Anda di halaman 1dari 12

1

BUDI UTOMO

A. Awal berdirinya Budi Utomo

Dilatar belakangi situasi ekonomi yang buruk di pulau Jawa karena eksploitasi
penjajah Belanda, menyebabkan banyak anak priyayi rendahan yang pandai tapi tidak
dapat meneruskan sekolah karena tidak ada biaya di samping jumlah sekolah yang
terbatas. Kesadaran akan adanya ketimpangan ini membuat Dr.Wahidin untuk
melancarkan suatu aksi untuk mengumpulkan dana yang akan di gunakan sebagai
beasiswa. Untuk itu ia mendirikan Studiefonds (beasiswa).

Dr.Wahidin Suhirohusodo dengan giat menyebarkan cita-citanya agar dipulau jawa


dapat dibentuk suatu perkumpulan yang bertujuan untuk memajukan pendidikan. 1 Dia
mendatangi beberapa sekolah, seperti sekolah dokter School Taf Opleiding Van
Indische Arsten (Stovia). Dr.Wahidin bertemu dengan pelajar-pelajar STOVIA di
Jakarta yaitu Sutomo, Cipto mangunkusumo, dan Gunawan Mangunkusumo, dll,
kemudian ia menceritakan cita-citanya itu. Cita-citanya tersebut mendapat sambutan
dari para mahasiswa STOVIA. Mereka ingin meluaskan cita-cita Dr.Wahidin dengan
mendirikan organisasi. Akhirnya pada 20 Mei 1908 Sutomo dan kawan-kawan
mendirikan suatu perkumpulan yang bernama Budi Utomo di Jakarta. Dr.Wahidin
2
Sudirohusodo yang disebut sebagai “de stootgever” (1857-1917) berperan sebagai
pembangkit semangat terbentuknya organisasi pertama ini. Organisasi ini bersifat
sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak bersifat politik. Kongres pertama
diselenggrakan di bulan oktober 1908. Kongres tersebutb diadakan untuk membentuk
pengurus-pengurusnya. Yang menjadi ketuannya adalah seorang bupati Karanganyar,
Raden Adipati Tirtokusumo, sedangkan yang menjadi wakilnya adalah Dr.Wahidin
yang juga merupakan pendorong dari berdirinya budi utomo ini.

B. Tujuan Budi Utomo

1
Ricklef, M. C. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta. Gajah Mada University Press. Hal 248
2
‘de stootgever’ bahasa Belanda yang artinya pendorong atau pengagas. Dr.Wahidin hanya sebagai
pendorong dalam pendirian Budi Utomo, bukan yang mendirikannya. Yang mendirikannya adalah
Dr.Sutomo. (Susanto tirtoprodjo, 1988. Hal:11).
2

Budi Utomo melakukan pengajaran bagi orang Jawa dan berusaha untuk
membangkitkan kembali budaya Jawa, Jadi pendidikan barat dipadukan dengan tradisi
dan budaya Jawa. Adapun yang tercantum dari tujuan dari Budi Utomo adalah “de
harmonische ontwikkeling vand land en volk van java en madura”, yang artinya
“kemajuan yang harmonis untuk Jawa dan Madura”. Dilihat dari tujuannya organisasi
ini bersifat kedaerahan. Ingatlah pada waktu itu, ide Indonesia dan persatuan Indonesia
itu belum ada di kalangan bangsa. Itulah sebabnya Budi Utomo pada waktu itu yang
dikehendakinya itu hanya meliputi Jawa dan Madura saja, dan sama sekali belum
disebutkan kemerdekaan.

1. Memajukan pengajaran sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh


Dr.Wahidin.
2. Memajukan pertanian, pertenakan dan perdagangan.
3. Memajukan teknik dan industri.
4. Menghidupkan kembali kebudayaan.

