Anda di halaman 1dari 6

Organisasi-organisasi kebangsaan

D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Kelompok :
1. Shifa zhafira
Organisasi-organisasi kebangsaan

Pergerakan nasional Indonesia memunculkan organisasi pergerakan


yang berkemang dikalangan Hindia Belanda. Organisasi-organisasi
tersebut memiliki landasan dan sikap yang berbeda dalam mengambil
peran di pergerakan nasional. Secara umum organisasi-organisasi
tersebut dapat dibabakan ke dalam beberapa masa berdasarkan corak
pergerakannya, sebagai berikut :
 Masa awal pergerakan nasional (1908 - 1920) berdiri organisasi
seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij.
1. Boedi oetomo

(Dr. wahidin soedirohusodo, tokokh (Dr. soetomo)


perintis pendirian boedi oetomo)

Budi Utomo adalah organisasi pergerakan kebangsaan pertama di Indonesia. Didirikan oleh pelajar
Stovia (School tot Opleiding Van Inlandsche Artsen) dibawah kepemimpinan R.sutomo. Sebelum Sutomo
dan kawan-kawannya mendirikan perkumpulan Budi Utomo, terlebih dahulu terjadi pertemuan antara
dr.Wahidin Sudirohusodo dengan R.Sutomo dan M.Soeradji pada akhir tahun 1907, dalam gedung stovia.
Dalam pertemuan tersebut, dr.Wahidin banyak mengemukakan tentang ide-ide untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa melalui studiefonds (dana pendidikan). Kalau bangsa sudah cerdas, maka memiliki
Kader Budiluas
wawasan Utomo. Foto: Collectie
yang timbul, sehingga tidakStichting Nationaal
mudah untuk Museum
diadu domba, van oleh
dan diatur Wereldculture
pihak penjajah.
Tak lama Sutomo dengan Soeradji mengadakan pertemuan dengan kawan-kawan STOVIA lainnya
untuk membicarakan organisasi yang bersifat nasional itu. Pertemuan diadakan di ruang anatomi STOVIA.
[4] Hasil pertemua itu sangat positif dan berhasil mendirikan organisasi yang diberi nama perkumpulan
budi utomo. 
Kemudian pada tanggal 3-5 Oktober 1908 diadakan Kongres I di Yogyakarta. Dalam kongres tersebut,
Budi Utomo menghasilkan susunan Pengurus Besar Budi Utomo, AD/ART Budi Utomo, dan menentukan
kantor pusat. Selanjutnya para pendiri Budi Utomo yang berdiri dari para pelajar STOVIA tersebut di atas,
merupakan pengurus Budi Utomo cabang Betawi. Sedangkan kantor Pengurus Besar Budi Utomo berada di
Yogyakarta, dengan ketua oleh Tirto Kusumo dan dr. Wahidin sebagai wakil ketua. Dengan demikian
tampak jelas bahwa para pelajar STOVIA hanya sebagai pendiri saja, karena kepengurusan Budi Utomo
dijabat oleh orang-orang yang lebih tua, yaitu para Bupati maupun pejabat yang lain.
Jangkauan gerak Budi Utomo terbatas pada penduduk pulau jawa dan pulau
Madura dan baru kemudian meluas untuk penduduk Hindia seluruhnya dengan tidak
memperhatikan perbedaan keturunan, jenis kelamin, dan agama. Sampai menjelang
kongres pertama terdapat 8 cabang Budi Utomo yaitu di Jakarta, Bogor, Bandung, Yogya
I, Yogya, II, Magelang, Surabaya, dan Probolinggo.
Setelah cita-cita Budi Utomo mendapat dukungan makin meluas di kalangan
cendikiawan Jawa, maka pelajar itu menyingkir dari barisan depan. Sebagian karena
keinginannya agar generasi yang lebih tua memegang peranan bagi gerakan itu. Ketika
kongres Budi Utomo di buka di Yogyakarta, maka pimpinan beralih kepada generasi yang
lebih tua, yang terutama terdiri dari priyayi-priyayi rendahan. Setelah perdebatan yang
panjang tentang corak Budi Utomo, maka pengurus besar memutuskan untuk
membatasi jangkauan geraknya kepada penduduk Jawa dan Madura dan tidak
melibatkan diri dalam kegiatan politik.
Bidang kegiatan yang dipilihnya oleh karena itu adalah bidang pendidikan dan
budaya. Budi Utomo menganggap perlu meluaskan pendidikan barat. Pengetahuan
bahasa Belanda mendapat prioritas pertama, karena tanpa bahasa itu seseorang tidak
dapat mengharapkan kedudukan yang layak dalam jenjang kepegawaian kolonial.
Dengan demikian, maka Budi Utomo cenderung untuk memajukan pendidikan bagi
golongan priyayi dari pada bagi penduduk pribumi pada umumnya.
Mangunkusumo dan Surjodiputro, berhenti dari badan pengurus sebelum kongres
yang kedua. Pengurus Besar Budi Utomo menjadi lebih seragam. Setelah persetujuan
yang diberikan pemerintah kepada Budi Utomo sebagai badan hukum, maka
diharapkan organisasi itu akan melancarkan aktivitas secara luas. Tetapi Budi Utomo
menjadi lamban, yang disebabkan kesulitan keuangan. Lain daripada itu para bupati
telah mendirikan organisasi sendiri, para pemuda STOVIA dan anggota muda lainnya
berhenti sebagai anggotanya karena kecewa terhadap jalan yang telah ditempuh Budi
Utomo. Namun, pada akhir tahun 1909 Budi Utomo telah mempunyai cabang di 40
tempat dengan jumlah anggota lebih kurang 10.000 orang.
Selanjutnya, perkambangannya menjadi lamban. Aktivitasnya hanya terbatas
pada penerbitan majalan bulanan Goeroe Desa dan beberapa petisi yang dibuatnya
kepada pemerintah berhubung dengan usaha meninggikan mutu sekolah menengah
pertama.ketika kepemimpinan pengurus pusat makin lemah, maka cabang-cabang
melakukan aktivitas sendiri yang tidak banyak hasilnya. Pemerintah yang mengawasi
perkembangan Budi Utomo sejak berdirinya dengan penuh perhatian dan harapan,
akhirnya menarik kesimpulan bahwa pengaruh Budi Utomo terhadap penduduk
pribumi tidak begitu besar. 
Karena Budi Utomo tidak pernah mendapat dukungan massa, kedudukannya secara
politik kurang begitu penting. Namun suatu hal yang penting dari Budi Utomo adalah
bahwa di dalam tubuhnya telah ada benih semangat nasional yang pertama dan
karena itu ia dapat dipandang sebagai induk pergerakan nasional, yang kemudian
muncul di dalam tubuh Sarekat Islam dan Indische Partij.

Anda mungkin juga menyukai