INDONESIA (DI/TII)
KELAS X. FARMASI
KELOMPOK :
1.
2.
3.
A. Latar Belakang
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat berawal dengan
ditandatanganinya persetujuan Renville pada 17 Januari 1948. Sekar
Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI) bersama pasukannya
yang terdiri atas Hizbullah dan Sabillah (kurang lebih sebanyak 4.000
orang). Ia menolak untuk membawa pasukannya ke Jawa Tengah dan
tidak mengakui lagi keberadaan RI.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pemberontakan DI/TII?
Apa yang melatarbelakangi terjadinya pemberontakan?
Bagaiman peran pemerintah dalam menghadapi?
Siapa dalang dari peristiwa tersebut?
C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua. Khususnya
dalam ilmu sosial masyarakat. Dapat memberikan informasi tentang
sejarah negara di masa silam mengenai DI/TII.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DI/TII Jawa Barat
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat berawal dengan
ditandatanganinya Persetujuan Renville pada 17 Januari 1948. Sekar
Marijan Kartosuwiryo endirian Darul Islam (DI) bersama pasukannya
yang terdiri atas Hizbullah dan Sabillah (kurang lebih sebanyak 4.000
orang). Ia menolak untuk membawa pasukannya ke Jawa Tengah dan
tidak mengakui lagi keberadaan RI. Dan tujuannya juga menentang
penjajah Belanda di Indonesia.
Akan tetapi, setelah makin kuat, S.M.Kartosuwiryo
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal
17 Agustus 1949 di Desa Cisayong, Jawa Barat dan tentaranya
dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII) saat itu lah tidak sedikit rakyat
yang menjadi korban. Upaya pemerintah untuk menghadapi gerakan
DI/TII pemerintah bekerja sama dengan rakyat setempat. Dan dijalankan
lah taktik dan strategi baru yang di sebut Perang Wilayah.
Pada 1 April 1962 dilancarkan Operasi Bharatayuda yaitu operasi
penumpasan gerakan DI/TII. Dengan taktis Pagar Betis. Pada tanggal 4
Juni 1962, S.M.Kartosuwiryo beserta para pengikutnya berhasil
ditangkap oleh pasukan Siliwangi di Gunung Geber, Majalaya, Jawa
Barat. Ia sempat mengajukan grasi kepada Presiden, tetapi di tolak.
Akhirnya S.M.Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati di hadapan regu
tembak dari keempat angkatan bersenjata RI 16 Agustus 1962.
D. DI/TII Aceh
Adanya berbagai masalah antara lain masalah otonomi daerah,
pertentangan antargolongan, serta rehabilitasi dan modernisasi daerah
yang tidak lancar menjadi penyebab meletusnya pemberontaka DI/TII di
Aceh. Daerah Aceh sebelumnya menjadi daerah istimewa diturunkan
statusnya menjadi daerah Karasidenan di bawh Provinsi Sumatera Utara.
Gerakan DI/TII di Aceh di pimpin oleh Tengku Daud Beureueh
yang pada tanggal 21 September 1953 memproklamasikan daerah Aceh
sebagai bagian dari Negara Islam Indnesia dibawah pimpinan
S.Mkartosuwiryo dan memutuskan hubungan dengan Jakarta.
Pemberontakan DI/TII di Aceh diselesaikan dengan diadakannya
musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh pada tanggal 17-28 Desember 1962
atas inisiatif Pangdam 1 Bukit Barisan, Kolonel Jasin.
Dalam musyawarah ini, dibicarakan berbagai permasalahan yang
dihadapi dan kesalahpahaman yang terjadi. Akhirnya dari musyawarah
bersama tersebut ialah pulihnya kembali keamanan di daerah Aceh.
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dalam pembahasan ini
adalah sebagai berikut:
1. Eksistensi ulama dalam masyarakat sebelum kehadiran Belanda
ke Aceh adalah sangat besar. Artinya, ulama tidak hanya
dipandang sebagai orang yang memiliki ilmu keagamaan
semata, melainkan juga dianggap orang yang mampu
menguasai adat istiadat serta pengetahuan lainnya.
2. Keterlibatan ulama sangat besar, artinya terhadap kondisi sosial
dan politik di Aceh. Secara politis, sejak awal kemerdekaan
ulama Aceh sudah memegang peran yang sangat strategis,
seperti yang di lakukan oleh TGK. Muhammad Daud Beureueh
dalam memperjuangkan status daerah Istimewa bagi Aceh.
3. Pengaruh keterlibatan ulama Aceh dalam kancah politik adalah
dapat menjadi pelopor dalam menyuarakan aspirasi masyarkat
Aceh (umat islam). Ulama juga ikut berperan dalam menggagas
perdamaian di Aceh, seperti halnya dalam penyelesaian DI/TII
dan juga ikut pro aktif dalam mengupayakan perundingan
Helsinki, yaitu perundingan antara pemerintah RI dengan GAM.
B. Saran
1. Diharapkan kepada para pembaca kiranya dapat mengambil suri
tauladan dari perjuangan para ulama Aceh dalam menyuarakan
aspirasi umat islam, serta turut pro aktif dalam menggagas
perdamaian di Aceh.
2. Diharapkan kepada para guru dan calon guru sejarah dapat lebih
giat berupaya untukmenanamkan semangat kebangsaan cinta
tanah air. Upaya ini dapat memperkokoh persatuan bangsa.
SUMBER: http://digilib.uinsgd.ac.id/21291/4/4_BAB%201.pdf