Anda di halaman 1dari 3

1.

Kasus Hepatitis di Indonesia

Gambar 1. Prevalensi Hepatitis Tahun 2013-2018 (sumber: Hasil Utama Riskesdas 2018)
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa dari tahun 2013 hingga
2018 hampir pada setiap provinsi di Indonesia mengalami peningkatan kasus,
kecuali pada Provinsi Aceh. Prevalensi hepatitis di Indonesia pada tahun 2013
sebesar 1,2% meningkat dua kali dibandingkan Riskesdas tahun 2007 yang sebesar
0,6%. Hal tersebut menunjukan bahwa hepatitis di Indonesia tidak mengalami
penurunan kasus semenjak tahun 2007 hingga 2018 dan semakin meningkat.
Berdasarkan pada pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, prevalensi semakin meningkat pada penduduk yang berusia di atas 15
tahun. Jenis Hepatitis yang banyak menginfeksi penduduk Indonesia adalah
Hepatitis B (21,8%), Hepatitis A (19,3%) dan Hepatitis C (2,5%).1
2. Penyebab Masih Banyak Kasus Hepatitis di Indonesia
Kasus hepatitis di Indonesia masih dapat dibilangg cukup tinggi. Hal ini
disebabkan beberapa perilaku masyarakat seperti:
a. Berganti-ganti pasangan seksual atau seks bebas
Aktifitas seksual termasuk salah satu rute penularan dan penyebaran penyakit
hepatitis. Ketika seseorang melakukan aktifitas seksual dengan pasangan yang
berganti-ganti, maka resiko penularan penyakit hepatitis akan tinggi. Hepatitis B
dan C dapat menular melalui cairan dan alat kelamin yang terluka. Virus
hepatitis B dan C akan masuk melalui pembuluh darah dan menyerang sel hati.2
b. Pembuatan tatto yang tidak steril
Pembuatan tatto dengan jarum yang digunakan secara berulang dan tidak di
sterilkan dapat meningkatkan resiko penyakit penular termasuk hepatitis. Hal ini
disebabkan karena virus hepatitis dapat menyebar melalui kontak darah.2
c. Penggunaan obat-obatan terlarang.
Penggunaan obat-obatan terlarang masih cukup banyak dilakukan oleh
masyarakat Indonesia. Penggunaan obat-obatan terlarang jenis jarum suntik
banyak dilakukan oleh masyarakat, dan biasanya jarum suntik digunakan secara
bergantian tanpa di sterilkan terlebih dahulu. Orang yang sudah kecanduan akan
merasakan perasaan tidak tenang ketika obat yang digunakan sudah habis, dan
salah satu cara yang mereka lakukan untuk menenangkannya adalah dengan
membuat sayatan pada tangan dan menghisapnya sebagai pengganti obat.
Perilaku seperti membuat mereka yang pernah menggunakan narkoba jenis
jarum suntik memiliki peluang tertular penyakit hepatitis.2
3. Pencegahan yang dilakukan
Pencegahan kasus hepatitis dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi dan
vaksin. Pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa kegiatan dan program
kesehatan untuk mendukung pengendalian penyakit hepatitis, diantaranya yaitu
imunisasi hepatitis pada bayi secara nasional, penyusunan buku pedoman dan media
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang pengendalian hepatitis, program
deteksi dini, program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), program Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan lain-lain. Imunisasi pada bayi baru lahir
dilakukan berdasarkan apakah ibu mengandung virus hepatits aktif atau tidak pada
saat melahirkan.2,3
Pencegahan juga harus dilakukan dengan mengembangkan strategi
pencegahan dan pengendalian efektif yang disesuaikan kapasitas lokal,
infrasturktur, sosial ekonomi, dan budaya, serta aspek geografis negara, dan
dilakukan oleh pemerintah, partisipasi masyarakat, pemegang saham termasuk
asosiasi profesi, dan dengan dukungan media komunikasi. Selain itu, menerapkan
langkah-langkah yang bekerja untuk mengahpus virus hepatitis pada tahun 2030,
sebagaimana yang ditagetkan dalam Strategi Sektor Kesehatan Global tentang Viral
Hepatitis 2016 hingga 2021. Untuk mencapai tujuan ini juga diperlukan
pengembangan kebijakan nasional yang didasari oleh bukti epidemologis terkini
dan dapat diandalkan.4
Penanggulangan hepatitis juga dapat dilakukan dengan melakukan promosi
kesehatan, yaitu dengan meningkatan pengetahuan masyarakat terhadap gejala, cara
penularan, cara pencegahan, penanganan penderita, dan resistensi obat hepatitis
virus, lalu dengan menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan
hepatitis virus, peningkatan pengetahuan masyarakat dalam pencegahan hepatitis
virus, dan peningkatan komitmen pemangku kepentingan untuk kesinambungan
pelaksanaan kegiatan Penanggulangan hepatitis virus.1

Dafpus

1. InfoDatin. Situasi Penyakit Hepatitis B di Indonesia Tahun 2017.


2. Rumini dkk. Faktor Resiko Hepatitis B Pada Pasien di RSUD Dr. Prigngadi Medan.
Jurnal Kesehatan Global, 2018;1(1).
3. Sari P, Edi Noor, et al. Hubungan Perilaku Cuci Tangan, Pengelolaan Air Minum
dan Rumah Sehat Dengan Kejadian Hepatitis di Indonesia. Jurnal Ekologi
Kesehatan.2018.
4. Muljino DH. Epidemology of Hepatitis B and C in Republic of Indonesia.
Euroasian J Hepato-Gastroenterol. 2017;7(1).

Anda mungkin juga menyukai