Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH TUGAS AKHIR SEJARAH INDONESIA

Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi pada Masa Orde baru (1966-1998) dan
Masa Revormasi (1998 - sekarang)

SMAN 1 KUBUNG

FEDRICO ANANDIO CH
JACKY AFRICO S
Xll MIPA 3

T/P
2020-2021

1
Daftar isi

BAB1.PENDAHULUAN
A.TujuanPenulisan

B. LatarBelakangMasalah

C. MetodePenulisan

BAB2.SistemdanStrukturPolitikdanEkonomipadaMasaOrdeBaru(1966-1998)
A PengertianOrdeBaru

B. LatarBelakangLahirnyaOrdeBaru

C. ProsesLahirnyaOrdeBaru

1. Aksi-aksiTritura
2. SuratPerintahSebelasMaret
3. DaulismeKepemimpinan

D. Ciri-ciriPemerintahanOrdeBaru

E. KebijakanPemerintahOrdeBarudalamBidangPolitik

1. PolitikLuarNegeri
2. PelaksanaanPemilihanUmumpadaMasaOrdeBaru
3. PenyederhanaanPartaiPolitik
4. PenyeragamanIdeologiPancasilamelaluiP4
5. PembatasanPers

F. KebijakanPemerintahOrdeBarudalamBidangEkonomidan Pembangunan

1. TrilogiPembangunanNasional
2. RepelitadanPelita
3. KebijakandiBidangEkonomi
G. KebijakandiBidangSosialBudaya

H. AkhirPemerintahanOrdeBaru

2
BAB3.SistemdanStrukturPolitikdanEkonomipadaMasaReformasi(1998-Sekarang).

A. PengertianReformasi

B. LatarBelakangTerjadinyaReformasi(KrisisMultidimensial)

C. JalannyaReformasi

D. TujuanReformasi

E. Ciri-CiriMasaReformasi

F. Tokoh-tokohReformasi

G. AgendaReformasi

H. PelaksanaanAmandemenUUD1945
I.
PelaksanaanPemilihanUmumPadaMasaReformasi(waktupelaksanaan,partaipeser
tapemilu,partaipemenangpemilu,Presidenterpilih)

J. KebijakanPemerintahpadamaing-masingPresidenMasaOrdeBaru.

1. KebijakanPresidenBJ.Habibie

a. KebijakanBidangPolitik
b. KebijakanBidangEkonomi
c. KebijakanBidangSosialBudaya
d. KebijakanKontroversial
2.KebijakanPresidenAbdurrahmanWahid(GusDur)

a. KebijakanBidangPolitik
b. KebijakanBidangEkonomi
c. KebijakanBidangSosialBudaya
d. KebijakanKontroversial

3. KebijakanPresidenMegawatiSosekarnoputeri

a. KebijakanBidangPolitik
b. KebijakanBidangEkonomi
c. KebijakanBidangSosialBudaya
d. KebijakanKontroversial
4. KebijakanPresidenSusiloBambangYudhoyonoJilid1

a. KebijakanBidangPolitik
3
b. KebijakanBidangEkonomi
c. KebijakanBidangSosialBudaya
d. KebijakanKontroversial

5. KebijakanPresidenSusiloBambangYudhoyonoJilid2

a. KebijakanBidangPolitik
b. KebijakanBidangEkonomi
c. KebijakanBidangSosialBudaya
d. KebijakanKontroversial

6. KebijakanPresidenJokoWidodo

a. KebijakanBidangPolitik
b. KebijakanBidangEkonomi
c. KebijakanBidangSosialBudaya
d. KebijakanKontroversial

I. KonflikSosialMasaReformasi.
II.
Bab4.PENUTUP
Kesimpulan
Saran

4
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Tujuan Penulisan
1. untuk melatih penulis agar mampu menyusun tulisan ilmiah yang benar.
2. adalah untuk memperluas wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembacanya.
3. untuk memberi sumbangan pemikiran baik berupa konsep teoritis maupun praktis.
B. Latar Belakang Masalah
Latar belakang ialah bagian yang menjelaskan pengertian sekilas tentang topik atau
obyek penelitian, serta mengapa penelitian tersebut penting untuk dibahas
C. Metode Penulisan
Menurut Gilbert J. Garragan S.J. bahwa metode sejarah sebagai seperangkat asas dan
aturan yang sistematik yang didesain guna membantu secara efektif untuk
mengumpulkan sumber-sumber sejarah, menilainya secara kritis, dan menyajikan
sintesis hasil-hasil yang dicapainya, yang pada umumnya dalam bentuk tertulis.

5
BAB2.SistemdanStrukturPolitikdanEkonomipadaMasaOrdeBaru(1966-1998)
A. Pengertian Orde Baru
Secara terminologi, Orde Baru berarti suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat,
bangsa dan negara yang diletakan kembali kepada pelaksanaan Pancasila dan UUD 45
secara murni dan konsekuen.
B. Latar Belakang Lahir nya Orde Baru
Meski telah merdeka, Indonesia pada tahun 1950 hingga 1960-an berada dalam
kondisi yang relatif tidak stabil.Bahkan setelah Belanda secara resmi mengakui
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949, keadaan politik maupun ekonomi di Indonesia
masih labil karena ketatnya persaingan di antara kelompok-kelompok politik.Keputusan
Soekarno untuk mengganti sistem parlemen dengan Demokrasi Terpimpin
memperparah kondisi ini dengan memperuncing persaingan antara angkatan bersenjata
dengan Partai Komunis Indonesia, yang kala itu berniat mempersenjatai diri.Sebelum
sempat terlaksana, peristiwa Gerakan 30 September terjadi dan mengakibatkan
diberangusnya Partai Komunis Indonesia dari Indonesia.Sejak saat itu, kekuasaan
Soekarno perlahan-lahan mulai melemah.
C. Proses Lahir nya Orde Baru 1. Aksi - aksi tritura
Tri Tuntutan Rakyat (atau biasa disingkat Tritura) adalah tiga tuntutan untuk
pemerintah yang diserukan para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI). Berikutnya disertai oleh kesatuan-kesatuan aksi yang
lainnya seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar
Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana
Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru
Indonesia (KAGI), serta didukung penuh oleh Tentara Nasional Indonesia.

Latar belakangan
Ketika gelombang demonstrasi menuntut pembubaran PKI semakin keras, pemerintah
tak segera mengambil aksi. Kondisi negara Indonesia sudah sangat parah, patut dari
bidang ekonomi maupun politik. Harga benda/barang naik sangat tinggi terutama Bahan
bakar minyak (BBM). Oleh karenanya, pada tanggal 12 Januari 1966, KAMI dan
KAPPI memelopori kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila mendatangi
DPR-GR menuntut Tritura. Pokok Tritura adalah:

Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya


Perombakan kabinet Dwikora
Turunkan harga sandang-pangan
Tuntutan pertama dan kedua sebelumnya sudah pernah diserukan oleh KAP-Gestapu
(Kesatuan Aksi Pengganyangan Aksi 30 September). Sedangkan tuntutan ketiga baru
diserukan kala itu. Tuntutan ketiga sangat menyentuh kebutuhan orang banyak.
6
Pada tanggal 21 Februari 1966 Presiden Soekarno mengumumkan reshuffle kabinet.
Dalam kabinet itu duduk para simpatisan PKI. Kenyataan ini menyulut kembali
mahasiswa meningkatkan aksi demonstrasinya. Tanggal 24 Februari 1966 mahasiswa
memboikot pelantikan menteri-menteri baru. Dalam insiden yang terjadi dengan
Resimen Tjakrabirawa, Pasukan Pengawal Presiden Soekarno, seorang mahasiswa Arif
Rahman Hakim meninggal. Pada tanggal 25 Februari 1966 KAMI dicerai-beraikan,
namun hal itu tak mengurangi gerakan-gerakan mahasiswa untuk melanjutkan Tri
Tuntutan Rakyat
(Tritura).

Rentetan demonstrasi yang terjadi menyuarakan Tritura kesudahannya disertai


keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) oleh Presiden Soekarno yang
memerintahkan untuk Mayor Jenderal Soeharto antaraku panglima Angkatan Darat
untuk mengambil aksi yang perlu untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.
2. Surat Perintah 11 Maret
Surat Perintah Sebelas Maret atau Surat Perintah 11 Maret yang disingkat
menjadi Supersemar adalah surat perintah yang ditandatangani oleh Presiden Republik
Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966. Surat ini berisi perintah yang
menginstruksikan Soeharto, selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan
Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu
untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk pada saat itu.
Surat Perintah Sebelas Maret ini adalah versi yang dikeluarkan dari Markas
Besar Angkatan Darat (AD) yang juga tercatat dalam buku-buku sejarah. Sebagian
kalangan sejarawan Indonesia mengatakan bahwa terdapat berbagai versi Supersemar
sehingga masih ditelusuri naskah supersemar yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno
di Istana Bogor.
3. Daulisme kepemimpinan
Dualisme kepemimpinan terjadi ketika Soeharto mengambil alih pemerintahan,
sementara Soekarno masih menjabat sebagai presiden.Latar belakang dualisme
kepemimpinan nasional
Di awal 1966, kondisi politik bergejolak. Soekarno diprotes keras karena G30S dan
perekonomian yang memburuk.Puncaknya, pada 11 Maret 1966. Demonstrasi
mahasiswa secara besar-besaran terjadi di depan Istana Negara. Demonstrasi ini
didukung tentara.Menteri/Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal Soeharto pun
meminta agar Soekarno memberikan surat perintah untuk mengatasi konflik apabila
diberi kepercayaan.Maka, pada 11 Maret 1996 sore di Istana Bogor, Soekarno
menandatangani surat perintah untuk mengatasi keadaan. Surat itu dikenal sebagai
Supersemar. Isinya, Soekarno memerintahkan Soeharto untuk:

Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan
ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya Revolusi, serta
7
menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima
Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris MPRS, demi untuk keutuhan Bangsa
dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran
Pemimpin Besar Revolusi.
Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima
Angkatan Lain dengan sebaik-baiknya.
Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut paut dalam tugas dan tanggung
jawabnya seperti tersebut di atas.Soeharto memimpin pemerintahan
Supersemar bertujan mengatasi situasi saat itu. Pada praktiknya, Setelah
mengantongi Supersemar, Soeharto mengambil sejumlah keputusan lewat SK Presiden
No 1/3/1966 tertanggal 12 Maret 1966 atas nama Presiden/Panglima Tertinggi
ABRI/Mandataris MPRS/PBR. Keputusan tersebut yakni:

Pembubaran PKI beserta ormasnya dan menyatakannya sebagai partai


terlarangPenangkapan 15 menteri yang terlibat atau pun mendukung G30S Pemurnian
MPRS dan lembaga negara lainnya dari unsur PKI dan menempatkan peranan lembaga
itu sesuai UUD 1945.

