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena
infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan
gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat,
hingga kematian. Severe acute respiratory syndrome corona virus 2 (SARS-
CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari
coronavirus yang menular ke manusia. Manifestasi klinis biasanya muncul
dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala umum infeksi
coronavirus antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam,
batuk dan sesak napas. Pada kasus yang berat dapat menyebabkan
pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.
Mengalahkan penyebaran dan penularan virus corona di dunia tidaklah mudah.
Beragam upaya terus dilakukan demi mengakhiri ancaman virus yang terus
menyerang. Di beberapa negara, termasuk Indonesia, pemerintah membuat
pendoman dan protokol kesehatan untuk menghadapi virus corona dengan 5M, yaitu
memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak,
menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi.

PERMASALAHAN

Melihat wabah penyakit COVID-19 merupakan kedaruratan kesehatan masyarakat


yang meresahkan dunia, maka diberikan penyuluhan agar masyarakat nantinya dapat
mengambil tindakan untuk mencegah penularan lebih jauh, mengurangi dampak
wabah ini dan mendukung langkah-langkah untuk mengendalikan penyakit ini

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Penyuluhan dilakukan dengan pemaparan secara lisan dan sesi tanya jawab mengenai
materi yang berisi tentang protokol kesehatan guna mencegah penyebaran COVID
19

10
PENATALAKSANAAN

Waktu: 11 September 2021


Tempat: Posyandu ___
Jumlah Peserta: 30 Ibu dari Balita peserta posyandu. Kader desa

Proses pelaksanaan : Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan kondusif, pemberian


materi mengenai COVID-19 dan protokol, kemudian dilanjutkan sesi diskusi.

MONITORING

Penyuluhan berjalan dengan lancar serta mendapat antusiasme peserta. Sesi tanya
jawab juga berjalan dengan baik.

11
11 September 2021
Pencegahan Balita Gizi Buruk

LATAR BELAKANG
Persoalan gizi dalam pembangunan kependudukan masih merupakan persoalan yang
dianggap menjadi masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia,sehingga
persoalan ini menjadi salah satu poin penting yang menjadi kesepakatan global
dalam Millenium Development Goals (MDGs).
Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umur
(BB/U) < -3 SD. Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan
zat gizi atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa
berupa protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses
terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu gizi buruk karena kekurangan protein (kwashiorkor), karena kekurangan
karbohidrat atau kalori (marasmus) dan kekurangan kedua-duanya (marasmus-
kwashiorkor). Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi
pemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor resiko. Faktor penyebab gizi buruk
dapat berupa penyebab tak langsung seperti kurangnya jumlah dan kualitas makanan
yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan, menderita penyakit
kanker dan penyebab langsung yaitu ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku dan
pelayanan kesehatan.

PERMASALAHAN

Nutrisi memegang peranan penting dalam perkembangan seorang anak,


terutama di usia 1-2 tahun, dimana seorang anak akan mulai makan makanan padat
dan menerima rasa serta tekstur makanan yang baru. Selain itu usia balita adalah usia
kritis dimana seorang anak akan bertumbuh dengan pesat baik secara fisik maupun
mental. Di masa balita, dibutuhkan nutrisi dari berbagai sumber dan makanan.
Kebutuhan balita akan makanan dan nutrisi tergantung dari usia, besar tubuh dan
tingkat aktivitas balita itu sendiri. Nutrisi yang tepat dan lengkap akan memberikan
dampak yang positif bagi tumbuh kembang otak dan juga fisik. Balita yang kurang
terpenuhi kebutuhan nutrisinya dapat mengakibatkan dampak negatif bagi balita itu

12
sendiri seperti kejadian gizi buruk dan gizi buruk.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


1. Melakukan pemaparan materi tentang gizi buruk yang terdiri atas penjelasan apa
itu gizi buruk, penyebab gizi buruk, hingga pencegahannya.
2. Memberikan edukasi dan melakukan sesi diskusi untuk bertanya seputar gizi balita
3. Melakukan skrining pertumbuhan (ukur panjang/ tinggi badan, timbang berat
badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan)
4. Memberikan waktu kepada ibu untuk melakukan konsultasi secara personal
mengenai gizi balita

PENATALAKSANAAN

Waktu: 11 September 2021


Tempat: Posyandu ___
Jumlah Peserta: 30 Ibu dari Balita peserta posyandu. Kader desa

Proses pelaksanaan : Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan baik. Pemberian


materi mengenai gizi buruk, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan status
pertumbuhan balita serta konsultasi personal antara ibu dan dokter.

MONITORING

Monitoring dan evaluasi kegiatan dilihat dari Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita. Jika
anak belum mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya, ibu terus dimotivasi dan
diberikan penyuluhan mengenai gizi balita, jenis dan cara pemberian makanan.

13
28 Agustus 2021- Teh Hana

F.2 UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN


Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

LATAR BELAKANG

Derajat kesehatan adalah unsur penting dalam upaya meningkatkan Indeks


Pembangunan Manusia di Indonesia. Derajat kesehatan bukan hanya ditentukan oleh
pelayanan kesehatan, tetapi kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat memegang
peranan penting. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan
kegiatan perilaku seseorang dalam kegiatan sehari-hari dengan berpedoman pada
perilaku yang sehat. PHBS meliputi PHBS di Rumah Tangga, di Sekolah, Tempat
Kerja, Tempat Umum, dan Rumah Sakit atau Fasilitas Kesehatan. Evaluasi
keberhasilan pembinaan PHBS dilakukan dengan melihat indikator PHBS di tatanan
rumah tangga mengingat rumah tangga adalah lingkup utama yang menyusun
masyarakat secara keseluruhan.
Kegiatan penyuluhan PHBS, yang secara khusus membahas 10 Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga yang meliputi persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita,
menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan
jamban sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari,
melakukan aktivitas fisik setiap hari, serta tidak merokok di dalam rumah, dapat
memberikan manfaat yang besar tidak hanya di lingkup rumah tangga, tetapi juga di
masyarakat. Kegiatan penyuluhan PHBS diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai PHBS termasuk manfaatnya sehingga dapat
memotivasi pelaksanaan PHBS.

