Anda di halaman 1dari 16

Perbedaan perjuangan sebelum dan sesudah 1908

Bangsa Eropa berdatangan dan menerapkan kolonialisme serta imperialisme untuk mendapatkan
kekayaan alam di Indonesia sejak abad ke-17. Sejak itu, bangsa Indonesia tidak henti melakukan
perlawanan guna meraih kemerdekaan dan mengusir penjajah dari Tanah Air. Rakyat Indonesia
menggunakan berbagai cara untuk mengusir penjajah. Namun, hingga 1908, usaha yang
dilakukan masih terus menemui kegagalan.

Akhirnya, setelah tahun 1908, rakyat Indonesia melakukan perubahan dalam


perjuangannya dan perlahan meraih keberhasilan. Hal ini karena perbedaan perjuangan Indonesia
sebelum dan sesudah tahun 1908, yang dapat dilihat dari pemimpinnya, sifatnya, serta bentuk
perlawanannya. Berikut ini ciri-ciri perjuangan bangsa Indonesia sebelum tahun 1908. Sifat
perjuangan yang diutamakan sebelum tahun 1908 adalah kedaerahan Menggunakan senjata
tradisional seperti bambu runcing, golok, dan senjata tradisional lainnya Perjuangan bangsa
Indonesia sebelum tahun 1908 dipimpin oleh orang-orang yang dianggap berpengaruh, seperti
tokoh agama atau bangsawan Masih bersifat sporadis atau musiman Bentuk perlawanan masih
menggunakan fisik atau peperangan saja, belum lewat diplomasi Bertujuan mengusir penjajah
bukan untuk memerdekakan Indonesia Bentuk perlawanan tersebut masih belum memberikan
hasil yang baik. Bahkan, karena kualitas pendidikan dan kesehatan rakyat Indonesia masih
terbilang rendah, mereka jadi mudah dikelabui oleh penjajah.

Menjelang akhir abad ke-19, kehidupan rakyat pribumi justru semakin menderita,
terutama setelah Belanda menerapkan kebijakan sistem tanam paksa. Pada 1908, mulai muncul
berbagai organisasi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Oleh sebab itu, masa ini dikenal sebagai
masa pergerakan nasional. Rakyat Indonesia tidak lagi melawan penjajah menggunakan cara
tradisional, melainkan lewat organisasi yang sudah jauh lebih modern. Belajar dari kegagalan
sebelumnya, bentuk perjuangan akhirnya diubah lewat organisasi dan diplomasi. Perbedaan sifat
pergerakan sebelum dan sesudah 1908 adalah, apabila sebelum abad ke-20, perlawanan masih
bersifat kedaerahan. Sedangkan setelah abad ke-20, perjuangan bersifat nasional, lebih terarah,
terorganisir, dan modern. Berikut ini ciri-ciri perjuangan Indonesia setelah tahun 1908.
Organisasi bersifat modern Perjuangan lebih terarah dan terorganisir Bersifat nasional Dipelopori
oleh para kaum terpelajar Perlawanan bersifat lanjut, artinya meskipun pemimpin tertangkap
penjajah, rakyat Indonesia masih melanjutkan perjuangan Mulai menerapkan cara diplomasi
untuk memerdekakan Indonesia Tujuannya tidak lagi hanya untuk mengusir penjajah, melainkan
untuk mencapai kemerdekaan. Pada masa pergerakan nasional ini, perjuangan Indonesia sudah
jauh lebih teratur. Hal ini karena kualitas pendidikan sudah jauh lebih baik. Berbagai paham juga
bermunculan, seperti nasionalisme dan patriotisme.

Paham-paham ini kemudian melahirkan beragam organisasi nasional, yakni:

 Budi Utomo (1908)


 Sarekat Islam (1905)
 Indische Partij (1912)
 Perhimpunan Indonesia (1925)
 Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) (1914)
 Partai Nasional Indonesia(1927)

