Anda di halaman 1dari 9

Perjuangan Kemerdekaan pada masa pergerakan kebangsaan tahun 19081942

Perjuangan sebelum tahun 1908 pada umumnya dipimpin oleh para raja,
pangeran,atau ulama, sedangkan sejak tahun 1908 perjuangan dipimpin oleh kaum
cendekiawan. Sebelum tahun 1908, perjuangan merupakan tindakan kekerasan senjata
menentang penjajah. Sejak tahun 1908 sistem perjuangan diubah melalui perkumpulan
atau organisasi kaum terpelajar yang mempunyai berbagai tujuan. Semua ditujukan
kepada kemauan rakyat indonesia. Ada yang menempuh perjuangan melalui pendidikan,
seperti muhammadiyah dan taman siswa. Ada pula yang langsung berjuang untuk
kemerdekaan bangsa, seperti indiche partij (Partai Hindia).

Masa Pergerakan Nasional (1908 - 1942), dibagi dalam tiga tahap berikut.
1. Masa pembentukan (1908-1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam,
dan Indische Partij.
2. Masa radikal/nonkooperasi (1920-1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis
Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
3. Masa moderat/kooperasi (1930-1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo,
dan Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan
organisasi perempuan.

1. Masa pembentukan(1908-1920)
A. Budi Utomo
Budi Utomo berdiri atas prakarsa dari dokter wahidin sudirohusodo yang
berpendapat bahwa untuk mewujudkan masyarakat yang maju pendidikan harus
diperluas. Gagasan Dokter Wahidin Sudirohusodo ini pun mendapat dukungan dari
masyarakat luas. Pada akhir tahun 1907 Dr. Wahidin Sudirohusodo berpidato
menyampaikan gagasan ini di depan mahasiswa Stovia (Sekolah Dokter Pribumi) di
Jakarta. Pidato Dr. Wahidin Sudirohusodo mendapat tanggapan positif dari mahasiswa
Stovia. Kemudian Sutomo seorang mahasiswa Stovia segera mengadakan pertemuan
dengan teman-temannya guna membicarakan usaha memperbaiki nasib bangsa. Pada hari
Minggu tanggal 20 Mei 1908, Sutomo beserta kawan-kawannya berkumpul di Jakarta
dan sepakat mendirikan Budi Utomo yang berarti usaha mulia. Tujuan Budi Utomo
adalah mencapai kemajuan dan meningkatkan derajat bangsa melalui pendidikan dan
kebudayaan.

Kongres Budi Utomo yang pertama berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 3 Oktober
5 Oktober 1908. Dalam kongres yang pertama berhasil diputuskan beberapa hal berikut.
Membatasi jangkauan geraknya kepada penduduk Jawa dan Madura.
Tidak melibatkan diri dalam politik.
Bidang kegiatan adalah bidang pendidikan dan budaya.
Menyusun pengurus besar organisasi yang diketuai oleh R.T. Tirtokusumo.
Merumuskan tujuan utama Budi Utomo yaitu kemajuan yang selaras untuk negara
dan bangsa

B. Sarekat Islam (SI)


Awalnya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat
Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai
suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan
tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih
terbatas, maka tidak memiliki anggota yang cukup banyak. Oleh karena itu agar memiliki
anggota lebih banyak dan luas ruang lin gkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI
diubah menjadi SI (Sarekat Islam).
Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto,
Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama
Islam

Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah:


perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,
isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan
kekuatannya, dan
membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan anggaran dasarnya adalah:
mengembangkan jiwa berdagang,

memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran,


memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumi
putera,
menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam,
tidak bergerak dalam bidang politik, dan
menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong menolong.