Yang sebenarnya menjadi cita-cita budi utomo adalah kehormatan bangsa,


kedudukan bangsa supaya menjadi bangsa yang terhormat diantara bangsa-bangsa di
dunia ini. Jadi disitulah ternyata bahwa meskipun yang dapat dijalankan hanya pada
bidang-bidang seperti pengajaran, kebudayaan dan sebagainya tetapi dalam pokoknya
yang dikehendaki dan dicita-citakan oleh para pendiri Budi Utomo ini adalah
kehidupan bangsa yang terhormat. Inilah yang untuk pertama kalinya rasa “national
bewustzijn” disimpulkan dalam suatu bentuk perkumpulan. Maka dari itu ditetapkan
sebagai permulaan pergerakan nasional ialah berdirinya Budi Utomo, karena tidak
hanya bercita-cita nasional menuju kemerdekaan nusa dan bangsa, tetapi dengan
bentuk suatu perkumpulan yang telah diatur.

Waktu didirikan, perkumpulan Budi Utomo pada hakekatnya sudah menghedaki


suatu tujuan politik, tetapi dalam lahirnya, tidak begitu tegas dinyatakan tujuan itu
adalah “kemerdekaan”, tetapi hanya “hehidupan sebagai bangsa yang terhormat”.
Maka pada waktu itu belum dapat dikatakan bahwa Budi utomo didirikan sebagai
perkumpulan politik. Hai ini ada sebabnya, karena pada waktu itu memang ada
larangan ada larangan yang tegas. Didalam undang-undang yang berlaku pada waktu
itu ada pasal yang dengan tegas melarang perkumpulan politik. Maka dari itu Budi
3

Utomo didirikan tidak sebagai perkumpulan politik, tetapi dalam prakteknya,


didorongkan ke lapangan politik. 3

C. Perkembangan Budi Utomo

Walaupun tujuan Budi Utomo masih samar-samar yaitu kemajuan bagi Hindia,
tetap menarik perhatian masyarakat, hanya dalam waktu enam bulan jumlah anggota
Budi Utomo sudah mencapai ribuan orang dan cabang-cabangnya tersebar di kota-kota
besar pulau Jawa tapi anggota Budi Utomo terbatas hanya dari suku Jawa dan Madura.
Dalam waktu satu tahun Budi Utomo berhasil menarik 10.000 anggaran yang berasal
dari 40 cabang, seperti Yogyakarta, Madura, Bandung, Surabaya, Jakarta, dll.

Dalam perkembangan selanjutnya anggoata Budi Utomo kebanyakan terdiri dari


kaum priyayi dan pegawai negeri, akibatnya tujuan organisasi lebih diarahkan untuk
kepentingan mereka dan mengabaikan kepentingan rakyat banyak. Ketua Umum BU
yang juga sebagai bupati lebih memperhatikan reaksi pemerintah kolonial daripada
reaksi anggota atau rakyat banyak. Dengan keanggotaan para priyayi Jawa, maka sulit
untuk memobilisasi anggotanya. Dengan perkembangan yang demikian akibat
terbatasnya jaringan interaksi atau hubungan organisasi, golongan muda merasa
kecewa dan memutuskan keluar dari Budi Utomo. Priyayi adalah sebutan untuk orang-
orang Jawa keturunan bangsawan. Kaum priyayi menolak kehadiran Budi Utomo,
Karena kelahiran dan cita-cita Budi Utomo dianggap mengganggu kestrabilan
kedudukan sosial mereka. Mereka merasa terancam posisinya oleh gerakan anak muda
tersebut. Untuk mencegah cita-cita Budi Utomo tersebut mereka mendirikan regent
Bond Setia Mulya di Semarang, tapi ada pula kaum priyayi yang progresif seperti
bupati Karang Anyar yang bernama Tirto Kusumo yang mendukung Budi Utomo.

