Anda di halaman 1dari 3

1.

DBD

Sumber : Siregar,Nela.(2020).Implementasi Program Promosi Kesehatan Pemberantasan


Dbd Di Puskesmas Medan Johor Kecamatan Medan Johor Tahun 2020.

Analisis :

Berdasarkan Jurnal yang di ambil, pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan
pada beban ganda akibat transisi epidemiologi. Gambaran masalah kesehatan di Indonesia terlihat
memiliki satu sisi yaitu kejadian penyakit menular atau penyakit infeksi masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat, yang masih bisa kita lihat dari KLB (Kejadian Luar Biasa) di beberapa daerah,
salah satunya yaitu DBD (Demam Berdarah Dengue). Kecenderungan ini dipacu oleh berubahnya
gaya hidup masyarakat dan globalisasi.

Menurut WHO demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan dari nyamuk. Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang ditemukan di daerah tropis dan
subtropis diantaranya kepulauan di Indonesia sehingga bagian utara Australia. Sebelum tahun 1970,
hanya 9 negara yang menjadi endemi dengue. Sekarang penyakit ini sudah ada di 100 negara di
wilayah WHO. Kasus di seluruh wilayah, Amerika, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat adalah wilayah
yang paling terkena dampakanya, hingga kasus tersebut sudah melebihi 1,2 juta di tahun 2008 dan
lebih dari 3,2 juta pada tahun 2015 (WHO, 2017). Angka kejadian kasus DBD di Indonesia dari tahun
2011-2016 secara umum mengalami peningkatan.

Pada tahun 2011, jumlah angka insiden kasus DBD sebesar 27,67% kemudian pada tahun
2012 meningkat menjadi 37,27% dan pada tahun 2013 juga meningkat menjadi 45,85%. Hal ini
berbeda ketika di tahun 2014 yang mengalami penurunan menjadi 39,80% tahun 2015 jumlah kasus
sebesar 50,75 % dan pada tahun 2016 meningkat secara signifikan sebesar 78,85% (Kemenkes RI,
2017).

Penyakit DBD biasanya akan menyebar dan meningkat apabila musim hujan sedang
melanda. Ketika terjadi musim hujan maka, nyamuk akan lebih muda berkembangbiak sehingga
terjadi peningkatan yang diakibatkan oleh banyaknya tempat penampungan air menjadi tempat
perindukan nyamuk. Hal ini juga menyebabkan nyamuk berkembangbiak dan semakin berpotensi
menggigit manusia, sehingga terjadilah peningkatan kasus DBD. Dalam proses berkembangnya
DBD, cuaca dan lingkunagan juga memegang peranan, dimana musim hujan dapat menimbulkan
peningkatan jumlah nyamuk yang membawa virus dengue yang menimbulkan peningkatan pada
kasus DBD.

Upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan dengan cara


pelaksanaan kegiatan pengendalian DBD yaitu: Surveilans Epidemiologi, Penemuan dan Tatalaksana
Kasus, Pengendalian Vektor, Peningkatan peran serta Masyarakat, Sistem Kewaspadaan Dini, dan
Penanggulangan KLB, Penyuluhan, Kemitraan/jejaring kerja. Pengembangan SDM, Penelitian dan
survey, Monitoring dan evaluasi. Upaya pemberantasan DBD difokuskan pada penggerakan potensi
masyarakat untuk berperan serta 4 dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD melalui 3M
Plus (3M : menutup, menguras, mendaur ulang barang bekas dan Plus: menabur larvasida
(abatisasi), memelihara ikan pemakan jentik, memakai kawat kasa, menghindari menggantung
pakaian didalam kamar, mengenakan kelambu, dan memakai obat/lotion anti nyamuk (Kemenkes,
2011).