C. Indische Partij (IP)


IP didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung oleh tokoh Tiga Serangkai,
yaitu E.F.E Douwes Dekker, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat.
Indische Partij merupakan satu-satunya organisasi pergerakan yang secara terangterangan bergerak di bidang politik dan ingin mencapai Indonesia merdeka. Tujuan
Indische Partij adalah untuk membangunkan patriotisme semua indiers terhadap tanah air.
IP menggunakan media majalah Het Tijdschrifc dan surat kabar De Expres pimpinan
E.F.E Douwes Dekker sebagai sarana untuk membangkitkan rasa kebangsaan dan cinta
tanah air Indonesia. Tujuan dari partai ini benar-benar revolusioner karena mau
mendobrak kenyataan politik rasial yang dilakukan pemerintah kolonial. Tindakan ini
terlihat nyata pada tahun 1913. Saat itu pemerintah Belanda akan mengadakan peringatan
100 tahun bebasnya Belanda dari tangan Napoleon Bonaparte (Prancis). Perayaan ini
direncanakan diperingati juga oleh pemerintah Hindia Belanda. Adalah suatu yang
kurang pas di mana suatu negara penjajah melakukan upacara peringatan pembebasan
dari penjajah pada suatu bangsa yang dia sebagai penjajahnya. Hal yang ironis ini
mendatangkan cemoohan termasuk dari para pemimpin Indische Partij. R.M. Suwardi
Suryaningrat menulis artikel bernada sarkastis yang berjudul Als ik een Nederlander
was, Andaikan aku seorang Belanda. Akibat dari tulisan itu R.M. Suwardi Suryaningrat
ditangkap oleh Belanda.

2. Masa Radikal/Nonkooperasi (1920-1930)


A. Perhimpunan Indonesia (PI)
Indische Vereeniging atau Perhimpunan Hindia adalah organisasi pelajar dan mahasiswa
Hindia di Negeri Belanda yang berdiri pada tahun 1908. Indische Vereeniging berdiri atas
prakarsa Soetan Kasajangan Soripadadan R.M. Noto Soeroto yang tujuan utamanya ialah
mengadakan pesta dansa-dansa dan pidato-pidato.
Sejak Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar
Dewantara) masuk, pada 1913, mulailah mereka memikirkan mengenai masa depan

Indonesia. Mereka mulai menyadari betapa pentingnya organisasi tersebut bagi bangsa
Indonesia. Semenjak itulah vereeninging ini memasuki kancah politik. Waktu itu
pula vereeniging menerbitkan sebuah buletin yang diberi nama Hindia Poetera, namun
isinya sama sekali tidak memuat tulisan-tulisan bernada politik.
Semula, gagasan nama Indonesisch (Indonesia) diperkenalkan sebagai
pengganti indisch (Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan
itu, inlander (pribumi) diganti dengan indonesir (orang Indonesia). Pada
September 1922, saat pergantian ketua antara Dr. Soetomo dan Herman
Kartawisastraorganisasi ini berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging. Saat itu
istilah "Indonesier" dan kata sifat "Indonesich" sudah tenar digunakan oleh para
pemrakarsa Politik Etis. Para anggota Indonesische juga memutuskan untuk menerbitkan
kembali majalah Hindia Poetra dengan Mohammad Hatta sebagai pengasuhnya. Majalah
ini terbit dwibulanan, dengan 16 halaman dan biaya langganan seharga 2,5 gulden
setahun. Penerbitan kembali Hindia Poetra ini menjadi sarana untuk menyebarkan ideide antikolonial. Dalam 2 edisi pertama, Hatta menyumbangkan tulisan kritik mengenai
praktik sewa tanah industri gula Hindia Belanda yang merugikan petani.
Saat Iwa Koesoemasoemantri menjadi ketua pada 1923, Indonesische mulai
menyebarkan ide non-kooperasi yang mempunyai arti berjuang demi kemerdekaan tanpa
bekerjasama dengan Belanda. Tahun 1924, saatM. Nazir Datuk Pamoentjak menjadi
ketua, nama majalah Hindia Poetra berubah menjadi Indonesia Merdeka.
Tahun 1925 saat Soekiman Wirjosandjojo nama organisasi ini resmi berubah
menjadi Perhimpunan Indonesia(PI).
Hatta menjadi Voorzitter (Ketua) PI terlama yaitu sejak awal
tahun 1926 hingga 1930, sebelumnya setiap ketua hanya menjabat selama setahun.
Perhimpunan Indonesia kemudian menggalakkan secara terencana propaganda tentang
Perhimpunan Indonesia ke luar negeri Belanda.
Tokoh-tokoh lain yang menjadi anggota organisasi ini antara lain: Achmad
Soebardjo, Soekiman Wirjosandjojo, Arnold Mononutu, '''Soedibjo Wirjowerdojo''', Prof
Mr Sunario Sastrowardoyo, Sastromoeljono,Abdul Madjid, Sutan Sjahrir, Sutomo, Ali
Sastroamidjojo, dll.
Pada 1926, Mohammad Hatta diangkat menjadi ketua Perhimpunan
Indonesia/Indische Vereeniging. Di bawah kepemimpinannya, PI memperlihatkan
perubahan. Perhimpunan ini lebih banyak memperhatikan perkembangan pergerakan
nasional di Indonesia dengan memberikan banyak komentar di media
massa diIndonesia. Semaun dari PKI datang kepada Hatta sebagai pimpinan PI untuk
menawarkan pimpinan pergerakan nasional secara umum kepada PI. Stalin membatalkan
keinginan Semaun dan sebelumnya Hatta memang belum bisa percaya pada PKI. Di
masa kepemimpinannya, majalah PI, yakni Indonesia Merdeka banyak disita pihak
kepolisian, maka masuknya majalah ini dengan cara penyelundupan.
B. Partai Komunis Indonesia (PKI)