PERMASALAHAN

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


(PHBS)
2. Kurangnya kesadaran masyarakat akan manfaat PHBS

14
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penerapan 10 PHBS di Rumah
Tangga

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


1. melakukan pemaparan mengenai materi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
meliputi pengertian PHBS secara umum, ruang lingkup PHBS, pengertian dan
manfaat PHBS Rumah Tangga, dan sepuluh PHBS di Rumah Tangga
2. melakukan sesi diskusi terkait PHBS

PELAKSANAAN

Waktu: 28 Agustus 2021


Tempat: Posyandu ___
Jumlah Peserta: 14 Ibu dari Balita peserta posyandu. Kader desa
Proses pelaksanaan : Pelaksanaan penyuluhan dimulai dari pemberian materi
mengenai PHBS, lalu dilanjut dengan sesi tanya jawab.

MONITORING

Mayoritas peserta menyatakan bahwa hal yang masih sering lupa adalah cuci tangan
pakai air dan sabun dengan 6 langkah cuci tangan.
Materi yang dipaparkan dapat tersampaikan dengan baik. Peserta antusias
mendengarkan penyampaian materi dan aktif dalam sesi tanya jawab

15
16
28 Agustus 2021-teh hana

F4. Diet pada Penderita Diabetes Mellitus

LATAR BELAKANG

Diabetes mellitus (DM) merupakandapat menyebabkan komplikasi kronik pada


mata, ginjal, pembuluh darah, dll. Menurut WHO kenaikan jumlah penduduk dunia
yang terkena penyakit diabetes semakin mengkhawatirkan. Beberapa faktor yang
memegang peranan penting dalam meningkatnya kasus penderita DM adalah pola
makan, kebiasaan konsumsi makanan siap saji dengan kandungan berenergi tinggi,
lemak dan sedikit serat yang dapat memicu diabetes mellitus.
Salah satu cara untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi dan menjaga agar DM
tetap terkontrol adalah dengan cara penerapan kepatuhan diet DM, karena salah satu
faktor untuk menstabilkan kadar gula dalam darah menjadi normal dan mencegah
terjadinya komplikasi adalah dengan cara mematuhi diet.

PERMASALAHAN

1. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit umum di masyarakat yang


terus meningkat prevalensinya
2. Kurangnya pemahaman mengenai pola makan yang tepat pada penderita
Diabetes Mellitus
3. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang bagaimana pencegahan Diabetes
Mellitus dan faktor yang menjadi resiko penyakit Diabetes Mellitus

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


5. Menjelaskan informasi tentang bagaimana Pola Makan yang Tepat pada penderita
Diabetes Mellitus
6. melakukan sesi tanya jawab baik oleh presentator (untuk menilai pemahaman
masyarakat setelah dilaksanakannya penyuluhan) untuk menanyakan hal-hal yang
dirasa belum jelas, maupun pada masyarakat

17
PENATALAKSANAAN

Waktu: 28 Agustus 2021


Tempat: Posyandu ___
Jumlah Peserta: 14 Ibu dari Balita peserta posyandu. Kader desa

Proses pelaksanaan : Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik.


Pemberian materi mengenai pola diet pada penderita DM, lalu dilanjut dengan sesi
tanya jawab antara dokter dan masyarakat.

MONITORING

Penyuluhan berjalan dengan baik. Masyarakat dapat mengerti mengenai pola makan
yang tepat untuk penderita Diabetes Mellitus. Sebagian besar masyarakat yang hadir
dalam penyuluhan ini aktif dalam mengajukan pertanyaan, terutama mengenai
bagaimana pengaturan dan pemilihan bahan makanan yang dapat diberikan pada
pasien Diabetes Mellitus. Secara keseluruhan kegiatan penyuluhan ini berjalan
dengan lancar.

18
28 Agustus 2021

F4. Penyuluhan Status Gizi Balita

LATAR BELAKANG
Status gizi menjadi salah satu faktor yang menentukan kualitas tumbuh
kembang seseorang yang berpengaruh terhadap kualitas sumber daya
manusia. Status gizi masyarakat sering digambarkan dengan besaran masalah
gizi pada kelompok anak balita. Kekurangan gizi pada balita dapat
menyebabkan terganggunya pertumbuhan fisik dan perkembangan mental
serta kecerdasan, bahkan dapat menjadi penyebab kematian.
Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2013, prevalensi balita kurus secara
nasional sebesar 12,1% mengalami penurunan dibanding data Riskesdas 2010
sebesar 13.3 %. Berdasarkan tingkat beratnya masalah gizi menurut WHO,
masalah gizi kurus Indonesia masih tergolong tinggi.
Ada berbagai cara melakukan penilaian status gizi. Salah satunya adalah dengan
pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan antropometri. Pengukuran
antropometri yang dapat digunakan antara lain: berat badan (BB), panjang
badan (PB) atau tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LILA), lingkar kepala
(LK), lingkar dada (LD), dan lapisan lemak bawah kulit (LLBK). Indikator
ukuran antropometri digunakan sebagai kriteria utama untuk menilai kecukupan
asupan gizi dan pertumbuhan bayi dan balita. Dalam penilaian status gizi,
antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variable
lain, seperti: berat badan menurut umur (BB/U), panjang badan atau tinggi
badan menurut umur (PB/U atau TB/U), berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) dan lain-lain

PERMASALAHAN

1. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang status gizi anaknya


2. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya status gizi
3. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang cara melakukan penilaian status gizi

19
4. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membawa balita ke posyandu

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Dilakukan penyuluhan mengenai materi status gizi, pengaruh status gizi terhadap
pertumbuhan dan perkembangan, cara penilaian status gizi, dan cara menjaga status
gizi anak tetap baik, serta pentingnya pemeriksaan setiap bulan ke posyandu untuk
mencatat pertumbuhan dan perkembangan balita. Kemudian dilakukan penilaian
status gizi menggunakan standar WHO yaitu Z-Score. Bayi diukur dan kemudian
dicocokkan dengan kurva WHO sesuai dengan jenis kelamin dan umurnya. Setelah
itu dilakukan interpretasi kategori status gizi berdasarkan indeks tersebut terhadap
ambang batas/Z-Score (BB/U, PB/U, BB/PB).

PENATALAKSANAAN

Waktu: 28 Agustus 2021


Tempat: Posyandu ___
Jumlah Peserta: 14 Ibu dari Balita peserta posyandu. Kader desa

Proses pelaksanaan : Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan baik. Penyuluhan


dimulai dari pemberian materi mengenai status gizi balita, dilanjutkan dengan sesi
tanya jawab. Kemudian dilakukan pengukuran berat badan dan panjang badan/ tinggi
badan yang selanjutnya dinilai status gizi menggunakan standar WHO yaitu Z-Score
dan interpretasi. lalu dilanjut konsultasi secara personal

MONITORING

Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan kondusif, pemberian materi


mengenai status gizi balita disambut dengan antusias. Selain itu, para orang
tua sangat semangat mengajukan pertanyaan saat sesi tanya jawab dan
konsultasi secara personal.