Penelitian Sriwulandari (2009) mengenai evaluasi pelaksanaan program pencegahan dan


penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue di Dinas Kesehatan Kabupaten Magenta,
menyatakan keberhasilan program pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD dipengaruhi oleh
kurangnya dana, kurangnya kesadaran masyarakat, masih kurangnya gerakan PSN, susahnya
koordinasi dengan beberapa pihak terlihat dari terkadang ada perangkat desa yang tidak terlalu
tanggap serta ada kasus yang menimpa warga dan rendahnya pendidikan masyarakat. Hasil
penelitian ini juga dikuatkan kembali dengan penelitian yang dilakukan oleh Fibriana (2013),
berdasarkan teori Health Belief Model (Rosenstock, 1977), dinyatakan bahwa dalam melakukan
tindakan dalam 5 mencegah terjadinya suatu penyakit maupun mencari pengobatan dipengaruhi oleh
persepsi terhadap keseriusan yang dirasakan. Artinya apabila seseorang menderita suatu penyakit
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara faktor persepsi keparahan dengan upaya
pencegahan DBD yang dilakukan.

Dari faktor penyebab diatas masih ditemukan kurangnya kesadaran masyarakat dalam
melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dalam hal ini juga termasuk kurangnya kesadaran
dalam mencegah hal-hal yang dapat menyebabkan jentik nyamuk berkembang biak. Sebagai
promotor kesehatan perlunya untuk melakukan edukasi melalui penyuluhan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam mencegah DBD.

Sumber : Siregar,Nela.(2020).Implementasi Program Promosi Kesehatan Pemberantasan


Dbd Di Puskesmas Medan Johor Kecamatan Medan Johor Tahun 2020.
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31109/151000026.pdf?
sequence=1&isAllowed=y. Diakses Pada 11 Januari 2022.
2. Hipertensi

Sumber : Setiawan, H., Suhanda, S., Rosliati, E., Firmansyah, A., & Fitriani, A. (2018).
Promosi Kesehatan Pencegahan Hipertensi Sejak Dini. ABDIMAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat,
1(2), 41-45.

Analisis:

Berdasarkan artikel/jurnal yang diambil, hipertensi merupakan penyakit yang paling umum
terjadi pada sistem kardiovaskuler yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit kronis
seperti stroke, gagal jantung bahkan berakibat pada kematian. Selain faktor genetik,semua penyebab
hipertensi dapat dicegah sejak dini. Pola hidup yang baik, manajemen stress yang tepat, serta olah
raga secara teratur merupakan kuncihidup sehat yang dapat mencegah terjadinya hipertensi.
Faktor pengetahuan dan sumber serta akses informasi yang cukup akan meningkatkan
motivasi masyarakat untuk meningkatkankualitas hidup dengan menghindari faktor-faktor penyebab
hipertensi. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan
hipertensi adalah dengan melakukan penyuluhan sebagai bagian daripromosi kesehatan yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan sebagai upaya preventif, rehabilitatif dan kuratif.

Upaya promotif berkaitan erat dengan proses perubahan perilaku pada masyarakat dalam
meningkatkan derajat kesehatan(Nadra, 2017). Mengubah perilaku masyarakat bukanlah hal
yang mudah, butuh waktu yang cukup lama untuk memberikan kefahaman terhadap suatu
penyakit sampai tumbuh kesadaran untuk mencegahnya sejak dini. Banyak penyakit muncul
disebabkan oleh perilaku masyarakat yang tidak sehat, atau pola hidup yang tidak sehat,
diantaranya hipertensi.

Hipertensi dapat dicegah dengan pola makan yang sehat, manajemen stress yang
tepat,tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak merokok. Dan pola hidup seperti iniperlu didorong
melalui program promosi kesehatan. Promosi kesehatan pencegahan hipertensi sejak dini sangat
tepat diberikan kepada masyarakat.

Sumber : Setiawan, H., Suhanda, S., Rosliati, E., Firmansyah, A., & Fitriani, A. (2018). Promosi
Kesehatan Pencegahan Hipertensi Sejak Dini. ABDIMAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(2), 41-
45. https://doi.org/10.35568/abdimas.v1i2.328. (diakses 12 januari 2021 pukul 10.50)

Anda mungkin juga menyukai