Anda di halaman 1dari 12

Budi Utomo berdiri atas prakarsa dari Dokter Wahidin Sudirohusodo yang berpendapat bahwa untuk

mewujudkan masyarakat yang maju pendidikan harus diperluas dengan membentuk Dana Pelajar.
Gagasan Dokter Wahidin Sudirohusodo ini pun mendapat dukungan dari masyarakat luas. Pada akhir
tahun 1907 Dr. Wahidin Sudirohusodo berpidato menyampaikan gagasan ini di depan mahasiswa Stovia
(Sekolah Dokter Pribumi) di Jakarta. Pidato Dr. Wahidin Sudirohusodo mendapat tanggapan positif dari
mahasiswa Stovia. Kemudian Sutomo seorang mahasiswa Stovia segera mengadakan pertemuan dengan
teman-temannya guna membicarakan usaha memperbaiki nasib bangsa. Pada hari Minggu tanggal 20
Mei 1908, Sutomo beserta kawan-kawannya berkumpul di Jakarta dan sepakat mendirikan Budi Utomo
yang berarti usaha mulia. Tujuan Budi Utomo adalah mencapai kemajuan dan meningkatkan derajat
bangsa melalui pendidikan dan kebudayaan. Para mahasiswa Stovia yang tergabung di dalam Budi
Utomo antara lain Sutomo sebagai ketua, M. Suradji, Muhammad Saleh, Ms. Suwarno, Sulaiman,
Gunawan Mangunkusumo, Muhammad Sulaiman, dan Gumbreg.
Pada tanggal 5 Oktober 1908 Budi Utomo mengadakan kongres di Jogjakarta. Kongres tersebut
menghasilkan keputusan:
1) Budi Utomo tidak ikut mengadakan kegiatan politik.
2) Bergerak di bidang pendidikan sebagai pusat pergerakan.
3) Jogjakarta ditetapkan sebagai pusat pergerakan.
4) Wilayah pergerakan terbatas di Jawa dan Madura.
5) RT. Tirto Kusumo (Bupati Karanganyar).
Sejak tahun 1915 kegiatan Budi Utomo berubah tidak hanya bergerak dalam bidang pendidikan dan
kebudayaan, tetapi bergerak dalam bidang politik. Kegiatan Budi Utomo dalam bidang politik adalah
sebagai berikut.
1) Ikut duduk dalam Komite Indie Weerbaar (Panitia Ketahanan
Hindia Belanda) dari Indonesia.
2) Ikut mengusulkan dibentuknya Dewan Perwakilan Rakyat
(Volksraad).
3) Tokoh Indonesia yang ikut duduk dalam Volksraad, yaitu S.
Suryokusuma.
4) Merencanakan program politik untuk mewujudkan pemerintahan
parlemen berdasarkan kebangsaan.
5) Ikut bergabung ke dalam Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan
Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) yang
diprakarsai oleh Bung Karno pada tahun 1927.
6) Bergabung dengan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) menjadi
Partai Indonesia Raya (Parindra) tahun 1935.
Karena sebagai organisasi modern yang pertama kali muncul
di Indonesia, maka pemerintah RI menetapkan tanggal berdirinya
Budi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Pergerakan ini pada mulanya bernama Sarekat Dagang Islam