Soekarno yang diasingkan tak bisa berbuat banyak. Sementara Soeharto mendapat
kekuasaan yang semakin besar.Dikutip dari Hari-hari Yang Panjang: Transisi Orde
Lama Ke Orde Baru, Sebuah Memoar (2008), dualisme kepemimpinan memunculkan
polarisasi.Ada yang setuju dengan Soeharto untuk membubarkan. Namun ada juga yang
masih setia kepada Soekarno.Soekarno terdesak
Memasuki pertengahan 1966, masalah dualisme kepemimpinan nasional makin
terasa.Soekarno tidak lagi bisa mencabut Supersemar ketika MPRS memutuskannya
sebagai TAP MPRS Nomor IX/1966 pada 21 Juni 1966.Saat itu, MPRS mencabut
Soekarno sebagai presiden seumur hidup sekaligus memberi kewenangan Soeharto
sebagai pengemban Supersemar untuk membentuk kabinet pada 5 Juli 1966.
Pada 22 Juni 1966, Soekarno menyampaikan pidato pertanggungjawaban di Sidang
MPRS.
Soekarno dianggap mengecewakan. Dalam pidato itu, Soekarno bersikeras tidak mau
membubarkan PKI. Pidato yang dikenal sebagai Nawaksara ini ditolak oleh
MPRS.Kemudian pada 10 Januari 1967, Soekarno mengirim surat kepada Ketua MPRS
Jenderal AH Nasution. Surat yang bernama "Pelengkap Nawaksara" itu berisi kurang
lebih sama dengan Nawaksara.Soekarno kembali menyampaikan beberapa alasan
terjadinya peristiwa G30S atau yang disebutnya dengan Gestok (Gerakan 1 Oktober).
Sebulan kemudian, pada 7 Februari 1967, Soekarno kembali mengirim surat, kali ini
untuk Soeharto.Dalam surat itu, Soekarno menyatakan akan menyerahkan pemerintahan
kepada Soeharto.Penyerahan kekuasaan itu terjadi pada 22 Februari 1967. Soekarno

8
menyampaikan kepada menteri-menteri di Istana Merdeka.Malam harinya, Menteri
Penerangan BM Diah membacakan pengumuman Soekarno.Tak lama kemudian, MPRS
mencabut kekuasaan Presiden Soekarno dan menetapkan Soeharto sebagai pejabat
presiden.

9
D. Ciri-ciri Pemerintahan Orde Baru
❖ Pemerintah cenderung otoriter militeristik.
❖ Sistem pemerintahan memiliki corak sentralistik.
❖ Terdapat ketidakseimbangan kekuasaan antara lembaga Negara yang satu dan
lainnya.
❖ Kekuasaan serta wewenang Presiden berlebihan.
❖ Kepastian hukum, keadilan serta supremasi hukum sangat kurang.
❖ Hak untuk berpendapat dikekang. ❖ Ditetapkannya Undang Undang Referendum
.

10
E. Kebijakan Pemerintahan Orde Baru Dalam Bidang Politik 1. Politik Luar
Negri
Landasan kebijakan politik luar negeri Orde Baru secara legalitas ditetapkan dalam
Tap No.XII/ MPRS/1966. Menurut Tap MPRS tersebut bahwa politik luar negeri RI
secara keseluruhan mengabdikan diri kepada kepentingan nasional. Oleh sebab itu,
maka politik luar negeri RI yang bebas dan aktif tidak dibenarkan memihak kepada
salah satu blok ideologi yang ada.
2.Pelaksanaan pemilihan umum pada masa Orde baru
Ketetapan MPRS XI Tahun 1966 mengamanatkan bahwa Pemilu seharusnya dilakukan
pada tahun 1968. Namun ketika Jenderal Suharto ditunjuk sebagai Penjabat Presiden
Indonesia, ia tidak dengan segera menggelar Pemilu untuk mencari pemimpin definitif
dengan legitimasi dari rakyatnya. Sebagian kalangan menganggap ini sebagai langkah
pengkondisian Golongan Karya (Golkar) sebagai mesin politik Suharto. Terbukti
kemudian Golkar menyapu bersih kemenangan pada enam edisi Pemilu selama Orde
Baru, yang membuat Suharto berkuasa menjadi Presiden selama lebih dari 30 tahun.
Salah satu ciri utama dari pemerintahan Orde Baru ada pada pembatasan aktifitas sosial
politik warga negaranya. Dimensi pembatasan aktifitas sosial politik tersebut masuk
dalam ranah Pemilu. Salah satu langkah yang diambil pemerintahan Orde Baru ada pada
kontrol pembilahan sosial yang relatif plural dalam Orde Lama. Pluralitas politik di
masa Orde Lama telah mendorong instabilitas di dalam kabinet, banyak kabinet yang
tidak berlangsung lama.
3. Penyederhanaan partai politik
Pemerintah Orde Baru melaksanakan program penyederhanaan partai melalui
Sidang Umum MPR tahun 1973.Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi dari penyaluran aspirasi masyarakat serta kemudahan dalam
pengendalian partai politik.Sembilan partai politik diggabungkan menjadi dua partai
berdasarkan pandangan politiknya. NU, Parmusi, Perti, dan PSII digabungkan menjadi
PPP (Partai Persatuan Pembangunan). PNI, Partai Katolik, Parkindo, Partai Murba, dan
IPKI digabungkan menjadi PDI (Partai Demokrasi Indonesia).
4. Penyeragaman ideologi pancasila melalui p4
Susunan panduan pembudayaan ideologi Pancasila secara resmi disahkan oleh MPR
pada 21 Maret 1978 dengan nama Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P4).
Menurut David Bourchier dalam Illiberal Democracy in Indonesia: The Ideology of the
Family State (2014: 191), P4 bukan ditujukan untuk menginterpretasi nilai-nilai
Pancasila, melainkan sebuah “instruksi dan aturan tingkah laku bagi kehidupan sosial
dan politik seluruh warga negara Indonesia, khususnya pegawai negeri, segenap institusi
pemerintahan, dan organisasi masyarakat."Bourchier juga mengatakan bahwa P4 pada
dasarnya merupakan manifestasi dari pemerintahan autokratis Orde Baru dalam upaya
penerapan nilai-nilai Pancasila. Program ini wajib diikuti oleh seluruh pegawai negeri
dan anggota ABRI dalam kurun waktu tertentu, tergantung golongan kepangkatannya.
Selain Pancasila, mereka juga diinstruksikan untuk mendalami UUD 1945 dan
Garisgaris Besar Haluan Negara (GBHN).

11
Penataran P4 nyatanya cukup berat, terlebih untuk ukuran masa kini.
Sebagaimana dicatat oleh Bourchier, penataran umumnya dilaksanakan dalam waktu
dua minggu, dari pukul delapan pagi hingga enam petang. Bagi pejabat pemerintahan
senior, waktu penataran yang harus dijalani adalah 120 jam. Peserta penataran dianggap
gugur dan harus mengulang dari awal ketika kedapatan satu kali tidak hadir atau
dianggap tidak mengikuti etiket penataran.

“Peserta yang terlambat datang di setiap sesi akan langsung ditandai, begitu pula peserta
yang tidak mengindahkan etiket, seperti tidak duduk dengan rapi atau tidak
menunjukkan sikap hormat kepada pembina atau malah menguap," tulis
Bourchier.Lebih jauh, etiket penataran P4 disusun dengan bercermin kepada budaya
sopan santun orang Jawa.
Bourchier melanjutkan bahwa selama penataran, “peserta yang terlalu banyak
mengekspresikan pendapatnya juga akan mendapat teguran, begitu pula bagi peserta
yang hanya diam."Satu tahun setelah seminar P4 pertama kali diadakan pada 1 Oktober
1978, Soeharto membentuk BP7 dan P7 dengan tugas pokok mengoordinasi seluruh
kegiatan penataran P4 di tingkat bawah. Kedua badan ini juga bertanggung jawab
menyelenggarakan penataran di luar lembaga pemerintahan yang berlaku secara
nasional.
Dalam wawancara Tempo (11/8/1979), Roeslan Abdulgani selaku ketua Tim P7,
mengakui bahwa penataran P4 pada dasarnya dapat disamakan dengan operasi tertib
mental. Baginya, lulus atau tidak peserta penataran tidaklah penting karena yang hendak
dicapai ialah perubahan situasi kerja di sebuah unit pemerintahan.

“Sistem demokrasi selalu mengenal persuasion dan coercion, bujukan dan paksaan,
yang merupakan dua sayap dari satu ide. Dan penataran P4 inilah merupakan
persuasionnya," katanya masih mengutip Tempo.
Sementara itu, menurut sejarawan dan peneliti LIPI, Taufik Abdullah, mendalami
P4 ada risikonya. Lebih jauh ia menjelaskan bahwa kenyataan yang terjadi di
masyarakat tidak selalu cocok dengan nilai-nilai luhur dalam P4, akibatnya tidak jarang
timbul rasa frustasi yang melahirkan sikap munafik.
Penyeragaman Ideologi
Pada tahun-tahun selanjutnya, cakupan peserta penataran P4 kian melebar. Peserta
tidak lagi didominasi pegawai negeri, tetapi juga orang-orang partai, ulama, karyawan,
pengusaha, pelajar, artis, jurnalis, dan seterusnya. Sebagaimana dikatakan oleh Soeharto
kepada G. Dwipayana dan Ramadhan K.H. dalam Soeharto: Pikiran, Ucapan dan
Tindakan Saya (1988: 316), ia merasa perlu “melanjutkan dan memperluas penataran
P4, khususnya di kalangan tokoh masyarakat sampai ke tingkat daerah."

12
Nazaruddin Sjamsuddin dalam bukunya Integrasi Politik di Indonesia (1989: 159)
menuliskan alasan yang sangat politis di balik rencana Soeharto memperluas cakupan
penataran P4. Menurutnya, rezim Orde Baru tengah terdesak oleh penyebaran ideologi
partai politik baru selain Golkar. Di saat bersamaan, kelompok-kelompok Islam dan
Nasionalis mulai secara terbuka mengkritik pemerintahBermunculannya kubu oposisi
membuat pemerintah merasa perlu menegaskan kembali Pancasila sebagai falsafah
negara. Hal ini senada dengan argumen yang ditulis oleh David Bourchier bahwa
“kampanye P4 adalah usaha pemerintah untuk mengelak dari kritik dengan cara
meningkatkan perhatian pada permasalahan krisis moral." Melalui sosialisasi ideologi
semacam ini, masyarakat sipil dibimbing untuk menganut asas tunggal Orde Baru, yakni
Pancasila.Demi meningkatkan penetrasi P4 di kalangan sipil, pemerintah melalui BP7
dan P7, memperluas metode pelaksanaan P4 dengan program-program non-penataran
yang dinilai cocok bagi semua kalangan. Program yang berlaku secara nasional itu
meliputi kegiatan simulasi, penggunaan modul, dan pertunjukan-pertunjukan seni
budaya tradisional.

Ditinjau dari lingkup pesertanya, P4 boleh jadi adalah kampanye ideologi paling
berhasil yang pernah dilakukan di Indonesia. Berdasarkan laporan Kepala BP7 Pusat,
Oetojo Oesman, diketahui bahwa sampai tahun 1989 sudah terdapat hampir 65 juta
orang yang pernah mengikuti program pembudayaan P4 di luar jalur penataran.
Sementara lebih dari 32 juta orang lainnya pernah dinyatakan lulus penataran P4 oleh
BP7.Obsesi sosialisasi ideologi Pancasila itu dilanjutkan dengan keputusan Menteri
Pendidikan Nugroho Notosusanto yang menginginkan P4 diberikan juga kepada warga
negara sejak bangku sekolah. Maka pada 1984, ia menginstruksikan kepada perguruan
tinggi, baik negeri maupun swasta, agar mulai memasukan penataran P4 ke dalam
sistem kredit semester mahasiswa baru.

