0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
189 tayangan6 halaman
Konferensi Meja Bundar di Den Haag menghasilkan kesepakatan antara Indonesia dan Belanda untuk menyerahkan kedaulatan penuh kepada negara Indonesia Serikat pada 30 Desember 1949 dan membentuk hubungan Uni Indonesia-Belanda. Perjanjian ini mengakhiri persengketaan antara kedua negara.
Konferensi Meja Bundar di Den Haag menghasilkan kesepakatan antara Indonesia dan Belanda untuk menyerahkan kedaulatan penuh kepada negara Indonesia Serikat pada 30 Desember 1949 dan membentuk hubungan Uni Indonesia-Belanda. Perjanjian ini mengakhiri persengketaan antara kedua negara.
Konferensi Meja Bundar di Den Haag menghasilkan kesepakatan antara Indonesia dan Belanda untuk menyerahkan kedaulatan penuh kepada negara Indonesia Serikat pada 30 Desember 1949 dan membentuk hubungan Uni Indonesia-Belanda. Perjanjian ini mengakhiri persengketaan antara kedua negara.
Belanda, dari 23 Agustus hingga 2 November 1949 antara perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg), yang mewakili berbagai negara yang diciptakan Belanda di kepulauan Indonesia. Sebelum konferensi ini, berlangsung tiga pertemuan tingkat tinggi antara Belanda dan Indonesia, yaitu Perjanjian Linggarjati (1947), Perjanjian Renville (1948), dan Perjanjian Roem-Royen (1949). Konferensi ini berakhir dengan kesediaan Belanda untuk menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat. a. Indonesia terdiri dari Drs. Moh.Hatta (ketua), Moh. Roem, Prof Dr. Mr. Supomo, Dr. J. Leimena, Mr. Ali Sastroamijoyo, Ir. Djuanda, Dr. Sukiman, Mr. Suyono Hadinoto, Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim Pringgodigdo, Kolonel T.B. Simatupang dan Mr. Muwardi. b. BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak. c. Belanda diwakili Mr. van Maarseveen. d. UNCI diwakili oleh Chritchley. Menyelesaikan persengketaan antara Indonesia dan Belanda. Untuk mencapai kesepakatan antara para peserta tentang tata cara penyerahan yang penuh dan tanpa syarat kepada negara Indonesia Serikat,sesuai dengan ketentuan persetujuan Renville. a. Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. b. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949. c. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS. d. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia Belanda yang dikepalai Ratu Belanda. e. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS. f. Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang TentaraKerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa paraanggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI. RIS akan mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan izin baru untuk perusahaan-perusahaan Belanda. RIS harus membayar utang-utang Hindia Belanda(4 miliar Gulden) sampai waktu pengakuan kedaulatan. Tanggal 27 Desember 1949, pemerintahan sementara negara dilantik. Soekarno menjadi Presidennya, dengan Hatta sebagai Perdana Menteri, yang membentuk Kabinet Republik Indonesia Serikat. Indonesia Serikat dibentuk seperti republik federasi berdaulat yang terdiri dari 16 negara bagian dan merupakan persekutuan dengan Kerajaan Belanda. Tanggal penyerahan kedaulatan oleh Belanda ini juga merupakan tanggal yang diakui oleh Belanda sebagai tanggal kemerdekaan Indonesia. Barulah sekitar enam puluh tahun kemudian, tepatnya pada 15 Agustus 2005, pemerintah Belanda secara resmi mengakui bahwa kemerdeekaan de facto Indonesia bermula pada 17 Agustus 1945. Dalam sebuah konferensi di Jakarta, Perdana Menteri Belanda Ben Bot mengungkapkan "penyesalan sedalam-dalamnya atas semua penderitaan" yang dialami rakyat Indonesia selama empat tahun Revolusi Nasional, meski ia tidak secara resmi menyampaikan permohonan maaf. Reaksi Indonesia kepada posisi Belanda umumnya positif; menteri luar negeri Indonesia Hassan Wirayuda mengatakan bahwa, setelah pengakuan ini, "akan lebih mudah untuk maju dan memperkuat hubungan bilateral antara dua negara". Tekait utang Hindia-Belanda, Indonesia membayar sebanyak kira-kira 4 miliar gulden dalam kurun waktu 1950-1956 namun kemudian memutuskan untuk tidak membayar sisanya.