20
21
Konseling Kontrasepsi

LATAR BELAKANG

Program Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk mencapai
kesejahteraan keluarga. Kontrasepsi merupakan teknik untuk menjarangkan
kehamilan atau membatasi kehamilan. Keberhasilan pemakaian kontrasepsi
merupakan salah satu bukti keberhasilan program Keluarga Berencana (KB)
Nasional. Program KB memiliki peranan dalam menurunkan risiko kematian ibu
melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan serta menjarangkan
kehamilan dengan sasaran adalah Pasangan Usia subur (PUS).

Konseling kontrasepsi ini merupakan hal yang penting dalam pelayanan


Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling
berarti membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan
digunakan sesuai dengan tujuan dan pilihan masing-masing peserta, sehingga dapat
merasa lebih puas.

PERMASALAHAN

1. Kurangnya pengetahuan mengenai tujuan kontrasepsi


2. Kurangnya pengetahuan mengenai manfaat kontrasepsi
3. kurangnya pengetahuan tentang alat-alat dan metode kontrasepsi
4. Kurangnya pengetahuan dalam membuat keputusan yang baik tentang pemilihan
alat kontrasepsi
5. Banyak masyarakat yang khawatir akan efek samping pemakaian kontrasepsi

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Dilakukan penyuluhan dan diskusi secara langsung dengan wanita usia reproduktif
yang telah menikah. Materi berfokus pada tujuan, manfaat, dan jenis kontrasepsi.
Diskusi dilakukan guna memantapkan peserta dalam pemilihan KB sesuai dengan
tujuan dan kondisi peserta.
-

22
PELAKSANAAN

Waktu: 4 September 2021


Tempat: Posyandu ___
Jumlah Peserta: 14 Ibu dari Balita peserta posyandu. Kader desa

Proses pelaksanaan :

Penyuluhan tentang kontrasepsi berisi definisi KB, tujuan dan manfaat KB, jenis-
jenis KB, pemilihan metode KB, kelebihan dan kekurangan masing-masing jenis KB.
Lalu dilanjut dengan sesi diskusi. Banyak peserta antusias bertanya dan membagi
kisahnya dalam menggunakan kontrasepsi.

MONITORING

Penyuluhan berjalan berjalan lancar dan interaktif. Masyarakat paham dengan materi
yang diberikan. Peserta terlihat aktif saat berdiskusi. Secara keseluruhan kegiatan
penyuluhan ini berjalan dengan lancar.

23
F2.Penyuluhan Bahaya ISPA

LATAR BELAKANG
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi
pada anak.ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai
gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga
tengah dan selaput paru. Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29
episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di
negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per
tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus
terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan
Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus
yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah
sakit. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya, sehingga hygiene lingkungan yang
kurang menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya angka kejadian ISPA.
ISPA menjadi masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian
bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.
Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur
kurang dari 2 bulan. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran
pernapasan bagian bawah. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya
bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak
diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.

PERMASALAHAN
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit ISPA
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya penyakit ISPA
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai cara penularan penyakit ISPA
4. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai gejala penyakit ISPA
5. Kurangnya pengetahuna masyarakat mengenai cara pencegahan penyakit ISPA

24
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
1) Dilakukan pemberian edukasi secara langsung mengenai Pengertian ISPA, penyebab
ISPA, gejala ISPA, penularan ISPA, dan pencegahan ISPA
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya saat sesi diskusi
3) Mengajukan pertanyaan untuk menilai pengetahuan peserta terkait edukasi yang telah
disampaikan
4) Menyimpulkan materi yang telah disampaikan

PELAKSANAAN

Waktu: 4 September 2021


Tempat: Posyandu ___
Jumlah Peserta: 14 Ibu dari Balita peserta posyandu. Kader desa

Proses pelaksanaan :

Penyuluhan ini dilakukan secara langsung. Adapun materi yang disampaikan terkait
pengertian,gejala, cara penularan, dan cara pencegahan penyakit ISPA. Setelah itu
dilanjut dengan sesi diskusi. Banyak peserta antusias

MONITORING

Penyuluhan berjalan berjalan lancar dan interaktif. Masyarakat paham dengan materi
yang disampaikan. Selain dari faktor lingkungan rumah yang menjadi salah satu
penyebab meningkatnya prevalensi penyakit ISPA, adanya perokok di dalam rumah
menjadi hal yang harus dipikirkan. Secara keseluruhan kegiatan penyuluhan ini
berjalan dengan baik.

25
F6. SKABIES

LATAR BELAKANG

Skabies adalah infestasi kulit manusia disebabkan oleh penetrasi parasit


tungau Sarcoptes scabiei var. hominis ke dalam epidermis. Skabies adalah masalah
seluruh dunia dan segala usia, ras dan kelompok sosial ekonomi yang rentan.
Di Indonesia skabies lebih dikenal dengan nama gudik, kudis, buduk, kerak,
penyakit ampere, dan gatal agogo. Faktor lingkungan mempercepat penyebaran
meliputi kepadatan penduduk, pengobatan yang terlambat kasus primer, dan
kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kondisi tersebut. Insiden yang lebih tinggi
terjadi pada daerah dengan kepadatan penduduk, sering berhubungan dengan
bencana alam, perang, depresi ekonomi dan tempat pengungsian. Skabies dapat
ditularkan langsung melalui kontak pribadi yang dekat, seksual atau lainnya, atau
tidak langsung melalui transmisi melalui benda-benda. Prevalensi lebih tinggi pada
anak dan pada orang yang aktif secara seksual. Pada umumnya infestasi
penyebarannya terjadi antara anggota keluarga dan orang yang dekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup
beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang
telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3
milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva
yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi
dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari
telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.

Penularan skabies dapat terjadi karena kontak langsung (Kulit dengan kulit, tidur
bersama dan hubungan seksual) maupun kontak tidak langsung (melalui benda
misalnya pakaian handuk, sprei, bantal dan lain - lain). Kelainan kulit yang
menyerupai dermatitis tersebut sering terjadi lebih luas dibandingkan lokasi tungau

26
dengan efloresensi dapat berupa papul, nodul, vesikel, urtika dan lainnya. Akibat
garukan yang dilakukan oleh pasien dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta hingga
terjadinya infeksi sekunder.

