Anda di halaman 1dari 5

Jenis Kegiatan : 

 F1 - Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Dokter Pendamping      :  LINA MASWARI DR

Judul Lap. Kegiatan      :  Mencuci tangan dengan sabun

PESERTA HADIR

LATAR BELAKANG

Cuci tangan merupakan salah satu tindakan yang mudah dan murah untuk mencegah
penyebaran penyakit. Tangan kita sendiri justru seringkali menjadi perantara dari berbagai
bakteri untuk masuk ke dalam tubuh. Agar memperoleh hasil yang maksimal sebaiknya kita
mengetahui bagaimana teknik mencuci tangan yang benar
PERMASALAHAN

Hampir semua orang mengerti pentingnya mencuci tangan pakai sabun, namun masih banyak
yang tidak membiasakan diri untuk melakukan dengan benar.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

a. Intervensi : Penyuluhan

b. Metode : Penyuluhan mengenai pentingnya mencuci tangan dan


bagaimana cara mencuci tangan dengan benar

c. Target : Masyarakat
PELAKSANAAN

Tanggal : 10 Agustus 2020


Pukul : 08.00-10.00 WIB
Lokasi : Puskesmas Helvetia

MONITORING & EVALUASI

Evaluasi pemahaman partisipan post pemberian materi dengan tanya jawab dan meminta
beberapa partisipan untuk memperagakan cara mencuci tangan yang benar.
jenis Kegiatan :  F2 - Upaya Kesehatan Lingkungan
Dokter Pendamping      :  LINA MASWARI DR
Judul Lap. Kegiatan      :  Tifoid
LATAR BELAKANG
Penyakit Demam tifoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella
typhii. Penyakit ini ini merupakan salah satu masalah kesehatan didunia dengan angka
kejadian yang masih tinggi di dunia, angka kejadian demam tifoid mencapai 22 juta kasus
pertahun diseluruh dunia. Penyakit Demam tifoid juga masih menjadi salah satu penyakit
dengan angka kejadian yang masih sangat tinggi di Indonesia, Pada tahun 2007 angka
kejadian demam tifoid mencapai 350-810 per 100.000 pendududuk. Jumlah penderita
penyakit tifus menurut data dinkes kota Palembang di tahun 2015 sebanyak 3.354 orang
dan di tahun 2016 sebanyak 2.806 orang, sedangkan untuk angka paling banyak yaitu di
tahun 2017 yaitu 4.330 orang. Penyakit demam tifoid juga merupakan penyakit dengan
angka kematian yang cukup tinggi, angka kematian yang disebabkan oleh demam tifoid
cenderung meningkat tiap tahunnya dengan angka 0.6-5% kematian setiap tahunnya.
PERMASALAHAN

Demam tifoid masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang serius di Indonesia
dengan angka kejadian yang tinggi dan tingkat kematian yang cukup tinggi. Salah satu faktor
penyebab tingginya angka kejadian demam tifoid di Indonesa adalah buruknya kebersihan
lingkungan dan kesadaran masyarakat dalam menerapkan PHBS yang masih rendah. Angka
cangkupan PHBS di Indonesia masih sangat rendah yaitu hanya 37.4%, di bawah target yaitu
38.7%. untuk meningkatkan kebersihan lingkungan dan meningkatkan angka cakupan PHBS
diperlukan kesadaran dari setiap lini masyarakat untuk mewujudkan lingkungan yang sehat
untuk menekan penyebaran demam tifoid. Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan dasar
perlu melakukan upaya pengendalian penyakit ini salah satunya dengan membantu
memberikan edukasi dan promosi kesehatan kepada masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat akan penyakit demam tifoid dan meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk mewujudkan lingkungan yang sehat.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Intervensi dilakukan dengan memberikan konseling, informasi, serta edukasi kepada pasien
tifoid dan keluarga pasien melalui metode diskusi. Materi yang disampaikan saat diskusi
meliputi definisi penyakit, penularan, gejala, tatalaksana, tanda bahaya, serta pencegahan
penyakit. Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii.
Bakteri salmonella menular ke manusia melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi feses atau urin penderita tifoid. Faktor risiko penularan tifoid adalah
kurangnya higiene pribadi (tidak mencuci tangan), sanitasi lingkungan buruk, pengolahan
limbah kurang baik, sumber air tidak bersih, dan tidak menggunakan jamban sehat. Tanda
dan gejala tifoid mencakup demam terutama sore hari, sakit kepala, muntah, BAB cair, sulit
BAB, nyeri perut, nyeri kepala. Tatalaksana demam tifoid adalah dengan istirahat tirah
baring, diet seimbang dengan konsistensi lunak, obat penurun demam, dan antibiotik sesuai
indikasi. Tanda-tanda bahaya yang harus diperhatikan pada pasien adalah gangguan
kesadaran, muntah hebat, nyeri perut hebat, tidak bisa makan dan minum. Pencegahan
demam tifoid dilakukan dengan menerapkan PHBS dengan teratur, biasakan mencuci
tangan sebelum makan, konsumsi makanan bersih, higiene pribadi yang baik, menjaga
sanitasi lingkungan, menggunakan sumber air bersih, serta menggunakan jamban sehat.
PELAKSANAAN
Pelaksanaan intervensi dilakukan dengan metode edukasi kepada pasien yang dilakukan
saat kunjungan rumah pada tanggal 07 Agustus 2020. Materi disampaikan oleh dokter
internship Puskesmas Sungai Baung berupa cara penyebaran penyakit demam tifoid, bahaya
penyakit demam tifoid dan pencegahan penyebaran demam tifoid dengan menjaga
kebersihan lingkungan dan menerapkan PHBS secara baik.
MONITORING & EVALUASI