1. Budi Utomo,
Merupakan sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Soetomo bersama para
mahasiswa School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA), yaitu Goenawan
Mangoenkoesoemo dan Soeraji. Organisasi yang memiliki peran penting dalam sejarah
pergerakan nasional Indonesia ini pertama kali digagas oleh dr. Wahidin Sudirohusodo.
Dikutip dari buku berjudul 'Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia, dari Budi Utomo
sampai dengan Pengakuan Kedaulatan' yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan tahun 1977, pergerakan nasional di Indonesia dimulai dengan kemunculan
sejumlah organisasi-organisasi yang berkeinginan mengawal perjuangan pergerakan
nasional demi mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Saat itu sejumlah organisasi pemuda yang ada sudah meliputi segala bidang,
mulai dari bidang sosial, budaya, ekonomi, hingga politik. Hanya saja, kebanyakan
organisasi tersebut bergerak pada skala lokal. Untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia, dianggap perlu adanya organisasi yang bersifat nasional. Kemunculan
organisasi nasional dimulai setelah adanya golongan 'elit intelektual' yang memiliki
wawasan yang luas setelah diterapkannya pendidikan sistem barat bagi pelajar pribumi.
Akhirnya, setelah tahun 1900 barulah muncul berbagai organisasi pergerakan
nasional. Kemunculan organisasi nasional ini diawali dengan berdirinya Perkumpulan
Budi Utomo sebagai sebuah organisasi pemuda yang bersifat sosial, ekonomi, dan
budaya, namun tidak bersifat politik.

 Sejarah Berdirinya Perkumpulan Budi Utomo :


Perkumpulan Budi Utomo didirikan oleh para pelajar STOVIA (School tot
Opleiding van Inlandsche Artsen) yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji di
bawah pimpinan R. Soetomo. Organisasi ini didirikan secara resmi pada tanggal 20 Mei
1908. Sebelum R. Soetomo mendirikan perkumpulan Budi Utomo, dr. Wahidin
Sudirohusodo bersama dengan R. Soetomo dan M. Soeradji terlebih dahulu melakukan
sebuah pertemuan pada akhir tahun 1907 di gedung STOVIA. Dalam pertemuan tersebut
dr. Wahidin mengemukakan sejumlah ide-ide untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
melalui "st udiefonds" (dana pendidikan).

Menurut dr. Wahidin, jika suatu bangsa sudah cerdas, maka akan banyak
wawasan yang timbul sehingga bangsa Indonesia tidak akan mudah diadu domba dan
diatur oleh pihak penjajah. Gagasan itu disambut baik oleh R. Soetomo dan kawan-kawan
yang memiliki misi dan keinginan yang sama.

Pihak R. Soetomo dan para pelajar STOVIA yang telah banyak mengetahui
perjuangan di negara-negara lain dan telah tertanam rasa nasionalisme dalam dirinya,
menginginkan kehadiran suatu organisasi yang dapat mengangkat derajat bangsa dan
negara. Selanjutnya, Soetomo bersama dengan M. Soeradji mengadakan pertemuan
dengan mahasiswa STOVIA yang lain untuk melanjutkan pembicaraan mengenai
pendirian organisasi yang telah dibahas dalam pertemuan sebelumnya bersama dr
Wahidin. Dalam pertemuan yang berlangsung di Ruang Anatomi milik STOVIA tersebut,
dibentuklah sebuah organisasi yang diberi nama 'Perkumpulan Budi Utomo'.
 Susunan Pengurus pada Awal Berdirinya Budi Utomo :
Pada saat awal berdirinya, susunan pengurus Perkumpulan Budi Utomo
ditetapkan secara lengkap. Tujuan organisasi juga dituangkan secara jelas ke dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Budi Utomo. Adapun kepengurusan Budi
Utomo saat berdirinya Perkumpulan Budi Utomo adalah sebagai berikut :

Ketua: R. Soetomo
Wakil Ketua: M. Soelaiman
Sekretaris I: Soewarno I (Gondo Soewarno)
Sekretaris II: M. Goenawan
Bendahara: R. Angka
Komisaris: M. Soeradji. M, Moh. Saleh, Soewarno II (M. Soewarno), dan R.M
Goembrek

 Kongres Pertama Budi Utomo di Yogyakarta :


Pada tanggal 3-5 Oktober 1908, Perkumpulan Budi Utomo mengadakan Kongres
Pertama di Yogyakarta. Dalam kongres tersebut ditentukan susunan Pengurus Besar Budi
Utomo, AD/ ART Budi Utomo, serta ditentukan juga Kantor Pusat Budi Utomo.
Para pendiri Budi Utomo yang merupakan pelajar STOVIA kemudian menjadi pengurus
Budi Utomo cabang Betawi. Sementara itu, Kantor Pengurus Besar Budi Utomo berada
di Yogyakarta diketuai oleh RT A. Tirto Kusumo, wakilnya adalah dr. Wahidin
Sudirohusodo.

