Sebelum Kemerdekaan
Masa Bangsa Portugis
Sebelum negara ini merdeka, Indonesia harus mencicipi kejambya penjajahan oleh
beberapa negara asing. Diawali dari Portugis yang pertama kali datang ke Malaka pada
1509. dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque Portugis dapat menguasai Malaka pada 10
Agustus 1511. Setelah mendapatkan Malaka, portugis mulai bergerak dari Madura
sampai ke Ternate.
Portugis dan Spanyol menyadari kerugian yang ditimbulkan akibat persaingan itu.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pada tahun 1534 keduanya menyepakati
diadakanlah Perjanjian Saragosa. Isi perjanjian itu antara lain:
Logo VOC
Pada awalnya, kedatangan pasukan Jepang disambut dengan ramah oleh bangsa
Indonesia. Namun dalam kenyataannya, Jepang tidak jauh berbeda dengan Belanda.
Pembentukan BPUPKI
1 Maret 1945 Jepang meyakinkan Indonesia tentang kemerdekaan dengan membentuk
Dokuritsu Junbi Tyosakai atau BPUPKI (Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia). kemudian pada 28 April 1945, Jenderal Kumakichi Harada,
Komandan Pasukan Jepang Jawa melantik anggota BPUPKI di Gedung Cuo Sangi In,
di Pejambon Jakarta (sekarang Gedung Kemlu). saat itu Ketua BPUPKI yang ditunjuk
Jepang adalah dr. Rajiman Wedyodiningrat dengan wakilnya Icibangase (Jepang) serta
Sekretaris R.P. Soeroso. Jml anggota BPUPKI saat itu adalah 63 orang yang mewakili
hampir seluruh wilayah di Indonesia.
Semula rakyat Indonesia menyambut dengan senang hati kedatangan Sekutu, karena
mereka mengumandangkan perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa
Netherlands Indies Civil Administration (NICA) di bawah pimpinan Van der Plass dan
Van Mook ikut di dalamnya,sikap rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan.
NICA adalah organisasi yang didirkanorang-orang Belanda yang melarikan diri ke
Australiasetelah Belanda menyerah pada Jepang. Organisasi ini semula didirikan dan
berpusat di Australia.
Keadaan bertambah buruk karena NICA mempersenjatai kembali KNIL setelah dilepas
Oleh Sekutu dari tawanan Jepang. Adanya keinginan Belanda berkuasa di Indonesia
menimbulkan pertentangan, bahkan diman-mana terjadi pertempuran melawan NICA
dan Sekutu. Tugas yang diemban oleh Sekutu yang dalam hal ini dilakukan oleh Allied
Forces Netherlands East Indies (AFNEI) ternyata memiliki agenda yang terselubung.
Kedatangan pasukan Sekutu justru diboncengi oleh NICA yang tidak lain adalah orang-
orang Belanda yang ketika Jepang dating melarikan diri ke Australia dan membentuk
kekuatan di sana. Mereka memiliki keinginan untuk menghidupkan kembali Hindia
Belanda. Dengan demikian sikap Indonesia yang semula menerima kedatangan Sekutu
menjadi penuh kecurigaan dan kemudian berkembang menjadi permusuhan.
Pertempuran dasyat ini memakan waktu hampir satu bulan lamanya, sebelum seluruh
kota jatuh di tangan pihak Inggris. Peristiwa berdarah ini benar benar membuat inggris
merasa berperang dipasifik, medan perang Surabaya mendapat julukan “neraka” bagi
mereka karena kerugian yg disebabkan tidaklah sedikit, sekitar 1600 orang prajurit
pengalaman mereka tewas di surabaya serta puluhan alat perang rusak dan hancur
diterjang badai semangat arek arek Surabaya.
Kejadian luar biasa heroik yg terjadi di kota Surabaya telah menggetarkan Bangsa
Indonesia, semangat juang, pantang menyerah dan bertarung sampai titik darah
penghabisan demi tegaknya kedaulatan dan kehormatan bangsa telah mereka tunjukan
dengan penuh kegigihan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi
korban ketika itu serta semangat membara yang membuat Inggris serasa terpanggang
di neraka telah membuat kota Surabaya kemudian dikenang sebagai Kota Pahlawan
dan tanggal 10 nopember diperingati setiap tahunnya sebagai hari Pahlawan.
Pertempuran Ambarawa
Palagan Ambarawa adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadap Sekutu yang
terjadi di Ambarawa, sebelah selatan Semarang, Jawa Tengah. Peristiwa ini
dilatarbelakangi oleh mendaratnya pasukan Sekutu dari Divisi India ke-23 di Semarang
pada tanggal 20 oktober 1945. Pemerintah Indonesia memperkenankan mereka untuk
mengurus tawanan perang yang berada di penjara Ambarawa dan Magelang.
2. Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia
dan Sekutu.
3. Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dan badan-badan yang ada di
bawahnya.
Medan Area
Mr. Teuku M. Hassan yang telah diangkat menjadi gubernur mulai membenahi
daerahnya. Tugas pertama yang dilakukan Gubernur Sumatera ini adalah menegakkan
kedaulatan dan membentuk Komite Nasional Indonesia untuk wilayah Sumatera. Oleh
karena itu, mulai dilakukan pembersihan terhadap tentara Jepang dengan melucuti
senjata dan menduduki gedung-gedung pemerintah. Pada tanggal 9 Oktober 1945, di
Medan mendarat pasukan Serikat yang diboncengi oleh NICA. Para Pemuda Indonesia
dan Barisan Pemuda segera membentuk TKR di Medan. Pertempuran pertama pecah
tanggal 13 Oktober 1945 ketika lencana merah putih diinjak-injak oleh tamu di sebuah
hotel. Para pemuda kemudian menyerbu hotel tersebut sehingga mengakibatkan 96
korban luka-luka. Para korban ternyata sebagian orang-orang NICA. Bentrokan antar
Serikat dan rakyat menjalar ke seluruh kota Medan. Peristiwa kepahlawanan ini
kemudian dikenal sebagai pertempuran “Medan Area”.
Sedangkan Menurut versi Orde Baru gerakan ini dilakukan oleh sekelompok pasukan
yang diketahui sebagai pasukan Cakrabirawa, yaitu pasukan pengawal presiden yang
melakukan aksi pembunuhan dan penculikan kepada Enam (6) jenderal senior TNI AD
(Angkatan Darat).
Perjuangan bangsa indonesia untuk mencapai kemerdekaannya memiliki ciri dan sifat-
sifat perjuangan yang berbeda setelah tahun 1908, berikut sifat-sifat perjuangan bangsa
indonesia untuk mencapai kemerdekaannya setelah tahun 1908:
2. Bersifat nasional, artinya sudah terjadi kerja sama antar daerah di seluruh
Indonesia.
3. Tidak tergantung pada satu orang (pimpinan). Artinya, jika pimpinan / sesorang
ditangkap, perannya dapat digantikan oleh yang lain.
Pergerakan nasional di Indonesia sendiri lahir karena adanya beberapa faktor, yaitu
faktor-faktor dari dalam dan luar negeri.
Berkut beberapa faktor lahirnya pergerakan nasional di indonesia dari dalam
negeri:
Baca Juga
2. Kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1904-1905. Hal ini telah
membangkitkan semangat banyak bangsa Asia bahwa mereka dapat mengusir
bangsa eropa (penjajah) jika mereka bersungguh sungguh, termasuk Indonesia
untuk mengusir Belanda (kaum penjajah).
Atas prakarsa H.O.S. Cokroaminoto, nama Sarekat Dagang Islam kemudian diubah
menjadi Sarekat Islam (SI), dengan tujuan untuk memperluas anggota sehingga tidak
hanya terbatas pada pedagang saja. Tujuan SI ialah membangun persahabatan,
persaudaraan dan tolong-menolong di antara muslim dan mengembangkan
perekonomian rakyat.
Berdasarkan Akte Notaris pada tanggal 10 September 1912, ditetapkan tujuan Sarekat
Islam sebagai berikut:
1. memajukan perdagangan
2. membantu para anggotanya yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha
(permodalan)
Karena perkembangannya yang pesat pada waktu SI pusat mengajukan diri sebagai
Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya
diberikan pada SI lokal. Meskipun dalam anggaran dasarnya tidak tampak adanya
unsur politik, namun dalam kegiatannya Syarikat Islam menaruh perhatian besar
terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang
dilakukan oleh pemerintah hindia Belanda.
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya Syarikat Islam (SI) pusat diberi pengakuan
sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah
memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan
mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917, yaitu HOS Tjokroaminoto, sedangkan
Abdoel Moeis yang juga tergabung dalam Central Sarekat Islam menjadi anggota
volksraad atas namanya sendiri berdasarkan ketokohan, dan bukan mewakili Central
Sarekat Islam sebagaimana halnya HOS Tjokroaminoto yang menjadi tokoh terdepan
dalam Central Sarekat Islam.
Namun Tjokroaminoto tidak lama berada di lembaga yang dibuat Pemerintah Hindia
Belanda tersebut dan Tjokroaminoto keluar dari Volksraad (semacam Dewan Rakyat),
karena volksraad di anggap sebagai "Boneka Belanda" yang hanya mementingkan
urusan penjajahan di Hindia Belanda dan tetap mengabaikan hak-hak kaum pribumi.