(SDI) yang didirikan oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada
tahun 1911. Tujuannya adalah memperkuat persatuan pedagang
pribumi agar mampu bersaing dengan pedagang asing terutama
pedagang Cina. Namun pada tanggal 10 September 1912 SDI
diubah menjadi Sarekat Islam (SI).
Tujuan pergantian nama ini didasarkan atas pertimbanganpertimbangan
sebagai berikut:
1) Ruang gerak pergerakan ini lebih luas, tidak terbatas dalam
masalah perdagangan melainkan juga bidang pendidikan dan
politik.
2) Anggota pergerakan ini tidak hanya terbatas dari kaum
pedagang, tetapi kaum Islam pada umumnya.
SI adalah organisasi yang bercorak sosial, ekonomi, pendidikan,
dan keagamaan, namun dalam perkembangannya SI juga
bergerak di bidang politik. SI tumbuh sebagai organisasi massa
terbesar pertama kali di Indonesia.
Pada tanggal 20 Januari 1913 Sarekat Islam mengadakan
kongres yang pertama di Surabaya. Dalam kongres ini diambil
keputusan bahwa:
1) SI bukan partai politik dan tidak akan melawan pemerintah
Hindia Belanda.
2) Surabaya ditetapkan sebagai pusat SI.
3) HOS Tjokroaminoto dipilih sebagai ketua.
4) Kongres pertama ini dilanjutkan kongres yang kedua di Surakarta
yang menegaskan bahwa SI hanya terbuka bagi rakyat
biasa. Para pegawai pemerintah tidak boleh menjadi anggota
SI karena dipandang tidak dapat menyalurkan aspirasi rakyat.
Pada tanggal 17-24 Juni 1916 diadakan kongres SI yang ketiga
di Bandung. Dalam kongres ini SI sudah mulai melontarkan pernyataan
politiknya. SI bercita-cita menyatukan seluruh penduduk
Indonesia sebagai suatu bangsa yang berdaulat (merdeka).
Tahun 1917 SI mengadakan kongres yang keempat di Jakarta.
Dalam kongres ini SI menegaskan ingin memperoleh pemerintahan
sendiri (kemerdekaan). Dalam kongres ini SI mendesak pemerintah
agar membentuk Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad).
SI mencalonkan H.O.S. Tjokroaminoto dan Abdul Muis sebagai
wakilnya di Volksraad.
Antara tahun 19171920 perkembangan SI sangat terasa
pengaruhnya dalam dunia politik di Indonesia. Corak demokratis
dan kesiapan untuk berjuang yang dikedepankan SI, ternyata

dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh sosialis untuk mengembangkan


ajaran Marxis. Bahkan beberapa pimpinan SI menjadi pelopor
ajaran Marxis (sosialis) di Indonesia dan berhasil menghasut
sebagian anggota SI. Pemimpin-pemimpin SI yang merupakan
pelopor ajaran Marxis (sosialis) di antaranya Semaun dan Darsono.
Sebagai akibat masuknya paham sosialis ke tubuh SI yang
dibawa Sneevliet melalui Semaun CS, pada tahun 1921 SI pecah
menjadi dua:
1) SI sayap kanan atau SI Sayap putih
SI ini tetap berlandaskan nasionalisme dan keislaman.
Tokohnya HOS Cokroaminoto dan H. Agus Salim serta Surya
Pranoto. Pusatnya di Jogjakarta.
2) SI sayap kiri atau SI sayap merah
SI ini berhalauan sosialis kiri (komunis) yang nantinya
menjadi PKI. Tokohnya Semaun. Adapun pusatnya di
Semarang.
Pada Kongres nasional SI ketujuh di Madiun tahun 1923 SI
diganti menjadi PSI atau Partai Sarekat Islam. Tujuannya untuk
menghapus kesan SI dari pengaruh sosialisme kiri. Tahun 1929
Partai Sarekat Islam (PSI) diganti lagi menjadi Partai Sarekat Islam
Indonesia (PSII).