Benih-benih paham Marxis dibawa masuk ke Indonesia oleh seorang Belanda yang bernama
H.J.F.M. Sneevliet. Atas dasar Marxisme inilah kemudian pada tanggal 9 Mei 1914 di Semarang,
Sneevliet bersama-sama dengan J.A. Brandsteder, H.W. Dekker, dan P. Bersgma berhasil
mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV). Ternyata ISDV tidak dapat
berkembang sehingga Sneevliet melakukan infiltrasi (penyusupan) kader-kadernya ke dalam
tubuh SI dengan menjadikan anggota-anggota ISDV sebagai anggota SI, dan sebaliknya anggotaanggota SI menjadi anggota ISDV.
Dengan cara itu Sneevliet dan kawan-kawannya telah mempunyai pengaruh yang kuat di
kalangan SI, lebih-lebih setelah berhasil mengambil alih beberapa pemimpin SI, seperti Semaun
dan Darsono. Mereka inilah yang dididik secara khusus untuk menjadi tokoh-tokoh Marxisme
tulen. Akibatnya SI Cabang Semarang yang sudah berada di bawah pengaruh ISDV semakin
jelas warna Marxisnya dan selanjutnya terjadilah perpecahan dalam tubuh SI.
Pada tanggal 23 Mei 1923 ISDV diubah menjadi Partai Komunis Hindia dan selanjutnya
pada bulan Desember 1920 menjadi Partai Komunis Indonesia. (PKI). Susunan pengurus PKI ,
antara lain Semaun (ketua), Darsono (wakil ketua), Bersgma (sekretaris), dan Dekker
(bendahara).
PKI semakin aktif dalam percaturan politik dan untuk menarik massa maka dalam
propagandanya PKI menghalalkan secara cara. Sampai-sampai tidak segan-segan untuk
mempergunakan kepercayaan rakyat kepada ayat-ayat Al - Qur'an dan Hadis bahkan juga
Ramalan Jayabaya dan Ratu Adil.
Kemajuan yang diperolehnya ternyata membuat PKI lupa diri sehingga merencanakan
suatu petualangan politik. Pada tanggal 13 November 1926 PKI melancarkan pemberontakan di
Batavia dan disusul di daerah-daerah lain, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Di
Sumatra Barat pemberontakan PKI dilancarkan pada tanggal 1 Januari 1927. Dalam waktu yang
singkat semua pemberontakan PKI tersebut berhasil ditumpas. Akhirnya, ribuan rakyat
ditangkap, dipenjara, dan dibuang ke Tanah Merah dan Digul Atas (Papua)