Pelajar STOVIA yang yang menjadi pendiri Budi Utomo pun berjiwa besar
menerima keputusan, mereka juga merasa masih muda dan masih harus sibuk dengan
sekolahnya. Tidak lama kemudian setelah kongres tersebut, mulailah bermunculan
cabang-cabang Budi Utomo yang didirikan di daerah-daerah, baik di Jawa maupun di
luar Jawa. Meskipun Budi Utomo sudah memiliki cabang yang cukup banyak, perubahan
langkah perjuangannya belum berubah sama sekali, organisasi ini tetap menempuh
perjuangan melalui bidang sosial-budaya. Organisasi Budi Utomo juga memiliki
hubungan yang cukup dekat dengan pemerintah karena para pengurusnya sebagian besar
terdiri dari para pegawai pemerintah.

Hal ini juga yang membuat Budi Utomo terkesan lamban dan sangat hati-hati
dalam mengambil langkah. Anggota Budi Utomo yang tidak sabar akhirnya terpaksa
keluar dari keanggotaan Budi Utomo, di antaranya adalah antara dr. Cipto
Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat. Keduanya memutuskan keluar karena mereka
menginginkan gerakan yang militan dan langsung bergerak dalam bidang politik.
Sebenarnya, Budi Utomo bukannya tidak mau bergerak dalam bidang politik, namun
Budi Utomo tidak ingin terburu-buru karena mereka sejak awal memiliki prinsip untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.

Budi Utomo berpegang pada prinsip "Biar lambat asal selamat daripada hidup
sebentar mati tanpa bekas". Mereka menganggap masih banyak hal yang diperlukan
dalam pergerakan mereka yang mengharuskan Budi Utomo tetap bekerja sama dengan
pihak pemerintah. Semboyan Budi Utomo menggunakan filsafat "tumbuhnya pohon
beringin" yang hidupnya lambat dan tumbuh dengan sabar. Meskipun lambat, pohon ini
semakin lama semakin bertambah besar. Pohon beringin yang sudah besar berdiri dengan
kokoh dan rindang, serta dapat memberi keteduhan siapa pun yang ada di bawahnya.
Filosofi pohon beringin yang dijadikan semboyan itu terbukti dalam langkah pergerakan
Budi Utomo, organisasi ini mampu bertahan cukup lama. Dari tahun 1908-1926, Budi
Utomo masih tetap bergerak dalam bidang sosial-budaya dan belum berubah ke bidang
politik.

Budi Utomo Mengubah Langkah ke Pergerakan Politik


Setelah Dr. Soetomo kembali dari negeri Belanda dan mendirikan organisasi Persatuan
Bangsa Indonesia (PBI) yang bergerak dalam bidang politik, barulah Budi Utomo juga
mulai mengubah langkah perjuangan ke dalam bidang politik. Selama di Belanda, Dr.
Soetomo telah mendapat pengalaman perjuangan dalam memimpin Perhimpunan
Indonesia di negeri Belanda yang kebanyakan bergerak dalam bidang politik. Karena itu
tidak sulit baginya untuk merubah pergerakan Budi Utomo dari pergerakan sosial budaya
ke pergerakan politik.

Pada tanggal 24-26 Desember 1935 dalam Kongres Budi Utomo yang
diselenggarakan di Solo, terjadi fusi (penggabungan) antara PBI dengan Budi Utomo
menjadi satu dengan nama Partai Indonesia Raya (Parindra). Gerak langkah organisasi
tersebut dalam bidang politik bahkan masih sangat terasa hingga jatuhnya pemerintahan
HindiaBelanda.