Tatalaksana skabies adalah sebagai berikut

a. Umum: jaga kebersihan perseorangan / keluarga


b. Khusus :
1. Salep 2-4. Mengandung asam salisilat 2% dan sulfur 4%. Obat ini
bekerja sebagai antiskabies berdsarkan kemampuan sulfur untuk
membunuh tungau, tetapi kurang efektif terhadap stadium telur
sehingga penggunaannya tidak boleh kurang dari tiga hari. Asam
salisilat berfungsi sebagai antipruritus dismping untuk
mempermudah penetrasi sulfur. Diberikan 3 hari berturut-turut,
kemudian diulangi 1 minggu kemudian. Obat ini dapat diberikan
pada bayi berumur kurang dari dua tahun.
2. Emulsi benzyl benzoate 25 %. Dipakai hanya untuk orang dewassa
karena bersifat iritan. Obat ini sulit diperoleh dan kadang makin
gatal setelah dipakai. Obat ini bekerja dengan membunuh larva dan
tungau sehingga efektif terhadap semua stadium. Diberikan 3 hari
berturut-turut, kemudian diulangi 1 minggu kemudian.
3. Permetrin 5%. Dipertimbangkan sebagai drug of choice. Permetrin
dengan kadar 5% dalam krim kurang toksik dibandingkan
gameksan, efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus
setelah 8-14 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu.
Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 tahun.
4. Gama Benzana Heksa Klorida kadarnya 1 % dalam krim atau lotio,
termasuk obat pilihan karena efektif pada semua stadium, mudah
digunakan dan jarang menimbulkan iritasi. Obat ini tidak
dianjurkan pada anak kurang dari 6 tahun dan wanita hamil karena
toksis terhadap SSP. Pemberian cukup sekali, jika tidak sembuh
diulangi setelah seminggu.
5. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat

27
pilihan, memeiliki efek sebagai antiskabies dan antigatal, namun
harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
Apabila setelah diobati pasien masih memiliki lesi dan rasa gatal yang
menetap, hal itu dapat terjadi karena :
1. Iritasi oleh obat-obat antiskabies karena pasien secara kompulsif
memakainya berkali-kali atau mandi berkali-kali dengan sabun
yang iritatif
2. Reinfeksi dari teman atau anggota keluarga yang tidak diobati
3. Cara pemakaian obat antiskabies tidak tepat.
Pada pasien ini, diagnosis skabies ditegakkan dari gatal yang terjadi di
sela jari tangan, kaki, dan pantat sesuai predileksi skabies, pruritus nokturna,
dan terdapat anggota keluarga dengan keluhan serupa. Pasien diberikan krim
permethrin 5% untuk antiskabies dan antihistamin (CTM) untuk mengurangi
rasa gatalnya. Pasien juga diberi edukasi cara penggunaan obat dan hal-hal
yang harus dilakukan untuk mencegah infeksi ulang.

PERMASALAHAN

a. Identitas
Nama : Ny. S
Usia : 40 tahun
Alamat : Setapuk Kecil
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pemeriksaan :

b. Anamnesis
Keluhan utama :
Gatal di sela jari
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien diantar keluarganya ke Puskesmas dengan keluhan gatal di sela
jari kaki dan tangan. Gatal berlangsung sejak 3 hari yang lalu. Gatal

28
dirasakan khususnya pada malam hari. Di daerah gatal muncul bintil
yang kadang disertai air. Pasien belum berobat ke dokter sebelumnya,
hanya diberi minyak telon pada sela jari.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien pernah mengeluh penyakit serupa sebelumnya sekitar enam bulan
yang lalu. Pasien sudah berobat ke bidan dan diberi sejenis salep tetapi
keluhan tidak benar-benar hilang.
Riwayat penyakit keluarga :
Anak pasien menderita sakit yang sama.

c. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : Nadi : 90x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,7 C
Berat badan: 65 kg
Kepala : Mata CP (-/-), SI (-/-), bibir lembab
Leher : Kelenjar getah bening tak teraba
Thorax : Inspeksi simetris, perkusi sonor, auskultasi cor S1-S2
reguler, pulmo SDV (+/+) ST (-/-)
Abdomen : Datar, bising usus (+) normal, supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat
UKK : Papula dan vesikula menyebar di sela jari tangan dan
kaki, dan pantat

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Farmakologis : Krim permetrin 5% 1 tube 1 x 1 (malam hari, single dose)
Hidrokortison Salep Tube 1 3ddue (bagian yang gatal)
Chlorpheniramine maleat 3 x 1 tablet
Nonfarmakologis :
 Gunakan obat dengan tepat (mengoleskan salep mulai dari leher ke

29
bawah ke seluruh tubuh baik anggota badan yang gatal maupun tidak
gatal, didiamkan minimal 8 jam tidak terkena air, diulangi satu minggu
kemudian jika masih ada sisa salep).
 Cuci semua pakaian, handuk, seprai, dan selimut yang digunakan pasien
secara terpisah dengan air panas
 Jemur kasur
 Jangan menggunakan pakaian atau handuk bersamaan
 Anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa juga diobati

PELAKSANAAN

MONITORING

30
Osteoartritis

LATAR BELAKANG

Osteoarthritis (OA) juga dikenal sebagai artritis degeneratif atau penyakit sendi
degeneratif, adalah sekelompok kelainan mekanik degradasi yang melibatkan sendi,
termasuk tulang rawan artikular dan tulang subchondral. OA merupakan bentuk yang
paling umum dari artritis. Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi,
terutama pada orang tua. Selain itu, osteoarthritis ini juga merupakan
penyebab kecacatan paling banyak pada orang tua.

Osteoarthritis menyerang sendi-sendi tertentu. Sendi yang sering terkena


meliputi tulang belakang pada bagian servikal dan lumbosakral, pinggul, lutut,
dan sendi phalangeal metatarsal. Di tangan, OA juga sering terjadi pada sendi
interphalangeal distal dan proksimal dan pangkal ibu jari. Biasanya sendi-send
yang tidak rentan terkena OA adalah pergelangan tangan, siku, dan pergelangan
kaki. Terjadinya OA pada sendi-sendi yang telah disebutkan di atas
dimungkinkan karena sendi- sendi tersebut mendapat beban yang cukup berat
dari aktivitas sehari-hari seperti memegang/menggenggam benda yang cukup berat
(memungkinkan OA terjadi di dasar ibu jari), berjalan (memungkinkan OA di
lutut dan pinggul), dan lain sebagainya.