Menurut Margono dalam tesis masternya yang berjudul “Karakteristik Proses


Belajar Mengajar Penataran P4 Pola 45
Jam Bagi Mahasiswa Baru" (1991), saat pertama kali diimplementasikan, penataran P4
di kampus-kampus memakai pola 100 jam. Total waktu yang dihabiskan mahasiswa
untuk berkutat dengan ceramah Pancasila, UUD 1945, dan GBHN, kala itu hanya selisih
20 jam lebih sedikit dari waktu penataran pejabat pemerintahan.

Tanpa disadari, hal ini memicu frustrasi di kalangan pelajar karena materi penataran
yang disampaikan selama dua minggu berturut-turut, dari pukul tujuh pagi hingga lima
sore, ternyata sekadar pengulangan mata pelajaran PMP. Bermula dari sini, kampanye
P4 mulai kehilangan pengaruhnya.
Pada 1991, masih menurut Margono, penerus Nugroho Notosusanto di pos Menteri
Pendidikan, Fuad Hassan, mempertimbangkan untuk mengurangi waktu penataran P4
bagi mahasiswa baru menjadi 45 jam. Sayangnya, hal ini tidak mengurangi perasaan
tertekan yang terlanjur dialami para pelajar lantaran materi P4 ujung-ujungnya sampai
juga ke atas meja siswa di bangku SMP dan SMA.
13
Selain itu, imbuh Margono, penataran P4 juga memiliki banyak kelemahan.
Metodologi penataran sudah dipolakan dan bersifat baku sehingga tidak mungkin
diubah tanpa persetujuan BP7.

5. Pembatasan pers
merupakan bagian dari budaya politik Indonesia.Kebebasan pers di Indonesia dilandasi
oleh Pasal 28F Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
1945) yang melindungi kebebasan penggunaan berbagai media dalam hal mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi.
Landasan hukum mengenai kebebasan pers di Indonesia secara jelas dibahas dalam
beberapa Undang-Undang Negara Indonesia yang dibuat setelah era reformasi yang
dimulai sejak tahun 1998, salah satunya adalah Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (Undang-Undang Pers). Penetapan kebebasan pers
di Indonesia sejalan dengan bentuk pemerintahan yang diterapkan yaitu demokrasi.
Departemen Penerangan, lembaga pemerintah Indonesia yang mengatur persoalan
kebebasan pers di Indonesia pada masa Orde Baru.
Jaminan kebebasan pers di Indonesia diterapkan sejak negara Indonesia. Pemaknaan
mengenai kebebasan pers di Indonesia pada tiap era pemerintahan bersifat berlainan dan
ada pula yang bertentangan.Pada masa pemerintahan Soekarno, kebebasan pers di
Indonesia diberikan tetapi dibatasi. Tujuan pembatasannya adalah untuk penguatan
status quo negara Indonesia. Keseimbangan fungsi eksekutif, legislatif dan yudikatif
serta kendali publik belum diutamakan. Arah kebebasan pers pada masa
pemerintahan Soekarno juga masih berpusat kepada pemerintahan dan bukan kepada
pengelola media dan konsumen pers.Kemudian, pada masa Orde Baru, kewenangan
pengendalian kebebasan pers di Indonesia awalnya diatur oleh Departemen Penerangan.
Setelah Undang-Undang Pers diberlakukan pada masa reformasi, kewenangan
pengawasan dan pengendalian atas kebebasan pers di Indonesia diberikan kepada
Dewan Pers.Pada periode ini juga bermunculan berbagai macam media cetak dan
elektronik. Era reformasi pun menjadi masa keterbukaan pers di Indonesia. Pers mulai
menyampaikan kritik atas kinerja pemerintah Indonesia.Keterbukaan pers di Indonesia
setelah era reformasi juga mengalami kondisi yang berubah-ubah berkaitan dengan
fungsi pengendalian sosial pers atas pemerintahan.
Kebebasan pers di Indonesia pada era reformasi turut dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi informasi. Teknologi informasi memberikan dukungan bagi
masyarakat awam untuk bisa menyampaikan pendapat serta memberikan dan
menyebarkan informasi dengan lebih cepat. Media daring menjadi faktor pendukung
utama dalam proses pengumpulan, pelaporan, analisis, dan penyebaran informasi oleh
masyarakat. Perkembangan media daring membentuk model baru atas kebebasan pers di
Indonesia dalam bentuk jurnalisme warga yang dibangun melalui komunitas maya
berbasis blog.Namun, kebebasan pers di Indonesia masih mengalami pembatasan.
Pembatasan-pembatasan tersebut beraneka ragam dari penyensoran dan pelarangan
penerbitan hingga kriminalisasi dan ancaman kekerasan.

14
F. Kebijakan Pemerintah Orde Baru dalam bidang ekonomi dan pembangunan
1. Trilogi pembangunan internasional
Trilogi Pembangunan adalah wacana pembangunan nasional
yang dicanangkan oleh pemerintahan orde baru di Indonesia sebagai landasan penentuan
kebijakan politik, ekonomi, dan sosial dalam melaksanakan pembangunan negara.
Trilogi pembangunan terdiri dari 3:
❖ Stabilitas Nasional yang dinamis
❖ Pertumbuhan Ekonomi Tinggi, dan
❖ Pemerataan Pembangunan dan hasil-hasilnya.

Kontroversi
Pencanangan trilogi pembangunan ini menuai kontroversi karena pada pelaksanaannya
mengakibatkan hal-hal berikut:
❖ Pelaksanaan stabilitas politik menghasilkan regulasi dimana diterbitkan
sejumlah peraturan yang mengakibatkan apengendalian pers dan pengendalian aksi
mahasiswa. Dalam hal prosedural diterbitkan Undang-Undang tentang Organisasi
Massa dan Undang Undang Partai Politik
❖ Pertumbuhan ekonomi menghasilkan penanaman modal asing yang
mengakibatkan hutang luar negeri. Serbuan para investor asing ini kemudian melambat
ketika terjadi jatuhnya harga minyak dunia, yang mana selanjutnya dirangsang ekstra
melalui kebijakan deregulasi (liberalisasi) pada tahun 1983-1988. Tanpa disadari,
kebijakan penarikan investor yang sangat liberal ini mengakibatkan undang-undang
Indonesia yang mengatur arus modal menjadi yang sangat liberal di lingkup dunia
internasional. Namun kebijakan yang sama juga menghasilkan intensifikasi pertanian di
kalangan petani.
❖ Dalam pemerataan hasil, pelaksanaannya membuka jalur-jalur distributif seperti
kredit usaha tani dan mitra pengusaha besar dan kecil seperti (bapak asuh)
2. Repelita dan pelita
Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun adalah satuan perencanaan yang
dibuat oleh pemerintah Orde Baru di Indonesia.
❖Repelita I (1969–1974) bertujuan memenuhi kebutuhan dasar dan infrastruktur
dengan penekanan pada bidang pertanian.
❖Repelita II (1974–1979) bertujuan meningkatkan pembangunan di pulau-pulau selain
Jawa, Bali dan Madura, di antaranya melalui transmigrasi.
❖ Repelita III (1979–1984) menekankan bidang industri padat karya untuk
meningkatkan ekspor.
❖ Repelita IV (1984–1989) bertujuan menciptakan lapangan kerja baru dan industri.
15
❖ Repelita V (1989–1994) menekankan bidang transportasi, komunikasi dan
pendidikan.
❖ Repelita VI (1994–tidak selesai) bertujuan meningkatkan pembangunan iklim
investasi asing dalam rangka menggenjot perekonomian dan industri nasional.

3. Kebijakan di bidang ekonomi


Kebijakan ekonomi Orde Baru diarahkan pada pembangunan di segala
bidang.Namun, pada pelaksanaannya tidak sesuai aturan sehingga berdampak pada
kesenjangan ekonomi yang besar di masyarakat.Hal ini disebabkan oleh kebijakan
ekonomi serta pembangunan yang dilakukan pemerintah sudah baik, tetapi tidak bersifat
merata, sehingga muncul kesenjangan antara golongan kaya dan golongan miskin.
Di awal pemerintahan Soeharto menjabat, ia dihadapkan oleh masalah yang cukup
sulit di bidang ekonomi, yaitu:
❖ Hiperinflasi hingga 650 persen
❖Utang luar negeri
❖ Melonjaknya harga kebutuhan pokok
❖ Kerusakan sarana dan prasarana
Rendahnya pendapatan per kapita penduduk Indonesia, hanya mencapai 70 dollar AS.
Program atau Kebijakan
Untuk mengatasi permasalahan ekonomi di Indonesia pada masa Orde Baru, pemerintah
pun mengeluarkan beberapa kebijakan atau program untuk menanggulanginya, yaitu:

Program Jangka Pendek


Program ini dibuat berdasarkan dari Tap. MPRS No. XXII/MPRS/1966.

G. Kebijakan di bidang sosial budaya


Pemerintahan masa Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 sejak keluarnya Supersemar
(Surat Pemerintah Sebelas Maret) hingga turunnya presiden Suharto pada tahun 1998.
Dalam masa pemerintahan 32 tahun ini, presiden Suharto melakukan kebijagan
diberbagai bidang termasuk sosial budaya. Kebijakan tersebut antara lain adalah:
❖ Mencanangkan program Keluarga Berencana (KB)Program Keluarga Berencana
ini dicanangkan oleh Presiden Suharto pada tahun 1970. Program ini menganjurkan 2
anak pada setiap keluarga dan jarak melahirkan anak selama 5 tahun. Program ini
bertujuan untuk menekan laju penduduk pertumbuhan dan jumlah penduduk Indonesia.