2. Sarekat Islam,
Sarekat Islam merupakan salah satu organisasi yang memiliki peran penting
dalam perkembangan organisasi nasional di Indonesia. Sarekat Islam menjadi organisasi
yang paling awal berdiri di Indonesia. Tujuan Sarekat Islam lahir berkat keinginan
masyarakat Indonesia untuk memajukan perekonomian. Seiring berkembangnya Sarekat
Islam, tujuan organisasi ini juga semakin meluas. Dengan adanya Sarekat Islam, orang
pribumi dan Islam mendapatkan haknya. Selain itu, masyarakat juga mampu
memperjuangkan diri untuk lepas dari penjajahan. Di samping itu, organisasi Sarekat
Islam juga menandai kebangkitan nasionalisme di Indonesia pada abad ke-20. Lahirnya
Sarekat Islam memiliki peranan penting dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat
pribumi.

 Berdirinya Sarekat Islam


Lahirnya Sarekat Islam didahului dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam (SDI).
Organisasi ini awalnya merupakan perkumpulan para pedagang Islam. Organisasi yang
didirikan oleh H Samanhudi ini lahir pada 1905. Sarekat Dagang Islam adalah organisasi
ekonomi yang berdasarkan pada kepercayaan kepada Tuhan Islam dan perekonomian
sebagai dasar penggeraknya. Adapun tujuan Sarekat Dagang Islam yang paling utama
adalah menghimpun para pedagang pribumi Muslim agar dapat bersaing dengan
pedagang-pedagang besar Tiongkok.
Pada saat itu, para pedagang keturunan Tiongkok mendominasi perdagangan dan
status yang lebih tinggi dari pada penduduk Hindia Belanda lainnya. Kebijakan tersebut
sengaja diciptakan oleh pemerintah Hindia Belanda agar menimbulkan perubahan sosial.
Kemudian pada tahun 1912, H.O.S Tjokroaminoto mengubah nama organisasi
Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam. Perubahan nama tersebut memiliki tujuan
agar keanggotaan organisasi tidak hanya terbatas pada golongan pedagang, namun juga
terbuka bagi seluruh umat Islam di indonesia.

 Tujuan Sarekat Dagang Islam


Sebelum mengetahui dan memahami tujuan Sarekat Islam, penting untuk
mengetahui tujuan organisasi pendahulunya, Sarekat Dagang Islam. Ada beberapa tujuan
Sarekat Dagang Islam, di antaranya:
1. Tujuan Sarekat Dagang Islam adalah untuk menghadapi persaingan dagang dengan
pedagang Tiongkok dan sikap superioritasnya.
2. Mengatasi tekanan dari bangsawan yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia di Solo.
3. Sebagai bentuk perlawanan menghadapi semua penghinaan terhadap rakyat
bumiputera.
4. Mempersatukan para pedagang batik.
5. Memajukan sekolah-sekolah Islam.
6. Mengutamakan sosial ekonomi.

 Tujuan Sarekat Islam


Salah satu tujuan Sarekat Islam yang paling utama ada pada bidang sosial-
ekonomi. Adapun tujuan Sarekat Islam di bidang sosial-ekonomi, yaitu untuk memajukan
perdagangan masyarakat pribumi. Sementara itu, di bidang agama bertujuan untuk
mengembangkan ajaran Islam.
Menurut anggaran dasarnya, ada beberapa tujuan Sarekat Islam, di antaranya:
1. Tujuan Sarekat Islam adalah untuk memberikan pertolongan kepada para anggota yang
mengalami kesulitan.
2. Memajukan kepentingan jasmani dan rohani bagi kaum bumi putra.
3. Memajukan kehidupan Islam.
4. Menggerakkan hati umat Islam agar bersatu dan saling tolong menolong.
5. Melakukan segala daya upaya untuk mengangkat derajat rakyat untuk kemakmuran
tumpah darahnya.

3. Pendiri Indische Partij

Indische Partij atau disebut pula dengan Partai Hindia merupakan partai politik
pertama yang ada di Hindia Belanda dan berdiri di Bandung pada tahun 1912 tepatnya
pada 25 Desember. Partai ini didirikan oleh tiga tokoh yang disebut sebagai Tiga
Serangkai.

 Tiga Serangkai, Para Tokoh Pendiri Indische Partij


Pendiri Indische Partij atau Partai Hindia adalah tokoh dari tiga serangkai yaitu
Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo serta Ki Hadjar Dewantara. Ketiga tokoh
tersebut membentuk Indische Partij atau partai IP, sebab menginginkan adanya suatu
bentuk kerja sama yang terjadi antara orang Indo dengan orang Indonesia asli atau
disebut pula dengan orang bumiputera. Berikut penjelasan mengenai tiga tokoh serangkai
pendiri Indische Partij tersebut.

1. Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara (kompas.com)


Tokoh pertama pendiri Indisxhe Partij atau Partai Hindia adalah Ki Hadjar
Dewantara yang memiliki nama asli yaitu Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia lahir di
Yogyakarta pada 2 Mei tahun 1889. Selain sebagai pendiri dari Partai Hindia, Ki Hadjar
Dewantara juga dikenal sebagai bapak pendidikan, sebab ia dikenal karena memiliki
kepedulian terhadap perkembangan pendidikan yang ada di Indonesia. Selain itu, Ki
Hadjar Dewantara adalah seorang wartawan. Ia pernah menjadi wartawan di beberapa
surat kabar seperti Utusan Hindia, De Express serta Kaum Muda. Selain aktif dalam
bidang jurnalis sebagai wartawan, Ki Hadjar Dewantara juga memiliki kiprah di bidang
politik. Pada tahun 1908, Ki Hadjar Dewantara juga bergabung dengan organisasi Budi
Utomo. Bergabungnya Ki Hadjar Dewantara pada 20 Mei pun menjadi awal mula ia
berkiprah di dunia politik.

Ki Hadjar Dewantara memiliki tujuan nasionalisme yaitu untuk menghapuskan


dominasi para kolonial serta membuat para kaum peranakan, Indo hingga bumiputera
sadar untuk bersatu menghadapi musuh yang sama saat itu, yaitu pemerintah kolonial.
Ketika memerjuangkan nasionalisme, Ki Hadjar Dewantara pun dikenal sebagai sosok
yang berani serta keras dalam mengkritik kebijakan dari pemerintah kolonial. Akibatnya,
Ki Hadjar Dewantara pun harus menjalani pengasingan berkali-kali serta masuk keluar
penjara sebelum akhirnya ia memutuskan untuk berjuang memerjuangkan
nasionalismenya melalui dunia pendidikan dengan mendirikan Taman Siswa.

Ki Hadjar Dewantara pun benyak menyumbangkan jasa-jasanya bagi Indonesia,


khususnya dalam bidang pendidikan saat itu. Selain itu, Ki Hadjar Dewantara pun
mencetuskan semboyan pendidikan yang saat ini masih terkenal dan digunakan.

Berikut semboyan pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara tersebut :

 Ing Ngarsa Sung Tuladha artinya adalah guru merupakan pendidik yang harus
memberikan contoh maupun menjadi panutan.
 Ing Madya Mangun Karsa artinya ialah pendidik harus selalu berada di tengah murid-
muridnya serta terus membangun semangat mereka untuk terus berkarya.
 Tut Wuri Handayani artinya adalah guru adalah seorang pendidik yang terus menuntun,
menopang maupun menunjukan arah yang benar kepada anak-anak didiknya.

2. Douwes Dekker

Ernest Douwes Dekker (kompas.com)


Douwes Dekker adalah sosok penggagas utama dari terbentuknya Indische Partij
atau Partai Hindia. Ia memiliki nama sali Danudirja Setiabudi. Douwes Dekker adalah
seorang keturunan Belanda sekaligus pelopor dari munculnya rasa nasionalisme di
Indonesia pada awal abad ke 20. Meskipun keturunan dari Belanda, Douwes Dekker
justru memiliki peran dalam meningkatkan rasa nasionalisme para bumiputera untuk
melawan pemerintahan kolonial saat itu. Selain itu, Douwes Dekker pun memiliki peran
lain dalam proses perlawanan rakyat pada pemerintah kolonial saat itu.
Douwes Dekker bukanlah sosok yang memiliki keturunan asli Indonesia,
sehingga Douews Dekker pun beberapa menerima diskriminasi dari orang-orang Belanda
murni. Selain itu, ia adalah salah satu orang Indo atau Hindia Belanda yang tidak
memiliki posisi kunci dalam pemerintahan, sebab tingkat pendidikan yang ia miliki.
Karena sering mendapatkan perlakuan diskriminasi yang tidak mengenekan, Douwes
Dekker pun memiliki ide untuk mencetuskan Indische Bond, yaitu organisasi yang
dipimpin oleh orang asli dari Hindia Belanda atau Indo seperti dirinya. Akan tetapi,
organisasi yang ia cetuskan tersebut akhirnya tidak dapat berjalan dengan baik. Sebab ia
dan organisasinya tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari masyarakat saat itu.
Kemudian pada tahun 1912 Douwes Dekker pun memutuskan untuk mengajak
Tjipto Mangunkusumo serta Ki Hadjar Dewantara untuk mendirikan partai sendiri
dengan nama Indische Partij atau Partai Hindia. Bersama dengan dua kawannya tersebut,
ia memiliki tujuan dari mendirikan partai Indische Partij yaitu untuk menciptakan kerja
sama di antara orang Indo dengan para bumiputera. Karena pejuangannya tersebut,
Douwes Dekker bahkan sempat ditahan karena menentang Belanda dan pemerintahan
kolonial.