C. Partai Nasional Indonesia (PNI)


Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI
menggunakan tiga asas yaitu self, help, dan nonmendiancy (berjuang dengan usaha sendiri),
sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan nonkooperasi. Kongres Partai Nasional Indonesia
yang pertama kali diadakan di Surabaya, tanggal 27 30 Mei 1928. Peranan PNI dalam
pergerakan nasional Indonesia sangat besar. Ketika pengawasan terhadap kegiatan politik
dilakukan semakin ketat, berkembanglah desas desus bahwa PNI akan mengadakan
pemberontakan, maka empat tokoh PNI yaitu Ir. Soekarno, R. Gatot Mangkuprojo, Markun
Sumodiredjo, dan Supriadinata ditangkap dan dijatuhi hukuman oleh pengadilan Bandung.
Dalam suatu kongres luar biasa di Jakarta tanggal 25 April 1931, diambil keputusan untuk
membubarkan PNI. Mr. Sartono kemudian mendirikan Partindo. Mereka yang tidak setuju
dengan pembubaran masuk dalam Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) yang didirikan

oleh Drs. Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir. Baik Partindo maupun PNI Baru, masih memakai
asas PNI yang lama yaitu self, help, dan nonkooperasi

3.Masa Moderat/kooperasi (1930-1942)


A. Partai Indonesia (Partindo)
Ketika Ir. Soekarno yang menjadi tokoh dalam PNI ditangkap pada tahun 1929, maka PNI pecah
menjadi dua yaitu Partindo dan PNI Baru. Partindo didirikan oleh Sartono pada tahun 1929.
Dasar Partindo sama dengan PNI yaitu nasional. Tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka.
Asasnya pun juga sama yaitu self help dan nonkooperasi. Partindo semakin kuat setelah Ir.
Soekarno bergabung ke dalamnya pada tahun 1932, setelah dibebaskan dari penjara. Namun,
karena kegiatan-kegiatannya yang sangat radikal menyebabkan pemerintah melakukan
pengawasan yang cukup ketat. Karena tidak bisa berkembang, maka tahun 1936 Partindo bubar.
B. Partai Indonesia Raya (Parindra)

Perjuangan radikal yang dilakukan oleh PKI, PI, dan PNI mulai berakhir ketika
pemerintah kolonial Belanda melakukan penangkapan terhadap sejumlah tokoh PNI. Di
samping itu pemerintah kolonial di bawah Gubernur Jenderal de Jonge melakukan
pengawasan yang ketat terhadap organisasi-organisasi yang ada pada masa itu. Melihat
kondisi tersebut, para tokoh pergerakan mengubah garis perjuangannya. Dari yang
semula radikal dan nonkooperasi menjadi moderat dan kooperasi dengan menempatkan
wakilnya dalam volksraad. Salah satu organisasi yang bersifat moderat adalah Partai
Indonesia Raya (Parindra). Parindra didirikan di kota Solo oleh dr. Sutomo pada tanggal
26 Desember 1935. Parindra merupakan fusi dan Budi Utomo dan Persatuan Bangsa
Indonesia (PBI). Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia Raya. Asas politik Parindra
adalah insidental, artinya tidak berpegang pada asas kooperasi maupun nonkooperasi.
Sikapnya terhadap pemerintah tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi, jadi
luwes. Tokoh-tokoh Parindra yang terkenal dalam membela kepentingan rakyat
di volksraad adalah Moh. Husni Thamrin. Parindra berjuang agar wakil-wakil volksraad
semakin bertambah sehingga suara yang berhubungan dengan upaya mencapai Indonesia
merdeka semakin diperhatikan oleh pemerintah Belanda. Perjuangan Parindra dalam
volksraad cukup berhasil, terbukti pemerintah Belanda mengganti istilah inlandeer
menjadi Indonesier.
C. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei
1937 oleh orang-orang bekas Partindo. Tokoh-tokohnya antara lain Sartono, Sanusi Pane,
dan Moh. Yamin. Dasar dan tujuannya adalah nasional dan mencapai Indonesia Merdeka.
Gerindo juga menganut asas insidental yang sama dengan Parindra dengan tujuan