Organisasi Indische Partij didirikan oleh Tiga Serangkai yang terdiri atas Suwardi Suryaningrat Ki Hajar
Dewantara,dr.Cipto Mangunkusumo dan dr.EFE Douwes Dekker/Danur Dirjo Setiabudi,pada tahun
1912.Anggota Indische Partij terbuka bagi seluruh lapisan rakyat yang mendiami Indonesia.Walaupun
salah satu anggota Indische Partij merupakan keturunan Belanda (Douwes Dekker),tetapi organisasi ini
tidak mengenal supremasi golongan indo atas golongan pribumi bahkan terjadi peleburan antara
golongan indo di Indonesia.Tujuan Indische Partij ialah membangun lapangan hidup dan menganjurkan
kerjasama atas dasar persamaan ketatanegaraan guna memajukan tanah air Hindia Belanda untuk
mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.Indische Partij didirikan atas dasar nasionalisme yang
luas,dan merupakan partai politik yang pertama.Konsep kebangsaan dalam tubuh Indische Partij
disebarluaskan oleh Douwes Dekker karena ia berpendapat bahwa rakyat Belanda harus dibebaskan dari
belenggu penjajahan.
Cita-cita perjuangan Indische Partij disebarluaskan melui surat kabar De Express.Karena IP
merupakan partai yang tegas dan menyatakan ingin memerdekakan Indonesia,maka Belanda melrang
Indische Partij beroperasi.Walaupun demikian,tokoh-tokoh Indische Partij teap berjuang,seperti Ki Hajar
Dewantara yang mengkritik pelaksanaan HUT Kemerdekaan Belanda di Indonesia melalui tulisan yang
berjudul Als ih Een Nederlender (Seandainya Saya Seorang Belanda).Tulisan ini berisi sindiran terhadap
ketidakadilan di daerah jajahan.Karena dianggap berbahaya,Akhirnya pada Bulan Agustus 1913 Belanda
menjatuhkan hukuman buang kepada para impinan Tiga Serangkai,dan mereka memilih untuk di buang
di negeri Belanda.Cokroaminoto dipulangkan pada tahun 1914 karena sakit keras.
Ki Hajar Dewantara dan Dauwes Dekker baru kembali pda tahun 1919.
Setelah pemimpinanya dibuang,IP mengganti nana menjadi Nasional Indische Partij tetapi kurang
berpengaruh.Walaupun perjuangan Indische Partij sangat singkat,namun tujuanya telah memberi warna
baru bagi organisasi pergerakan nasional yaitu adanya semangat nasionalisme yang mendalam untuk
merpejuangkan nasib rakyat Indonesia.Dalam perkembanganya,Indische Partij di jadikan motivasi oleh
Perhimpunan Indonesia dan Partai Nasional Inndonesia.

Organisasi Perhimpunan Indonesia didirikan oleh para mahasiswa Indonesia di Belanda pada
tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging. Organisasi ini bersifat sosial. Sementara itu
bermunculan pula organisasi lain yang ada hubungan dengan Indonesia di negeri Belanda,
sehingga kebutuhan akan suatu federasi sangat dirasakan. Atas prakarsa Dr. Yap, Dr. Laboor,
Suwardi Suryaningrat dan Ratulangi kemudian didirikan federasi yang bernama De Vrije
Gedachte (Pikiran Bebas). Pada bulan Nopember 1917 federasi ini diberi nama baru, yaitu
Indonesisch Verbond van Studeerenden. Ini adalah organisai pertama yang memakai nama
Indonesia.1) Indische Vereeniging merupakan anggota dari Verbond yang paling besar jumlah
anggotanya.
Perselisihan etnik antar kelompok di bawah Verbond akhirnya mengakibatkan dibubarkannya
Indonesisch Verbond van Studeerenden pada bulan Juni 1922. Setelah bubarnya organisasi
tersebut, Indische Vereeniging lebih diperkuat lagi dengan masuknya mahasiswa yang baru tiba
dari Indonesia, seperti Subarjo Djojoadisurjo, Iwa Kusumasumantri, Muhammad Hatta, Ali
Sastroamidjojo, dan Sunaryo. Mereka ini telah aktif dalam organisasi pemuda selama di
Indonesia.
Pada tahun 1922 nama Indische Vereeniging diganti menjadi Indonesische Vereeniging.
Jurnalnya yang semula bernama Hindia Putra, pada tahun 1924 diganti menjadi Indonesia
Merdeka. Indonesische Vereeniging merupakan organisasi kedua yang memakai nama Indonesia.
Pada tahun 1925 nama Indonesische Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia.
Menurut Akira Nagazumi, dipakainya kata Indonesia oleh anggota-anggota Perhimpunan
Indonesia malah memberikan prioritas tertinggi pada isinya, orang-orang Indonesia yang
menurut anggapan mereka menunjukkan hanya penduduk asli kepulauan, tidak termasuk orangorang Belanda, Tionghoa dan unsur-unsur asing lainnya.2)
Ada 4 pokok pikiran dalam ideologi Perhimpunan Indonesia yang dikembangkann sejak
permulaan tahun 1925. Keempat pokok pikiran itu selanjutnya menjadi asas perjuangan PI, yaitu:
1. Kesatuan Nasional, yaitu perlunya mengesampingkan perbedaan-perbedaan berdasarkan
daerah dan perlu dibentuk suatu kesatuan aksi melawan Belanda untuk menciptakan
negara kebangsaan yang merdeka dan besatu.
2. Solidaritas, yaitu perlu disadari adanya pertentangan kepentingan yang mendasar antara
penjajah dan yang dijajah dan kaum nasionalis harus mempertajam konflik antara antara
orang kulit puith dan sawo matang.
3. Non-kooperasi, yaitu kemerdekaan harus direbut oleh bangsa Indonesia dengan kekuatan
sendiri karena itu tidak perlu mengindahkan dewan perwakilan kolonial seperti Volksraad.
4. Swadaya, yaitu dengan mengandalkan kekuatan sendiri perlu dikembangkan suatu
struktur alternatif dalam kehidupan nasional, politik, sosial, ekonomi dan hukum yang
kuat berakar dalam masyarakat pribumi dan sejajar dengan administrasi kolonial.3)
Pikiran-pikiran pokok tadi disebarkan melalui majalah Indonesia Merdeka yang beredar pula di
Indonesia. Dalam salah satu artikel, dimuat pula tiga pokok strategi melawan penjajah Belanda,
yaitu:
1. Politik devide et impera kaum penjajah harus dilawan dengan persatuan yang kokoh
2. Politik memperbodoh rakyat harus dilawan dengan usaha pendidikan