Pelaksanaan intervensi berupa edukasi berlangsung dengan baik tanpa terkendala,


masyarakat sebagian besar antusias dalam meneima informasi yang diberikan. Evaluasi dari
pelaksanaan edukasi adalah karena waktu penyampaian yang sempit dan dilakukan saat
jam kunjungan rumah membuat keterbatasan waktu dalam penyampaian informasi. Untuk
monitoring dapat dilakukan saat kontrol pengobatan berikutnya pada pasien curiga demam
tifoid setelah pemberian obat dengan melakukan evaluasi mengenai pemahaman pasien
terhadap informasi yang diberikan
Jenis Kegiatan :  F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana
(KB)
Dokter Pendamping      :  LINA MASWARI DR
Judul Lap. Kegiatan      :  Posyandu Balita

LATAR BELAKANG

Kegiatan Posyandu merupakan salah satu upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang
melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader kesehatan yang telah
mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar.
Selain itu, program Posyandu merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan
angka kematian bayi dan anak serta angka kelahiran.
PERMASALAHAN
Pemeriksaan rutin tumbuh kembang dan pemberian vaksin pada balita
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
a. Intervensi : edukasi tentang vaksin dan tumbuh kembang anak

b. Metode : pengukuran berat badan, tinggi badan dan pemberian vaksin

c. Target : balita
Tanggal : 28 Juli 2020

Pukul : 08.00-10.00 WIB

Lokasi : Puskesmas Ksatria Pematang Siantar

 JenisKegiatan :  F4 - Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat


Dokter Pendamping      :  LINA MASWARI DR
Judul Lap. Kegiatan      :  OBESITAS

LATAR BELAKANG

Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang berlebih pada jaringan adiposa di
dalam tubuh. Kelebihan akumulasi lemak ini dapat mengganggu kesehatan. Di Indonesian,
obesitas merupakan salah satu permasalah gizi yang terus meningkat setiap tahun.
Berdasarkan Riskesdas penghitungan prevalensi obesitas dibagi menjadi dua yaitu obesitas
berdasarkan IMT dan obesitas berdasarkan lingkar perut. Prevalensi obesitas berdasarkan
IMT terus meningkat hingga mencapai 21,8%, sedangkan pada tahun 2013 hanya 14,8%.
Prevalensi obesitas berdasarkan lingkar perut (obesitas sentral) adalah 31%, meningkat dari
tahun 2013 yang hanya 26,6%. Peningkatan prevalensi obesitas per tahun juga berdampak
terhadap peningkatan kejadian penyakit lainnya, seperti hipertensi, diabetes melitus dan
penyakit kardiovaskular lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya berbagai upaya yang
dilakukan dari berbagai sektor di masyarakat, terutama sektor kesehatan, untuk mengatasi
masalah obesitas yang terus meningkat ini.
PERMASALAHAN