mencapai Indonesia Merdeka, memperkokoh ekonomi Indonesia, mengangkat


kesejahteraan kaum buruh, dan memberi bantuan bagi kaum pengangguran.
D. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
Pada tanggal 15 Juli 1936, partai-partai politik dengan dipelopori oleh Sutardjo
Kartohadikusumo mengajukan usul atau petisi, yaitu permohonan supaya
diselenggarakan suatu musyawarah antara wakilwakil Indonesia dan negara Belanda di
mana anggotanya mempunyai hak yang sama.

Di dalam konfrensi pertama GAPI tanggal 4 Juli 1939 telah dibicarakan aksi GAPI
dengan semboyan "Indonesia berparlemen".
September 1939 GAPI mengeluarkan suatu pernyataan yang kemudian dikenal dengan
nama Manifest GAPI. Isinya mengajak rakyat Indonesia dan rakyat negeri Belanda untuk
bekerjasama menghadapi bahaya fasisme dimana kerjasama akan lebih berhasil apabila
rakyat Indonesia diberikan hak-hak baru dalam urusan pemerintahan. Yaitu suatu
pemerintahan dengan parlemen yang dipilih dari dan oleh rakyat, dimana pemerintahan
tersebut bertanggungjawab kepada parlemen tersebut.
Untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan, GAPI menyerukan agar perjuangan GAPI
disokong oleh semua lapisan rakyat Indonesia.
Seruan itu disambut hangat oleh pers Indonesia dengan memberitakan secara panjang
lebar mengenai GAPI bahkan sikap beberapa negara di Asia dalam menghadapi bahaya
fasisme juga diuraikan secara khusus.
GAPI sendiri juga mengadakan rapat-rapat umum yang mencapai puncaknya pada
tanggal 12 Desember 1939 dimana tidak kurang dari 100 tempat di Indonesia
mengadakan rapat memprogandakan tujuan GAPI.
Selanjutnya GAPI membentuk Kongres Rakyat Indonesia (KRI). Kongres Rakyat
Indonesia diresmikan sewaktu diadakannya pada tanggal 25 Desember 1939 di Jakarta.
Tujuannya adalah "Indonesia Raya" bertujuan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia dan
kesempatan cita-citanya.
Dalam kongres ini berdengunglah suara dan tututan "Indonesia berparlemen".

