Anda di halaman 1dari 5

KLIPING

SEMANGAT KEBANGKITAN NASIONAL


TAHUN 1908

Nama : Dela Airba’atul Rohmania


Andina Antok
Kelas : VIII B

MTS MA’ARIF NU 1 WANGON


TAHUN PELAJARAN 2021 / 2022
SEJARAH
BERDIRINYA BUDI UTOMO PADA 1908

Budi Utomo adalah organisasi yang berdiri pada 1908. Sejarah berdirinya Budi
Utomo berawal dari gagasan Dr Wahidin Soedirohusodo. Budi Utomo adalah
organisasi pemuda yang didirikan oleh mahasiswa STOVIA. Sejarah berdirinya
Budi Utomo dimulai dari Gedung Budi Utomo adalah organisasi pemuda yang
menjadi awal kebangkitan Indonesia. Sejarah berdirinya Budi Utomo berawal dari
gagasan dr Wahidin Soedirohusodo.

Pada 1907, Wahidin mengunjungi sekolah lamanya STOVIA (School Tot


Opleiding Van Indische Artsen). Di depan para mahasiswa sekolah kedokteran
itu, Wahidin menyerukan agar mereka membuat organisasi untuk mengangkat
derajat bangsa. Soetomo, salah seorang mahasiswa yang mendengar ide tersebut
tertarik untuk menjalankannya. Budi Utomo Sejarah berdirinya Budi Utomo pada
1908 tak lepas dari peran dr Soetomo. Dia dan sejumlah pemuda lain mendirikan
Budi Utomo yang idenya dicetuskan oleh dr Wahidin Sudirohusodo. Alhasil,
Soetomo dan sejumlah pemuda lain mendirikan Boedi Oetomo atau Budi Utomo
di Batavia. Budi Otomo berdiri pada 20 Mei 1908. Organisasi ini menjadi
organisasi pemuda pribumi pertama di Indonesia yang berjalan dengan baik.

Budi Utomo membentuk kepengurusan yang diganti secara periode, memiliki


program kegiatan, dan memiliki kongres yang terjadwal. Salah satu program
utama Budi Utomo adalah kemajuan yang harmonis bagi Nusa Jawa dan Madura.
Budi Utomo langsung bergerak cepat dan menggelar kongres pertama di
Yogyakarta pada 3-5 Oktober 1909. Sejak saat itu Budi Utomo rutin mengelar
kongres. Organisasi ini berkembang dari yang hanya terbatas pada orang Jawa,
meluas menjadi orang Indonesia.

Berdirinya Budi Utomo memicu organisasi pergerakan lain muncul di Indonesia.


Dikutip dari Indonesia.go.id, muncul sejumlah organisasi lain seperti Syarikat
Islam pada 1912, partai politik pertama di Hindia Belanda yakni Indische Partij
(Partai Hindia) juga pada 1912, dan organisasi ISDV (Indische Sociaal
Democratische Vereeniging) pada 1914. Muncul pula organisasi keagamaan
Muhammadiyah pada 1912 dan Persatuan Islam pada 1920-an.
Kelompok pemuda lain juga tak ingin tertinggal. Lahir pula Jong Soematra
Bond, Jong Java, Jong Celebes, Jong Ambon, Jong Islamieten Bond, Jong Batak,
dan Jong Minahasa. Sejak kehadiran Budi Utomo dan organisasi lain, perlawanan
melawan penjajah lebih terorganisir dengan mengedepankan nasionalisme
Indonesia. Pergerakan Budi Utomo berakhir pada 1935 saat bergabung dengan
Persatuan Bangsa Indonesia dan membentuk Partai Indonesia Raya (Parindra).
Pergerakan Budi Utomo menjadi tonggak baru kebangkitan Indonesia. Hari
lahirnya Budi Utomo pun ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional yang
diperingati setiap tahun.

Nasionalisme Indonesia
Penerapan Politik Etis pada bidang Pendidikan tidak memeberikan
kesempatan Pendidikan yang luas.kepada penduduk Hindia Belanda, tetapi hanya
memberikan pendidikan Belanda untuk anak-anak elit pribumi. Sebagian besar
pendidikan dimaksudkan untuk menyediakan tenaga kerja klerikal untuk birokrasi
kolonial yang sedang tumbuh.
Meskipun demikian, pendidikan Barat membawa serta ide-ide politik
Barat tentang kebebasan dan demokrasi. Selama dekade 1920-an dan 30-an,
kelompok elit hasil pendidikan ini mulai menyuarakan kebangkitan anti-
kolonialisme dan kesadaran nasional.
Pada periode ini, partai politik Indonesia mulai bermunculan. Berdirinya
Budi Utomo pada 20 Mei 1908 oleh Dr. Soetomo dinilai sebagai awal gerakan
untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Tanggal berdirinya Budi Utomo
diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Namun, penetapan waktu tersebut
masih mengundang diskusi yang menimbulkan polemik. Dasar pemilihan Budi
Utomo sebagai pelopor kebangkitan nasional dipertanyakan lantaran keanggotaan
Budi Utomo masih sebatas etnis dan teritorial Jawa. Kebangkitan nasional
dianggap lebih terwakili oleh Sarekat Islam, yang mempunyai anggota di seluruh
Hindia Belanda.
Pada tahun 1912, Ernest Douwes Dekker bersama Cipto Mangunkusumo
dan Suwardi Suryaningrat mendirikan Indische Partij (Partai Hindia). Pada tahun
itu juga, Sarekat Dagang Islam yang didirikan Haji Samanhudi bertransformasi
dari koperasi pedagang batik menjadi organisasi politik.[10] Selain itu, KH Ahmad
Dahlan mendirikan Muhammadiyah, organisasi yang bersifat sosial dan bergerak
dibidang Pendidikan.
Pada November 1913, Suwardi Suryaningrat membentuk Komite Boemi
Poetera. Komite tersebut melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang
bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjahan
Prancis, tetapi dengan pesta perayaan yang biayanya berasal dari negeri
jajahannya. Ia pun menulis "Als ik eens Nederlander was" ("Seandainya aku
seorang Belanda") yang dimuat dalam surat kabar de Expresm milik Douwes
Dekker. Karena tulisan inilah Suwardi Suryaningrat dihukum buang oleh colonial
belanda.

Represi terhadap nasionalisme Indonesia


Kebebasan politik di bawah Belanda cukup dibatasi. Walaupun tujuan
Belanda untuk "membudayakan" dan "memodernisasi" masyarakat Hindia
Belanda terkadang memberi toleransi terhadap organisasi dan publikasi media dari
orang Indonesia asli, Belanda juga sangat membatasi aktivitas – aktivitas ini.
Seperti terhadap banyak pemimpin sebelumnya, pemerintah Belanda menangkap
Sukarno pada tahun 1929 serta melarang PNI. Pemerintah kolonial Belanda
menekan banyak organisasi berbasis nasionalisme dan memenjarakan sejumlah
pemimpin politik.
Meskipun Belanda tidak dapat sepenuhnya membungkam suara-suara
lokal yang menuntut perubahan, mereka berhasil mencegah agitasi secara luas.
Walaupun sentimen nasionalisme tetap tinggi pada tahun 1930-an, gerakan-
gerakan nyata untuk memperjuangkan kemerdekaan tetap tertahan. Pada akhirnya,
Perang Dunia II membuat berbagai perubahan dramatis pada kekuatan politik
dunia yang juga memengaruhi Hindia Belanda.

Anda mungkin juga menyukai