Anda di halaman 1dari 9

PERHIMPUNAN

INDONESIA
AHMAD ZAKY INDRAPATI(ABSEN SATU)
ARDHO MUHAMMAD(ABSEN 1 + 4)
HANIFADZAKI(SETELAH FAIQ)
JULIAN ADITYA(TDK TAHU)
:v

■ Perhimpunan Indonesia didirikan tahun 1908 oleh mahasiswa-


mahasiswa Indonesia yang belajar di negeri Belanda. Mereka antara
lain: R.P Sosrokartono, R. Hoesein Djajadiningrat, R.N Notosuroto,
Notodiningrat, Sutan Kasyayangan Saripada, Sumitro Kolopaking, dan
Apituley. Pada mulanya Perhimpunan Indonesia bernama Indische
Vereeniging.
TUJUAN

■ Perhimpunan Indonesia mulanya bernama Indische Vereeniging.


Organisasi ini bertujuan untuk memajukan keperntingan-kepentingan
bersama orang-orang pribumi dan non pribumi bukan Eropa di negeri
Belanda. Mulanya hanya organisasi sosial. Kemudian berubah menjadi
organisasi politik, yang mengusahakan suatu pemerintahan untuk
Indonesia, yang bertanggung jawab hanya kepada rakyat Indonesia.
?

■ Kegiatannya pada mulanya hanya terbatas pada penyelenggaraan pertemuan sosial dan
para anggota ditambah dengan sekali-sekali mengadakan pertemuan dengan orang-
orang Belanda yang banyak memperhatikan masalah Indonesia.
■ Kedatangan 3 tokoh Indische Partiij ke negeri Belanda yang dibuang oleh pemerintah
kolonial (Cipto Mangunkusumo, R. M Suwardi Suryaningrat, E.F.E. Douwes Dekker) segera
mengubah suasana dan semangat Indische Vereeniging. Tokoh IP tersebut membawa
suasana politik ke dalam pikiran tokoh-tokoh Indische Vereeniging. Udara politik itu lebih
segar lagi setelah datangnya Comite Indie Weerbaar (Panitia Ketahanan Hindia Belanda)
yang dibentuk oleh pemerintah kolonial, sebagai usaha untuk mempertahankan
Indonesia dari ancaman Perang Dunia I. Panitia ini terdiri atas R.Ng. Dwijosewojo (BU),
Abdul Muis (SI), dan Kolonel RheMrev, seorang Indo-Belanda. Kedatangan tokoh-tokoh IP
dan Comite Indie Weerbaar tersebut, memberikan dimensi pikiran baru bagi para
mahasiswa Indonesia di negeri Belanda. Mereka bukan hanya dapat menuntut ilmu,
tetapi juga harus memikirkan bagaimana dapat memperbaiki nasib bangsanya sendiri.
■ Pada tahun 1922 Indische Vereeniging berganti nama menjadi
Indonesische Vereeniging dan akhirnya diubah lagi menjadi
Perhimpunan Indonesia (1924). Dengan perubahan itu, terjadi pula
perubahan dasar pikiran dan orientasi dalam pergerakan mereka.
Majalah mereka berganti nama menjadi Indonesia Merdeka (1924).
Terjadilah pergeseran cara berpikir dan gerakan yang radikal, dengan
tegas mereka menginginkan Indonesia merdeka.
■ Aksi para anggota PI semakin radikal. Pengawasan terhadap gerakan
mahasiswa Indonesia makin diperkuat oleh aparat kepolisian Belanda.
Namun para anggota PI tetap melakukan kegiatan politiknya, bahkan
mulai menjalin hubungan dengan berbagai negara di Eropa dan Asia.
Konsepsi-konsepsi PI dan berita-berita tentang berbagai kejadian di
Eropa dikirim ke Indonesia melalui majalah mereka, Indonesia
Merdeka.
■ Perhimpunan Indonesia semakin tegas bergerak memasuki bidang
politik, terlihat dari asasnya yang dimuat dalam majalah Hindia
Poetra, Maret 1923, yaitu “Mengusahakan suatu pemerintahan untuk
Indonesia yang bertanggungjawab hanya kepada rakyat Indonesia
semata-mata”. Hal yang demikian itu hanya dapat dicapai oleh orang
Indonesia sendiri, bukan dengan pertolongan siapapun juga. Oleh
karena itu, segala jenis perpecahan harus dihindarkan, supaya tujuan
lekas tercapai.
Kemundurannya

■ Kemunduran Perhimpunan Indonesia Pada Juni 1927, PI dituduh menjalin


hubungan dengan PKI untuk melakukan pemberontakan sehingga
diadakan penggeledahan terhadap tokoh-tokoh PI. Pada September, 4
tokoh PI di negeri Belanda, ditangkap dan diadili. Mereka adalah
Mohammad Hatta, Natzir Datuk Pamoncak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul
Majid Joyodiningrat. Mereka ditahan sampai tanggal 8 Maret 1928. Namun
dalam pengadilan tanggal 22 Maret 1928 di Den Haag, mereka dibebaskan
dari tuduhan karena tidak terbukti bersalah. Di masa krisis dunia tahun
1930, Perhimpunan Indonesia mengalami kemunduran dan makin lama
makin tidak terdengar lagi. Hal ini disebabkan terutama oleh banyaknya
tokoh Perhimpunan Indonesia yang kembali ke Indonesia. Sejak tahun
1930 juga, majalah Indonesia merdeka dilarang masuk ke Indonesia.
SEKIAN DARI
KAMI
ADA
PERTANYAAN?
Gaada lah yak

Anda mungkin juga menyukai