16
❖ Mencanangkan program Wajib Belajar Presiden Suharto mencangangkan Wajib
Belajar 6 Tahun, bagi para siswa usia 7-12 tahun. Program ini dicanangkan pada hari
Rabu, 2 Mei 1984 oleh Presiden Suharto dan Ibu Tien Soeharto dalam upacara
peringatan Hari Pendidikan Nasional dan Pencanangan Gerakan Wajib Belajar yang
berlangsung di Stadion Utama, Senayan, Jakarta. Program ini dicanangkan untuk
memberantas buta huruf dan meningkatkan pendidikan rakyat Indonesia.
❖ Mengendalikan media massa melalui SIUP Pada masa orde baru, semua
penerbitan seperti koran dan majalah harus memiliki SIUP (Surat Ijin Usaha
Penerbitan). Bila ada penerbitan yang menuliskan artikel atau berita yang bertentangan
dengan kebijakan pemerintah atau terlalu kritis maka SIUP dapat dicabut dan penerbitan
tersebut dihentikan atau “dibredel”. Ini terjadi misalnya apad majalah Gatra dan Tempo
pada tahun 1984.
❖Melarang kegiatan politik di kampusSebagai dampak dari peristiwa Malari pada 15
Januari 1974 dan demonstrasi mahasiswa pada tahun 1970an, pemerintah membuat
Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan juga Badan Koordinasi Kemahasiswaan
(BKK) di tahun 1978. Kedua kebijakan ini melarang aktifitas politik apapun di kampus
dan
para mahasiswa dipantau secara ketan
❖ Melakukan pelarangan budaya TionghoaMasyarakat Tionghoa mengalami
diskriminasi dan pemerintah Orde Baru melakukan pelarangan penggunaan bahasa
Mandarin, pelarangan melaksanakan tradisi, budaya, adat-istiadat Tionghoa melalui
Inpres No. 14 / 1967. Setelah jatuhnya presiden Suharto, Inpres ini dicabut dan
diskriminasi pada masyarakat tinghoa dihapuskan.
H. Akhir pemerintahan Orde baru
Puncaknya dari demonstrasi mahasiswa terjadi pada tanggal 19–21 Mei 1998 di
depan Gedung DPR/MPR Jakarta. sampai tanggal 21 Mei 1998 di Istanah Merdeka
Presiden Soeharto mundur dari jabatannya dan sekaligus pengambilan sumpah jabatan
oleh BJ. Habibie sebagai presiden ke 3 Indonesia. Presiden Soeharto mundur dari
jabatannya dan sekaligus pengambilan sumpah jabatan oleh BJ. Habibie sebagai
presiden ke 3 Indonesia
Kerusuhan besar pada 14 Mei 1998 tidak hanya terjadi di Jakarta tetapi merembet ke
kota-kota yang lain, seperti Solo, Surabaya, Medan, Makassar dan Padang. Mahasiswa
bersama-sama rakyat yang berdemonstrasi di jalan-jalan semakin gencar menuntut
Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatannya. Bahkan, gedung DPR/ MPR pun
diduduki oleh ribuan mahasiswa. Coba bayangkan bagaimana mencengkamnya saat itu!
Semoga peristiwa tersebut menjadi pelajaran begi segenap masyarakat Indonesia dan
dikemudian peristiwa serupa tidak pernah terulang lagi di negri Indonesia yang tercinta
ini. Taukah kamu Peristiwa Reformasi mengutkan teori revulusi yang mengatakan
bahwa perubahan cepat akan menimbulkan disintegrasi (kekaucauan) dalam
masyarakat.
BAB 3. Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi pada Masa Reformasi
(1998Sekarang).

17
A. Pengertian Reformasi
Reformasi adalah suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional.
Indonesia dalam sejarahnya pernah melakukan reformasi. Masa reformasi di
Indonesia terjadi setelah Masa Orde Baru berakhir, yaitu dimulai pada tanggal 21 Mei
1998 pasca Presiden Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden. Salah satu penyebab
terjadinya reformasi di Indonesia adalah karena banyaknya kebijakan-kebijakan yang
bertentangan dengan kepentingan rakyat
B. Latar belakang terjadinya Reformasi (krisi multidimensial)
Secara umum latar belakang munculnya reformasi karena penyelewengan dan
perlakuan tidak adil pada era Orde Baru. Ketidakadilan tersebut terjadi di berbagai
bidang, yaitu politik, hukum, dan ekonomi. Di mana semua bidang terjadi korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN)

C. Jalan nya reformasi


peristiwa reformasi terjadi setelh lengsernya presiden RI ke 2 Soeharto.
reformasi bertujuan untuk memperbaiki sistem pemerintahan diindonesia yg semakin
melampaui batas. sebelumnya pemerintahan dipegang kendali oleh presiden, banyaknya
krisis membuat masyarakat resah sehingga kaum pelajarlah yg menuntut agar reformasi
diadakan, hingga berlangsung saat ini
D. Tujuan reformasi
Awalnya gerakan reformasi menuntut turunnya harga-harga kebutuhan pokok
yang Melambung tinggi sejak 1997. Tujuan reformasi juga menuntut MPR untuk tidak
mencalonkan Suharto menjadi presiden untuk periode ketujuh. Tuntutan ini berfokus
pada reformasi politik dan ekonomi.
Berikut tujuan reformasi yang perlu diketahui:
- Menata kembali seluruh struktur kenegaraan, termasuk perundangan dan
konstitusi yang menyimpang dari arah perjuangan dan cita-cita seluruh masyarakat
bangs
- Melakukan perubahan secara serius dan bertahap untuk menemukan nilai-nilai
baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
- Melakukan perbaikan di segenap bidang kehidupan baik politik, ekonomi, sosial
budaya, maupun pertahanan keamanan
- Menghapus dan menghilangkan cara-cara hidup dan kebiasaan dalam
masyarakat bangsa yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan reformasi, seperti KKN,
kekuasaan sewenang-wenang atau otoriter, penyimpangan, dan penyelewengan yang
lain.

18
E. Ciri - ciri Reformasi
pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mufakat
- tidak ada partai pemerintah dan partai operasi
- menghargai hak asasi manusia
- kedaulatan di tangan masyarakat
-mengutamakan kepentingan rakyat diatas kepentingan umum

19
F. Tokoh - tokoh Reformasi

1. Abdurrahman Wahid Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur,
adalah pemimpin Nahdhatul Ulama, sebuah ormas Islam terbesar di Indonesia. Gus
Dur memiliki karisma yang kuat. Selain ulama, beliau juga negarawan yang memiliki
wawasan tentang pentingnya pluralisme bangsa. Gus Dur adalah salah satu dari
tokohtokoh reformasi yang membawa dampak banyak bagi Indonesia.Gus Dur yang
mencentuskan pertemuan Ciganjur yang dihadiri oleh Megawati, Sir Sultan
Hamengkubuwono X, Amien Rais. Selanjutnya, tokoh-tokoh reformasi yang hadir di
Ciganjur menamai dirinya sebagai kelompok Poros Tengah yang bertekad
menggulirkan agenda reformasi di Indonesia. Gus Dur juga sebagai penggagas
berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang anggotanya sebagian besar adalah
orang-orang NU. Di PKB, Gus Dur menduduki jabatan sebagai Ketua Dewan
Penasihat, sedangkan ketua umum partai Matori Abdul Jalil. Partai ini juga banyak
melahirkan tokoh-tokoh reformasi dengan pemikiran kritis.
Pada masa pemilu pertama di awal orde reformasi, Gus Dur dijagokan menjadi
calon presiden RI oleh tokoh-tokoh reformasi dari PKB dan disokong penuh oleh
kelompok Poros Tengah. Akhirnya, Gus Dur ditunjuk sebagai Presiden RI
menggantikan BJ Habibie, sedangkan Megawati diangkat menjadi wakil presiden
mendampingi Gus Dur. Namun di tengah masa pemerintahnya, Gus Dur dicopot
mandatnya oleh MPR. Abdurrahman Wahid meninggal dunia pada 30 Desember 2009
dan dimakamkan di Jombang. Tokoh-tokoh reformasi ikut mengantarkannya hingga
liang lahat.

2. Sri Sultan Hamengkubuwono X Sri Sultan Hamengkubuwono X merupakan


sosok Raja Yogyakarta yang memiliki peran penting mempersatukan bangsa ini agar
tetap bersatu, karena sejak krisis moneter Indonesia mengalami ancaman disintregrasi.
Apalagi, sejak Timor Timur lepas dari pangkuan ibu pertiwi, memicu timbulnya
separatisme di beberapa tempat di Indonesia.
Banyak yang tidak tahu, bahwa beliau juga merupakan bagian dari tokoh-tokoh
reformasi. Pada masa menjelang reformasi, Sri Sultan sering turun ke jalan
menenangkan demonstran agar tak bertindak anarkis, terutama di Yogyakarta. Pada
waktu itu, hari-hari menjelang Soeharto turun terjadi aksi huru-hara di Jakarta, Solo,
dan Banjarmasin. Sebagai salah satu dari tokoh-tokoh reformasi, beliau membawa
dampak baik bagi masyarakat Yogyakarta.
Agar aksi anarkis tak menjalar ke Yogyakarta, Sang Raja ini selalu hadir setiap
ada demonstrasi dan mengunjungi korban-korban kekerasan demo di rumah sakit.
Terbukti, Yogyakarta tetap terkendali walau sempat ada bentrok di sudut kota seperti di
Gejayan, yang menelan korban satu orang. Tapi tetap, tidak separah di daerah lain.
Sebagai salah satu tokoh yang tergabung dalam tokoh-tokoh reformasi, beliau lebih
berperan sebagai pengendali massa.

20
Berkat itulah, setelah reformasi, Sri Sultan ditunjuk menjabat Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta bersama Sri Paku Alam IX menggantikan gubernur sebelumnya
Sri Paku Alam VIII yang telah wafat.

3. Megawati Soekarno Putri Berbicara mengenai tokoh-tokoh reformasi tidak sah


rasanya jika tidak menyebutkan nama wanita yang satu ini. Megawati Soekarno Putri
merupakan simbol dari perlawan terhadap rezim orde baru. Saat jabatan ketua PDI
digulingkan sepihak oleh Soeryadi yang disokong oleh rezim orde baru, Megawati
mendirikan partai baru yang diberi nama Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan, sebagai partai tandingan PDI. Sejak itu, Megawati berjarak dengan
rezim Soeharto. Pada era reformasi, pemeran dalam tokoh-tokoh reformasi ini memiliki
peran yang cukup penting. Beliau merancang kembali nilai-nilai nasionalisme dan
demokrasi. Pada pemilu legislatif, partai yang didirikan Megawati memperoleh banyak
suara, bahkan mengalahkan Golkar. Megawati pun ditunjuk sebagai wakil presiden
mendamping Gus Dur. Dia didukung oleh banyak tokoh-tokoh reformasi lainnya.
Dua tahun berikutnya, Megawati naik menjadi presiden menggantikan kedudukan
Gus Dur yang dicopot mandatnya oleh MPR, dan menunjuk Hamzah Haz sebagai wakil
presiden untuk mendampingi Megawati melanjutkan pemerintahan.
4. Amien Rais Amien Rais merupakan salah satu dari tokoh-tokoh reformasi yang
hadir dari dunia kampus. Amien Rais juga punya andil dalam menggulingkan rezim
Soeharto. Beliau merupakan sosok pencetus berdirinya kelompok Poros Tengah yang
dideklarasikan di Ciganjur, tempat kediaman Gus Dur. Awal-awal menjelang rezim
orde baru runtuh, Amien Rais selalu turun ke jalan bergabung dengan demonstran
mahasiswa. Orasi-orasi yang dilontarkan Amien Rais begitu cerdas. Beliau
menawarkan perubahan demokrasi Indonesia yang lebih modern. Saat banyak partai
bermunculan bak cendawan di musim hujan, Amien Rais juga mendeklarasikan
partainya, yakni Partai Amanat Nasional. Pada era reformasi, PAN merupakan salah
satu partai papan atas. Amin Rais juga sempat menjabat ketua MPR.Dengan demikian
tokoh-tokoh reformasi mempunyai peran masing-masing untuk memajukan Bangsa
Indonesia.

