Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

Kebangkitan Nasional Budi Utomo

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS)YOGYAKARTA

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

PROGRAM STUDI S1

2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Kebangkitan Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan
Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk
memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia yang sebelumnya tidak
pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Dalam masa ini
muncul sekelompok masyarakat indonesia yang menginginkan adanya
perubahan dari masyarakat indonesia yang selama ini dijajah dan ditindas
oleh bangsa lain. Kebagkitan nasional Indonesia ditandai dengan berdirinya
organisasi Budi Utomo. Sedangkan kebangkitan pemuda Indonesia ditandai
dengan adanya peristiwa Sumpah Pemuda. Kedua peristiwa itu merupakan
bagian dari peristiwa yang menjadi tonggak sejarah kemerdekaan negara
indonesia.

Beberapa faktor yang mendorong kebangkitan indonesia yaitu diantaranya:


1.Semakin banyaknya/makin tingginya kesadaran ingin bersatu.
2. Semakin mengingkatnya semangat bangsa Indonesia ingin merdeka.
3 .Semakin banyaknya orang pintar dan terpelajar di Indonesia.

Dan Faktor yang datang dari luar negeri adalah kemenangan Jepang
atas Rusia tahun 1905, adalah salah satu pendorong yang menimbulkan
semangat bahwa bangsa kulit kuning, bangsa Asia dapat mengalahkan
bangsa kulit putih (Eropa). setelah berdirinya Budi Utomo maka
bermunculanlah perkumpulan-perkumpulan dan pergerakan yang bersifat
luas antara lain, Serikat Dagang Islam tahun 1909, Indische Party tahun
1913. Muhammadiyah tahun 1912, Nahdatul Ulama tahun 1926, dan berdiri
perkumpulan pemuda diluar Jawa pada tahun 1918 dan menamakan diri
Young Java,Young Sumatra,Young Ambon,Young Pasundan,Young
Batak,Pemuda Betawa dll. Para pemuda inilah yang mengadakan kongres
pemuda pertama tahun 1926 yang menghasilkan perlunya mencanangkan
suatu organisasi pemuda tingkat Nasional. Dan atas usul perhimpunan
pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) sebagai organisasi kemahasiswaan pertama
pada tanggal 26-28 Oktober 1928 diadakan kongres pemuda ke dua. Setelah
mereka mengadakan pembahasan, mereka sampai pada satu kesimpulan,
bahwa jika bangsa Indonesia ingin merdeka, bangsa Indonesia harus
bersatu. Untuk itu mereka bersumpah yang terkenal dengan nama SUMPAH
PEMUDA yang diikrarkan pada akhir kongres yaitu pada tanggal 28 Oktober
1928.

1.1.Kedua peristiwa ini memang sangat mempengaruhi kebangkitan nasional


di indonesia sehingga sangat bagus jika kita mengetahui latar belakang
kejadian ini dan lebih memahami lagi makna dari kebangkitan nasional itu
sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai masalah:
1.kebangkitan nasional Budi Utomo
2.kebangkitan nasional Sumpah Pemuda

