Anda di halaman 1dari 13

PERJUANGAN MENGHADAPI ANCAMAN

DISINTEGRASI BANGSA

DISUSUN OLEH:

ADRIAN ZET PATODING


ANJELIKA MONISA SARA
CALVIN KURNIAWAN
DANIEL SAMARA
ELISABET RINA
IRVANUS TAWAN
SANTI ANDANG
TIRSA DALI
SATRIANI WINA

KELAS
XII IPS 1

PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 2 TANA TORAJA

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah
memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah tentang “Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa”.
Sebagai mata pelajaran Sejarah Indonesia.
Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah memberikan arahan dan bantuan dalam penyusunan tugas ini sehingga
penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan makalah ini saya menemui berbagai hambatan. Saya
menyadari bahwa karya tulis yang tersusun ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dan bermanfaat, demi kesempurnaan makalah ini saya memohon
ampun dan rahmat-Nya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tana Toraja, 15 Agustus 2022


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan..................................................................................................... 2
PEMBAHASAN
A. Konflik dan Pergolakan yang Berkaitan dengan Ideologi
1. Peristiwa PKI Madiun
2. Latar Belakang dan Tujuan Pemberontakan DI/TII
3. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat
4. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah
5. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan
6. Pemberontakan DI/TII di Aceh
7. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan
PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 9
B. Saran....................................................................................................... 9

iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang terdiri dari 17.500 pulau, lebih dari 300
kelompok etnik 1.340 suku bangsa, 6 agama resmi dan belum termasuk
beragama aliran kepercayaan, serta 737 bahasa. Kita harus bersyukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa, atas keberuntungan bangsa kita yang hingga kini tetap
bersatu dalam keberagaman meskipun berbagai konflik dan pergolakan
sempat berlangsung di masyarakat.
Dalam sejarah republik ini, konflik dan pergolakan dalam skala yang
lebih besar bahkan pernah terjadi. Bila sudah begitu, lantas siapa pihak yang
paling dirugikan? Tak lain adalah masyarakat, bangsa kita sendiri. Karenanya
dalam bab ini kita akan pelajari beberapa pergolakan besar yang pernah yang
pernah berlangsung di dalam negeri kita akibat ketegangan politik selama
rentang tahun 1948-1965.
Tahun 1948 ditandai dalam pecahnya pemberontakan besar pertama
setelah Indonesia merdeka, yaitu pemberontakan PKI Madiun, sedangkan
tahun 1965, merupakan tahun di mana berlangsung G30S/PKI yang berusaha
merebut kekuasaan dan mengganti ideologi Pancasila, mengapa penting hal ini
kita kaji agar kita tahu, dan dapat menarik hikmah dan tragedi seperti itu tak
terulang kembali. Di sinilah pentingnya kita mempelajari sejarah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kita dapat menarik
rumusan masalah dalam sebagai berikut:
1. Membahas konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi
2. Membahas konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan kepentingan
(vested interst)
3. Membahas konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan sistem
pemerintahan.
C. Tujuan
Menambahkan wawasan para pembaca tentang perjuangan
menghadapi ancaman disintegrasi bangsa dan berbagai pergolakan yang
terjadi tahun 1948-1965.

1
1. Mengetahui berbagai konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan
ideologi.
2. Mengetahui pergolakan yang berkaitan dengan kepentingan (vested
inteset).
3. Mengetahui berbagai konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan
sistem pemerintahan.

2
PEMBAHASAN
A. Konflik dan Pergolakan yang Berkaitan dengan Ideologi
1.Peristiwa PKI Madiun
Setelah jatuhnya kabinet Amir Syarifudin, presiden Soekarno menunjuk
Moh. hatta sebagai formatur kabinet ( 29 Januari 1948 s/d 4 Agustus 1949 ).
Kabinet Hatta mempunyai agenda program kerja diantaranya :
1. melaksanakan persetujuan Renvile
2. mempercepat terbentuknya RIS ( Republik Indonesia Serikat )
3. melaksanakan Rasionalisasi di dalam negeri dan pembangunan.
4. menunjuk Moh. Roem . sebagai ketua delegasi Indonesia.