G. Agenda Reformasi
Agenda reformasi yang menjadi tuntutan para mahasiswa mencakup beberapa hal,
seperti mengadili Soeharto dan kroni-kroninya, melaksanakan amendemen
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menghapus dwifungsi
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, melaksanakan otonomi daerah seluas-luasnya,
menegakkan
H. Pelaksanaan amandemen UUD 1945
Reformasi merupakan salah satu tuntutan yang terus menerus berkembang dan
terjadi dalam masa orde baru (pertengahan tahun 1998), baik oleh masyarakat,
21
pemerintah, maupun oleh kekuatan Sosial Politik, termasuk parpol. Salah satu tuntutan
yang digulirkan itu adalah perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, kemudian tuntutan itu diperjuangkan oleh fraksi-fraksi yang ada
dalam MPR.Paparan terhadap perubahan Undang-Undang Dasar 1945 telah terwujud
dalam lembaga-lembaga Negara, dan perubahan dimaksudkan untuk meneguhkan
pelaksanaan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan cita-cita
proklamasi kemerdekaaan, yaitu: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa. ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial.

I. Pelaksanaan pemilihan umum pada masa Reformasi


Setelah Presiden Soeharto dilengserkan dari kekuasaannya pada tanggal 21 Mei
1998 jabatan presiden digantikan oleh Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie. Atas
desakan publik, Pemilu yang baru atau dipercepat segera dilaksanakan, sehingga
hasilhasil Pemilu 1997 segera diganti. Pemilu dilaksanakan pada 7 Juni 1999, atau 13
bulan masa kekuasaan Habibie. diadakannya Pemilu yang dipercepat adalah untuk
memperoleh pengakuan atau kepercayaan dari publik, termasuk dunia internasional,
karena pemerintahan dan lembaga-lembaga lain yang merupakan produk Pemilu 1997
dianggap tidak dipercaya. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan penyelenggaraan Sidang
Umum MPR untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden yang baru.
Ini berarti bahwa dengan pemilu dipercepat, yang terjadi bukan hanya bakal
digantinya keanggotaan DPR dan MPR sebelum selesai masa kerjanya, tetapi Presiden
Habibie sendiri memangkas masa jabatannya yang seharusnya berlangsung sampai
tahun 2003, suatu kebijakan dari seorang presiden yang belum pernah terjadi
sebelumnya.
Sebelum menyelenggarakan Pemilu yang dipercepat itu, pemerintah mengajukan
RUU tentang Partai Politik, RUU tentang Pemilu dan RUU tentang Susunan dan
Kedudukan MPR, DPR dan DPRD. Ketiga draft UU ini disiapkan oleh sebuah tim
Depdagri, yang disebut Tim 7, yang diketuai oleh Prof. Dr. M. Ryaas Rasyid (Rektor
IIP Depdagri, Jakarta).

Setelah RUU disetujui DPR dan disahkan menjadi UU, presiden membentuk
Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang anggota-anggotanya adalah wakil dari partai
politik dan wakil dari pemerintah. Satu hal yang secara sangat menonjol membedakan
Pemilu 1999 dengan Pemilu-pemilu sebelumnya sejak 1971 adalah Pemilu 1999 ini
diikuti oleh banyak sekali peserta. Ini dimungkinkan karena adanya kebebasan untuk
mendirikan partai politik. Peserta Pemilu kali ini adalah 48 partai. Ini sudah jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah partai yang ada dan terdaftar di Departemen
Kehakiman dan HAM, yakni 141 partai.

Sistem Pemilu.

22
Pemilu 1999 merupakan pemilu pertama pada masa reformasi. Pemungutan suara
dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999 secara serentak di seluruh wilayah Indonesia.
Sistem Pemilu 1999 sama dengan Pemilu 1997 yaitu sistem perwakilan berimbang
(proporsional) dengan stelsel daftar.

Asas Pemilu.
Pemilu 1999 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil.

Badan Penyelenggara Pemilu.


Pemilu tahun 1999 dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang
dibentuk oleh Presiden. KPU beranggotakan 48 orang dari unsur partai politik dan 5
orang wakil pemerintah. Dalam menyelenggarakan Pemilu, KPU juga dibantu oleh
Sekretariat Umum KPU. Penyelenggara pemilu tingkat pusat dilaksanakan oleh Panitia
Pemilihan Indonesia (PPI) yang jumlah dan unsur anggotanya sama dengan KPU.
Untuk penyelenggaraan di tingkat daerah dilaksanakan oleh PPD I, PPD II, PPK, PPS,
dan KPPS. Untuk penyelenggaraan di luar negeri dilaksanakan oleh PPLN, PPSLN, dan
KPPSLN yang keanggotaannya terdiri atas wakil-wakil parpol peserta Pemilu ditambah
beberapa orang wakil dari pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat.
J. Kebijakan pemerintah pada masing masing presiden pada masa Orde baru
1. Kebijakan presiden BJ Habibie a. Kebijakan politik

Kebebasan Pers
Pada masa pemerintahan sebelumnya, pers dibungkam dan dipaksa mengikuti opini dari
pemerintahan sehingga apabila ada pers yang menentang kebijakan pemerintah maka
akan mendapatkan hukuman.
Dilansir dari Komisi Informasi Pusat Republik Indonesia, dikeluarkannya
UndangUndang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers pada masa pemerintahan Habibie
menjadikan pers sebagai salah satu wujud kedaulatan RI. Sehingga undang-undang
tersebut menjadi ujung tonggak dari kebebasan pers yang ada di Indonesia yang sering
dibredel pada masa pemerintahan sebelumnya.
Pemilu bebas dan demokratis
Habibie juga membentuk undang-undang yang mengatur kebebasan masyarakat
Indonesia dalam melaksanakan pemilu yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1999 tentang pemilu.

23
Hasil dari dibentuknya undang-undang tersebut adalah lahirnya 48 partai politik baru
yang ikut berpartisipasi secara aktif dalam pemilu Indonesia di tahun 1999.
Pada tahun 1999, pemilu legislatif yang dilaksanakan menjadi pemilu yang paling
bebas dan demokratis yang terjadi setelah pemilu pada tahun 1955.
Otonomi Daerah
Wilayah Indonesia yang sangat luas dan memiliki karakter dan budaya yang beragam
menjadikan otonomi daerah merupakan hal yang diperlukan untuk diterapkan di
Indonesia.Sehingga pada masa pemerintahan Habibie dibentuklah Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Hasil dari lahirnya undang-undang
ini adalah meredanya gejolak disintergrasi yang sebelumnya sempat pecah di Indonesia.

b. Kebijakan ekonomi
Selama 1998, kondisi perekonomian Indonesia mengalami perlambatan. Salah satu
yang paling kentara adalah melemahnya kurs mata uang rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat (AS) yang jatuh hingga Rp 16.650 dari sebelumnya pada awal 1998 berada di
kisaran Rp 6000 per dollar AS.
Kebijakan awal yang dilakukan Habibie adalah melakukan restrukturisasi dan
rekapitulasi perbankan.
Selain itu, krisis moneter menyebabkan banyak perusahaan dan bank yang tutup
karena tidak mampu bertahan dari krisis moneter yang menyerang Indonesia, Malaysia,
Thailand, hingga Korea Selatan.
Untuk mengatasi krisis berkepanjangan, sejak awal masa pemerintahannya, Habibie
mengumumkan sejumlah kebijakan ekonomi yang dapat segera mengeluarkan Indonesia
dari krisis moneter.
C. Kebijakan sosial budaya
1.Keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak Sipil Penganut
Agama Konghucu.

2.Menetapkan Tahun Baru Cina (IMLEK) sebagai hari besar agama,


sehingga menjadi hari libur nasional.
d. Kebijakan kontroversial
Habibie mengandalkan instingnya bahwa lebih baik meminta pendapat rakyat
untuk menyelesaikan persoalan Timor Timur untuk selama-lamanya. Referendum itu
berakhir dengan suara bulat (78,50%) rakyat Timor Timur memilih untuk berpisah dari
Indonesia. Hanya 21,50% menghendaki otonomi khusus di bawah Indonesia.Kekalahan
itu juga menjadi tonggak kejatuhan Habibie. Pada Oktober 1999, MPR mengadakan
sidang dan meminta pertanggungjawaban Habibie sebagai Presiden RI. Pada 20
Oktober, MPR menolak pidato pertanggungjawaban tersebut dan Habibie memutuskan
untuk tidak mencalonkan diri kembali sebagai presiden.
24
Habibie hanya menjabat sebagai Presiden selama 18 bulan. Namun, dalam masa
sesingkat itu, ada banyak hal yang dilakukan oleh Habibie.Dialah peletak dasar-dasar
demokrasi Indonesia. Di bawahnya, tumbuh kebebasan pers, pembebasan tahanan
politik, reformasi di tubuh militer dan kepolisian, dan pemberian otonomi kepada
daerah.

Bahkan pemberian referendum kepada rakyat Timor Leste yang dipandang sebagai
kesalahan oleh banyak orang sesungguhnya adalah langkah yang sangat demokratis.
Referendum itu tidak saja pengakuan proses demokratik kepada rakyat Timor Leste,
akan tetapi pembelajaran demokrasi kepada bangsa Indonesia.
Kepergian salah satu putra terbaik Indonesia mengharuskan saya membikin sebuah
retrospeksi. Bagaimana seandainya saat itu Soeharto mengangkat Wiranto sebagai wakil
presiden dan kemudian menggantikannya sebagai presiden? Atau, menantunya,
Prabowo Subianto? Atau bagaimana seandainya Amien Rais menjadi presiden dengan
kekuatan demonstrasi jalanan? Amien Rais ketika itu adalah politisi yang sangat
populer. Ia bahkan mengatakan Habibie hanya akan menjadi ‘the sitting duck president’
(presiden lumpuh tak berdaya). Sejarah Indonesia mungkin akan sangat lain.Saya
merasa kita beruntung memiliki presiden sipil yang bukan seorang politisi. Sehingga,
ketika harus mengambil keputusan, ia lebih banyak bersandar pada naluri dan
nuraninya. Ia tidak banyak melakukan kalkulasi politik. Justru di sanalah keunikan dan
kekuatan Habibie. Ia berhasil membimbing bangsanya melakukan peralihan dari
otoritarianisme ke demokrasi. 2 . Kebijakan presiden Abdurrahman Wahid ( gus
dur) a. Kebijakan politik
Membentuk Kabinet KerjaUntuk mendukung tugas dalam menjalankan pemerintahan
sehari-hari, Gus Dur membentuk kabinet kerja yang diberi nama Kabinet Persatuan
Nasional yang anggotanya diambil dari perwakilan masing-masing partai politik yang
dilantik pada tanggal 28 Oktober 1999. Di dalam Kabinet Persatuan Nasional terdapat
dua departemen yang dihapuskan, yaitu Departemen Sosial dan Departemen
Penerangan. Departemen Sosial dihapuskan karena senjata utama rezim Soeharto dalam
menguasai media. Kemudian Departemen Sosial dihapuskan karena dianggap tidak
efisien sehingga perlu efisiensi dan perampingan kabinet. b. Bidang ekonomi
Untuk mengatasi krisis moneter dan memperbaiki ekonomi Indonesia, dibentuk
Dewan Ekonomi Nasional (DEN) yang bertugas untuk memecahkan perbaikan ekonomi
Indonesia yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dewan Ekonomi
nasional diketuai oleh Prof. Dr. Emil Salim, wakilnya Subiyakto Tjakrawerdaya dan
sekretarisnya Dr. Sri Mulyani Indraswari. c. Bidang Budaya dan Sosial
Untuk mengatasi masalah disintegrasi dan konflik antarumat beragama, Gus Dur
memberikan kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama. Hak itu
dibuktikan dengan adanya beberapa keputusan presiden yang dikeluarkan, yaitu :
Keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak Sipil Penganut Agama
Konghucu. Etnis Cina yang selama Orde Baru dibatasi, maka dengan adanya Keppres
No. 6 dapat memiliki kebebasan dalam menganut agama maupun menggelar budayanya
secara terbuka seperti misalnya pertunjukan Barongsai. d. Kebijakan kontroversial

25
- Membubarkan Departemen Sosial dan DepartemenPenerangan
Baru sebulan menjabat sebagai presiden, Gus Dur langsung merombak tatanan birokrasi
pemerintahan dengan membubarkan Departemen Sosial dan Departemen Penerangan.
Departemen Sosial dan Departemen Penerangan, ini sebelumnya sudah ada sejak
pemerintahan Orde Baru dan Habibie.