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan yang ingin dicapai dengan terselesaikanya makalah ini adalah
agar kita mampu memahami makna Kebangkitan Nasional dan mampu
memberikan tanggapan tanggapan positif mengenai kebangkitan nasional
iti sendiri. Selain itu diharapkan kita juga mampu memahami makna dari
Sumpah Pemuda dan dapat menggunakan pengetahuan yang didapat dari
pembuatan makalah ini menjadi hal positif bagi kebangkitan pemuda
Indonesia di masa yang akan datang.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1KEBANGKITAN NASIONAL INDONESIA BUDI UTOMO
Budi Utomo adalah sebuah organisasi pemuda yang berdirinya
dipelopori oleh Dr. Suetomo dan didirikan pada tanggal 20 Mei 1908.
Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai
kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya
ditujukan bagi golongan berpendidikan di daerah jawa. Meskipun sebagai
sebuah organisasi yang menjadi tonggak awal kebangkitan nasional
Indonesia tentunya Budi Utomo memiliki sebuah sejarah yang sangat
sederhana dan alamiah. Bahkan pendeklarasian berdirinya Budi Utomo
sangat jauh dari kesan kemewahan. Budi Utomo lahir dari pertemuan-
pertemuan dan diskusi yang sering dilakukan di perpustakaan School Tot
Opleiding van Inlandsche Artsen ( STOVIA ) oleh beberapa mahasiswa,
antara lain Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan
Soeleman. Mereka memikirkan nasib bangsa yang sangat buruk dan selalu
dianggap bodoh dan tidak bermartabat oleh bangsa lain (Belanda), serta
bagaimana cara memperbaiki para pejabat pangreh praja (sekarang pamong
praja) kebanyakan hanya memikirkan kepentingan sendiri dan jabatan.
Dalam praktik mereka pun tampak menindas rakyat dan bangsa sendiri,
misalnya dengan menarik pajak sebanyak-banyaknya untuk menyenangkan
hati atasan dan para penguasa Belanda dan merupakan bagian tak
terpisahkan dari penetrasi sistem kolonialisme Barat yang berbasis pada
merkantilisme.
Penderitaan masyarakat, ketidakadilan, kemiskinan, penindasan dan perilaku
pongah dari aparat penguasa kolonial, yang mereka temui di dalam
kehidupan sehari-hari, diserap ke dalam forum diskusi. Di dalam forum itu
mereka membahas dan memahami akar masalah dari kemiskinan,
kebodohan dan ketidak-adilan sebagai bagian tak terpisahkan dari penetrasi
sistem kolonialisme Barat yang berbasis pada merkantilisme.
Budi Utomo mengalami fase perkembangan penting saat kepemimpinan
Pangeran Noto Dirodjo. Saat itu, Douwes Dekker, seorang Indo-Belanda yang
sangat properjuangan bangsa Indonesia, dengan terus terang mewujudkan
kata politik ke dalam tindakan yang nyata. Berkat pengaruhnyalah
pengertian mengenai tanah air Indonesia makin lama makin bisa diterima
dan masuk ke dalam pemahaman orang Jawa. Maka muncullah Indische
Partij yang sudah lama dipersiapkan oleh Douwes Dekker melalui aksi
persnya. Perkumpulan ini bersifat politik dan terbuka bagi semua orang
Indonesia tanpa terkecuali. Baginya tanah air (Indonesia) adalah di atas
segala-galanya.Pada masa itu pula muncul Sarekat Islam, yang pada
awalnya dimaksudkan sebagai suatu perhimpunan bagi para pedagang besar
maupun kecil di Solo dengan nama Sarekat Dagang Islam, untuk saling
memberi bantuan dan dukungan. Tidak berapa lama, nama itu diubah oleh,
antara lain, Tjokroaminoto, menjadi Sarekat Islam, yang bertujuan untuk
mempersatukan semua orang Indonesia yang hidupnya tertindas oleh
penjajahan. Sudah pasti keberadaan perkumpulan ini ditakuti orang Belanda.
Munculnya gerakan yang bersifat politik semacam itu rupanya yang
menyebabkan Budi Utomo agak terdesak ke belakang. Kepemimpinan
perjuangan orang Indonesia diambil alih oleh Sarekat Islam dan Indische
Partij karena dalam arena politik Budi Utomo memang belum
berpengalaman.Karena gerakan politik perkumpulan-perkumpulan tersebut,
makna nasionalisme makin dimengerti oleh kalangan luas. Ada beberapa
kasus yang memperkuat makna tersebut. Ketika Pemerintah Hindia Belanda
hendak merayakan ulang tahun kemerdekaan negerinya, dengan
menggunakan uang orang Indonesia sebagai bantuan kepada pemerintah
yang dipungut melalui penjabat pangreh praja pribumi, misalnya, rakyat
menjadi sangat marah.
Kemarahan itu mendorong Soewardi Suryaningrat (yang kemudian bernama
Ki Hadjar Dewantara) untuk menulis sebuah artikel Als ik Nederlander was
(Seandainya Saya Seorang Belanda), yang dimaksudkan sebagai suatu
sindiran yang sangat pedas terhadap pihak Belanda. Tulisan itu pula yang
menjebloskan dirinya bersama dua teman dan pembelanya, yaitu Douwes
Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo ke penjara oleh Pemerintah Hindia
Belanda (lihat: Boemi Poetera). Namun, sejak itu Budi Utomo tampil sebagai
motor politik di dalam pergerakan orang-orang pribumi.Agak berbeda
dengan Goenawan Mangoenkoesoemo yang lebih mengutamakan
kebudayaan dari pendidikan, Soewardi menyatakan bahwa Budi Utomo
adalah manifestasi dari perjuangan nasionalisme. Menurut Soewardi, orang-
orang Indonesia mengajarkan kepada bangsanya bahwa nasionalisme
Indonesia tidaklah bersifat kultural, tetapi murni bersifat politik. Dengan
demikian, nasionalisme terdapat pada orang Sumatera maupun Jawa,
Sulawesi maupun Maluku.
Pendapat tersebut bertentangan dengan beberapa pendapat yang
mengatakan bahwa Budi Utomo hanya mengenal nasionalisme Jawa sebagai
alat untuk mempersatukan orang Jawa dengan menolak suku bangsa lain.
Demikian pula Sarekat Islam juga tidak mengenal pengertian nasionalisme,
tetapi hanya mempersyaratkan agama Islam agar seseorang bisa menjadi
anggota.Namun, Soewardi tetap mengatakan bahwa pada hakikatnya akan
segera tampak bahwa dalam perhimpunan Budi Utomo maupun Sarekat
Islam, nasionalisme Indonesia ada dan merupakan unsur yang paling
penting.
Kelahiran Boedi Oetomo telah menjadi tonggak yang menumbuhkan
semangat perjuangan, sekaligus menjadi inspirasi bagi berdirinya berbagai
organisasi di seluruh pelosok tanah air, baik yang bersifat kedaerahan,
politik, serikat pekerja, keagamaan, kewanitaan, maupun kepemu-daan. Pada
gelombang berikutnya, muncul sejumlah organisasi seperti Sarekat islam,
dan berbagai organisasi lainnya. Hal ini mewarnai awal kebangkitan nasional,
dan mencapai puncaknya pada tahun 1928, dengan bersatunya berbagai
kelompok organisasikhususnya organisasi kepemudaanuntuk
mewujudkan suatu gerakan kebang-saan yang sejati, melalui Sumpah
Pemuda : satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia!
Gerakan kaum muda tahun 1908 dan tahun 1928, menandai tonggak-
tonggak awal gerakan kebangkitan nasional Indonesia. Sejak itu,
nasionalisme Indonesia terus berkembang, terus menjalar, dan terus
berkobar di seluruh penjuru tanah air.