Osteoarthritis simptomatik (nyeri pada persendian yang didukung

gambaran radiologis OA) pada lutut terjadi sebesar 12% dari orang usia 60 di

Amerika Serikat dan 6% dari seluruh orang dewasa usia 30. OA panggul

simptomatik kira-kira sepertiga dari penyakit OA pada lutut. Sementara OA

asimtomatik (tidak menimbulkan gejala namun sudah dibuktikan dari

gambaran radiologis) pada tangan seringkali terjadi pada pasien usia lanjut.

Meski begitu, OA simptomatik di tangan juga terjadi pada 10% orang tua dan

sering menghasilkan keterbatasan fungsi gerak sendi.2,4

31
Prevalensi OA meningkat berbanding lurus dengan usia. Terlepas dari hal

tersebut, OA jarang terjadi pada orang dewasa di bawah usia 40 tahun dan

sangat lazim terjadi pada orang di atas usia 60 tahun. Penyekit ini juga jauh

lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.

32
F1. Edukasi Sikat Gigi yang Baik dan Benar

LATAR BELAKANG

Pentingnya perilaku menyikat gigi dengan benar haruslah diajarkan sejak dini,
karena perilaku menyikat gigi yang salah akan berdampak terhadap kesehatan gigi
dan mulut seseorang, salah satu dampak yang ditimbulkan adalah karies gigi.

World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa Indicator Health Global


Goal tentang status 3 kesehatan gigi dan mulut adalah memelihara kesehatan gigi dan
mulut dari sejak masa kanak-kanak, remaja hingga lansia. Kementrian kesehatan pun
menargetkan untuk menjadikan setiap anak bebas karies dan mampu memelihara
kesehatan gigi dan mulutnya sendiri dengan indikator capaian sebesar 90%. Oleh
karena itu, jika permasalahan tersebut tetap dibiarkan, akan semakin memperburuk
kondisi kesehatan gigi dan mulut anak tersebut.

Perilaku menggosok gigi pada anak harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
tanpa ada perasaan terpaksa. Kemampuan menggosok gigi secara baik dan benar
merupakan faktor yang cukup penting untuk perawatan kesehatan gigi dan mulut.
Keberhasilan menggosok gigi juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat,
metode menggosok gigi, serta frekuensi dan waktu menggosok gigi yang tepat

Anak pada umumnya belum mengerti pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Disitulah peran orang tua dan guru sangat dibutuhkan untuk menanamkan kebiasaan gigi
pada anak sejak usia dini, agar menjadi kebiasaan yang terbawa sampai anak dewasa. Oleh
sebab itu, upaya yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan melakukan
tindakan pencegahan dengan pemberian penyuluhan kepada orang tua.

PERMASALAHAN

Kesehatan gigi dan mulut perlu diperhatikan sejak dini. Kurangnya pengetahuan
orang tua tentang mengajarkan menyikat gigi pada anak yang menyebabkan anak
malas menyikat gigi yang akhirnya menyebabkan masalah oral hygiene. Masalah
utama yang terjadi, yaitu cara menyikat. dan merawat gigi yang kurang tepat,
sehingga mengakibatkan kerusakan gigi

33
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Dilakukan penyuluhan secara langsung kepada orang tua dan anak tentang oral
hygiene dan mengajarkan anak dan orang tua secara langsung gerakan cara menyikat gigi
yang baik dan benar. Sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan pengukuran pengetahuan orang
tua dengan menanyakan tentang orang hygiene secara random kepada orang tua.

PELAKSANAAN

Waktu: 4 September 2021


Tempat: Posyandu RW 3A Cimahi Tengah
Jumlah Peserta: 16 Ibu dari Balita peserta posyandu. Kader desa

Proses pelaksanaan :

Penyuluhan ini dilakukan secara langsung. Di awal penyuluhan, dilakukan


pengukuran pengetahuan orang tua dengan menanyakan secara random tentang oral
hygiene. Lalu dilanjut dengan melakukan penyuluhan secara langsung tentang
pentingnya kesehatan gigi dan mulut, penyebab kerusakan gigi, dan cara merawat
kesehatan gigi, terutama dengan menyikat gigi dengan baik dan benar. Setelah itu
dilakukan praktek bersama dengan anak dan orang utamengenai cara menyikat gigi
yang baik dan benar. Di akhir dilakukan sesi diskusi dan dilakukan kembali
pengukuran pengetahuan orang tua.

MONITORING

Penyuluhan berjalan berjalan baik dan lancar, serta interaktif. Dari hasil pengukuran
pengetahuan orang tua sebelum dan setelah pemberian materi dan melakukan praktek
cara menyikat gigi yang baik dan benar, mereka sudah paham dan mengerti tentang
kesehatan gigi dan mulut serta cara menjaganya. Secara keseluruhan kegiatan
penyuluhan ini berjalan dengan baik.

34
Penyuluhan Penyakit Tuberkulosis

LATAR BELAKANG

Tuberkulosis (TBC) adalah salah satu penyakit yang mematikan di dunia.


Penyakit ini disebabkan oleh kuman mikobakterium tuberkulosa yang ditemukan
pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882.
Satu pertiga dari populasi di dunia terinfeksi TB. Pada tahun 2015, 10,4 juta
orang di dunia menderita penyakit TB. Dan TB merupakan pembunuh nomer satu
orang yang terinfeksi HIV. (CDC, 2017). Berdasarkan data WHO Global Tuberculosis Report
2016 menyatakan bahwa Indonesia menempati posisi kedua dengan beban TB tertinggi di dunia
(WHO, 2016). TB di Indonesia juga merupakan penyebab nomor empat kematian setelah penyakit
kardiovaskular.

Modalitas terapi yang sampai saat ini dianggap relevan bagi penderita TBC
adalah dengan mengkonsumsi OAT (Obat Anti Tuberkulosis) yang terdiri dari
kombinasi Isoniazid, Streptomisin, Etambutol, dan Rifampisin. Namun, seiring
perkembangannya semakin banyak penderita TBC yang sudah resisten terhadap
pengobatan tersebut. Lamanya waktu dalam mengonsumsi obat menjadi alasan
banyak penderita yang akhirnya drop out dari pengobatan sebelum masa yang
ditentukan habis. Hal ini mengakibatkan prevalensi penderita TBC resisten obat
semakin meningkat. Bahkan WHO memperkirakan terdapat sekitar 425.000 kasus
resistensi TBC per tahunnya. Oleh sebab ini, peran serta masyarakat sangat dibutuhkan untuk
membantu menemukan kasus TB dan turut melakukan pengawasan terhadap pengobatan pasien TB
sampai sembuh, agar rantai penularan TB di Indonesia dapat dihentikan

PERMASALAHAN

-Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TBC dan bagaimana mengakses


pengobatan.