3. Tjipto Mangunkusumo

Tjipto Mangunkusumo (kompas.com)

Tokoh pendiri ketiga dari Indische Partij adalah Tjipto Mangunkusumo. Ia lahir di
Desa Pecagakan, Jepara pada 4 Maret tahun 1886. Bagi Tjipto Mangunkusumo, Indische
Partij adalah upaya mulia yang dapat mewakili kepentingan dari seluruh penduduk di
Hindia Belanda, tanpa memandang asak suku, asal golongan hingga agama yang dianut.
Ketika masih aktif di Indische Partij, Tjipto Mangunkusumo sempat diasingkan oleh
pemerintah kolonial ke Belanda, karena tulisan-tulisan serta aktivias politiknya saat itu.
Belanda baru mengembalikan Tjipto Mangunkusumo ke Indonesia pada tahun 1917.
Secara umum, Tjipto Mangunkusumo memiliki pandangan yang sama dengan
Douwes Dekker mengenai persatuan Indonesia. Ia beranggapan, bahwa penggabungan
dari unsur Barat serta Timur akan memiliki peran yang penting sekaligus menjadi faktor
penting dalam menjamin pertumbuhan yang subur bagi negara serta rakyat, termasuk
kaum bumiputera.

Di samping dikenal sebagai aktivis dari pergerakan nasional, Tjipto


Mangunkusumi pun memiliki profesi sebagai seorang dokter. Tjipto Mangunkusumo
meninggal dunia pada 8 Maret tahun 1943 serta dimakamkan di TMP Ambarawa, Jawa
Tengah. Berkat jasa-jasa Tjipto Mangunkusumo, pemerintah Indonesia pun
mengabadikan dirinya di pecahan uang logam rupiah baru senilai Rp200. Nama Tjipto
Mangunkusumo juga diabadikan menjadi sebuah rumah sakit besar di Jakarta.
 Latar Belakang Terbentuknya Indische Partij
Ernest Douwes Dekker, penggagas pertama dari berdirinya Indische Partij
mulanya mendapatkan diskriminasi sekaligus menyakiskan kasus-kasus diskriminasi
yang dilakukan oleh pemerintah kolonialisme Belanda kepada orang-orang keturunan
Belanda atau Indo di Hindia Belanda.
Dari diskriminasi yang ia alami tersebut, Douwes Dekker kemudian lebih giat
dalam menyuarakan konsep nasionalisme yang ia percayai. Sebelum mendirikan Indische
Partij, Douwes Dekker sempat membentuk sebuah organisasi yang di dalamnya
berkumpul orang-orang Indo bernama Indische Bond pada tahun 1898.
Partai Indische Bond tersebut didirkan oleh K Zaalberg yaitu seorang Indo, sama
seperti Douwes Dekker. Menyadari bahwa anggota dari Indische Bond yang berisikan
orang-orang Indo saja, Douwes Dekker pun berpendat bahwa anggota Indo saja di
Indische Bond tidak cukup kuat untuk menyatukan dan memerjuangkan kemerdekaan
dari Hindia Belanda saat itu.
Oleh karena itu, Douwes Dekker pun mendirikan Indische Partij bersama dengan
dua sahabatnya. Ketiga pendiri Indische Partij pun dikenal dengan nama tiga serangkai
yang terdiri dari Ki Hadjar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker.
Tidak seperti organisasi sebelumnya, Indische Partij menerima masyarakat dari berbagai
golongan tanpa memandang hal apapun.
Sebagai tambahan informasi, ketika masa penjajahan Belanda, rakyat Hindia
Belanda dibagia menjadi beberapa kelompok masyarakat tertentu. Tujuannya agar
masyarakat Hindia Belanda saat itu terpecah belah. Salah satunya adalah dengan
memisahkan kelompok masyarakat Indo yaitu orang-orang keturunan campuran Eropa
Pribumi. Lalu, ada pula kelompok timur asing yang terdiri dari masyarakat keturunan dari
negara-negara Asia lainnya. Belanda juga memisahkan kelompol masyarakat pribumi