2.2. SUMPAH PEMUDA


Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu
pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah
air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal
28 Oktober 1928 dan merupakan hasil rumusan dari Kongres Pemuda II
Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah
Pemuda.
Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh
organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI).Rapat pertama,
Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB),
Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPI
Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat
persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian
Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.
Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia
yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop,
membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan
Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat
pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di
sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Rapat ketiga atau rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di
Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan
demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan,
gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan
kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang
dibutuhkan dalam perjuangan.
Rapat ini beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Kongres
tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java,
Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond,
Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam
Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.
Isi Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua :

PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah


Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia,
Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).

KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang


Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku
Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).

KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa


Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung
Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).

Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut


diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kali yang
diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya dipublikasikan
pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan
mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu
kebangsaan. Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial hindia
belanda, namun para pemuda tetap terus menyanyikannya. Lagu tersebut
disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup
dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang
hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.

BAB III
PENUTUP
Pahit getirnya perjuangan bangsa Indonesia jauh sebelum 1908 mencatat
begitu banyak kenangan berharga dan begitu banyak kenangan yang
mengharukan, semua ini membangkitkan kebanggaan pada kita semua
selaku generasi penerus dan tempat kita bercermin, tentang apa yang akan
kita perbuat pada masa yang akan datang.Dalam kaitan itulah kita perlu
merenungkan kembali makna hari Kebangkitan Nasional. Awal kebangkitan
Nasional bukanlah terjadi dengan sendirinya tetapi berawal dari rasa
keprihatinan terhadap kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan, ini
disebabkan dari politik kolonial Belanda pada waktu itu, mereka banyak
mengambil keuntungan dari bumi pertiwi ini, Belanda menelantarkan
pendidikan Bangsa Indonesia, rakyat dibiarkan bodoh, melarat dan
menderita.Awal kebangkitan Nasional disebabkan beberapa faktor, baik dari
dalam negeri maupun luar Negeri, antara lain faktor dalam negeri :
1.Makin banyaknya/makin tingginya kesadaran ingin bersatu.
2.Makin mengingkatnya semangat bangsa Indonesia ingin merdeka.
3.Makin banyaknya orang pintar dan terpelajar di Indonesia.