-Kurangnya kepedulian terhadap kesehatan diri sendiri sehingga upaya menemukan


TBC terlambat.

-Ketidakpedulian masyarakat terhadap penularan TBC

35
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Dilakukan penyuluhan/ edukasi tentang tuberkulosis kepada masyarakat dan kader
desa di Posyandu terkait penyakit tuberkulosis , pencegahan penyakit, dan
pengobatannya, kemudian dilanjut dengan sesi diskusi.

PELAKSANAAN

Waktu: 4 September 2021


Tempat: Posyandu RW 3A Cimahi Tengah
Jumlah Peserta: 16 Ibu dari Balita peserta posyandu. Kader desa

Proses pelaksanaan :

Penyuluhan ini dilakukan secara langsung tentang penyakit tuberkulosis, pengobatan,


serta pencegahannya. Di akhir penyuluhan dilakukan sesi diskusi dan tanya jawab.

MONITORING

Antusiasme masyarakat dalam memperhatikan materi penyuluhan cukup baik


dan kooperatif. Ketika diadakan sesi tanya jawab, ternyata cukup banyak
masyarakat yang belum mengerti tentang penyakit tubekulosis.

36
Penyuluhan Rumah Sehat

LATAR BELAKANG
Rumah yang bersih dan sehat merupakan faktor penting dalam kehidupan sebagai
upaya mencegah terjadinya penyakit. Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman
dan area sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No.
4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung,
dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi
kesehatan keluarga dan individu. (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).

Segitiga epidemiologi menggambarkan hubungan antara faktor-faktor yang


menentukan terjadinya penyakit, yaitu manusia sebagai tuan rumah (host), kuman
penyebab penyakit (agent) dan lingkungan (environment).
Dibutuhkan pengendalian faktor risiko lingkungan di rumah untuk mencegah
terjadinya penyakit dengan cara membangun rumah yang memenuhi syaratsyarat
kesehatan, yaitu memenuhi kebutuhan fisiologis, antara lain pencahayaan,
penghawaan, ruang gerak yang cukup dan terhindar dari gangguan kebisingan.
Memenuhi kebutuhan psikologis, antara lain privasi cukup, komunikasi yang sehat
antara anggota keluarga dalam rumah. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan
penyakit, antara lain penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah
tangga, bebas vektor penyakit, terlindungnya makanan dan minuman dari
pencemaran. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, antara lain
konstruksi yang kuat, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung menimbulkan
kecelakaan bagi penghuninya.
Visi Indonesia sehat 2015 diantaranya, menggunakan air bersih untuk kebutuhan
sehari-hari, menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan, membuang
sampah pada tempat yang disediakan, membuang air limbah pada saluran yang
memenuhi syarat, mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar.
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas penyediaan air bersih yang cukup,
pembuangan tinja, pembuangan air limbah (air bekas), pembuangan sampah, fasilitas
ruang berkumpul keluarga.
Dapat dikatakan bahwa rumah sehat merupakan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai
sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial,
sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu, keberadaan
perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat

37
terpenuhi dengan baik.

PERMASALAHAN
Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Rumah harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung
penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif. Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab
dari rendahnya taraf kesehatan  jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit,
karena rumah menjadi reservoir  penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan
hanya pada satu  rumah tetapi pada kumpulan rumah  (lingkungan  pemukiman). Rumah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit berbasis lingkungan, dimana
kecenderungannya semakin meningkat. Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan
penyebab utama kematian di Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit
berbasis lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh anak.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Dilakukan kegiatan berupa penyuluhan kepada masyarakat dan kader desa dengan
materi tentang Rumah sehat yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal rutin kegiatan
posyandu. Setelah itu dilakukan sesi diskusi mengenai permasalahan yang dihadapi
masyarakat dalam menciptakan rumah sehat.

PELAKSANAAN

Waktu: 28 Agustus 2021


Tempat: Posyandu
Jumlah Peserta: 14 Ibu dari Balita peserta posyandu. Kader desa
Proses pelaksanaan : Penyuluhan ini dilakukan secara langsung dengan materi berupa
pengertian sanitasi dan rumah sehat, syarat rumah sehat, dan manfaat serta
pentingnya rumah sehat. Selanjutnya dokter melontarkan beberapa pertanyaan untuk
melihat sejauh mana masyarakat mengerti dan paham terkait materi yang
disampaikan.

MONITORING.

Penyuluhan berjalan dengan baik dan lancar. Masyarakat antusias ketika diberikan
materi penyuluhan dan ketika sesi diskusi. Setelah ini diharapkan masyarakat dapat
memahami pentingnya lingkungan dan rumah yang sehat.

38
39
Penyuluhan Imunisasi Dasar
LATAR BELAKANG
Anak memperoleh kekebalan tubuh sejak di dalam kandungan dan diawali
dengan pemberian air susu ibu (ASI) saat lahir ke dunia. Namun diperlukan kekebalan
buatan guna melindungi dari berbagai penyakit infeksi dan menular. Imunisasi adalah
suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut
tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit menular yang
termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara
lain: TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, radang selaput otak,
dan radang paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai
penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian.
Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk
terhadap penyakit tertentu. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan kesehatan
tentang imunisasi untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya imunisasi
dasar agar orangtua membawa anaknya untuk imunisasi secara lengkap.

PERMASALAHAN
-Kurangnya pengetahuan orangtua tentang imunisasi dasar dan pentingnya imunisasi
bagi anak
-Kurangnya pengetahuan orangtua tentang manfaat imunisasi dan jenis penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi tersebut
-Kurangnya motivasi orangtua untuk membawa anaknya untuk imunisasi sesuai
jadwal imunisasi dasar

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Dilakukan penyuluhan secara langsung kepada masyarakat mengenai imunisas serta
dilanjutkan dengan diskusi terbuka agar para peserta dapat dengan mudah memahami
materi yang disampaikan. Target penyuluhan adalah ibu yang memiliki balita yang
dibawa ke posyandu sesuai dengan jadwal.