atau bumiputera.
Karena pemisahan kelompok masyarakat tersebut, banyak terjadi keganjilan
sekaligus diskriminasi antar golongan yang dilihat oleh Douwes Dekker. Sehingga,
berdirinya Indische Partij menjadi wadah untuk seluruh masyarakat dari berbagai
golongan, berbagai agama yang berbeda untuk bersatu dan menyuarakan
nasionalismenya masing-masing dengan tujuan yang sama, yaitu memerjuangkan
kemerdekaan Indonesia dan melawan pemerintah kolonialisme.
Dalam perjalanannya, Indische Partij turut aktif berkeliling di Hindia Belanda
dengan tujuan untuk menyebarkan gagasan nasionalisme yang dibawa oleh para anggota
dan pendiri untuk mengakhiri kolonialisme serta mendapatkan dukungan dari rakyat saat
itu. Dengan usaha-usaha tersebut, Indische Partij pun berhasil mengumpulkan anggota
partai hingga lebih dari 7000 orang pada Oktober tahun 1912. Selain itu, tiga serangkai
sebagai pendiri Indische Partij juga turut aktif dalam menyebarkan gagasan nasionalisme
serta bentuk-bentuk perlawanan kolonialisme. Bentuk perlawanan yang dilakukan oleh
tiga serangkai adalah melalui tulisan provokatif yang dipublikasi melalui surat kabar De
Expres yang didirkan oleh Douwes Dekker dan Ki Hadjar Dewantara berperan sebagai
wartawan dalam surat kabar tersebut.

 Tujuan Didirikannya Indische Partij


Pada mulanya, Indische Partij didirikan karena hadirnya diskriminasi serta
rasisme antara orang-orang keturunan Belanda asli dengan orang Eropa akan tetapi
campuran yang berasl dari hasil pernikahan antara orang Belanda dengan orang Indonesia
atau disebut pula dengan orang Indo.
Tujuan utama dari berdirinya Indische Partij sendiri ialah untuk membangun rasa
patriotisme kepada tanah air, yaitu Indonesia. Partai ini menggunakan beragam media,
seperti majalah, surat kabar dan lainnya sebagai sarana untuk dapat mewujudkan tujuan
yang diusung oleh Indische Partij.
Tujuan Indische Partij ialah untuk memperbaiki keadaan kaum Indo yang saat itu
mendapatkan diskriminasi dan rasisme. Oleh karena itu, Partai Hindia berusaha untuk
mencari dukungan dari organisasi-organisasi lain yang dapat menjadi pendukung. Hal
tersebut dilakukan demi memengaruhi pendiri dari Indiche Bond yang saat itu hanya
menerima orang Indo sebagai anggotanya.

Berikut adalah beberapa tujuan lain dari Indische Partij yang didirikan oleh tiga serangkai.

 Untuk membangun rasa patriorisme dari seluruh rakyat Indonesia kepada Indonesia yang
merupakan tanah airnya.
 Guna menerapkan kerja sama yang didasarkan pada persamaan dari ketatanegaraan.
 Memajukan tanah air Indonesia.
 Untuk mempersiapkan kehidupan rakyat Indonesia sebagai rakyat yang merdeka dari
penjajah.
Tujuan Indische Partij ialah untuk memerdekakan Indonesia dan termasuk dalam
salah satu organisasi politik pertama yang memiliki tujuan guna memerdekakan
Indonesia dari pemerintahan kolonialisme. Lantas, bagaimana bentuk dan cara para
pendiri serta anggota Indische Partij untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan
tersebut?
Demi mewujudkan tujuan yang diusung oleh Indische Partij, maka para anggota
pun melakukan berbagai macam usaha. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan
menjalin kerja sama antara orang Indo dengan orang-orang bumiputera atau orang
pribumi asli Indonesia.

