0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
164 tayangan14 halaman
I Gusti Ngurah Rai adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dari Bali yang memimpin pasukan Ciung Wanara melawan Belanda. Pada 20 November 1946, ia dan 1,372 pasukannya gugur dalam Pertempuran Puputan Margarana melawan pasukan kolonial Belanda yang berusaha mengisolasi desa tersebut. Jasanya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dihargai dengan pembangunan monumen peringatannya.
I Gusti Ngurah Rai adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dari Bali yang memimpin pasukan Ciung Wanara melawan Belanda. Pada 20 November 1946, ia dan 1,372 pasukannya gugur dalam Pertempuran Puputan Margarana melawan pasukan kolonial Belanda yang berusaha mengisolasi desa tersebut. Jasanya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dihargai dengan pembangunan monumen peringatannya.
I Gusti Ngurah Rai adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dari Bali yang memimpin pasukan Ciung Wanara melawan Belanda. Pada 20 November 1946, ia dan 1,372 pasukannya gugur dalam Pertempuran Puputan Margarana melawan pasukan kolonial Belanda yang berusaha mengisolasi desa tersebut. Jasanya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dihargai dengan pembangunan monumen peringatannya.
Brigadir Jenderal TNI (Anumerta) I Gusti Ngurah Rai
(30 Januari 1917 – 20 November 1946)
Profil ■ Nama Lengkap : I Gusti Ngurah Rai ■ Tempat Tanggal lahir: Badung, Bali, 30 Januari 1917 ■ Tanggal Wafat : 20 November 1946 ■ Dimakamkan : Tabanan, Bali ■ Nama Ayah : I Gusti Ngurah Palung ■ Nama Ibu : I Gusti Ayu Kompyang Pendidikan ■ Sewaktu kecil, Ngurah Rai mengenyam pendidikan di Hollandsch Indische School (HIS) di Denpasar ■ Setelah menyelesaikan pendidikannya disana, ia kemudian melanjutkan ke MULO (setingkat Sekolah Menengah Pertama) di Malang. ■ Pada tahun 1936 melanjutkan pendidikannya di Sekolah Kader Militer di Prayodha Bali, Gianyar. ■ Pada tahun 1940, Ngurah Rai dilantik sebagai Letnan II yang kemudian meneruskan pendidikan di Corps Opleiding Voor Reserve Officieren (CORO), Magelang Karier Militer Bekal ilmu kemiliteran dan pribadinya yang cerdas telah membawanya menjadi seorang intel sekutu di daerah Bali dan Lombok, semasa penjajahan kolonial. Tahun 1945 setelah Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya, bersama rekan militernya ikut membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Sunda Kecil, dan menjadi komandannya. Sebagai komandan TKR Sunda Kecil, Ngurah Rai merasa perlu untuk melakukan konsolidasi dengan pimpinan TKR pusat di mana saat itu bermarkas di Jogjakarta. Sampai di Jogjakarta, Ngurah Rai dilantik menjadi komandan resimen Sunda Kecil berpangkat Letnan Kolonel. CIUNG WANARA Karier Militer TKR Sunda Kecil di bawah pimpinannya, dengan kekuatan 13,5 kompi ditempatkan tersebar diseluruh kota di Bali Pasukannya dikenal dengan nama Ciung Wanara Bersama Ciung Wanara, 18 November 1946 menyerang Tabanan yang menytebabkan satu datasemen Belanda dengan persenjataan lengkap menyerah. PERAN I Gusti Ngurah Rai pergi ke Yogyakarta yang menjadi markas besar TKR untuk berkonsolidasi dengan pimpinan pusat. I Gusti Ngurah Rai sangat berjasa dalam berperang melawan Belanda yang telah mendarat di Bali Mengkoordinir gerakan-gerakan perlawanan di Bali. Dan berjuang memperjuangkan senjata dan pasukan kepada markas besar TNI Ngurah Rai menemukan bahwa kekuatan republik telah terpecah, sehingga ia berusaha untuk menyatukannya kembali. Mengorganisir serangan pertama terhadap pasukan Belanda di Tabanan. Puputan Margarana
■ Bermula dari perintah I Gusti Ngurah Rai kepada pasukan Ciung
Wanara untuk melucuti persenjata polisi NICA yang menduduki Kota Tabanan. ■ Puluhan senjata lengkap dengan artileri milik Belanda berhasil direbut oleh pasukan Ciung Wanara. ■ Perebutan sejumlah senjata api pada malam 18 November 1946 telah membakar kemarahan Belanda ■ Pada dua hari pasca peristiwa itu (20 November 1946) Belanda mulai mengisolasi Desa Adeng, Marga. Puputan Margarana
■ Setelah matahari menyingsing (sekitar pukul 09.00-10.00), pasukan
Ciung Wanara baru sadar kalau perjalanan mereka sudah diawasi dan dikepung oleh serdadu Belanda. ■ Pasukan Nedherland Indische Civil Administration (NICA) sangat ambisius dan brutal menggempur Desa Marga dari berbagai arah. ■ Gusti Ngurah Rai menerapkan puputan, atau prinsip perang habis- habisan sampai gugur Akhir Hidup
■ Gusti Ngurah Rai menerapkan puputan, atau prinsip perang habis-
habisan bersama Ciung Wanara. ■ Pertempuran terakhir tersebut berakhir dengan gugurnya I Gusti Ngurah Rai dan 1.372 pasukannya pada 20 November 1946. ■ Untuk menghormati jasa-jasanya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, I Gusti Ngurah Rai dan semua pasukannya tersebut dibuatkan Nisan yang berada di Kompleks Monumen de Kleine Sunda Eilanden, Candi Marga, Tabanan. TERIM A KASIH