Disusun Oleh:
Budi Utomo merupakan organisasi pelajar yang didirikan oleh para mahasiswa
STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen) atau Sekolah Dokter Jawa.
Nyoman Dekker dalam bukunya “Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia” menyebutkan
bahwa Dokter Wahidin Sudirohusodo adalah orang yang mula-mula dengan giat
menyebarkan cita-cita pendirian organisasi.
Ketika itu, Dokter Wahidin Sudirohusodo, seorang dokter lulusan Sekolah Dokter
Jawa “STOVIA” merasa sangat prihatin menyaksikan kesengsaraan dan keterbelakangan
rakyat Indonesia. Kondisi itu disebabkan karena rakyat tidak mampu secara ekonomi dan
kesulitan biaya sehingga tidak dapat memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Tahun
1906-1907 Dokter Wahidin mulai mengadakan kampanye di kalangan priyayi di pulau
Jawa. Wahidin mengunjungi tokoh-tokoh masyarakat sambil memberikan gagasannya
tentang “Dana Belajar” (studiefonds). “Dana Belajar” itu dimaksudkan untuk membantu
pemuda-pemuda cerdas yang tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Meskipun gagasan
tersebut kurang mendapat tanggapan, Dokter Wahidin tidak putus asa dan tetap giat
menyebarkan gagasannya demi meningkatkan martabat rakyat Indonesia.
Pada akhir tahun 1907 di hadapan para pemuda pelajar Sekolah Dokter Jawa
“STOVIA”, Wahidin Sudirohusodo menyampaikan tentang pentingnya pendidikan
sebagai sarana untuk membebaskan diri dari kemiskinan dan keterbelakangan. Cita-
citanya adalah agar di Jawa dapat dibentuk suatu perkumpulan yang memiliki tujuan
untuk memajukan pendidikan dan membiayai anak-anak yang cukup pandai namun tidak
dapat bersekolah karena biaya. Cita-cita Wahidin Sudirohusodo tersebut mendapat
sambutan positif dari para pemuda pelajar Sekolah Dokter Jawa “STOVIA” terutama
Soetomo dan Goenawan Mangoenkoesoemo.
Adapun kepengurusan Budi Utomo saat berdirinya adalah Ketua Soetomo, Wakil
Ketua Moehammad Soelaiman, Sekretaris I Gondo Suwarno, Sekretaris II Goenawan
Mangoenkoesoemo, dan Bendahara Angka. Selanjutnya pada bulan Juni 1908 pendirian
Budi Utomo diumumkan di koran Bataviaasch Nieuwsblad. Tak lama setelah didirikan,
para siswa STOVIA mencurahkan tenaga untuk merebut hati rekan-rekan dari sekolah
lanjutan lainnya untuk bergabung dengan Budi Utomo. Dengan cepat cabang Budi
Utomo berdiri di tiga dari delapan sekolah yang hadir saat pembentukan yaitu OSVIA di
Magelang, sekolah pendidikan guru bumiputra di Yogyakarta, dan sekolah menengah
petang di Surabaya, sehingga jumlah anggota Budi Utomo pada Juli 1908 telah mencapai
650 orang.
Pada tanggal 3-5 Oktober 1908, Budi Utomo mengadakan kongres pertama di
Yogyakarta. Dalam Kongres tersebut, dihasilkan susunan Pengurus Besar Budi Utomo,
Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Budi Utomo dan
menentukan Kantor Pusat Budi Utomo . Selanjutnya para pendiri Budi Utomo yang
terdiri dari para pelajar STOVIA tersebut, merupakan pengurus Budi Utomo cabang
Betawi. Sedangkan Kantor Pengurus Besar Budi Utomo yang berada di Yogyakarta
diketuai oleh RT A Tirto Kusumo dan Dokter Wahidin Sudirohusodo sebagai wakil
ketua.
Adapun tujuan Budi Utomo adalah menyadarkan kedudukan bangsa Jawa, Sunda,
dan Madura pada diri sendiri dan berusaha mempertinggi akan kemajuan mata
pencaharian serta penghidupan bangsa disertai dengan jalan memperdalam kesenian.
Tujuan lainnya adalah menjamin kehidupan sebagai bangsa yang terhormat dengan
menitikberatkan pada soal pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan.
Tujuan umum yang hendak dicapai dari pendirian organisasi Budi Utomo tersebut
antara lain memajukan pengajaran, memajukan pertanian, peternakan dan perdagangan,
memajukan teknik dan industri serta menghidupkan kembali kebudayaan. Sedangkan
tujuan khususnya, antara lain memperhatikan kepentingan pelajaran umum, menjunjung
tinggi dasar-dasar perikemanusiaan dan lain-lain yang dapat menjamin penghidupan
bangsa yang pantas.
Pada periode 1908-1926, organisasi Budi Utomo masih bergerak di bidang sosial
budaya dan belum berubah ke bidang politik. Namun setelah Soetomo kembali dari
negeri Belanda dan mendirikan organisasi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI), yang
bergerak dalam bidang politik maka Budi Utomo baru mulai mengubah langkah
perjuangan ke dalam bidang politik.
Riwayat Budi Utomo berakhir pada 1935 setelah perhimpunan ini melebur ke
dalam Partai Indonesia Raya (Parindra) di bawah pimpinan Soetomo.
B.2 PERAN BUDI UTOMO TERHADAP KEBANGKITAN NASIONAL