0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
236 tayangan8 halaman
Gerakan PRRI dan Permesta muncul pada tahun 1957-1958 di Sumatra dan Sulawesi akibat ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat dalam hal alokasi dana dan kesejahteraan prajurit. PRRI memproklamasikan pemerintahan revolusioner sendiri pada 1958 di bawah Syafruddin Prawiranegara, yang akhirnya dapat dipadamkan oleh operasi militer pemerintah pada Agustus 1958.
Gerakan PRRI dan Permesta muncul pada tahun 1957-1958 di Sumatra dan Sulawesi akibat ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat dalam hal alokasi dana dan kesejahteraan prajurit. PRRI memproklamasikan pemerintahan revolusioner sendiri pada 1958 di bawah Syafruddin Prawiranegara, yang akhirnya dapat dipadamkan oleh operasi militer pemerintah pada Agustus 1958.
Gerakan PRRI dan Permesta muncul pada tahun 1957-1958 di Sumatra dan Sulawesi akibat ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat dalam hal alokasi dana dan kesejahteraan prajurit. PRRI memproklamasikan pemerintahan revolusioner sendiri pada 1958 di bawah Syafruddin Prawiranegara, yang akhirnya dapat dipadamkan oleh operasi militer pemerintah pada Agustus 1958.
• PPRI adalah pemerintahan revolusioner republik indonesia, merupakan
salah satu gerakan pertentangan antara pemerintah daerah dengan pemerintahan pusat yang dideklerasikan pada tanggal 15 februari degan keluarnya ultimatum dari dewan perjuangan yang dipimpin oleh letnan kolonel Ahmad Husein di Padang, Sumatra Barat, Indonesia. • Permesta adalah perdjuangan rakyat semesta, sebuah gerakan militer di Indonesia. Gerakan ini dideklarasikan oleh pemimpin sipil dan militer Indonesia bagian timur pada 2 maret 1957 yaitu letkol ventje sumual. AWAL GERAKAN Muncul gerakan PRRI dan PERMESTA berawal dari minimnya kesejahteraan tentara di Sumatra dan Sulawesi. Hal ini mendorong beberapa tokoh militer untuk menentang kepala staf angkatan darat. Persoalan meluas kepada tuntutan otonomi daerah, karena ada ketidakadilan pemerintah pusat terhadap alokasi dana pembangunan. Dan dibentuk dewan-dewan daerah sebagai alat perjuangan tuntutan pada desember 1956. Akar masalahnya yaitu saat pembentukan RIS tahun 1949 bersamaan dengan dikerucutkan Divisi Banteng hingga hanya menyisakan 1 brigade saja. Kemudian, brigade tersebut diperkecil menjadi Resimen Infanteri 4 TT I BB. Kejadian itu membuat para perwira dan prajurit Divisi IX Banteng merasa kecewa dan terhina, karena mereka merasa telah berjuang hingga mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan Indonesia. Selain itu, ada pula ketidakpuasan dari beberapa daerah seperti Sumatera dan Sulawesi terhadap alokasi biaya pembangunan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Kondisi ini pun diperparah dengan tingkat kesejahteraan prajurit dan masyarakat yang sangat rendah. Akibat adanya berbagai permasalahan tersebut, para perwira militer berinisiatif membentuk dewan militer daerah, antara lain • Dewan Banteng di Sumatera Barat yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein • Dewan Gajah di Sumatera Utara yang di pimpin oleh Kolonel Maludin Simbolon • Dewan Garuda di Sumatera Selatan yang dipimpin oleh Letkol Barlian • Dewan Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual PRRI selanjutnya membentuk Dewan Perjuangan dan sekaligus tidak mengakui kabinet Djuanda, maka terbentuklah kabinet PRRI. Pada tanggal 9 Januari 1958 para tokoh militer dan sipil mengadakan pertemuan di Sungai Dareh, Sumatera Barat. Pertemuan tersebut menghasilkan sebuah pernyataan berupa “Piagam Jakarta” dengan isi berupa tuntutan agar Presiden Soekarno bersedia kembali kepada kedudukan yang konstitusional, serta menghapus segala akibat dan tindakan yang melanggar UUD 1945 dan membuktikan kesediaannya itu dengan kata dan perbuatan. Selanjutnya Letnan Kolonel Ahmad Husein pada tanggal 15 Februari 1958 memproklamirkan berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dengan perdana menteri Syafruddin Prawiranegara. Hal ini merupakan respon atas penolakan tuntutan yang diajukan oleh PRRI. Pada saat dimulainya pembangunan pemerintahan, PRRI mendapat dukungan dari PERMESTA dan rakyat setempat. Dengan bergabungnya PERMESTA dengan PRRI, gerakan kedua kelompok itu disebut PRRI/PERMESTA. Untuk menumpas pemberontakan, pemerintah melancarkan operasi militer gabungan yang diberi nama Operasi Merdeka, dipimpin oleh Letnan Kolonel Rukminto Hendraningrat. Operasi ini sangat kuat karena musuh memiliki persenjataan modern buatan Amerika Serikat. Terbukti dengan ditembaknya Pesawat Angkatan Udara Revolusioner (Aurev) yang dikemudikan oleh Allan L. Pope seorang warga negara Amerika Serikat. Akhirnya, pemberontakan PRRI/Permesta baru dapat diselesaikan pada bulan Agustus 1958, dan pada tahun 1961 pemerintah membuka kesempatan bagi sisa-sisa anggota Permesta untuk kembali Republik Indonesia. TERIMA KASIH THANK YOU DANKE SCHÖN