Sebelumnya Tjokroaminoto ketika itu sudah menyuarakan agar bangsa Hindia
(Indonesia) diberi hak untuk mengatur urusan dirinya sendiri, namun hal ini ditolak oleh
pihak Belanda.
Sarekat Islam yang mengalami perkembangan pesat, kemudian mulai disusupi oleh
paham sosialisme revolusioner. Paham ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang
mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada tahun
1914. Pada mulanya ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, namun karena
paham yang mereka anut tidak berakar di dalam masyarakat Indonesia melainkan
diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya tidak berhasil. Kemudian
mereka menggunakan taktik infiltrasi yang dikenal sebagai "Blok di dalam", mereka
berhasil menyusup ke dalam tubuh SI oleh karena dengan tujuan yang sama yaitu
membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan cara yang berbeda.
Dengan usaha yang baik, mereka berhasil memengaruhi tokoh-tokoh muda SI seperti
Tan Malaka, Darsono, Alimin Prawirodirdjo dan Semaoen. Hal ini menyebabkan SI
pecah menjadi "SI Putih" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto dan "SI Merah" yang
dipimpin Semaoen.
Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, Budi Utomo menerapkan usaha-usaha
sebagai berikut:
1. memajukan pengajaran
Seandainya dilihat dari tujuannya, Budi Utomo bukan merupakan organisasi politik akan
tetapi merupakan organisasi pelajar dengan pelajar STOVIA yang menjadi bagian
intinya. Sampai menjelang kongresnya yang pertama di Yogyakarta organisasi ini telah
memiliki 7 cabang, yakni di Bogor, Batavia, Bandung, Yogyakarta, Magelang, Ponorogo
dan Surabaya. dalam mengejar kepentingannya Budi Utomo pada dasarnya
menerapkan strategi dengan bersifat kooperatif terhadap pemerintah belanda.
5. Ruang gerak Budi Utomo terbatas pada Pulau Jawa dan Madura .
Sampai dengan akhir tahun 1909, Budi Utomo telah memiliki 40 cabang dengan jumlah
anggota sekitar 10.000 orang. Akan tetapi, dengan adanya kongres tersebut mulailah
terjadi pergeseran pimpinan dari generasi muda ke generasi tua. Sehingga tidak sedikit
anggota muda yang menyingkir dari barisan depan, dan menyisakan golongan priayi
dan pegawai negeri sebagai anggota mayoritas di Budi Utomo. Dengan demikian, sifat
protonasionalisme dari para pemimpin yang tampak pada awal berdirinya Budi Utomo
terdepak ke belakang.
Mulai tahun 1912, saat Notodirjo menjadi ketua Budi Utomo menggantikan R.T.
Notokusumo, Budi Utomo ingin mengejar ketinggalannya. Akan tetapi, hasilnya tidak
begitu signifikan karena pada saat itu telah muncul organisasi-organisasi nasional
lainnya, seperti Indiche Partij (IP) dan Sarekat Islam (SI). Akan tetapi Budi Utomo tetap
memiliki andil dan jasa yang besar dalam sejarah pergerakan nasional, yaitu telah
membuka jalan dan memelopori gerakan kebangsaan Indonesia. Oleh karena itu setiap
tanggal 20 Mei (Tanggal Berdirinya Budi Utomo) ditetapkan sebagai hari Kebangkitan
Nasional.
Logo Muhammadiyah
2. mendirikan dan memelihara masjid, langgar, rumah sakit, dan rumah yatim piatu
K. H. Ahmad Dahlan sendiri memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 - 1922 dimana
saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada rapat tahun
ke 11, Pemimpin Muhammadiyah digantikan oleh KH Ibrahim yang kemudian
memimpin Muhammadiyah hingga tahun 1934. Rapat Tahunan itu sendiri kemudian
berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari berubah
menjadi Muktamar 3 tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5 tahunan.
Indische Partij memiliki cita-cita untuk menyatukan semua golongan yang ada di
Indonesia, baik golongan Indonesia asli maupun golongan (keturunan) Arab, Cina dan
sebagainya. Mereka akan dipadukan dalam kesatuan bangsa indonesia dengan
semangat nasionalisme Indonesia. Cita-cita Indische Partij banyak disebar luaskan
melalui media surat kabar De Expres. Selain itu juga disusun program kerja sebagai
berikut:
Dengan tujuan dan cara-cara mencapai tujuan seperti itu maka dapat diketahui bahwa
Indische Partij berdiri di atas nasionalisme untuk mencapai Indonesia merdeka. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa Indische Partij adalah partai politik pertama di
Indonesia dengan haluan kooperasi. Sehingga dalam waktu yang relatif cepat Indische
Partij memiliki 30 cabang dengan anggota mencapai 7.000 orang yang kebanyakan
orang Indonesia.