Perkembangan zaman juga menyebabkan terjadinya perubahan pola hidup di masyarakat


yang berdampak pada pergeseran kepada pola hidup yang kurang sehat, seperti konsumsi
junk food dan pola hidup yang sedenter. Hal ini menyebabkan peningkatan angka kejadian
obesitas pada masyarakat global, tidak terkecuali di Indonesia. Peningkatan prevalensi ini
tentu berdampak terhadap peningkatan angka kejadian bebagai penyakit tidak menular atau
penyakit metabolik seperti hipertensi, diabetes melitus, hingga penyakit kardiovaskular.
Peningkatan angka kejadian penyakit tersebut juga meningkatkan kemungkinan komplikasi
dan mengurangi kualitas hidup masyarakat yang mengalaminya dikemudian hari. Obesitas
merupakan suatu hal yang bersifat kompleks karena dapat disebabkan oleh berbagai faktor
seperti asupan makanan yang berlebihan, asupan gizi yang tidak seimbang dan aktivitas fisik
yang rendah. Pada prinsipnya, faktor-faktor tersebut menyebabkan ketidakseimbangan antara
jumlah asupan energi dan energi yang dikeluarkan. Dari berbagai hal tersebut, kesadaran dari
masyarakat dan tiap individulah yang memegang perananan penting untuk mencegah
terjadinya obesitas. Puskesmas sebagai salah satu pelayanan kesehatan yang berhadapan
langsung dengan masyarakat memiliki peranan penting untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan bahaya obesitas dan bagaimana cara mencegahnya.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Kunci dari penanganan obesitas di masyarakat adalah kesadaran dari tiap-tiap individu untuk
mencegah obesitas. Kesadaran masyarakat akan tumbuh ketika masyarakat paham tentang
bahaya obesitas dan mengerti cara untuk mencegahnya. Oleh sebab itu, puskesmas memiliki
peran yang sangat penting untuk memberikan berbagai upaya dan pemahaman terhadap
masyarakat mengenai obesitas dan bagaimana cara mencegahnya. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah edukasi kepada masyarakat terutama yang masuk dalam kriteria
obesitas. Selain itu, edukasi tentang cara mencegah dan bahaya obesitas juga perlu diberikan
pada kelompok masyarakat yang memiliki hipertensi, diabetes melitus dan penyakit
kardiovaskular lainnya, serta masyarakat yang berisiko mengalami obesitas. Edukasi dapat
dilakukan secara interpersonal saat tatap muka di poliklinik atau pengobatan massal di desa.
PELAKSANAAN
Pelaksanaan intervensi berupa edukasi dilakukan di poliklinik secara langsung terhadap
pasien, terutama pasien dengan penyakit hipertensi, diabetes melitus atau penyakit
kardiovaskular yang tidak terkontrol. Pasien ini dapat dipertimbangkan untuk dikonsulkan ke
poli gizi atau kesling untuk mendapatkan informasi dan rekomendasi pola makan dan jumlah
asupan nutrisi sehari-hari. Untuk pasien yang sudah masuk ke dalam kriteria obesitas,
berisiko untuk mengalami obesitas, atau memiliki penyakit kronik (hipertensi, sindrom
metabolik, penyakit kardiovaskular) dapat diedukasi dengan materi:

1. Edukasi bahaya obesitas

2. Edukasi penyebab obesitas

3. Edukasi asupan gizi yang cukup

4. Edukasi pola makan dengan gizi seimbang (¼ porsi makanan pokok/karbohidrat, ¼


porsi lauk/protein, dan ½ lagi diisi oleh sayur serta buah)

5. Edukasi untuk olahraga rutin (3-5 kali dalam seminggu, durasi 150 menit per minggu)

6. Edukasi untuk kontrol dan konsumsi obat rutin bagi pasien dengan penyakit penyerta
MONITORING & EVALUASI

Pelaksanaan edukasi dilakukan secara berkala ketika pasien mendapatkan pelayanan


kesehatan di poliklinik terutama pasien dengan obesitas dan pasien dengan penyakit penyerta.
Edukasi dapat dilakukan setiap pasien datang untuk kontrol dan mengambil obat rutin. Secara
umum, masyarakat cukup antusias dalam mendengarkan edukasi mengenai pola hidup sehat
terutama mengenai asupan gizi seimbang untuk mencegah obesitas. Monitoring dilakukan
dengan menjadwalkan pasien kembali untuk kontrol, terutama pada pasien dengan riwayat
penyakit penyerta yang bersifat kronik. Untuk pasien yang memiliki hipertensi atau diabetes
melitus yang tidak terkontrol, dipertimbangkan untuk dikonsulkan ke poliklinik gizi.

Anda mungkin juga menyukai