Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Kami selaku penyusun ingin mengucap banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung ataupun
tidak. Serta rasa terima kasih kepada dosen mata kuliah makalah Sejarah Revolusi
yang telah membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini, karena telah
Kami sadar makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca sekalian sangat kami harapkan guna
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I PENDAHULUAN 3
BAB II PEMBAHASAN 5
3.2 Analisis 13
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 15
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan diantaranya untuk agar lebih mengetahui
dan memahami mengenai Perundingan Linggarjati.
3
1.4 Manfaat Penyusunan Makalah
1.5 Metode Penyusunan Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode kajian pustaka. Dimana sumber-
sumber yang digunakan merupakan sumber-sumber tertulis seperti buku, catatan, artikel
dan sumber tertulis lainnya. Metode kajian pustaka dipilih karena metode ini lebih
kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
BAB II
5
tidak melakukan aksi yang dikhawatirkan. Kemudian seiring pembubaran organisasi-
organisasi bersenjata di Indonesia, namun kebijakan tersebut ditentang oleh para pemuda.
Perlawanan ini dimulai di Jawa, pemuda anggota Peta atau organisasi bersenjata buatan
Jepang menolak untuk melucuti senjata mereka bahkan mereka malah menuntut kepada
Jepang untuk menyerah. sehingga hasilnya beberapa formasi kecil tentara di daerah-
daerah menyerah kepada para pemuda.
Sebagai simbol revolusi Soekarno memerintahkan kepada para pemuda untuk
mengibarkan bendera merah putih di semua gedung umum. Para pemuda merebut senjata
dari orang-orang Jepang, menyerang garnisun pertahanan Jepang, mengusir para
fungsionaris Jepang dari gedung pemerintahan dan tindakan-tindakan penyerangan
lainnya. Sampai kedatangan sekutu kebijakan Jepang terus tarik ulur, di satu sisi
komandan militer Jepang harus menjalankan mandat dari Allied Southeast Command
untuk mempertahankan status quo politiknya di Indonesia tapi di sisi lain penyerangan
dari pihak Indonesia pun semakin gencar.
Pada tanggal 29 September 1945 tepat ketika konflik Indonesia-Jepang dalam merebut
kekuasaan militer dan sipil memanas, datang sekutu ke Indonesia dibawah pimpinan
Laksamana Patterson dan Letnan Jendral Sir Philip Christison. Selama 2 minggu di awal
bulan Oktober terjadi peperangan Indonesia-Jepang memperebutkan kota-kota seperti
Bandung, Garut, Surakarta, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya. Dalam situasi yang
sedang memanas ini Patterson mengumumkan bahwa pasukan sekutu datang hanyauntuk
melindungi rakyat serta memulihkan keamanan dan ketertiban dengan mengembalikan
pemeintah Hindia-Belanda berwenang lagi.
Menyusul pengumuman Letnan Jendral Christison bahwa pasukan Jepang di Jawa
sementara harus dipakai untuk memulihakan keamanan dan ketertiban. Pengumuman ini
disusul dengan pendaratan kontingen-kontingen kecil pasukan Belanda dibawah
perlindungan Inggris. Hal ini membuat Soekarno dan pemimpin-pemimpin republik
khawatir akan terjadi peristiwa yang tidak di inginkan yaitu perebutan kembali kedaulatan
RI ke tangan Belanda. Hal itu benar-benar terjadi ketika pasukan Belanda memulai
aktifitasnya di Indonesia setelah pendaratan Jendral Patterson 29 September 1945.
Dijelaskan oleh Mayor F.E. Crockett dalam Kahin (1983: 180) sebagai berikut :
“Berbarengan dengan kedatangan Jendral Van Oyen, di jalan-jalan (Jakarta) mulai
tampak barisan patroli Belanda dan Ambon (serdadu KNIL) yang getol menembak.
Mereka menembak segala yang tampak mencurigakan, dan bila tidak ada yang dapat
dijadikan sasaran, mereka tidak segan-segan merampas rumah penduduk, dan tanpa
tuduhan atau peringatan, menyeret keluar beberapa atau seluruh penghuninya.....