Oleh karena sifatnya yang progresif dengan menyatakan diri sebagai partai politik yang
memiliki tujuan Indonesia merdeka sehingga pemerintah hindia belanda tidak mau
memberikan status badan hukum dengan alasan Indische Partij bersifat politik dan akan
mengancam ketertiban umum. Meskipun demikian, para pemimpin Indische Partij
masih terus menjalankan propaganda untuk menyebarkan pemikiran-pemikirannya.
Salah satu hal yang membuat pemerintah Hindia Belanda geram adalah tulisan Ki Hajar
Dewantara yang berjudul Als ik een Nederlander was (seandainya saya seorang
Belanda) yang isinya berupa sindiran terhadap ketidak adilan di daerah jajahan
belanda. Karena kegiatan Indische Partij sangat mencemaskan pemerintah Belanda
maka pada bulan Agustus 1913 ketiga pemimpin Indische Partij dijatuhi hukuman
pengasingan dan mereka bertiga memilih Negeri Belanda sebagai tempat
pengasingannya.
Setelah diasingkannya ketiga pemimpin Indische Partij maka eksistensi Indische Partij
makin berkurang. Kemudian Indische Partij merubah namanya menjadi Partai Insulinde
dan pada tahun 1919 berubah lagi menjadi National Indische Partij (NIP). Pada
perjalanannya National Indische Partij tidak pernah mempunyai pengaruh yang
singnifikan di masyarakat sehingga pada akhirnya hanya menjadi perkumpulan orang-
orang terpelajar.
Dengan cara itu Sneevliet dan ISDV mempunyai pengaruh yang kuat di kalangan
Sarekat Islam, lebih-lebih setelah berhasil mengambil alih beberapa pemimpin SI,
seperti Semaun dan Darsono. Mereka inilah yang dididik secara khusus untuk menjadi
tokoh-tokoh Marxisme tulen. Akibatnya SI Cabang Semarang yang sudah berada di
bawah pengaruh ISDV semakin jelas warna Marxisnya dan selanjutnya terjadilah
perpecahan dalam Sarekat Islam.
Pada tanggal 23 Mei 1923 ISDV berubah nama menjadi Partai Komunis Hindia dan
selanjutnya pada bulan Desember 1924 menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Susunan pengurus PKI, antara lain Semaun (ketua), Darsono (wakil ketua), Dekker
(bendahara) dan Bersgma (sekretaris).
PKI semakin aktif dalam kancah politik dan untuk menarik massa PKI menghalalkan
secara cara dalam propagandanya. Sampai-sampai tidak segan-segan untuk
mempergunakan kepercayaan rakyat seperti Ramalan Jayabaya dan Ratu Adil.
Kemajuan yang diperolehnya ternyata membuat PKI lupa diri sehingga merencanakan
suatu petualangan politik. Pada tanggal 13 November 1926 PKI melancarkan
pemberontakan di Batavia dan disusul di daerah-daerah lain, seperti Jawa Timur, Jawa
Tengah dan Jawa Barat. Di Sumatra Barat pemberontakan PKI dilancarkan pada
tanggal 1 Januari 1927. Dalam waktu yang singkat semua pemberontakan PKI tersebut
dapat ditumpas. Akhirnya, ribuan rakyat ditangkap, dipenjara, dan dibuang ke Tanah
Merah dan Digul Atas (Papua).
Baru beberapa tahun kemudian, berdirilah Tri Koro Dharmo, Tri Koro Dharmo (Jong
Java) merupakan sebuah organisasi kepemudaan yang didirikan oleh Satiman
Wirjosandjojo di Gedung STOVIA tanggal 7 Maret 1915 dengan nama awal Tri Koro
Dharmo(Memiliki makna : Tiga Tujuan Mulia). Perkumpulan pemuda ini didirikan atas
dasar banyaknya pemuda yang menganggap bahwa Budi Utomo merupakan organisasi
elite.
Tujuan tersebut sebenarnya baru merupakan tujuan perantara. Adapun tujuan yang
sebenarnya ialah seperti apa yang tertulis dalam majalah Trikoro Dharmo yakni
mencapai Jawa raya dengan jalan memperkokoh rasa persatuan antara pemuda-
pemuda Jawa, Madura, Sunda, Lombok dan Bali. Oleh karena sifatnya yang masih
Jawa sentris maka para pemuda di luar Jawa (tidak berbudaya Jawa) kurang senang.