40
PELAKSANAAN
Waktu: 21 September 2021
Tempat: Posyandu
Jumlah Peserta: 14 Ibu dari Balita peserta posyandu. Kader desa
Proses pelaksanaan : Penyuluhan ini dilakukan secara langsung dengan materi
meliputi Kegiatan penyuluhan imunisasi balita mengiringi rangkaian penyuluhan
terkait lainnya, yaitu tentang ASI eksklusif dan gizi balita/makanan pendamping ASI.
Penjelasan mengenai imunisasi balita yang diinformasikan antara lain meliputi
pengertian imunisasi, menjelaskan tujuan imunisasi, menjelaskan penyakit yang dapat
dicegah dengan pemberian imunisasi, menjelaskan jenis-jenis imunisasi,
menjelaaskan jadwal pemberian imunisasi, cara pemberian imunisasi, waktu yang
tidak diperbolehkan untuk imunisasi, KIPI yang mungkin terjadi pada anak. Diakhir
penyuluhan dilakukan diskusi.

MONITORING

Secara umum penyuluhan ini berlangsung lancar dan tidak terdapat kendala yang
berarti. Pemberian materi penyuluhan ini dapat disampaikan dan diterima cukup baik
oleh masyarakat.

41
Penyuluhan Masa 1000 Hari Kehidupan

Masa 1000 HPK merupakan waktu yang sangat penting bagi tumbuh kembang
anak dan menentukan perkembangan kecerdasan secara jangka panjang. Masa 1000
hari pertama kehidupan (1000 HPK) terdiri atas 270 hari selama kehamilan dan 730
hari pada dua tahun pertama kehidupan buah hati. Fase ini disebut sebagai “Periode
Emas” karena pada masa ini terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat. Periode ini
akan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak hingga dewasa nanti.

Setelah lahir, dua tahun pertama merupakan masa yang sangat vital dalam
perkembangan kemampuan makan buah hati. Pada masa ini, perlu diperhatikan jenis
makanan, bentuk makanan, porsi, serta frekuensi makanan yang diberikan kepada
buah hati. Kurang gizi di periode ini akan mengakibatkan kerusakan atau
terhambatnya pertumbuhan yang tidak dapat diperbaiki dimasa kehidupan
selanjutnya. Cukup gizi selama dalam kandungan akan membuat janin tumbuh dan
lahir sebagai bayi yang sehat, kuat, dan sempurna dalam tiap fase perkembangan dan
pertumbuhannya. Bayi yang mendapat cukup gizi selama Periode Emas, termasuk
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) langsung setelah bayi dilahirkan, ASI Eksklusif sejak
usia 0 - 6 bulan, imunisasi lengkap, dan gizi cukup dengan makanan pendamping ASI
setelah usia 6 bulan, akan tumbuh menjadi balita yang sehat, kuat dan cerdas. Balita
sehat akan tumbuh menjadi anak usia sekolah yang aktif, tidak mudah sakit, cerdas
dan ceria. Apabila bayi tidak mendapatkan cukup gizi yang dibutuhkannya di periode
emas ini maka dapat menyebabkan pertumbuhan otak terhambat, sehingga anak
menjadi tidak cerdas, pertumbuhan jasmani dan perkembangan kemampuan anak pun
dapat terhambat pula sehingga anak menjadi pendek (stunting). Gizi yang kurang
juga mempengaruhi daya tahan tubuh anak sehingga anak menjadi lemah dan mudah
sakit.

Stimulasi dari lingkungan sekitar juga sangat penting pada 1000 HPK ini sejak
dalam kandungan hingga dua tahun pertama. Stimulasi harus dilakukan sejak dini dan
berulang-ulang supaya pembentukan sinaps (hubungan antarsel saraf otak) semakin
kuat. Nutrisi, stimulasi, dan kasih sayang yang cukup dapat membantu pembentukan
sinaps otak cukup banyak.
Mempersiapkan 1000 hari pertama kehidupan buah hati merupakan hal krusial dimana fase tersebut tidak
dapat digantikan pada masa kehidupan selanjutnya maka diperlukan pemahaman

42
sejak dini.

PERMASALAHAN
-Kurangnya pemahaman dan informasi mengenai pentingnya kecukupan gizi bagi
anak sejak masih di dalam kandungan
-Kurangnya pemahaman tentang gizi anak ditentukan sejak masih dalam kandungan
dan di awal masa kehidupan.
-Kurangnya pengetahuan pentingnya IMD, ASI eksklusif, dan MPASI yang tepat
dalam 1000 HPK
-Kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan yang perlu dilakukan dalam 1000 HPK
-Kurangnya pengetahuan tentang dampak yang terjadi jika masa 1000 HPK tidak
optimal

PERENCANAAN
Dilakukan penyuluhan secara langsung kepada peserta penyuluhan mengenai masa
1000 HPK, lalu dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab sehingga dapat terjalin
komunikasi dua arah antara pemateri dan peserta penyuluhan.

PELAKSANAAN
Waktu: 21 September 2021
Tempat: Posyandu Taman Mutiara
Jumlah Peserta: 13 Ibu dari Balita peserta posyandu. 11 Kader desa
Proses pelaksanaan: Penyuluhan ini dilakukan secara langsung dengan materi
meliputi pengertian dan pentingnya masa 1000 HPK, hal yang perlu dilakukan dalam
1000 HPK, manfaat mengoptimalkan 1000 HPK, dampak jika 1000 HPK tidak
optimal. Diakhir penyuluhan dilakukan diskusi secara terbuka.

MONITORING DAN EVALUASI

Penyuluhan dibuka dengan sesi tanya jawab untuk mengetahui pengetahuan awal
peserta penyuluhan mengenai 1000 hari pertama kehidupan. Selama dilakukan
penyuluhan, antusiasme peserta terlihat sangat tinggi. Kegiatan dilanjutkan dengan
diskusi, yang diawali dengan beberapa pertanyaan dari peserta. Peserta terlihat sangat
semangat dalam sesi diskusi ini

43
44
Penyuluhan Inisiasi Menyusui Dini

LATAR BELAKANG

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang disekresikan oleh kelenjar payudara ibu
berupa makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang
diproduksi sejak masa kehamilan. ASI merupakan makanan yang sempurna dan
terbaik bagi bayi khususnya bayi 0-6 bulan karena mengandung unsur-unsur gizi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. ASI eksklusif
adalah pemberian ASI dari ibu terhadap bayinya yang diberikan tanpa minuman atau
makanan lainnya termasuk air putih atau vitamin tambahan lainnya.
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah bayi diberi kesempatan mulai (inisiasi)
menyusu sendiri segera setelah lahir (dini) dengan meletakkan bayi menempel di dada
atau perut ibu, bayi dibiarkan merayap mencari putting dan menyusu sampai puas.
Proses ini berlangsung selama 1 jam pertama sejak bayi lahir. IMD merupakan
langkah yang sangat baik untuk memudahkan bayi dan ibu dalam memulai proses
menyusui. Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang
merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan ‘penyelamatan kehidupan’,
karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22 persen dari bayi yang
meninggal sebelum usia satu bulan, sehingga diharapkan semua tenaga kesehatan di
semua tingkatan pelayanan kesehatan maupun masyarakat dapat mensosialisasikan
dan melaksanakan mendukung suksesnya program tersebut, sehingga diharapkan akan
tercapai sumber daya Indonesia yang berkualitas.