Saat menjelaskan perihal pembubaran kedua pos kementerian itu di hadapan DPR, Gus
Dur melontarkan komentar bahwa DPR tak ubahnya taman kanak-kanak. "Beda DPR
dengan taman kanak-kanak memang tidak jelas," kata Gus Dur ketika itu. Pernyataan itu
memunculkan protes keras dari sejumlah anggota Dewan.
- Sambangi Soeharto pasca-lengser
Gus Dur juga memilih menyambangi mantan Presiden Soeharto setelah penguasa Orde
Baru itu dilengserkan pada 1998. Padahal, waktu itu Soeharto dan Keluarga Cendana
sedang menjadi sorotan publik. Gus Dur pula yang menggagas bahwa Soeharto harus
diadili, hartanya disita, lalu Soeharto dimaafkan. Hingga akhirnya, untuk pertama
kalinya, pada 30 Agustus 2000 dilaksanakan pengadilan terhadap Soeharto.
- Usul agar TAP MPR tentang PKI dihapus
Usul Gus Dur ini juga menuai kontroversial, yakni pencabutan Tap MPRS Nomor
XXV Tahun 1966 tentang pelarangan PKI dan pelarangan penyebaran ajaran
komunisme dan Marxisme/Leninisme di Indonesia. Namun usul ini kandas. Dalam rapat
Panitia Ad Hoc II Badan Pekerja (PAH II BP) MPR, seluruh Fraksi MPR menolak
usulan yang sempat menjadi polemik publik itu.Akibat usul itu, aksi protes kaum muda
serat umat Islam muncul di mana-mana. Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pun
akhirnya ikut menolak usulan tersebut, kendati sempat berkukuh mendukung usulan
tersebut.
-Memecat Juzuf Kalla dan Laksamana Sukardi
Pada April 2000, Gus Dur memecat Menteri Negara Perindustrian dan Perdagangan
Jusuf Kalla serta Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi. Alasan dia, keduanya
terlibat dalam kasus korupsi, meskipun Gus Dur tidak pernah memberikan bukti yang
kuat. Belakangan, Hamzah Haz juga mengundurkan diri dengan alasan menolak
kedekatan Gus Dur dengan Israel.
- Mengubah keangkeran Istana
Gus Dur mengubah keangkeran Istana dengan cara menerima tamu dari berbagai
kalangan, mulai dari masyarakat umum, pejabat, hingga kiai NU yang hanya memakai
sarung dan sandal. Bahkan suatu ketika ia pernah mengenakan celana pendek di Istana
Negara. Gus Dur juga kerap kedatangan tamu hingga malam hari.

- Ancam keluarkan dekrit pembubaran parlemen


Kebijakan ini paling kontroversial dilakukan Gus Dur menjelang akhir masa jabatan.
Dia mengancaman mengeluarkan dekrit pembubaran parlemen. Dekrit itu berisi (1)
26
pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan
mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar
sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR.Namun dekrit tersebut tidak
memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, dan akhirnya MPR secara resmi memakzulkan
Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Soekarnoputri, yang sebelumnya
menjabat sebagai wakil presiden.

27
3. Kebijakan presiden megawati soekarnoputri 1. Kebijakan politik
Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai presiden pada tahun 2001. Ia
menggantikan pemerintahan Abdulrachman Wahid yang menjabat mulai tahun 1999.
Presiden Megawati Soekarnoputri menjadi presiden perempuan pertama di Indonesia.
Dilansir dari Sejarah Nasional Indonesia (2008) MC Ricklefs, krisis ekonomi masih
terasa di masa pemerintahan Megawati. Namun, ada kemajuan di masa
pemerintahannya seperti investasi yang mengalir baik dari dalam maupun luar negeri.
Dalam bidang politik, pemerintahan Megawati masih tidak lepas dari praktik
KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Stabilitas nasional masih goyang sehingga ia
menjual beberapa aset negara kepada asing untuk melakukan stabilitas nasional.
Turunnya garis kemiskinan
Dalam buku Megawati Presidential Political Policy in 2001 – 2004 (2018) karya
Indah Rizki Aruma Nurjannah dkk, di bidang ekonomi Megawati lebih berfokus pada
perbaikan sektor perbankan dan ekonomi masyarakat umum.

Tujuannya adalah agar menyelamatkan perekonomian RI dari inflasi yang semakin


memuncak. Hasilnya perekonomian Indonesia stabil dan pertumbuhan ekonomi di masa
pemerintahannya naik hingga mencapai 5 persen.
Di samping itu, pada massa pemerintahan Megawati mampu menurunkan
persentase penduduk yang berada di garis kemiskinan menjadi 18 persen, dari
sebelumnya 28 persen.

2. Kebijakan ekonomi
- untuk mengatasi utang luar negeri sebesar 150,80 milyar US$ yang merupakan
warisan Orde baru, dikeluarkan kebijakan yang berupa penundaan pembayaran utang
sebesar US$ 5,8 milyar, sehingga hutang luar negeri dapat berkurang US$ 34,66
milyar.
- untuk mengatasi krisis moneter, Megawati berhasil menaikkan pendapatan per kapita
sebesar US$ 930.
- kurs mata uang rupiah dapat diturunkan menjadi Rp 8.500,00.
- untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menekan nilai inflasi, dikeluarkan
kebijakan yang berupa privatisasi terhadap BUMN dengan melakukan penjualan
saham Indosat sehingga hutang luar negeri dapat berkurang.
- memperbaiki kinerja ekspor, sehingga ekspor di Indonesia dapat ditingkatkan.
- untuk mengatasi korupsi, dibentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

28
3. Kebijakan sosial budaya
Menurut putri Presiden Sukarno itu, gotong royong adalah sebuah paham dinamis yang
menggambarkan suatu kerja kolektif, bahu membahu, saling membantu dalam
menyelesaikan masalah, dan menciptakan keadilan sosial."Gotong royong, kegiatan
tolong menolong yang diyakini dapat mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam
pembangunan berkelanjutan,"
Menurut ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu, gotong
royong merupakan intisari paling dasar dari Pancasila sebagai ideologi negara.

"Pancasila, yang mengandung lima prinsip sebagai dasar negara Indonesia, bersumber
pada nilai dan praktek kebudayaan rakyat Indonesia, yang diwariskan turun temurun,"
Dalam pidatonya, Megawati mengatakan, jika diperas lebih dalam lagi maka lima sila
dalam Pancasila akan menjadi Tiga Prinsip Dasar (Trisila). Pertama, Ketuhanan. Hal ini
seperti tercantum dalam sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sedangkan Trisila ketiga adalah Sosio Demokrasi yang berasal dari sila keempat
yang merupakan demokrasi yang berwatak musyawarah mufakat dan sila kelima yang
berupa keadilan sosial.
Menurut Megawati, Trisila itu akan mewujudkan satu prinsip dasar (Ekasila), yakni
gotong royong. "Inilah hakekat kebudayaan sejati, yang menurut saya, juga diperlukan
dalam relasi antar bangsa di era sekarang ini untuk masa depan dunia yang lebih baik,"
Mega meyakini bahwa Pancasila mampu mempersatukan setiap masyarakat dari
beragam etnik juga suku yang ada di Indonesia. Pancasila merupakan jalan kebudayaan
yang membuat Indonesia merdeka.
Forum WCF 2016 memang tengah mengupayakan aspek budaya menjadi bagian
teratas dari pembangunan berkelanjutan. Selama ini pembangunan berkelanjutan
dianggap masih mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa memikirkan aspek lain
seperti lingkungan dan sosial.
Dari gotong royong itulah, Megawati sepakat agar kebudayaan harus menjadi jalan
bersama menuju pembangunan berkelanjutan. Hal ini untuk menjaga kelestarian bumi
dan nafas kehidupan bagi semua manusia.
Menurut Mega, kebudayaan merupakan alat perjuangan dalam mencapai
kemerdekaan sejati setiap bangsa."Bangsa yang benar-benar merdeka, yaitu bangsa
yang mencapai Trisakti, artinya berdaulat di bidang politik, berdiri di atas kaki sendiri di
bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan," Berdasarkan pengalamannya
di dunia politik, Mega mengucapkan, kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari politik.
Hal ini terlihat dari lahirnya Pancasila.
Dari Pancasila inilah, menurut Mega, Indonesia dapat bergotong royong dalam
politik dengan negara lain yang berdasarkan pada prinsip bebas aktif. "Politik sebagai
jalan kebudayaan, telah diajarkan oleh Bapak Bangsa Indonesia, Bung Karno,"

29
4. Kebijakan kontroversial
Menurut Megawati, para kepala daerah bisa membangun kotanya menjadi city of
intellectual atau kota yang berilmu pengetahuan karena mereka selalu diajari di PDIP.
Megawati meminta kepala daerah dari PDIP membangun daerahnya tanpa
meninggalkan kecerdasan warganya.
Megawati kemudian menyayangkan kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ) di
Rawamangun, Jakarta, belum masuk kategori city of intellect. Padahal prasasti pertama
kali visi city of intellect justru berada di sana."Sayang kan kalau Rawamangun belum
berhasil jadi city of intellect. Jadi para akademisi, saya mohon sangat, secara akademis
kita melihat kita ini tujuannya mau ke mana,"

30
4. Kebijakan presiden Susilo bambang yudhoyono jilid 1 a. Kebijakan politik
Pada periode kepemimpinannya yang pertama, SBY membentuk Kabinet Indonesia
Bersatu yang merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla. Kabinet
Indonesia Bersatu dibentuk pada 21 Oktober 2004 dan masa baktinya berakhir pada
tahun 2009. Pada 5 Desember 2005, Presiden Yudhoyono melakukan perombakan
kabinet untuk pertama kalinya, dan setelah melakukan evaluasi lebih lanjut atas kinerja
para menterinya, Presiden melakukan perombakan kedua pada 7 Mei 2007.
Program pertama pemerintahan SBY-JK dikenal dengan program 100 hari. Program
ini bertujuan memperbaiki sitem ekonomi yang sangat memberatkan rakyat Indonesia,
memperbaiki kinerja pemerintahan dari unsur KKN, serta mewujudkan keadilan dan
demokratisasi melalui kepolisian dan kejaksaan agung. Langkah tersebut disambut baik
oleh masyarakat. Secara umum SBY-JK melakukan pemeriksaan kepada pejabat yang
diduga korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diberi kebebasan oleh presiden
melakukan audit dan pemberantasan korupsi. Hasilnya telah terjadi pemeriksaan
tersangka korupsi dan pejabat pemerintahan sebanyak 31 orang selama 100 hari.
Adapun Visi dan Misi Masa pemerintahan SBY-JK tahun 2004- 2009
- Visi

• Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang aman, bersatu,


rukun dan damai. • Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang
menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak-hak asasi manusia.

• Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan


penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi
pembangunan yang berkelanjutan.
- . Misi :

• Mewujudkan Indonesia yang aman damai

• Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis

• Mewujudkan Indonesia yang sejahtera

a. Kebijakan ekonomi
-. Pada pemerintahan SBY kebijakan yang dilakukan adalah mengurangi subsidi
Negara Indonesia, atau menaikkan harga Bahan Bahan Minyak (BBM),
- kebijakan bantuan langsung tunai kepada rakyat miskin akan tetapi bantuan
tersebut diberhentikan sampai pada tangan rakyat atau masyarakat yang membutuhkan.
- kebijakan menyalurkan bantuan dana BOS kepada sarana pendidikan yang ada
di Negara Indonesia. Akan tetapi pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
31
dalam perekonomian Indonesia terdapat masalah dalam kasus Bank Century yang
sampai saat ini belum terselesaikan bahkan sampai mengeluarkan biaya 93 miliar untuk
menyelesaikan kasus Bank Century ini.
- Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan
ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009.
- Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat
mencapai 5,5-6 persen pada 2010 dan meningkat menjadi 6-6,5 persen pada 2011.
Dengan demikian prospek ekonomi Indonesia akan lebih baik dari perkiraan semula.
pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor eksternal
perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang pada triwulan
IV2009 mencatat pertumbuhan cukup tinggi yakni mencapai sekitar 17 persen dan
masih berlanjut pada Januari 2010. Salah satu penyebab utama kesuksesan
perekonomian Indonesia adalah efektifnya kebijakan pemerintah yang berfokus pada
disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan utang Negara.
Rata-rata pertumbuhan ekonomi pemerintahan SBY-JK selama lima tahun menjadi
6,4%, angka yang mendekati target 6,6%. Kebijakan Kenaikan harga BBM tersebut telah
mendorong tingkat inflasi Oktober 2005 mencapai 8,7% (MoM) yang merupakan puncak
tingkat inflasi bulanan selama tahun 2005 dan akhirnya ditutup dengan angka 17,1% per
Desember 30, 2005 (YoY). Penyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan biaya
transportasi lebih 40% dan harga bahan makanan 18%.Core inflation pun naik menjadi
9,4%, yang menunjukkan kebijakan Bank Indonesia (BI) sebagai pemegang otoritas
moneter menjadi tidak sepenuhnya efektif. Inflasi yang mencapai dua digit ini jauh
melampaui angka target inflasi APBNP II tahun 2005 sebesar 8,6%. Inflasi sampai bulan
Februari 2006 (YoY) masih amat tinggi 17,92%, bandingkan dengan Februari 2005
(YoY) 7,15% atau Februari 2004 (YoY) yang hanya 4,6%. yang menjadi referensi suku
bunga simpanan di dunia perbankan.
c. Kebijakan sosial budaya
Dalam hal pelestarian budaya, di masa pemerintahan SBY mengalami kemundurannya.
Terutama dengan banyaknya warisan budaya asli Indonesia yang diklaim oleh
pemerintah negara lain.
d. Kebijakan kontroversial
- KASUS CENTURY
Kasus penyelamatan Bank Century yang terjadi pada November 2008 atau saat
pemerintahan SBY-JK. Kasus Century ditengarai merugikan negara. Isu itu terus
berkembang dan puncaknya DPR membuat Panitia Hak Angket Century atau lebih
dikenal Pansus Century pada 4 Desember 2009 saat pemerintahan SBY-Boediono.
Pansus dibubarkan pada 24 Februari 2010 dengan pandangan akhir masing-masing
fraksi partai politik di DPR. Hanya Partai Demokrat dan PKB yang menyatakan tidak
ada pelanggaran prosedur dalam penyelamatan Bank Century tersebut. Dalam
rekomendasinya, kasus ini tetap diteruskan pada aparat penegak hukum, tetapi hingga
kini masih terkatung-katung. "Kasus ini menjadi hantu politik yang sewaktu-waktu
bisa bangun," kata anggota DPR Fraksi PKS, Andi Rahmat. Akibat dari isu ini adalah
terpentalnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dari Kabinet Indonesia Bersatu
32
II. Sebelum mengundurkan diri, Sri Mulyani sempat bersitegang dengan Aburizal
Bakrie yang merupakan Ketua Umum Golkar.
- KASUS KRIMINALISASI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
Isu ini bermula dari wacana yang digelar oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
tentang KPK sebagai lembaga "superbody". Hal itu tampaknya mendapatkan sorotan
negatif dari media-media, apalagi saat itu kasus Ketua KPK Antasari Azhar sedang
disidangkan dalam kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnein. Hal itu membuat polemik
antara fakta dan rekayasa terhadap kasus tersebut. Akhirnya Antasari diberhentikan
secara tetap dari jabatannya pada tanggal 11 Oktober 2009 oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono setelah diberhentikan sementara pada tanggal 6 Mei 2009.
Pada 11 Februari 2010, Antasari divonis hukuman penjara 18 tahun karena terbukti
bersalah turut serta melakukan pembujukan untuk membunuh Nasrudin Zulkarnaen.
Isu itu belum selesai karena kemudian muncul adanya penahanan anggota KPK Bibit
Samad Riyanto dan Candra M Hamzah yang dituduh telah menerima suap. Namun,
hingga kini hal itu tidak bisa dibuktikan oleh pihak kepolisian yang justru memberikan
informasi yang berubah-ubah terkait dengan alat bukti penyadapan untuk penangkapan
keduanya. Bahkan, kepolisian lebih dipermalukan dengan pemutaran percakapan
Anggodo dan Yuliana Gunawan pada 3 November 2009. Kasus ini kemudian merembet
dengan perseteruan KPK dan kepolisian dan yang memunculkan sebutan "cicak lawan
buaya". Salah satu akibat dari kasus ini adalah kemunculan Satgas Mafia Hukum. Isu
kriminalisasi KPK hingga kini belum selesai karena masih adanya hambatan hukum
terkait status Bibit Samad Riyanto dan Candra M Hamzah yang telah ditetapkan
menjadi tersangka.
- KASUS MAFIA PAJAK
Hal ini bermula dari pengungkapan oleh mantan Kabareskrim Polri, Komjen Susno
Duadji, tentang adanya mafia pajak yang melibatkan aparat pajak Gayus Tambunan,
oknum kepolisian, dan aparat penegak hukum lainnya.
- SEKRETARIAT GABUNGAN
Sekretariat Gabungan (Setgab) merupakan perhimpunan partai koalisi yang diketuai
oleh Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan ketua
pelaksana harian oleh Aburizal bakrie. Setgab didirikan untuk menjembatani antara
eksekutif dan politik di legislatif. Setgab menimbulkan kontroversi karena sering kali
dinilai memiliki kewenangan layaknya pemerintah. Di antara anggota Setgab yang
terdiri dari enam partai koalisi juga terjadi ketidaknyamanan, terutama terhadap
kepemimpinan Golkar. Hingga kini isu ini masih terus berlangsung.
- KONFLIK PERBATASAN DENGAN MALAYSIA Masalah perbatasan dengan
Malaysia bersifat laten dan bisa menonjol sewaktu-waktu, tetapi temporer. Isu ini
pernah menyita perhatian publik ketika petugas Dinas Kelautan Indonesia ditangkap
oleh Kepolisian Diraja Malaysia di Perairan Tanjung Berikat. Gelora nasionalisme
di masyarakat menguat sehingga membuat Presiden harus berpidato di Markas TNI
untuk masalah ini.
- ISU JAKSA AGUNG

33
Munculnya isu itu berawal dari pengajuan uji materiil UU terkait pengangkatan Jaksa
Agung Hendarman Supandji oleh Mantan Mensesneg Yusril Ihza Mahendra ke
Mahkamah Konstitusi. Hasilnya, Mahkamah Konstitusi menyatakan, Hendarman
Supandji tidak sah lagi menjadi Jaksa Agung.
5. Kebijakan presiden Susilo bambang yudhoyono jilid II a. Kebijakan politik
masa pemerintahan SBY di mulai dari tahun 2004-2014 kebijakan politik yang di buat
adalah kabinet indonesia bersama b. Kebijakan ekonomi
- Kebijakan pengamanan APBN-P 20012
- kebijakan untuk peningkatan penerimaan negara
- Kebijakan gerakan bersama di tingkat nasional untuk penghemat energi secara total
- Kebijakan pengunaan gas domestik
- Kebijakan meningkatkan investasi tahun ini , tahun depan , dan seterusnya c.
Kebijakan sosial budaya
- kemajuan ekonomi harus seimbang dengan pelestarian terhadap lingkungan
- Budaya inklusif sangat penting untuk membangun berkelanjutan dengan ekuitas
- Partisipasi perempuan penting untuk meningkatkan inklusivitas dan pembangunan
berkelanjutan ekuitas
- Pembangunan masayrakat tertib dan stabilitas d. Kebijakan kontroversial
- tingkat ketimpangan yang melebar dengan meningkatnya rasio gini sebesar 0,5
persen.
- terjadi penurunan kontribusi sektor industri terhadap produk domestik bruto (PDB)
dari 28 persen pada 2004 menjadi 23,5 persen pada 2013.
- neraca transaksi perdagangan turun dari angka surplus pada 2004 sebesar US$ 25,06
miliar menjadi defisit US$ 4,06 miliar pada 2013.
- pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa hasil penciptaan lapangan kerja yang
memadai. Ini menyebabkan elastisitas 1 persen pertumbuhan dalam membuka
lapangan kerja turun dari 272 ribu menjadi menjadi 164 ribu.
- efisiensi ekonomi semakin memburuk. Ini nampak dari naiknya Incremental Capital
Output Ratio (ICOR) dari 4,17 menjadi 4,5.

- turunnya rasio pajak terhadap PDB dari 12,2 persen menjadi 10,8 persen pada 2013.
Ketujuh, kesejahteraan petani yang menurun 0,92 persen.

34
- nilai utang pemerintah mencemaskan, meski terdapat penurunan rasio utang terhadap
PDB. Utang per kapita naik US$ 531,29 per penduduk pada 2005 menjadi US$
1.002,69 per penduduk.
- defisit keseimbangan primer anggaran yang sebelumnya surplus 1,83 persen pada
2014 menjadi defisit 1,19 persen pada 2013.

tidak proporsional dan besarnya dominasi pengeluaran rutin dan birokrasi dalam APBN.
Belanja birokrasi naik dari 16,23 persen menjadi 22,17 persen pada 2013. Pola yang
sama juga terjadi pada subsidi energi yang naik dari 16,2 persen menjadi 20,89 persen
dan belanja modal hanya naik tipis dari 6,4 persen menjadi 8,06 persen.