Untuk menghindari perpecahan, pada kongresnya di Solo pada tanggal 12 Juni 1918
nama Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java (Pemuda Jawa). yang dimaksudkan
untuk bisa merangkul para pemuda dari Madura, Bali dan Sunda. Bahkan tiga tahun
kemudian atau pada tahun 1921 terbersit ide untuk menggabungkan Jong Java dengan
Jong Sumatranen Bond, akan tetapi upaya ini belum bisa terlaksana.
Sejalan dengan berdirinya Jong Java, pemuda-pemuda di daerah lain juga membentuk
organisasi serupa, seperti Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Minahasa, Jong
Batak, Jong Selebes, dan lain-lain. Pada hakikatnya semua organisasi itu masih
bersifat kedaerahan (lokal), namun semuanya mempunyai tujuan ke arah kemajuan
Indonesia, khususnya memajukan daerah nya sendiri-sendiri.
Pada tahun 1925 wawasan organisasi ini makin meluas, menyerap gagasan persatuan
Indonesia dan pencapaian Indonesia merdeka. Sehingga Pada tahun 1928 Jong Java
siap bergabung dengan organisasi kepemudaan lainnya dan ketuanya R. Koentjoro
Poerbopranoto, menegaskan kepada anggota bahwa pembubaran Jong Java semata-
mata untuk kepentingan tanah air. Oleh karena nya sejak 27 Desember 1929, Jong
Java pun bergabung dengan Indonesia Moeda
Taman Siswa merupakan nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara
(Suwardi Suryaningrat) pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta (Taman berarti
tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa berarti murid). Pada saat pertama kali
didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama "National Onderwijs Institut Taman
Siswa", yang merupakan realisasi gagasan dia bersama-sama dengan teman di
paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah Taman Siswa ini sekarang berpusat di balai Ibu
Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan memiliki 129 sekolah
cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia.
Prinsip dasar dalam sekolah Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang guru
dikenal sebagai Patrap Triloka. Konsep ini dikembangkan oleh Ki Hadjar
Dewantara setelah ia mempelajari sistem pendidikan progresif yang diperkenalkan oleh
Rabindranath Tagore (India/Benggala) dan Maria Montessori (Italia). Patrap Triloka
memiliki unsur-unsur (dalam bahasa Jawa)
Berkat jasa dan perjuangannya yakni mencerdaskan Indonesia melalui sekolah Taman
Siswa maka setiap tanggal 2 Mei (hari kelahiran Suwardi Suryaningrat / Ki Hajar
Dewantara) maka ditetapkan sebagai hari Pendidikan Nasional. Selain itu, "Tut Wuri
Handayani" juga ditetapkan sebagai semboyan yang terukir dalam lambang
Departemen Pendidikan Nasional.
Dengan adanya isu bahwa pada awal tahun 1930 PNI akan melakukan pemberontakan
maka pada tanggal 29 Desember 1929, pemerintah Hindia Belanda mengadakan
penggeledahan secara masal dan menangkap 4 pemimpinnya, yaitu Ir. Soerkarno,
Gatot Mangunprojo, Soepriadinata, dan Maskun Sumadiredja. Kemudian mereka ber 4
diajukan ke pengadilan di Bandung.
Pengadilan para tokoh yang ditangkap ini dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1930.
Setelah diadili di pengadilan Belanda maka para tokoh ini dimasukkan ke penjara
Sukamiskin. Dalam masa pengadilan ini Ir. Soekarno membuat pembelaan dengan
menulis pidato Indonesia Menggugat dan membacakannya di depan pengadilan
sebagai gugatannya.
Untuk merebut kembali kedudukannya, pada tanggal 28 Juni 1948 Amir Syarifuddin
membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) Untuk memperkuat basis massa, FDR
membentuk organisasi kaum petani dan buruh. Pada tanggal 11 Agustus 1948, Setelah
Musso tiba dari Moskow. Amir dan FDR segera bergabung dengan Musso. Untuk
memperkuat organisasi, maka disusunlah doktrin bagi PKI. Doktrin itu bernama Jalan
Baru.
Oleh PKI daerah Surakarta dijadikan daerah kacau (wildwest). Sementara Madiun
dijadikan markas gerilya. Pada tanggal 18 September 1948, Musso memproklamasikan
berdirinya pemerintahan Soviet di Indonesia. Tujuannya untuk meruntuhkan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis.
Pada waktu yang bersamaan, gerakan PKI dapat merebut tempat-tempat penting di
Madiun.
Kemudian atas perintah Jenderal Sudirman, tentara berhasil menumpas gerakan ini.
Sang tokoh utama itu tewas sedangkan beberapa yang lain seperti Dipa Nusantara
Aidit (DN. Aidit) berhasil meloloskan diri.