Gerakan muda yang keluar diantaranya adalah Soetomo, Goenawan


Mangunjusumo dan Cipto Mangunkusumo. Golongan pemuda di luar kultur Jawa
membentuk organisasi pemuda diantaranya Jong Ambon, Jong Celebes, Jong
Minahasa, dan sebagainya. Di kalangan pemuda Jawa berdiri Sedyo Tomo dan Narpo
Pendowo. Sementara itu Budi Utomo memperoleh status badan hukum dari
pemerintah kolonial karena tidak memiliki tujuan politik dan dianggap tidak
berbahaya. 4
3
Susanto tirtoprodjo, 1988. Hal:11.
4
Sartono Kartodirjo. 1999. Hal 105.
4

Sesuai pekembangan zaman BU akhirnya juga terjun dalam kegiatan politik, hal
ini terbukti ketika terjadi Perang dunia 1 pada tahun 1915, Budi Utomo turut
memikirkan cara mempertahankan Indonesia dari serangan BU mengusulkan kepada
pemerintah untuk membentuk Indiandsche Militie (Milisi untuk Bumiputera) untuk
mempertahankan Indonesia dari serangan yang dikemukakan dalam rapat umum di
Bandung pada tanggal 5-6 Agustus di Bandung. Menurut BU, untuk tujuan itu harus
dibentuk dewan perwakilan rakyat terlebih dahulu. Atas usulan BU tersebut maka pada
akhir Perang dunia 1 dibentuklah Volksraad. Ketika dibentuk Volksraad (Dewan
Rakyat), wakil-wakil Budi Utomo duduk di dalamnya dalam jumlah yang cukup
banyak.

Tahun-tahun berikutnya usaha untuk memajukan organisasi ini tidak begitu berhasil
karena mulai muncul organisasi-organisasi baru sebagai saingannya yang harus
nasionalis dan lebih progres. Pada tahun 1935 Budi Utomo berfungsi atau bergabung
dengan Partai Indonesia Raya (Parindra).

Walaupun kegiatan Budi Utomo lebih bersifat sosial kultural, tapi kelahiran Budi
Utomo merupakan pelopor pergerakan nasional Indonesia pertama, sehingga tanggal
berdirinya ditetapkan sebagai hari kebangkitan nasional Indonesia. Secara politik dapat
dikatakan Budi Utomo kurang begitu pentingnya akan tetapi pergerakan inilah yang
menyebar lebih semangat nasionalisme untuk pertama kalinya.

Sebagai suatu organisasi yang baik, Budi Utomo memberikan usulan kepada
pemerintah Hidia Belanda sebagaimana berikut ini : 5

1. Meninggikan tingkat pengajaran di sekolah guru baik guru bumi putera


maupun sekolah priyayi.
2. Memberi beasiswa bagi orang-orang bumi putera.
3. Menyediakan lebih banyak tempat pada sekolah pertanian.
4. Izin pendirian sekolah desa untuk Budi Utomo.
5. Mengadakan sekolah VAK / kejuruan untuk para bumi putera dan para
perempuan.
6. Memelihara tingkat pelajaran di sekolah-sekolah dokter jawa.
7. Mendirikan TK / Taman kanak-kanak untuk bumi putera.

5
.<http://www.wikipedia >. Diakses pada tanggal 9 September 2011.
5

8. Memberikan kesempatan bumi putra untuk mengenyam bangku pendidikan di


sekolah rendah eropa atau sekolah Tionghoa - Belanda.

Pemerintah Hindia-Belanda mengesahkan Budi Utomo sebagai badan hukum yang


sah karena dinilai tidak membahayakan, namun tujuan organisasi Budi Utomo tidak
maksimal karena banyak hal, yakni :
1. Mengalami kesulitan financial
2. Kelurga R.T. Tirtokusumo lebih memperhatikan kepentingan pemerintah
kolonial daripada rakyat.
3. Lebih memajukan pendidikan kaum priyayi dibanding rakyat jelata.
4. Keluarga anggota-anggota dari golongan mahasiswa dan pelajar.
5. Bupati-bupati lebih suka mendirikan organisasi masing-masing.
6. Bahasa belanda lebih menjadi prioritas dibandingkan dengan Bahasa
Indonesia.
7. Pengaruh golongan priyayi yang mementingkan jabatan lebih kuat
dibandingkan yang nasionalis.