Usaha-usaha lainnya yang dilakukan oleh para pendiri dan anggota Indische Partij adalah sebagai
berikut :

 Menyerap cita-cita nasional dari Hindia atau Indonesia.


 Memberantas sikap sombong dalam hal sosial baik dalam ranah pemerintahan maupun
dalam ranah masyarakat. Sehingga, seluruh orang dari beragam golongan memiliki
kedudukan yang sama tidak peduli pada golonga-golongan tertentu seperti yang
dibedakan oleh Belanda.
 Memberantas segala usaha yang dapat menimbulkan kebencian yang terjadi di antara
agama di Hindia.
 Memperbesar pengaruh dari pro Hindia dalam pemerintahan.
 Dalam bidang edukasi, Indische Partij bertujuan untuk memperkuat kondisi dari
perekonomian masyarakat. Terutama untuk masyarakat yang memiliki keadaan ekonomi
yang lemah.
Itulah keenam usaha yang dilakukan oleh anggota serta pendiri dari Indische
Partij demi meraih tujuan-tujuan yang ingin dicapai bersama.

 Bubarnya Indische Partij Atas Perintah Belanda

Pada 4 Maret tahun 1913, pemerintah kolonial Belanda akhirnya membubarkan


Indische Partij. Sebab, kehadirkan Indische Partij dianggap sebagai sebuah gerakan yang
radikal serta mangganggu keamanan.

Gubernur Jendral yaitu Idenburg sebagai salah satu perwakilan pemerintah


kolonial Belanda pun menolak upaya-upaya pendaftaran status berbadan hukum dari
Indische Partij pada 11 Maret 1913 demi membubarkan organisasi ini. Hal ini
dikarenakan, selama aktif, Indische Partij selama terang-terangan menentang pemerintah
kolonial serta mengkritik habis-habisan pemerintah Belanda yang saat itu menguasai
Hindia.

Meskipun ditolak oleh pemerintah kolonial Belanda, tiga serangkai pendiri


Indische Partij masih aktif menyuarakan nasionalismenya melalui tulisan-tulisan yang
diterbitkan diberagam media. Kemudian pada 13 Juli 1913, tulisan dari Ki Hadjar
Dewantara atau Suwardi Suryaningrat dengan judul Als Ik Een Nederlander was, artinya
andaikan aku seorang Belanda pun dimuat di surat kabar De Expres.
Dalam tulisan tersebut, Ki Hadjar Dewantara menyindir pemerintah kolonial
Belanda yang saat itu menyelenggarakan pesta kemerdekaan di Hinda Belanda. Ia merasa
bahwa apa yang dilakukan oleh Belanda tidak adil. Terutama soal Belanda yang
memaksa rakyat Hindia Belanda untuk membayarkan sejumlah dana untuk perayaan
kemerdekaan tersebut. Berikut adalah sedikit kutip dari tulisan Ki Hadjar Dewantara saat
itu.

“Apabila aku adalah seorang Belanda, maka aku tidak akan menyelenggarakan
pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar
dengan pemikiran tersebut, bukan hanya tidak adil tetapi juga tidak pantas untuk
menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan tersebut. Ide untuk
menyelenggarakan perayaan kemerdekaan itu saja telah menghina merak dan sekarang
kita keruk juga kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir batin itu! Kalau aku
seorang Belanda, hal utama yang menyinggung perasaanku dan kawan sebangsaku
adalah kenyataan, bahwa inlander harus ikut memberi ongkos kegiatan yang tidak ada
kepentingan sedikit pun baginya”

Karena tulisan tersebut, Ki Hadjar Dewantara pun ditangkap oleh Belanda. Lalu,
Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo ikut memberikan perlawanan yang akhirnya
membuat ketiganya diasingka ke Belanda. Setelah pengasingan tersebut, maka eksistensi
dari Indisce Partij pun hilang dan lambat laun organisasi ini pun bubar

Anda mungkin juga menyukai