Keputusan yang lain yang penting diantaranya, penerapan Bendera Merah Putih dan
Lagu Indonesia Raya sebagai bendera dan lagu persatuan Indonesia dan peningkatan
pemakaian bahasa Indonesia bagi rakyat Indonesia.
Walaupun berbagai upaya telah diadakan oleh GAPI namun tidak membawa hasil yang
banyak. Karena situasi politik makin gawat akibat Perang Dunia II, pemerintah
kolonialHindia Belanda mengeluarkan peraturan inheemse militie dan memperketat izin
mengadakan
rapat.
Organisasi Keagamaan
Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern yang didirikan di Yogyakarta
pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Dalam perkembangannya,
Muhammadiyah menghadapi tantangan dari golongan Islam konservatif. Mereka melihat
Muhammadiyah begitu terbuka terhadap kebudayaan Barat sehingga khawatir kemurnian
Islam akan dirusakkan. Oleh karena itu para ulama mendirikan Nahdlatul Ulama pada
tahun 1926. Gerakan NU dipelopori oleh K.H. Hasyim Asyari. Gerakan Muhammadiyah
banyak mendapat simpati termasuk pemerintah kolonial Belanda karena perjuangannya
tidak bersifat konfrontatif (menentang). Dalam Kongres Muhammadiyah yang
berlangsung dari tanggal 12 - 17 Maret 1925 di Yogyakarta, diperbincangkan masalahmasalah yang berkaitan dengan pengajaran Islam, mass media Islam, dan buku-buku
tentang Islam yang berbahasa Jawa.
m. Kongres Pemuda
Organisasi kepemudaan yang terbentuk pada masa kebangkitan nasional
merupakan akibat langsung berdirinya Budi Utomo, sehingga menyadarkan para pemuda
untuk ikut memperjuangkan nasib bangsa Indonesia, namun organisasi kepemudaan ini
masih bersifat kedaerahan. Ada beberapa organisasi yang berdiri di Indonesia antara lain :
A. Tri Koro Dharmo
Organisasi kepemudaan yang pertama muncul adalah Tri Koro Dharmo (Tiga
Tujuan Mulia), yang didirikan oleh R. Satiman Wiryo Sandjojo, Kadarman, dan
Sunardi pada 7 maret 1915 di Jakarta. Tujuan didirikannya Tri Koro Dharmo ialah agar
pemuda Jawa ikut berjuang mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Asas perjuangan Tri Koro Dharmo yaitu :
1. Menimbulkan pertalian antara murid-murid bumi putera pada sekolah menengah, kursus
perguruan sekolah guru, dan sekolah kejuruan.
2. Menambah pengetahuan bagi anggotanya.
3. Membangkitkan dan mempertajam perasaan buat segala bahasa dan budaya Indonesia,
khususnya Jawa.

Karena Jawa yang sifatnya sentries, Tri Koro Dharmo kurang berkembang maka Tri Koro
Dharmo diubah menjadi Jong Java pada tahun 1918. Berdirinya Jong Java maka lahirlah
organisasi kepemudaan daerah lainnya di Indonesia, seperti Jong Sumatera, Jong Ambon,
Jong Minahasa, dan sebagainya.
B. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI)
Semakin banyaknya organisasi kepemudaan yang berdiri pada masa kebangkitan
nasional, mengilhami para mahasiswa di Bandung membentuk Perhimpunan PelajarPelajar Indonesia (PPPI) pada tahun 1925. Anggota-anggotanya terdiri atas para pelajar di
Bandung dan Jakarta untuk bersama-sama memerdekakan tanah air Indonesia.
I.

1. Kongres Pemuda I
Kongres Pemuda I diadakan di Jakarta pada tanggal 30 April 1926, diketuai oleh Muh.
Tabrani dari PPKI. Hasil Kongres Pemuda I yaitu :
1. Mengusulkan agar semua perkumpulan pemuda bersatu dalam organisasi pemuda
Indonesia, baik secara fusi maupun federasi.
2. Mempersiapkan diselenggaranya Kongres Pemuda ke II.

II.

Kongres Pemuda II
Kongres Pemuda II diadakan di Jakarta tanggal 27-28 Oktober 1928, dihadiri oleh
wakil-wakil organisasi pemuda di seluruh daerah, dan diketuai oleh Seogondo
Djojopeospito dari PPPI.
Hasil Kongres Pemuda II yaitu :
1.
Menyepakati seluruh organisasi kepemudaan di Indonesia berfusi atau meleburkan ke
dalam Indonesia Muda.
2.
Para pemuda yang hadir dalam kongres, mengikrarkan Sumpah Pemuda yang berisi
suatu kesepakatan : satu tanah air, Indonesia; satu bangsa, Indonesia; dan menjujung
tinggi bahasa persatuan, wwIndonesia.

Anda mungkin juga menyukai