SAREKAT DAGANG ISLAM

A. Sejarah berdirinya Sarekat Dagang Islam


6

Terbukanya wacana politik bagi rakyat pribumi pada awal penerapan

politik etis, direalisasikan dengan keluarnya Desentralisatie Wetoeving atau

Undang-undang Desentralisasi (1903). Hal ini memungkinkan terjadinya

wewenang secara otonomi yang disertai pembentukan beberapa dewan daerah. 6

Terlebih setelah Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda diakui sebagai

Eigen Rechpersoonlijkheid (status badan hukum) pada tahun 1912. Karena

memiliki status badan hukum sendiri, otomatis berhak mengatur urusan finansial,

pendapatan dan pengeluarannya.

Sejak Indonesia berada di tangan Belanda, maka berbagai pendatang dari

negeri asing datang ke Indonesia. Kehadiran mereka mempunyai tujuan yang

berbeda-beda. Penjajah Belanda mempunyai tindakan politik untuk melindungi

kepentingan ekonominya, jadi motif ekonomi di dalam situasi kolonial menjadi

faktor dominan bagi penentuan hubungan sosial.

Pada awal abad XX kita menyaksikan suatu perkembangan penting dalam

perjalanan sejarah masyarakat Indonesia, ketika daerah perkotaan menggeser

peranan komunitas pedesaan sebagai tempat berlangsungnya perubahan. Jika

tuntutan akan lahan dan tenaga kerja dari kaum penjajah telah mengubah peranan

masyarakat di abad XX, maka pertumbuhan usaha perdagangan dan industri di

abad XX telah merangsang pembangunan di bidang kehidupan sosial di pusat-

pusat kegiatan tersebut.

Di kota-kota, terjadi kebangkitan golongan borjuis pribumi. Kelas baru

ini terdiri atas pengusaha dan cendekiawan kehidupan kota. Kaum bangsawan

dan pangreh praja yang disebut golongan priyayi, tersisih.

6
Suradi, Haji Agus Salim dan Konflik Politik dalam Sarekat Islam, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997),
hal. 9
7

Hanya di kota-kota yang kuat sifat kejawennya, seperti di Surakarta dan

Yogyakarta, kaum bangsawan tua masih menikmati kedudukan tinggi dalam

pandangan masyarakat. Tapi hanya mereka yang siap memainkan peranan baru

yang didiktekan oleh kelas menengah baru, bertahan dalam kedudukan itu,

selebihnya yang tak siap, kehilangan pamor dan hilang dari peredaran. Akhirnya

banyak ningrat yang bergabung dengan golongan menengah memprakarsai dan

ikut berkecimpung dalam banyak usaha bersama yang tumbuh selama dasawarsa

pertama dan kedua abad XX. 7

Akar kesadaran politik umat Islam pada masa modern di Indonesia

dimulai dengan bangkitnya Sarekat Islam (SI) sebelum Perang Dunia II yang

merupakan transformasi dari Sarekat Dagang Islam (SDI). Lahirnya Sarekat

Islam bukanlah suatu kebetulan dalam sejarah yang tidak dilatar belakangi oleh

kesadaran yang dalam dan panjang. Kelahiran Sarekat Islam dapat dikatakan

sebagai suatu keharusan sejarah bagi perjalanan politik umat Islam Indonesia.

Sarekat Islam memilih agama sebagai pengikat sosial yang efektif,

sehingga berhasil dalam menarik rakyat bawah yakni petani dan buruh pabrik.

Rasa keagamaan menguat secara besar-besaran, sentimen nasional dan membina

bentuk solidaritas yang efektif dan mencakup aktifitas golongan. Pada waktu

Belanda menjajah Indonesia, bangsa Indonesia merasa terombang-ambing

hidupnya, keadaan ini berlangsung selama tiga setengah abad lamanya. Bangsa

Indonesia mengalami penderitaan lahir dan batin terus menerus.