Untuk menumpas pemberontakan PKI, TNI sebagai aparat pun tak diam saja dengan
gerakan membahayakan ini. pemerintah melancarkan operasi militer. Dalam hal ini
peran Divisi Siliwangi cukup signifikan. Di samping itu, Panglima Besar Jenderal
Soedirman memerintahkan Kolonel Sungkono di Jawa Timur dan Kolonel Gatot Subroto
di Jawa Tengah untuk mengerahkan pasukannya menumpas pemberontakan PKI di
Madiun. Dengan dukungan rakyat dari berbagai tempat, pada tanggal 30 September
1948, kota Madiun berhasil direbut kembali oleh tentara Republik Indonesia. Pada
akhirnya tokoh-tokoh PKI seperti Lukman dan DN. Aidit melarikan diri ke Vietnam dan
Cina. Sementara itu, tanggal 31 Oktober 1948 Musso tewas ditembak. Sekitar 300
orang ditangkap oleh pasukan Siliwangi pada tanggal 1 Desember 1948 di daerah
Purwodadi, Jawa Tengah.
Pemerintah pusat pun menganggap jika ini sebagai aksi membahayakan karena misi
PRRI adalah membentuk semacam pemerintahan tandingan. Belum lagi mereka
didukung oleh banyak pihak pula. Akhirnya TNI dikerahkan untuk memberantas
gerakan ini dan Indonesia sekali lagi aman dari pergolakan.
4. Pemberontakan Permesta
Proklamasi PRRI ternyata mendapat dukungan dari Indonesia bagian Timur.
Gerakannya dikenal dengan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Permesta
dideklarasikan oleh pemimpin sipil dan militer Indonesia bagian timur pada 2 Maret
1957 yaitu oleh Letkol Ventje Sumual. Gerakan ini jelas melawan pemerintah pusat dan
menentang tentara sehingga harus ditumpas. Untuk menumpas gerakan Permesta,
pemerintah melakuakan operasi militer beberapa kali. Berikut ini operasi-operasi militer
tersebut.
1. Komando operasi Merdeka yang dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat.
2. Operasi Mena I yang dipimpin Letkol Pieters dengan sasaran Jailolo.
3. Operasi Mena II yang dipimpin Letkol Hunholz untuk merebut lapangan udara
Morotai.
4. Operasi Saptamarga I yang dipimpin Letkol Sumarsono, dengan tujuan
menumpas Permesta di Sulawesi Utara bagian Tengah.
5. Operasi Saptamarga II yang dipimpin Letkol Agus Prasmono dengan tujuan
menumpas Permesta di Sulawesi Utara bagian Selatan.
6. Operasi Saptamarga III yang dipimpin Letkol Magenda dengan tujuan
menumpas Permesta di kepulauan sebelah Utara Manado.
7. Operasi Saptamarga IV yang dipimpin Letkol Rukminto Hendraningrat, dengan
tujuan menumpas Permesta di Sulawesi Utara.
Selain itu Presiden Taiwan Chiang Kai Shek pernah merencanakan untuk mengirimkan
1 skuadron pesawat tempur dan 1 resimen marinir untuk merebut Morotai bersama
sama dengan Permesta, namun Menteri Luar Negeri Taiwan Yen Kung Chau
menentang gagasan itu. karena khawatir Republik Rakyat Tiongkok akan ikut serta
membantu Pemerintah Pusat di Jakarta dan mungkin akan mempunyai alasan untuk
mengintervensi terhadap Taiwan. walaupun demikian. Taiwan sebelumnya memang
sudah membantu Permesta dengan mengirimkan persenjataan dan dua squadron
pesawat tempur ke Minahasa untuk Angkatan Udara Revolusioner, Namun setelah
bantuan Taiwan tercium Pemerintah Pusat. Bulan Agustus 1958, militer mengambil alih
bisnis yang dipegang oleh penduduk WNI asal Taiwan dan sejumlah surat kabar,
sekolah ditertibkan. Meskipun mendapat banyak dukungan dari pihak asing,
pemberontakan Permesta dapat dilumpuhkan sekitar bulan Agustus 1958, walaupun
sisa-sisanya masih ada sampai tahun 1961.
5. Pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
Gerakan Aceh Merdeka merupakan sebuah organisasi separatis yang memiliki tujuan
supaya daerah Aceh lepas dari Republik Indonesia. Konflik antara pemerintah dan
GAM yang diakibatkan perbedaan keinginan ini telah berlangsung sejak tahun 1976
dan menyebabkan jatuhnya korban hampir sekitar 15.000 jiwa. Gerakan ini juga dikenal
dengan nama Aceh Sumatra National Liberation Front (ASNLF). GAM dipimpin oleh
Hasan di Tiro yang sekarang bermukim di Swedia dan memiliki kewarganegaraan
Swedia.