6
“insiden-insiden” itu meningkat. Kaum nasionalis mendapat perintah bahwa setiap kali
pihak mereka mulai bertentangan, mereka akan berurusan dengan para pejabat yang
berwenang. Untuk mencegah kerusuhan, Soekarno memerintahkan agar semua orang
Indonesia menyingkir dari jalan-jalan di Batavia pada malam hari. Menjelang jam 08.00
malam, jalan sudah kosong kecuali barisan patroli Belanda yang mondar-mandir. Ini
adalah penampilan cara Soekarno memerintah rakyat yang mengesankan”.
Kejadian seperti ini yang memperuncing situasi Indonesia saat itu. Disatu sisi konflik
dengan jepang belum berakhir, kemudian datang Belanda yang di lindungi oleh sekutu
ingin kembali menjajah Indonesia. Akhirnya muncul secara serentak perlawanan dari
rakyat Indonesia berupa perlawanan fisik yang dimulai dari pulau Jawa dan menyebar ke
seluruh pulau di Indonesia. Adapun setelah dijabarkan dalam pemaparan di atas maka
dapat digambarkan faktor awal pemicu meletusnya revolusi sebagai berikut :
OFENSIF KEDATANGAN
PROKLAMASI REVOLUSI
JEPANG SEKUTU
7
Pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan Lord Killearn ke Indonesia
untuk menyelesaikan perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pada tanggal 7
Oktober 1946 bertempat di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta dibuka perundingan
Indonesia-Belanda dengan dipimpin oleh Lord Killearn. Perundingan ini menghasilkan
persetujuan gencatan senjata (14 Oktober) dan meratakan jalan ke arah perundingan di
Linggarjati yang dimulai tanggal 11 November 1946.
Dalam perundingan ini, Indonesia diwakili oleh Kabinet Sjahrir III yang dipimpin oleh
Perdana Menteri Sutan Sjahrir dan tiga anggota: Mohammad Roem, Susanto Tirtoprodjo,
dan AK Gani. Belanda diwakili oleh tim yang disebut Komisi Jendral dan dipimpin oleh
Schermenhorn dengan anggota Max Van Poll, F de Boer, dan HJ Van Mook. Lord
Killearn dari Inggris bertindak sebagai mediator dalam perundingan ini.
Bulan Agustus pemerintah Belanda melakukan usaha lain untuk memecah halangan
dengan menunjuk tiga orang Komisi Jendral datang ke Jawa dan membantu Van Mook
dalam perundingan baru dengan wakil-wakil republik itu. Konferensi antara dua belah
pihak diadakan di bulan Oktober dan November di bawah pimpinan yang netral seorang
komisi khusus Inggris, Lord Killearn. Bertempat di bukit Linggarjati dekat Cirebon.
Setelah mengalami tekanan berat -terutama Inggris- dari luar negeri, dicapailah suatu
persetujuan tanggal 15 November 1946 yang pokok pokoknya sebagai berikut :
Untuk ini Kalimantan dan Timur Raya akan menjadi komponennya. Sebuah Majelis
Konstituante didirikan, yang terdiri dari wakil-wakil yang dipilih secara demokratis dan
bagian-bagian komponen lain. Indonesia Serikat pada gilirannya menjadi bagian Uni
Indonesia-Belanda bersama dengan Belanda, Suriname dan Curasao. Hal ini akan
memajukan kepentingan bersama dalam hubungan luar negeri, pertahanan, keuangan dan
8
masalah ekonomi serta kebudayaan. Indonesia Serikat akan mengajukan diri sebagai
anggota PBB. Akhirnya setiap perselisihan yang timbul dari persetujuan ini akan
diselesaikan lewat arbitrase.
Kedua delegasi pulang ke Jakarta, dan Soekarno-Hatta kembali ke pedalaman dua hari
kemudian, pada tanggal 15 November 1946, di rumah Sjahrir di Jakarta, berlangsung
pemarafan secara resmi Perundingan Linggarjati. Sebenarnya Soekarno yang tampil
sebagai kekuasaan yang memungkinkan tercapainya persetujuan, namun, Sjahrir yang
diidentifikasikan dengan rancangan, dan yang bertanggung jawab bila ada yang tidak
beres.
9
Peraturan Presiden No. 6/1946, dimana bertujuan menambah anggota Komite Nasional
Indonesia Pusat agar pemerintah mendapat suara untuk mendukung perundingan
linggarjati.