7
Kuntowijoyo,ParadigmaIslamInterpretasiUntukAksi,(Bandung:Mizan,1991),hal.78.
8

Politik pemerintah kolonial Belanda, khususnya bidang sosial budaya,

yakni membuat klasifikasi status sosial di masyarakat yang membagi-bagi

penduduk Indonesia menjadi beberapa golongan penduduk pribumi. Dari

perkembangan kelas yang berlaku ini telah menunjukkan dengan jelas akan

rendahnya kedudukan penduduk pribumi yang statusnya di bawah Belanda

maupun orang-orang asing timur. Kelas-kelas yang ada di atas Inlanders

(pribumi) adalah merupakan kaum bangsawan yang harus dihormati, sedangkan

rakyat Inlanders harus tunduk serta membungkukbungkuk sebagai realisasi

penghormatan terhadap bangsawan tersebut.

Adapun yang berhubungan dengan bidang keagamaan, Belanda berusaha

untuk melemahkan kekuatan Islam disatu sisi, sementara disisi lain Belanda

berusaha menjalankan usaha Zending (kristenisasi). Usaha-usaha ini adalah

merupakan politik pemerintahan Belanda di bidang agama, karena Islam

dipandang oleh Belanda sebagai suatu kekuatan dan momok bagi kelanggengan

kekuasaan kolonialisme mereka di Indonesia.

Melalui penyebaran pendidikan dan media massa, maka akibat langsung

yang dihasilkan adalah munculnya kesadaran Nasionalisme, yang berdampak

pada kesadaran baru sebagai masyarakat yang berada di tingkat nasional. Hal ini

akhirnya direspon oleh organisasi Islam yang pertama di Indonesia yaitu Sarekat

Islam, sebagai motivasi untuk berkembang dalam kancah nasional untuk

mewujudkan kemerdekaan.

Munculnya pergerakan perlawanan pada awal abad XX tidak lain

berpangkal pada dibukanya kesempatan Bumiputera dalam memperoleh

pendidikan. Elit-elit baru yang dilahirkan oleh kebijakan politik etis-lah yang
9

kemudian memegang peranan penting dalam massa pergerakan. Terbentuknya

organisasi pergerakan mulai Boedi Oetomo (BO), kemudian

Sarekat Dagang Islam (SDI) merupakan salah satu imbas dari kebijakan

tersebut. Jika BO dapat menghasilkan suatu mekanisme koordinasi kekuatan

antar primordial, maka dalam perkembangan massa pergerakan kekuatan seperti

inilah yang diteruskan menjadi pergerakan bernuansa politik.

Sarekat Dagang Islam sangat mudah diterima oleh masyarakat pedesaan

dan mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan menggunakan ideologi

Islam yang dibawanya. Pada perkembangannya, Sarekat Dagang Islam sebagai

organisasi yang memilih basis massa mayoritas dari masyarakat mampu

mengangkat masalah-masalah tentang kegelisahan masyarakat atas berbagai

kebijakan pemerintah kolonial. Orang pribumi menganggap Sarekat Dagang

Islam sebagai alat bela diri terhadap kekuasaan kolonial yang terlihat monolitis

dan tidak sanggup mereka hadapi sendiri.

Oleh karena itulah Sarekat Dagang Islam dalam perkembangannya

nampak sebagai lambang solidaritas kelompok yang dipersatukan dan didorong

oleh perasaan tidak suka kepada orang Cina, bangsawan, pejabat, mereka yang

tidak menjadi anggota Sarekat dagang Islam, dan khususnya pada Belanda.

Kondisi politik yang terintervensi keberadaan pemerintah kolonial dengan

kegiatan ekploitasinya juga menjadi latar belakang terjadinya sentimen

masyarakat kepada golongan pemerintah kolonial.

Lahirnya Sarekat Dagang Islam berawal dari persaingan dagang antara

penduduk pribumi dengan penduduk Cina (Tionghoa) peranakan. Kemajuan

yang sangat pesat dapat di capai oleh orang-orang Cina dalam hal perdagangan
10

kain dan sikap superioritas orang-orang Cina terhadap kalangan pribumi,

sehubungan dengan revolusi Sun Yat Sen tahun 1911 yang menimbulkan

perasaan tinggi hati mereka, dan tak lupa, keahlian mereka dalam memonopoli

harga kain batik, semakin menambah kejengkelan para pedagang pribumi,

sehingga merasa sangat dirugikan sekali dengan adanya peristiwa tersebut.