3. Politik asosiasi mempersatukan hal-hal yang sebenarnya tidak bisa dipersatukan harus
dilawan dengan sikap non-kooperasi yang tegas.4)
Ide-ide perjuangan Perhimpunan Indonesia disebarluaskan di Indonesia oleh mahasiswamahasiswa yang kembali ke Indonesia setelah menamatkan studinya di negeri Belanda. Karena
pengaruh mereka itulah, maka berdiri PPPI di Batavia pada tahun 1926 yang kemudian
memprakarsai Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda.

PNI didirikan di Bandung pada 4 Juli 1924 oleh kaum terpelajar yang dipimpin oleh Ir. Soekarno.
Kaum muda terpelajar itu tergabung dalam Algemene Studieclub (Bandung) dan kebanyakan
dari mereka adalah mantan anggota Perhimpunan Indonesia yang telah kembali ke tanah air.
Keradikalan PNI sudah tampak sejak pertama didirikannya. Ini terlihat dari strategi
perjuangannya yang berhaluan nonkooperasi. PNI tidak mau ikut dalam dewan-dewan yang
diadakan oleh pemerintah. (Baca juga : Pengaruh Ideologi Baru Terhadap Kesadaran dan
Pergerakan Nasionalisme di Indonesia)
Tujuan PNI adalah kemerdekaan Indonesia dan tujuan itu akan dicapai dengan asas percaya
pada diri sendiri. Artinya: memperbaiki keadaan politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang
sudah dirusak oleh penjajahan, dengan kekuatan sendiri. Semua itu akan dicapai melalui
berbagai usaha, antara lain:
1. usaha politik, yaitu dengan cara memperkuat rasa kebangsaan persatuan dan kesatuan.
Memajukan pengetahuan sejarah kebangsaan, mempererat kerja sama dengan bangsabangsa Asia dan menumpas segala perintang kemerdekaan dan kehidupan politik. Dalam
bidang politik, PNI berhasil menghimpun organisasi-organisasi pergerakan lainnya ke
dalam satu wadah yang disebut Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia;
2. usaha ekonomi, yaitu dengan memajukan perdagangan rakyat, kerajinan atau industri
kecil, bank-bank, sekolah-sekolah, dan terutama koperasi;
3. usaha sosial, yaitu dengan memajukan pengajaran yang bersifat nasional, emngurangi
pengangguran, mengangkat derajat kaum wanita, meningkatkan transmigrasi dan
memperbaiki kesehatan rakyat.
Gerakan PNI dipimpin oleh tokoh-tokoh berbobot, seperti Ir. Soekarno, Mr. Ali Sastroamijoyo,
Mr. Sartono, yang berpengaruh luas di berbagai daerah di Indoenesia. Ir. Soekarno dengan
keahliannya berpidato, berhasil menggerakkan rakyat sesuai dengan tujuan PNI. Pengaruh PNI
juga sangat terasa pada organisasi-organisasi pemuda hingga melahirkan Sumpah Pemuda dan
organisasi wanita yang melahirkan Kongres Perempuan di Yogyakarta pada 22 Desember 1928.
Melihat gerakan dan pengaruh PNI yang semakin meluas, pemerintah kolonial menjadi cemas,
maka dilontarkanlah bermacam-macam isu untuk menjelekkan PNI. Bahkan kemudian
mengancam PNI agar menghentikan kegiatannya. Rupanya Belanda belum puas dengan
tindakannya itu, maka PNI pun dituduh akan melakukan pemberontakan. Pemerintah Belanda
melakukan penggeledahan dan penangkapan terhadap tokoh-tokoh PNI di seluruh wilayah
Indonesia pada 24 Desember 1929.