Secara umum Latar belakang terjadinya Pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka yang
paling jelas adalah Perbedaan budaya antara Aceh dan banyak daerah lain di
Indonesia. Disamping itu, banyak kebijakan sekuler dalam administrasi pada masa
Presiden Soeharto (Orde Baru) sangat tidak disukai di Aceh, di mana banyak tokoh
Aceh tidak menyukai kebijakan pemerintahan Orde Baru yang mempromosikan satu
"budaya Indonesia". Kemudian lokasi provinsi Aceh yang terletak di ujung Barat
Indonesia menimbulkan anggapan yang meluas di provinsi Aceh bahwa para pemimpin
di Jakarta yang jauh tidak mengerti dan memperhatikan masalah yang dimiliki Aceh
serta tidak bersimpati pada kebutuhan dan adat istiadat di Aceh yang berbeda.
Pada awalnya, GAM adalah sebuah organisasi yang diproklamirkan secara terbatas.
Deklarasi GAM yang dikumandangkan oleh Hasan di Tiro dilakukan secara diam-diam
disebuah kamp kedua yang bertempat di bukit Cokan, Pedalaman Kecamatan Tiro,
Pidie. Setahun kemudian, teks tesebut disebarluaskan dalam versi tiga bahasa; Inggris
Indonesia, dan Aceh. Penyebaran naskah teks proklamasi GAM ini terungkap ketika
salah seorang anggotanya ditangkap oleh polisi dikarena pemalsuan formulir pemilu di
tahun 1977. Sejak itulah, pemerintahan orde baru mengetahui tentang pergerakan
bawah tanah di Aceh.
Serangan pertama GAM pada tahun 1977 dilakukan terhadap Mobil Oil Indonesia yang
merupakan pemegang saham PT Arun NGL, dimana PT Arun NGL adalah operator
ladang gas Arun yang berlokasi di Lhokseumawe, Aceh Utara. Pada saat itu jumlah
pasukan yang dimobilisasi oleh GAM sangatlah terbatas. Meskipun sudah ada
ketidakpuasan cukup besar di Aceh namun hal tersebut tidak mengundang partisipasi
aktif massa untuk mendukung GAM. Dalam pengakuan Hasan di Tiro sendiri, pada
awalnya hanya 70 orang yang bergabung dengannya dan mereka kebanyakan berasal
dari kabupaten Pidie, terutama dari desa di Tiro sendiri, yang bergabung karena
loyalitas pribadi kepada keluarga Hasan di Tiro, sementara sisanya bergabung karena
faktor kekecewaan pada pemerintah pusat.
Konflik ini sebenarnya masih berlangsung pada akhir 2004, namu saat itu tiba-tiba
bencana Tsunami terjadi pada 24 Desember 2004 dan memporakporandakan segala
infrastruktur di provinsi Aceh, sehingga secara tidak langsung bencana alam terbesar
dalam sejarah Indonesia tersebut berhasil membekukan konflik yang terjadi di Aceh.
Pada 27 Februari 2005, pihak GAM dan pemerintah memulai tahap perundingan di
Vantaa, Finlandia. Marti Ahtisaari yang juga merupakan Mantan presiden Finlandia
berperan sebagai fasilitator. Pada 17 Juli 2005, setelah perundingan selama 25 hari, tim
perunding Indonesia berhasil mencapai kesepakatan damai dengan GAM di Vantaa,
Helsinki, Finlandia. Penandatanganan nota kesepakatan damai dilangsungkan pada 15
Agustus 2005. Proses perdamaian kemudia dipantau oleh sebuah tim yang bernama
Aceh Monitoring Mission (AMM) yang beranggotakan beberapa negara yang tergabung
dalam Uni Eropa serta lima negara ASEAN.
Hingga pada puncaknya Pada tanggal 30 September 1965, PKI melakukan penculikan
terhadap Enam (6) jenderal senior TNI AD (Angkatan Darat). Tiga Jenderal yaitu: MT
Haryono, Ahmad Yani dan DI Panjaitan tewas di tempat. Sedangkan Tiga Jenderal
lainnya seperti Sutoyo Siswomiharjo, Soeprapto dan S. Parman di bawa oleh para
pemberontak dalam kondisi hidup.
Rencana kudeta ini berhasil pada awalnya, namun pemerintah tak tinggal diam dan
akhirnya melakukan serangan balasan. Aksi balasan untuk menumpas PKI dipimpin
Soeharto dan berhasil membuat PKI hanya tinggal sejarah saja.