PERMASALAHAN
-Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai manfaat dan pentingnya IMD
-Kurangnya dukungan dan peran serta keluarga dalam pelaksanaan IMD sesaat setelah ibu
melahirkan

PERENCANAAN
Dilakukan penyuluhan secara langsung kepada peserta penyuluhan mengenai Inisiasi
Menyusui Dini dan pentingnya serta manfaat IMD bagi ibu dan bayi. Setelah itu
dilanjutkan dengan diskusi sesuai dengan materi yang disampaikan.

45
PELAKSANAAN
Waktu: 16 September 2021
Tempat: Posyandu Anggrek IX
Jumlah Peserta: 9 Ibu dari Balita peserta posyandu. 10 Kader desa
Proses pelaksanaan: Penyuluhan ini dilakukan secara langsung dengan pemberian
materi penyuluhan meliputi pengertian IMD, manfaat dan pentingnya IMD bagi ibu
dan bayi, pentingnya dukungan keluarga dalam pelaksanaan IMD. Acara selanjutnya
dilakukan diskusi secara terbuka mengenai materi penyuluhan.

MONITORING DAN EVALUASI


Kegiatan diawali dengan penyuluhan tentang IMD. Selama dilakukan penyuluhan,
antusiasme peserta terlihat sangat tinggi. Para peserta aktif mengikuti kelangsungan
kegiatan penyuluhan dan sesi diskusi.

ANC

ANC(antenatal care) merupakan suatu program yang terencana berupa observasi,


edukasi dan penanganan medic pada ibu hamil untuk memperoleh suatu proses
kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.

Kunjungan antenatal merupakan kunjungan yang kontinyu. Ibu hamil tidak cukup
hanya sekali memeriksakan kehamilannya tetapi perlu berulang kali agar kondisi
kehamilan dapat dipantau dengan baik dan menghasilkan kondisi kesehatan ibu hamil
maupun janinnya yang berkualitas. Setiap kunjungan antenatal mempunyai tujuan
dalam rangka mengupayakan kualitas kesehatan ibu maupun janinnya. Tujuan utama
asuhan antenatal adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu
maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu,
mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan
kelahiran dan memberikan pendidikan (Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003).
Dalam Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2003, tujuan asuhan antenatal
adalah:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.

46
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan social ibu dan
bayi.
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan
dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
Jadwal kunjungan ANC
Berdasarkan kebijakan program kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling
sedikit 4 (empat) kali selama kehamilan yaitu:
1. Satu kali kunjungan selama trimester pertama(sebelum 14 minggu)
Tujuan kunjungan antenatal pada kunjungan pertama adalah:
a. Memastikan bahwa klien betul-betul hamil
b. Mengenali secara dini kondisi kehamilan klien.
c. Mengenali secara dini kondisi kesehatan ibu.
d. Menentukan jenis asuhan yang akan diberikan.
e. Merencanakan asuhan pada kunjungan berikutnya.

2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28 minggu)
Pada kunjungan di trimester ini ibu akan lebih mendapatkan informasi yang
lebih dalam mengenai kehamilan di trimester kedua dan kewaspadaan khusus
terhadap komplikasi yang mungkin terjadi di trimester kedua.

3. Dua kali pada trimester ketiga


Pada kunjungan pertama akan di deteksi kehamilan ganda.
Pada kunjungan kedua akan diteksi kelainan letak.
Sedangkan keteraturan kunjungan ANC
1. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya
terlambat satu bulan.
2. Periksa ulang 1x sebulan sampai kehamilan 7 bulan

47
3. Periksa ulang 2 x sebulan sampai kehamilan 9 bulan
4. Periksa setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan
5. Periksa khusus bila ada keluhan

PERMASALAHAN

1. Masih banyak masyraakat khususnya ibu hamil yang belum sadar untuk memeriksaan diri Ke
fasilitas kesehatan
2. Kunjungan ibu hamil menurun akibat pandemi COVID-19

PERENCANAAN

Kegiatan dilaksanakan di poli KIA Puskesmas Cimahi Tengah bertujuan untuk meningkatkan angka
kunjungan antenatal, penjaringan ibu hamil risiko tinggi, dan meningkatkan wawasan ibu hamil dalam
melakukan pemeriksaan antenatal. Sasaran kegiatan ini meliputi ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Cimahi tengah, Metode yang dilaksanakan adalah anamanesis ibu hamil, pemeriksaan kehamilan,
pengobatan dan edukasi pada pasien terkait kondisi yang dialami ibu hamil

PELAKSANAAN
Waktu: 20 September 2021
Tempat: Poli KIA Puskesmas Cimahi Tengah
Jumlah Peserta: 8 Ibu hamil
Proses pelaksanaan:

Ibu hamil masuk ke ruang pemeriksaan berdasarkan nomor antrian. Ibu hamil
mendapat pemeriksaan dan pengobatan, serta edukasi berdasarkan kondisi yang
dialami. Ibu hamil dengan risiko tinggi dijelaskan untuk mendapatkan perawatan
selanjutnya oleh dokter kandungan. Ibu hamil dijelaskan minimal 1 kali pemeriksaan
USG.

MONITOR

 Ibu hamil mengetahui kondisi kehamilan dan mendapatkan perawatan yang sesuai
 Ibu hamil mengetahui dan selanjutnya melakukan pemeriksaan antenatal secara rutin
 Ibu hamil dengan risiko tinggi dirujuk ke dokter kandungan untuk mendapatkan perawat lebih
lanjut
 Target kunjungan antenatal dapat meningkat

48
49

Anda mungkin juga menyukai