Akhirnya 4 tokoh teras PNI yaitu: Ir. Soekarno, R. Gatot Mangkoepradja, Markoen
Soemadiredja, dan Soepiadinata diadili di Pengadilan Negeri Bandung dan dijatuhi hukuman
penjara pada 20 Desember 1930. Peristiwa ini merupakan pukulan besar bagi PNI dan atas
inisiatif Mr. Sartono pada Kongres Luar Biasa ke-2 (25 April 1931) PNI dibubarkan.

Kemudian Sartono mendirikan Partai Indonesia (Partindo). Tetapi tindakan ini membawa
perpecahan yang mendalam. Ketergantungan pada seorang pemimpin, dikritik habis oleh mereka
yang menentang perubahan PNI. Mereka menyebut dirinya Gerakan Merdeka, kemudian
membentuk partai baru, yaitu Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI Baru. Dari sini muncul
tokoh baru yaitu Sutan Syahrir (20 tahun) yang waktu itu masih menjadi mahasiswa di
Amsterdam. Ia pulang ke Indonesia atas permintaan Moh. Hatta untuk menjadi ketua partai.
Walaupun citacita dan haluan kedua partai itu sama, yaitu kemerdekaan dan nonkooperasi, tetapi
strategi perjuangannya berbeda. PNI Baru lebih menekankan pentingnya pendidikan kader.

A. PENDIDIKAN TAMAN SISWA


Perguruan Taman Siswa merupakan sekolah tertua di Indonesia yang hingga kini masih
eksis. Perguruan ini didirikan tanggal 3 Juli 1992 dengan nama Nationaal Onderwijs Instituut
Tamansiswa atau Perguruan Nasional Taman Siswa atas prakarsa Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan
semboyannya ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wri handayani..
Perguruan ini awalnya merupakan bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan
melalui perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat dengan menggunakan pendidikan
dalam arti luas. Ki Hajar Dewantara menjadikan Tamansiswa sebagai kawah candradimukanya
patriot

bangsa.