OPM merasa bahwa mereka tidak memiliki hubungan sejarah dengan bagian Indonesia
yang lain maupun negara-negara Asia lainnya. Penyatuan wilayah ini ke dalam NKRI
sejak tahun 1969 merupakan buah perjanjian antara Belanda dengan Indonesia dimana
pihak Belanda menyerahkan wilayah tersebut yang selama ini dikuasainya kepada
bekas jajahannya yang merdeka, Indonesia. Perjanjian tersebut oleh OPM dianggap
sebagai penyerahan dari tangan satu penjajah kepada yang lain.
Pada tanggal 1 Juli 1971, Nicolaas Jouwe dan dua komandan OPM yang lain, Seth
Jafeth Raemkorem dan Jacob Hendrik Prai menaikkan bendera Bintang Fajar dan
memproklamasikan berdirinya Republik Papua Barat. Namun republik ini berumur
pendek karena segera ditumpas oleh militer Indonesia dibawah perintah Presiden
Soeharto.
Tahun 1982 Dewan Revolusioner OPM didirikan dimana tujuan dewan tersebut adalah
untuk menggalang dukungan masyarakat internasional untuk mendukung kemerdekaan
wilayah tersebut. Mereka mencari dukungan antara lain melalui PBB, GNB, Forum
Pasifik Selatan, dan ASEAN.
Namun belakangan ini rakyat papua semakin sadar bahwa gagasan papua merdeka
hanyalah omong kosong yang hanya dimanfaatkan para elit politik untuk mendapat
kekuasaan serta dimanfaatkan oleh negara-negara besar yang siap meng eksplorasi
emas yang dimiliki papua, lihat saja timor leste yang memisahkan diri dari indonesia,
jadi apa mereka sekarang ? tidak lebih dari dimanfaatkan australia semata.
Di antara kegiatan yang di lansir Press Belanda sabagai teror, adalah ketika di tahun
1978 kelompok RMS menyandera 70 warga sipil di gedung pemerintah Belanda di
Assen-Wassenaar. Selama tahun 70an, teror seperti ini dilakukan juga oleh beberapa
kelompok sempalan RMS, seperti kelompok Komando Bunuh Diri Maluku Selatan yang
dipercaya merupakan nama lain (atau setidaknya sekutu dekat) Pemuda Maluku
Selatan Merdeka. Kelompok ini merebut sebuah kereta api dan menyandera 38
penumpangnya di tahun 1975.
Pada saat Kerusuhan Ambon yang terjadi antara 1999-2004, RMS kembali mencoba
memakai kesempatan untuk menggalang dukungan dengan upaya-upaya provokasi,
dan bertindak dengan mengatas-namakan rakyat Maluku. Beberapa aktivis RMS telah
ditangkap dan diadili atas tuduhan kegiatan-kegiatan teror yang dilakukan dalam masa
itu, walaupun sampai sekarang tidak ada penjelasan resmi mengenai sebab dan aktor
dibalik kerusuhan Ambon.
Pada 29 Juni 2007 beberapa pemuda Maluku mengibarkan bendera RMS di hadapan
Presiden Susilo Bambang Yudhono pada hari keluarga nasional di Ambon. Mereka
menari tarian Cakalele seusai Gubernur Maluku menyampaikan sambutan. Para hadirin
mengira tarian itu bagian dari upacara meskipun sebenarnya tidak ada dalam jadwal.
Mulanya aparat membiarkan saja aksi ini, namun tiba-tiba para penari itu mengibarkan
bendera RMS. Barulah aparat keamanan tersadar dan mengusir para penari keluar
arena. Di luar arena para penari itu ditangkapi. Sebagian yang mencoba melarikan diri
dipukuli untuk dilumpuhkan oleh aparat.
Pada 24 April 2008 John Watilette perdana menteri pemerintahan RMS di pengasingan
Belanda berpendapat bahwa mendirikan republik merupakan sebuah mimpi di siang
hari bolong dalam peringatan 58 tahun proklamasi kemerdekaan RMS yang dimuat
pada harian Algemeen Dagblad yang menurunkan tulisan tentang antipati terhadap
Jakarta menguat.
Bersyukur deretan kejadian di atas dapat ditumpas pada masanya. Jika tidak, mungkin
keadaan negara ini sekarang benar-benar berbeda. Harapannya, jangan sampai ada
lagi hal-hal semacam ini di masa depan. Sudah cukup republik ini menderita selama
ratusan tahun akibat penjajahan serta deretan pemberontakan. Bagi kita yang hidup di
era sekarang, jangan mudah terpecah dan terkena provokasi yang bertujuan untuk
menggoyahkan stabilitas negara. Percayalah jika negara sudah melakukan yang
terbaik. Alih-alih protes, mari kita bersama-sama membantu pemerintah untuk membuat
negeri ini menjadi lebih baik lag