6. Kebijakan presiden joko widodo a. Kebijakan politik


- mengganti menteri menteri yang bekerja nya kurang bagus
- Meninggikan devisa negara
- Aktif dalam mengikuti persaingan persaingan dengan negara negara lain b.
Kebijakan ekonomi

- Mendorong daya saing industri nasional melalui deregulasi dan debirokrasi. “Ada 89
peraturan yang diubah dari 154,” kata Jokowi. “Sehingga ini bisa menghilangkan
duplikasi, bisa memperkuat, dan memangkas peraturan yang tidak relevan, atau
menghambat industri nasional.”
- Mempercepat proyek strategis nasional, termasuk penyediaan lahan dan
penyederhanaan izin, serta pembangunan infrastruktur.
- Meningkatkan investasi di bidang properti dengan mendorong pembangunan rumah
untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Diharapkan kebijakan ini akan membuka
peluang investasi yang lebih besar di sektor c. Kebijakan sosial dan budaya
Keadaan sosial budaya di Indonesia pada pemerintah Jokowi dan Jusuf memburuk.
Catatan Setara Institut menunjukkan, pada tahun 2014, ada 134 kasus pelanggaran
kebebasan beragama. Sedangkan di tahun 2015 meningkat menjadi 197 kasus. Ini tidak
berbeda jauh dari catatan Wahid Institute, peristiwa pelanggaran kebebasan beragama
dan berkeyakinan sepanjang tahun 2015 mencapai 190 peristiwa dengan 249 tindakan.
d. Kebijakan kontroversial
- Gaji Pejabat BPIP
Pada 23 Mei 2018, Presiden Jokowi meneken Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun

35
2018 tentang Hak Keuangan dan Fasilitas Lainnya bagi Pimpinan, Pejabat, dan Pegawai
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Besaran hak keuangan ini menjadi
polemik, lantaran jumlahnya yang dianggap fantastis.Ketua Dewan Pengarah BPIP
misalnya, menerima hak keuangan sebesar Rp 112.548.000. Sementara Kepala BPIP
menerima Rp 76.500.000. Jumlahnya melebihi gaji presiden dan wakil presiden yang
masing-masing menerima Rp 62.740.030 dan Rp 42.160.000.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, hak keuangan pejabat
BPIP bukan murni gaji melainkan gabungan dengan tunjangan operasional. Gaji pokok
pejabat BPIP, menurut dia, sama dengan para pejabat negara lainnya yaitu sebesar Rp 5
juta. Mereka mendapat Rp 13 juta untuk tunjangan jabatan, yang jumlahnya lebih kecil
dari lembaga lain.Sisa hak keuangan BPIP diberikan untuk operasional seperti biaya
transportasi, komunikasi, dan pertemuan. Sementara sebagian lainnya untuk asuransi
kesehatan dan jiwa yang masing-masing sebesar Rp 5 juta.
- Pembatalan Kenaikan Harga Premium
Pada 10 Oktober 2018 sekitar pukul 17.00 WIB, Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Ignatius Jonan mengumumkan harga bahan bakar bersubsidi (BBM)
bersubsidi jenis premium akan naik. Dia mengatakan, perubahan harga efektif mulai
pukul 18.00 WIB di hari yang sama.Jonan menyebut harga premium di Jawa, Madura,
dan Bali (Jamali) akan dipatok senilai Rp 7 ribu per liter. Sementara di luar wilayah itu
harganya akan naik menjadi Rp 6.900 per liter. Saat itu harga premium di Jamali dan
nonJamali masing-masing Rp 6.550 dan Rp 6.450 per liter. Harganya tak pernah
berubah sejak April 2016.

Namun sekitar setengah jam setelahnya, pemerintah menyatakan menunda


kenaikan harga premium. "Sesuai arahan Bapak Presiden, rencana kenaikan harga
premium di Jamali menjadi Rp 7 ribu dan di luar Jamali menjadi Rp 6.900, scepatnya
pukul 18.00 hari ini, agar ditunda dan dibahas ulang sambil menunggu kesiapan PT
Pertamina (Persero)," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, Publik dan
Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi.Staf Khusus Presiden Bidang
Ekonomi, Erani Yustika, mengatakan keputusan pembatalan kenaikan harga premium
diambil Jokowi dengan mempertimbangkan aspirasi publik. "Presiden selalu
menghendaki adanya kecermatan di dalam mengambil keputusan, termasuk juga
menyerap aspirasi publik," katanya melalui pesan singkat, Rabu malam, 10 Oktober
2018.
- Melantik Andika Perkasa sebagai KSAD
Keputusan Jokowi melantik Jenderal Andika Perkasa sebagia Kepala Staf TNI
Angkatan Darat (KSAD) untuk menggantikan Jenderal Mulyono yang akan pensiun
memicu pro kontra dari sejumlah pihak. Direktur Imparsial, Al Araf, menyebut
pengangkatan ini bersifat politis karena ada faktor kedekatan di lingkaran presiden.
"Keberadaan Hendropriyono sebagai tim di lingkaran presiden yang memiliki hubungan
dengan Andika tentu memberi pengaruh dalam pergantian KSAD kali ini," ujar Al Araf,
Kamis, 22 November 2018. Hendropriyono yang merupakan mantan Kepala Badan
Intelejen Nasional itu merupakan mertua Andika.

36
Jokowi mengatakan, Andika mendapat jabatan KSAD karena pengalamannya
memimpin sejumlah satuan di TNI. "Pak Andika pernah di Kopassud, pernah jadi
Pangdam, pernah jadi Komandan Paspampres, sebelumnya juga pernah di Penerangan
TNI. Saya kjira tour of duty-nya komplet. Semuanya komplet," kata dia di Istana
Negara, Kamis, 22 November 2018.

Soal angkatan, dia menegaskan faktor itu bukan yang utama. Baginya, jabatan KSAD
bukan soal muda atau tua. "Ini buakan masalah muda atau tua. Sekali lagi, semua ada
hitung-hitungannya. Terutamanya yaitu pengalaman, rekam jejak, khususnya
pendidikan yang telah dijalani. Semuanya itu kami lihat,

- Masuknya UMKM dan Koperasi dalam DNI


Pemerintah memasukkan lima sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) dan Koperasi dalam revisi Daftar Negatif Investasi (DNI). Namun keputusan
itu menuai polemik. Pengusaha khawatir kebijakan itu mematikan UMKM dan
Koperasi.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Rosan P. Roeslani sempat
meminta pemerintah memunda kebijakannya. Menurut dia, pengusaha tidak mendapat
penjelasan komprehensif mengenai aturan itu. Dia mengaku tak dilibatkan dalam
pembahasan dengan pemerintah.Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin
Nasution menjelaskan, masuknya lima sektor UMKM dan Koperasi dalam DNI tak
berarti membukanya 100 persen untuk asing. Pemerintah memberi batasan investasi
minimal modal untuk investor asing sebesar Rp 10 miliar.
Dengan keputusan itu, kini tersisa 49 bidang usaha yang masuk revisi DNI.
Sebanyak 25 bidang usaha terbuka 100 persen untuk asing. Sementara 24 bidang usaha
lainnya terbuka untuk asing meski tidak sepenuhnya.

- Pembentukan TGPF Novel Baswedan


Hingga akhir tahun ini, Jokowi masih belum membentuk Tim Gabungan Pencari
Fakta (TGPF) untuk kasus Novel Baswedan. Padahal desakan dari masyrakat terus
datang sepanjang tahun.
I. Konflik sosial masa Reformasi
1. Kasus Maluku dan Maluku Utara
Kasus ini terjadi di Maluku dan Maluku Utara sepanjang tahun 1999-2002. Total
warga yang meninggal akibat kerusuhan ini mencapai angka 8.000-9.000 orang dan
70.000 orang lainnya mengungsi.Kerugian materi dalam kasus ini adalah 29.000 rumah
terbakar, 7.046 rusak termasuk 46 masjid, 47 gereja, 719 toko, dan 38 gedung
pemerintah.

37
LSI mencatat peran pemerintah ada dua sisi perbedaan dalam kasus ini. Di era
Gus Dur dan Megawati, terjadi ketidaknetralan aparat keamanan dan pecahnya struktur
pemerintah ke dalam dua komunitas. Di era SBY dan JK, terjadi kemajuan dengan
adanya pemberlakuan darurat sipil, perjanjian Malino II dan penanganan pengungsi.

2. Kasus Konflik Sampit


Kasus ini terjadi pada tahun 2001 dan puncak konfliknya selama 10 hari. Tercatat
469 orang meninggal dan 108.000 orang mengungsi.Kerugian materi sebanyak 192
rumah dibakar dan 784 lainnya rusak, 16 mobil dan 43 sepeda motor juga hancur. LSI
mencatat intelijen gagal mendeteksi dini gejala kerusuhan.
Saat konflik terjadi, pemerintah pusat lamban melakukan darurat sipil dan Presiden
Gus Dur saat itu tengah melakukan lawatan ke Timur Tengah dan Afrika Utara.
Positifnya, pemerintah mengevakusi pengungsi dan mengirimkan pasukan tambahan
baik Brimob maupun TNI dari luar Kalteng.
3. Kasus Kerusuhan Mei 1998 di Jakarta
Pada peristiwa ini, sebanyak 1.217 orang meninggal, 85 orang diperkosa dan 70.000
orang mengungsi. Kejadian ini berlangsung selama 3 hari dari 13-15 Mei 1998 dengan
kerugian materil diperkiaran mencapai Rp 2,5 triliun.Pemicunya karena terjadi
penculikan aktivis, penembakan terhadap mahasiswa Trisakti dan memburuknya
ekonomi saat itu. Kebanyakan etnis Tionghoa menjadi sasaran kemarahan.
4. Kasus Transito Mataram
Pada kasus ini sebanyak 9 orang meninggal, 8 luka-luka, 9 orang mengalami
gangguan jiwa, 379 orang terusir dari rumahnya, 9 orang dipaksa cerai, dan 3 ibu
keguguran.Kasus ini berlatar perbedaaan keyakinan pemeluk Ahmadiyah. Sejak tahun
1998-2006, terjadi 7 kali penyerangan kepada kelompok ini. Akibat konflik itu, 11
empat ibadah dan 144 rumah rusak serta harta beda dijarah.
5. Kasus Konflik Lampung Selatan
Kasus ini terjadi pada 27-29 Oktober 2012 di Kecamatan Kalianda dan Way Panji.
14 Orang dilaporkan tewas dan belasan luka parah. Sementara sebanyak 1.700 warga
mengungsi.Diperkirakan kerugian mencapai Rp 24,88 miliar dan 532 rumah dibakar.
Pemicunya karena terjadi kesalahpahaman antara dua kelompok warga.

BAB 4 PENUTUP
38
A. Kesimpulan
Demokrasi Pancasila pada orde baru (1966 - 1998) berkeinginan melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Orde baru merencanakan dan
melakukan program pembangunan ekonomi di segala bidang untuk memperbaiki
keadaan bangsa Indonesia. hingga pada akhir tahun 1980 dan 1990 pembangunan
ekonomi berubah menjadi sistem mercusuar dan panglima. Akibatnya, kesenjangan
ekonomi terjadi antara pusat dan daerah serta KKN semakin merajalela di tubuh
pemerintahan. B. Saran
pemerintah harus memberikan akses bagi masyarakat untuk mengawasi secara
kerja pemerintah sehingga tidak ada praktek kkn kembali

DAFTAR PUSTAKA

39

Anda mungkin juga menyukai