Melalui

Tamansiswa,

generasi

muda

Indonesia

dibangun

semangat

kebangsaannya, rasa cinta tanah airnya dan ditanamkan nilai-nilai kebhinekaan (pluralisme).
Dengan konsep pendidikan yang berdasarkan garis hidup bangsa yang ditujukan untuk keperluan
prikehidupan yang dapat mengangkat derajat hidup manusia, bangsa dan Negara.
Taman siswa pernah mengalami masa kejayaan. Pada zaman kejayaannya, cantrik-cantrik
Tamansiswa disadarkan bahwa kaum pribumi (inlander) adalah bangsa yang terjajah, dijajah
oleh tuan menir yang berkulit putih. Walaupun ada sekolah negeri yang didirikan oleh Belanda
pada waktu itu, tetapi semangatnya ialah untuk mencetak para ambtenar yang siap mengabdi dan
bekerja untuk kepentingan penjajah. Berbeda dengan sekolah Tamansiswa yang semangatnya
adalah untuk mengangkat derajat manusia, bangsa dan Negara Indonesia. Ketika sebagian besar
rakyat Indonesia sadar akan posisinya sebagai bangsa yang terjajah dan semangat kebangsaannya
bangkit, maka Tamansiswa mendapat dukungan rakyat sehingga berkembang pesat, cabangcabangnya berdiri di seluruh nusantara.
Pada zaman revolusi, Tamansiswa memberi banyak kepada negeri ini. Dari Tamansiswa
banyak pahlawan kemerdekaan lahir yang berjuang untuk Indonesia merdeka.Dari Tamansiswa
tumbuh kader-kader nasionalis yang pada awal kemerdekaan perannya sangat signifikan. Banyak
menteri dijabat dari orang-orang Tamansiswa. Konsep pendidikan Tamansiswa menjadi guru
Sistem Pendidikan Nasional.

B. LATAR BELAKANG BERDIRINYA TAMAN SISWA


Ki Hajar Dewantara (KHD) ialah salah satu tokoh pergerakan nasional Indonesia, berasal
dari lingkungan keluarga keraton Yogyakarta. Perjalanan hidupnya penuh dengan perjuangan

dan pengabdian demi kepentingan bangsa Indonesia. Ia menamatkan sekolah di ELS (Sekolah
Dasar Belanda), lalu melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumipoetra). Namun tidak
sampai lulus karena sakit. Ia lalu bekerja sebagai wartawan pada beberapa surat kabar. Tulisantulisannya sangat komunikatif dan mampu membangkitkan anti kolonial bagi para pembacanya.
Pada tahun 1908 ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan
menggugah kesadaran masyarakat indonesia mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan.
Tanggal 25 Desember 1912 bersama douwes Dekker (Dr. Danudirja Setiabudi) dan dr.
Cipto Mangunkusumu mendidikan Indische Partij ( Partai Politik Pertama yang beraliran
Nasionalisme Indonesia).
Pada November 1913 ia ikut membentuk Komite Bumipoetra sebagai tandingan dari
Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Belanda. Dalam komite Bumipoetra ini, KHD
mengkritik Pemerintah Kolonial Belanda melalui tulisan yang berjudul Als Ik Eens Nederlander
Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een vor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu
untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda dimuat dalam
surat kabar de Express milik Dr. Douwes Dekker.
Akibat tulisan itu, Pemerintah Kolonial Belanda menjatuhkan hukuman vuang kepada
KHD ke pulau Bangka. Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo membela KHD lewat tulisan
mereka, namun tulisan tersebut juga dianggap menghasut rakyat untuk memusuhi dan
memberontak oleh pemerintah Belanda.
Akhirnya, Douwes Dekker dihukum buang ke Kupang dan Cipto Mangunkusumo
dibuang ke Pulau Banda. Atas permohonan mereka, akhirnya pada bulan Agustus 1913 mereka
dibuang ke Negeri Belanda.
Di Belanda, KHD mempergunakan kesempatan itu untuk mendalami masalah pendidikan
dan pengajaran hingga memperoleh gelar Europeesche Akte. Dalam studinya, KHD terpikat pada
ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat,seperti Froebel dan Montessori, serta Pergerakan
pendidikan India, Santiniketan, oleh keluarga Tigore. Pengaruh-pengaruh inilah yang
mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.
Tahun 1918, KHD kembali ke Indonesia dengan strategi perjuangan baru, yaitu dengan
cara mencerdaskan kehidupan bangsanya. KHD berpikir bahwa rakyat yang bisa membaca,
menulis, cerdas dan mencintai bangsanya akan mudah dimobilisasi dan digerakkan untuk
Indonesia merdeka. Maka pada tahun 1922, didirikanlah Taman Siswa.

C. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TAMAN SISWA


Seperti telah disinggung pertama kali, Pendidikan Taman Siswa hingga saat ini masih
eksis. Masing-masing tingkatan dalam Taman Siswa memiliki nama yang unik, seperti ;

Taman Indria atau Taman Kanak-kanak (TK)

Taman Muda atau Sekolah Dasar (SD)

Taman Dewasa atau Sekolah Menengah pertama (SMP)

Taman Madya atau Sekolah Menengah Atas (SMA)

Taman Guru atau Sarjana Wiyata atau Universitas

Pendidikan Taman Siswa dilaksanakan berdasarkan sistem Among yaitu sistem


pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Dalam
sistem ini, setiap pendidik harus meluangkan waktu selama 24 jam setiap harinya untuk
memberikan pelayanan kepada anak didik. Sistem Among ini berdasarkan cara berlakunya
disebut sistem Tut Wuri Handayani. Orientasi pendidikan adalah pada anak didik yang dalam
terminology baru disebut student centered.
Untuk mencapai tujuan pendidikannya, Taman Siswa menyelenggarakan kerjasama yang
selaras antara lingkungan keluarga, lingkungan keguruan dan lingkungan masyarakat. Selain itu,
Taman Siswa mempunyai ciri khas yaitu Pancadrama : Kodrat Alam (memperhatikan
Sunatllah). Kebudayaan (trikon), Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat masingmasng individu dan kelompok), Kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa dengan
berbagai macam sulu) dan Kemanusiaan (memjunjung harkat dan martabat setiap orang)
Tujuan yang utama dari pendidikan Taman Siswa saat ini ialah membangun anak didik
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Merdeka lahir
batin, luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan serta sehat jasmani dan rohaninya untuk
menjadi anggota masyarakat yang mendiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa,
tanah air serta manusia pada umumnya. Meskipun dengan susunan kalimat yang berbeda, namun
tujuan pendidikan Taman Siswa ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.

Gerakan Muhamadiyah didirikan oleh H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18


November 1912. Asas perjuangannya adalah Islam dan kebangsaan Indonesia. Muhammadiyah
bergerak dalam bidang keagamaan, pendidikan, sosial budaya yang menjurus kepada tercapainya
kebahagiaan lahir & batin. Tujuan pokoknya ialah: menegakkan dan menjunjung tinggi agama
Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. (Baca juga : Organisasi
Keagamaan Pada Masa Pergerakan Nasional)
Tujuan-tujuan Muhammadiyah yang sifatnya operasional, antara lainnya:
1.
2.
3.
4.

mengembalikan pendidikan dan pengajaran yang berlandaskan agama Islam;


mengembalikan ajaran Islam sesuai Quran dan Hadis dan membolehkan adanya ijtihad;
mengajak umat Islam untuk hidup selaras dengan ajaran agama Islam;
berusaha meningkatkan kasejahteraan hidup umat manusia pada umumnya dan umat
Islam pada khususnya;
5. menyantuni anak yatim piatu;
6. membina dan menyiapkan generasi muda agar kelak dapat menjadi pemimpin-pemimpin
masyarakat, agama, dan bangsa yang adil dan jujur.
Karena merupakan gerakan reformasi Islam, Muhammadiyah tidak menghendaki adanya bidah,
takhayul, klenik, dan taqlid. Di antara sekian usaha itu yang paling menonjol adalah usaha di
bidang pendidikan dan sosial, ditandai dengan banyaknya sekolah-sekolah Muhammadiyah dari
TK hingga perguruan tinggi dan panti asuhan anak yatim. Muhammadiyah juga mendirikam
kepanduan, yang disebut Hizbul Wathan.
Di samping itu didirikan pula Aisiyah, perkumpulan wanita Muhamadiyah, didirikan pada 1918.
Pimpinan pusat mula-mula dijabat oleh Siti Walidah Ahmad Dahlan, dan kemudian dilimpahkan
pada Siti Bariyah. Kegiatan Aisiyah yang pokok adalah di bidang keagamaan, pendidikan, sosial,
dan kewanitaan Islam.

Anda mungkin juga menyukai