Faktor yang datang dari luar negeri adalah kemenangan Jepang atas Rusia
tahun 1905, adalah salah satu pendorong yang menimbulkan semangat
bahwa bangsa kulit kuning, bangsa Asia dapat mengalahkan bangsa kulit
putih (Eropa).
Pada tanggal 20 Mei 1908 , atas prakarsa Dr.Wahidin S dan para Pemuda
Stovia, seperti Sutomo, Gunawan, Suradji dan Suwardi Suryaningrat
mengadakan rapat pertama di Jakarta, dan berhasil mendirikan perkumpulan
yang diberi nama Budi Utomo yang berarti Kebaikan yang diutamakan.
Organisasi Budi utomo adalah sebuah organisasi politik yang modern yang
pertama didirikan di Indonesia yang memuliki suatu tujuan yang sangat
hebat dan memiliki pengaruh yang amat dahsyat bagi berdirinya negara
indonesia terutama bagi kebangkitan nasional Indonesia yang telah lama
terpurukdalam ketidakberdayaanya akibat dijajah dan ditindas oleh negara
Jepang maupun Belanda. Organisasi Budi Utomo juga sangat membela
kepentingan rakyat dan berjuang demi mendapatkan keadilan bagi
masyarakat indonesia.
Disinilah titik awal berdirinya perkumpulan-perkumpulan yang menjurus
kepada sifat Nasionalisme dan Patriotisme, karena setelah berdirinya Boedi
Oetomo maka bermunculanlah perkumpulan-perkumpulan dan pergerakan
yang bersifat luas antara lain, Serikat Dagang Islam tahun 1909, Indische
Party tahun 1913. Muhammadiyah tahun 1912, Nahdatul Ulama tahun 1926,
dan berdiri perkumpula pemuda diluar Jawa pada tahun 1918 dan
menamakan diri Young Java,Young Sumatra,Young Ambon,Young
Pasundan,Young Batak,Pemuda Betawa dll.
Para pemuda inilah yang mengadakan kongres pemuda pertama tahun 1926
yang menghasilkan perlunya mencanangkan suatu organisasi pemuda
tingkat Nasional. Dan atas usul perhimpunan pelajar-pelajar Indonesia (PPPI)
sebagai organisasi kemahasiswaan pertama pada tanggal 26-28 Oktober
1928 diadakan kongres pemuda ke dua. Setelah mereka mengadakan
pembahasan, mereka sampai pada satu kesimpulan, bahwa jika bangsa
Indonesia ingin merdeka, bangsa Indonesia harus bersatu. Untuk itu mereka
bersumpah yang terkenal dengan nama SUMPAH PEMUDA yang diikrarkan
pada akhir kongres yaitu pada tanggal 28 Oktober 1928 yang berbunyi :
Kami putra dan putri Indonesia mengaku:
- Bertanah air satu tanah Indonesia
- Berbangsa satu bangsa Indonesia
- Berbahasa satu bahasa Indonesia
Dan ternyata sumpah pemuda itu mendapat sambutan yang sangat positip
dari segenap lapisan masyarakat, terutama dari golongan intelektual.
Sebagai pengaruh dari sumpah pemuda itulah yang menimbulkan motifasi
semangat untuk merdeka dan lepas dari belenggu penjajahan Belanda.
Sejak itu pulalah timbul tokoh-tokoh pemuda antara lain, Mr.Moh.Yamin, Drs.
Moh.Hatta, Sutan Syahrir, Ir Soekarno, Ali Sostroamidjojo, Mr.Sjarifuddin,
Nasir Datuk Pamuntjak , Moh.Natsir, Mr.Moh.Room dll. Kolonial Belanda mulai
menangkapi pemimpin-pemimpin organisasi kepemudaan itu yang dinilai
vocal antara lain. Ir.Soekarno. Drs.Moh.Hatta, Sutan Syahrir, Dr.Tjipto
Mangunkusumo, Ki Hadjar Dewantoro dan banyak lagi pemimpin organisasi
yang ditangkapi, dibuang dan diasingkasn dari rakyatnya. Akan tetapi
semangat untuk merdeka tidak pernah padam dan malah bertambah subur
berkat sumpah pemuda itu.
Pada gilirannya kelak mereka-mereka inilah yang memberi nafas, jiwa dan
semangat untuk mencetuskan proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
tampak mewarnai kehidupan sosial, badaya, politik dan bahkan ekonomi
bangsa Indonesia. Sehingga pada periode reformasi sekarang ini diharapkan
nafas, jiwa dan semangat para pendahulu kita itu juga turut memberi corak
pada tata kehidupan kita sebagai bangsa yang berdaulat. Yang kita hadapi
sekarang bukan lagi kolonial Belanda, ataupun Jepang tetapi tantangan
kelanjutan dari pembangunan Nasional menuju masyarakat adil dan
sejahtera yang memerlukan watak Nasionalisme dan patriotisme juga guna
memperkuat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Serta mampu
menciptakan bangsa Indonesia yang benar benar bangkit dari
keterpurukan moral, ekonomi, sosial serta budaya pada saat sekarang ini.

Anda mungkin juga menyukai