Keberhasilan kalangan Cina dalam mengusai dunia perdagangan, yang

selanjutnya mendapat dukungan dari Belanda dalam melancarkan usaha-usaha

mereka sehingga mereka dapat mendirikan perkumpulan Tionghoa Hwee Koan

pada tahun 1900 di Jakarta yang bergerak dibidang pendidikan serta membentuk

kamar-kamar dagang dikota-kota besar di Indonesia. Aktifitas mereka menjadi

semakin meningkat setelah adanya gerakan pembebasan yang terjadi di Cina

pada tahun 1901. Keberhasilan tersebut telah menjadikan sikap angkuh penduduk

Cina dengan memandang rendah terhadap kedudukan rakyat

Indonesia. Kenyataan ini kemudian mendorong didirikannya Sarekat Dagang

Islam.

Sarekat Dagang Islam adalah organisasi yang didirikan di Solo oleh

seorang saudagar batik dari desa Laweyan, kabupaten Solo yang bernama H.

Samanhoedi, pada tahun 1911 dengan nama awal Sarekat Dagang Islam.

Laweyan adalah salah satu pusat terpenting kerajinan batik Indonesia, suatu

industri yang dalam abad kesembilan belas berhasil menyaingi kerajinan tekstil

Eropa. Suatu sebab penting keberhasilan ini adalah ditemukannya metode cap,

dengan metode ini dapat tercapai banyak sekali peningkatan hasil produksi.

Selain itu, berdasarkan selera, rakyat Indonesia tetap lebih menyukai batik

pribumi daripada hasil-hasil tiruan dari Eropa.8 Setelah menggunakan metode

8
RoeslanA. Ghani, Politik dan Ilmu, ( Yayasan Prapanca: Jakarta, 1902 ),
hal.44.
11

cap terjadi pula perubahan dalam sifat perusahaan batik. Sebelumnya, usaha ini

merupakan kerajinan rumah dengan para usahawan yang memberikan bahan

baku kepada produsen yang bekerja di rumah dan menerima hasil akhir dengan

pembayaran upah untuk setiap potong batik. Sesudah dipergunakan cara baru,

orang beralih kepada pemusatan proses produksi di tempat-tempat kerja dekat

rumah si pengusaha, sedangkan tenaga-tenaga pekerja wanita digantikan oleh

lakilaki. Hanyalah jenis batik yang mahal-mahal tetap dilukis dengan tangan dan

pekerjaan ini tetap dilakukan oleh pekerja-pekerja wanita.9

Sarekat Dagang Islam merupakan gagasan dari R.M. Tirtoadisoerjo,

pelopor lahirnya perkumpulan pedagang Sarekat Dagang Islamiyah yang berdiri

sekitar tahun 1909 di Bogor, dengan cara ini telah diusahakannya

mempraktekkan pendapatnya bahwa rakyat Indonesia pun harus beremansipasi

dalam segi ekonomi. Sebenarnya mengenai kapan berdirinya Sarekat Dagang

Islam ini masih terjadi interpretasi yang berbeda-beda.10

B. Pengurus awal Sarekat Dagang Islam (SDI):

Sarekat Dagang Islam didirikan oleh Haji Samanhoedi dengan bantuan

Raden Mas Tirtoadisurjo. Adapun susunan kepengurusan awal dari Sarekat

Dagang Islam adalah sebagai berikut:

 Ketua : Haji Samanhoedi

 Penulis I : Sumowardojo

 Penulis II : Sukir

9
A.P.EKorver,Sarekat Islam, hal. 12.
10
Sudiyo, Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan Kemerdekaan,
cet 1,(Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hal. 27.
12

 Pembantu Keuangan : Sukir dan Haji Saleh

 Pembantu : Martodikoro

 Pembantu : Hardjosumarto

 Pembantu : Wirjotirto

 Pembantu : Suwandi

 Pembantu : Suropranoto11

11
Muljono, Haji Saman hudi, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1980), hal.39.

Anda mungkin juga menyukai