10
BAB III
3.1 KESIMPULAN
Perundingan ini/Perjanjian ini berawal dari hambatan yang dihadapi bangsa Indonesia
pada masa awal kemerdekaan adalah dari tentara Jepang yang masih ada di Indonesia.
Meskipun Jepang telah menyerah sama sekutu. Tetapi mereka dalam jumlah yang cukup
besar masih belum kembali ke negerinya.
Hasil perundingan tertuang dalam 17 pasal. 4 (Empat) isi pokok pada perundingan linggar jati
adalah :
1. Belanda mengakui secara defacto wilayah RI / Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera
dan Madura.
3. Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara Republik Indonesia Serikat atau
RIS.
4. Dalam bentuk RIS indonesia harus tergabung dalam Commonwealth / Uni Indonesia
Belanda dengan mahkota negeri Belanda debagai kepala uni.
11
bertindak sewenang-wenang yang merugikan RI. Kemudian terjadilah agresi militer I /
pertama.
Beberapa perundingan yang pernah dilakukan oleh pemerintah dengan Belanda selama masa
perang kemerdekaan (1945-1949) diantaranya adalah Perundingan Linggar Jati / perjanjian
linggarjati .
Perundingan ini diadakan di Linggar Jati sebelah selatan Cirebon 10 November 1946
dipimpin oleh Lord Killearndan ,menghasilkan suatu persetujuan. Naskah hasil perundingan
diumumkan dan farap oleh kedua belah pihak pada tanggal 15 Nov 1946. Setelah naskah
diparaf timbul berbagai macam tanggapan masyarakat Indonesia yang mendukung dan
menentang terhadap naskah itu sehingga akhirnya naskah itu baru ditandatangani 25 Maret
1947.
Meskipun persetujuan Linggar Jati telah ditandatangani namun hubungan Indonesia Belanda
tidak bertanbah baik, karena adanya perbedaan penafsiran terhadap beberapa persetujuan dan
Pihak Belanda selalu berusaha untuk melanggar persetujuan itu.
12
ANALISIS
Perundingan Linggarjati yang dilaksanakan di daerah Linggarjati, Cirebon, Jawa Barat ini
merupakan usulan dari perdana menteri Sutan Syahrir. Dilaksanakan di linggarjati karena
pada saat itu situasi politik di Ibukota negara sedang tidak stabil dengan adanya pengaruh/
desakan dari Belanda, keputusan ini disetujui oleh penengah dari Inggris. Diadakan di
Linggarjati karena selain merupakan daerah yang tidak asing bagi Sutan Syahrir karena
beliau pernah tinggal, selain itu pula daerah linggarjati yang termasuk kedalam wilayah
pemerintahan Jawa Barat secara letak geografis tidak jauh dengan ibukota negara dan jika
dilihat dari situasi tempat perundingan tersebut ketika kami berkunjung ke linggarjati ini,
memang kami pikir tempat perundingan ini yang strategis untuk melaksanakan perundingan.
Namun ada beberapa hal yang kami amati dari perundingan ini adalah selain secara
kedaulatan Indonesia diuntungkan dengan adanya perjanjian linggarjati ini karena secara
tidak langsung pihak Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia dan secara wilayah
meskipun mendapatkan hanya Jawa, Sumatera, Madura tetapi wilayah ini merupakan dapat
dikatakan sebagai wilayah centralnya negara Indonesia. Meskipun demikian kami melihat
bahwa dari hasil perundingan linggarjati ini masih menunjukkan eksistensi pihak Belanda
untuk tetap menjadikan Indonesia sebagai Negara yang masih dibawah kekuasaannya. Hal ini
terbukti dengan adanya pasal-pasal dalam peundingan ini yang menyatakan bahwa negara
Indonesia menjadi negara Indonesia Serikat yang bersifat parlementer seperti layaknya
pemerintahan Belanda sendiri atau dengan kata lain Indonesia merupakan negara yang ingin
dijadikan negara Boneka oleh Belanda.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumber buku
Colin Wild, Peter Carey. (1986). Gelora Api Revolusi. Jakarta: PT. Gramedia
2. Sumber artikel
Sibarani, Jenny. (2008). SEJARAH INDONESIA MASA KEMERDEKAAN antara
tahun 1945 - 1950an. [Online]. Tersedia:
http://sejarahkita.comoj.com/jenny07.html [1 Oktober 2009]
14
15