Akan tetapi kabinet ini mendapat rongrongan dari berbagai pihak diantaranya:
A. Dari organisasi FDR ( Front Demokrasi Rakyat) yang dipimpin oleh Amir
Sjarifuddin. sehingga pada tanggal 5 Juli 1945, kaum buruh yang bernaung di
bawah FDR mengadakan pemogokan di pabrik karung Delanggu ( Klaten ), dan
di Sumatera juga mengadakan rapat-rapat besar, yang bertujuan agar kabinet Hatta
diubah.
B. Dari organisasi GRR ( Gerakan Revolusi Rakyat ) pengikut Tan Malaka
yang dipimpin oleh Dr. Muwardi ( ketua ), Sjamsu Harsja ( wakil Ketua ), dan
Chairul Saleh ( sekretaris ) organisasi ini menuntut agar pemerintah membebaskan
para pemimpin yang sealiran dengan mereka, seperti Tan Malaka, Sukarni, dan
Abikusno.
C. Dari Muso. ia seorang tokoh PKI yang bermukim di Moskow sejak tahun
1926 dan kembali ke Indonesia pada bulan Agustus 1948. sehingga partai-partai
yang berhaluan Komunis seperti Partai Sosialis dan Partai Buruh berfusi dengan
PKI. mereka menentang kebijakan Kabinet Hatta yang dianggap telah menjual
bangsa Indonesia kepada kaum kapitalis Belanda.
 Pertentangan politik terus meningkat menjadi insiden bersenjata di Solo.
insiden antara simpatisan PKI dengan lawan-lawan politiknya serta
dengan TNI pada tanggal 2 Juli 1948. pada insiden tersebut Kolonel
Sutarto( panglima Divisi Panembahan Senopati ), dr. Muwardi pimpinan
barisan Banteng yang propemerintah diculik dan dibunuh.

3
 kemudian pada 18 September 1948, diproklamasikan berdirinya Republik
Soviet Indonesia oleh tokoh-tokoh PKI di Madiun. Muso menganggap
bahwa Soekarno - Hatta telah menjalankan politik kapitulasi terhadap
Belanda dan Inggris serta hendak menjual tanah air kepada kaum
kapitulasi.
 pemerintah segera mengambil tindakan untuk menumpas pemberontakan
PKI dengan membentuk GOM ( Gerakan Operasi Militer ) I yang
dilancarkan oleh angkata perang. yang dipimpin oleh Kolonel Gatot
Subroto ( gubernur militer ) dan pasukan siliwangi, pasukan tersebut
menyerang PKI dari arah Surakarta, Kediri, dan Malang.
 Pada tanggal 30 September 1948 pasukan pemerintah menguasai kembali
madiun. dan muso ditembak mati oleh pasukan MOBRIG di daerah
Ponorogo. Amir Sjarifuddin dan Suripno ditangkap di hutan Ketu
( Purwodadi ) mereka diadili dan dihukum mati. yang lainnya dapat
melarikan diri seperti D.N. Adit dan Nyoto.

2. Latar Belakang dan Tujuan Pemberontakan DI/TII


Gerakan NII ini bertujuan untuk menjadikan Republik Indonesia sebagai
sebuah Negara yang menerapkan dasar Agama Islam sebagai dasar Negara.
Dalam proklamasinya tertulis bahwa “Hukum yang berlaku di Negara Islam
Indonesia adalah Hukum Islam” atau lebih jelasnya lagi, di dalam undang-undang
tertulis bahwa “Negara Berdasarkan Islam” dan “Hukum tertinggi adalah Al
Qur’an dan Hadist”. Proklamasi Negara Islam Indonesia (NII) menyatakan
dengan tegas bahwa kewajiban Negara untuk membuat undang-undang
berdasarkan syari’at Islam, dan menolak keras terhadap ideologi selain Al Qur’an
dan Hadist, atau yang sering mereka sebut dengan hukum kafir.

3. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat


Pada tanggal 7 Agustus 1949 Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo secara
resmi menyatakan bahwa organisasi Negara Islam Indonesia (NII) berdiri
berlandaskan kanun azasi, dan pada tanggal 25 Januari 1949, ketika pasukan
Siliwangi sedang melaksanakan hijrah dari Jawa Barat ke Jawa Tengah, saat

4
itulah terjadi kontak senjata yang pertama kali antara pasukan TNI dengan
pasukan DI/TII. Selama peperangan pasukan DI/TII ini di bantu oleh tentara
Belanda sehingga peperangan antara DI/TII dan TNI menjadi sangat sengit.
Hadirnya DI/TII ini mengakibatkan penderitaan penduduk Jawa Barat, karena
penduduk tersebut sering menerima terror dari pasukan DI/TII. Selain mengancam
para warga, para pasukan DI/TII juga merampas harta benda milik warga untuk
mencukupi kebutuhan hidup mereka.

4. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah


Selain di Jawa Barat, pasukan DI/TII ini juga muncul di Jawa Tengah
semenjak adanya Majelis Islam yang di pimpin oleh seseorang bernama Amir
Fatah. Amir Fatah adalah seorang komandan Laskar Hizbullah yang berdiri pada
tahun 1946, menggabungkan diri dengan pasukan TNI Battalion 52, dan
bertempat tinggal di Berebes, Tegal. Amir ini mempunyai pengikut yang
jumlahnya cukup banyak, dan cara Amir mendapatkan para pasukan tersebut,
yaitu. Dengan cara menggabungkan para laskar untuk masuk ke dalam anggota
TNI. Setelah Amir Fatah mendapatkan pengikut yang banyak, maka pada tangal
23 Agustus 1949 ia memproklamasikan bahwa organisasi Darul Islam (DI) berdiri
di desa pesangrahan, Tegal. Dan setelah proklamasi tersebut di laksanakan, Amir
Fatah pun menyatakan bahwa gerakan DI yang di pimpinnya bergabung dengan
organisasi DI/TII Jawa Barat yang di pimpin oleh Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo.
Di Kebumen juga terdapat sebuah organisasi bernama Angkatan Umat
Islam (AUI) yang di dirikan oleh seorang kyai bernama Mohammad Mahfud
Abdurrahman. Organisasi tersebut juga bermaksud untuk membentuk Negara
Islam Indonesia (NII) dan bersekutu dengan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Sebenarnya, gerakan ini sudah di desak oleh pasukan TNI. Akan tetapi, pada
tahun 1952, organisasi ini bangkit kembali dan menjadi lebih kuat setelah
terjadinya pemberontakan Battalion 423 dan 426 di Magelang dan Kudus. Upaya
untuk menumpas pemberontakan tersebut, pemerintah membentuk sebuah
pasukan baru yang di beri nama Banteng Raiders dengan organisasinya yang di
sebut Gerakan Banteng Negara (GBN). Pada tahun 1954 di lakukan sebuah

5
operasi yang di sebut Operasi Guntur untuk menghancurkan kelompok DI/TII
tersebut.

5.Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan


Pada bulan Oktober 1950 terjadi sebuah pemberontakan Kesatuan Rakyat
yang Tertindas (KRyT) yang di pimpin oleh seorang mantan letnan dua TNI
bernama Ibnu Hajar. Dia bersama kelompok KRyT menyatakan bahwa dirinya
adalah bagian dari organisasi DI/TII yang berada di Jawa Barat. Sasaran utama
yang di serang oleh kelompok ini adalah pos-pos TNI yang berada di wilayah
tersebut. Setelah pemerintah memberi kesempatan untuk menghentikan
pemberontakan secara baik-baik, akhirnya seorang mantan letnan Ibnu Hajar
menyerahkan diri. Akan tetapi, penyerahan dirinya tersebut hanyalah sebuah
topeng untuk merampas peralatan TNI, dan setelah peralatan tersebut di rampas
olehnya, maka Ibnu Hajar pun melarikan diri dan kembali bersekutu dengan
kelompok DI/TII. Setelah itu, akhirnya pemerintahan RI mengadakan Gerakan
Operasi Militer (GOM) yang di kirim ke Kalimantan selatan untuk menumpas
pemberontakan yang terjadi di Kalimantan Selatan tersebut, dan pada tahun 1959,
Ibnu Hajar berhasil di ringkus dan di jatuhi hukuman mati pada tanggal 22 Maret
1965.

6.Pemberontakan DI/TII di Aceh


Sesaat setelah Kemerdekaan Republik Indonesia di proklamasikan, di
Aceh (Serambi Mekah) terjadi sebuah konflik antara kelompok alim ulama yang
tergabung dalam sebuah organisasi bernama PUSA (Persatuan Ulama Seluruh
Aceh) yang di pimpin oleh Tengku Daud Beureuh dengan kepala adat
(Uleebalang). Konflik tersebut mengakibatkan perang saudara antara kedua
kelompok tersebut yang berlangsung sejak Desember 1945 sampai Februari 1946.
Untuk menanggulangi masalah tersebut, pemerintah RI memberikan status Daerah
Istimewa tingkat provinsi kepada Aceh, dan mengangkat Tengku Daud Beureuh
sebagai pemimpin/gubernur.
Setelah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indoneisa (NKRI) yang
terbentuk pada bulan Agustus 1950. Pemerintahan Republik Indonesia

6
mengadakan sebuah sistem penyederhanaan administrasi pemerintahaan yang
mengakibatkan beberapa daerah di Indonesia mengalami penurunan status. Salah
satu dari semua daerah yang statusnya turun yaitu Aceh, yang tadinya menjabat
sebagai Daerah Istimewa, setelah operasi penyederhanaan tersebut di mulai, status
Aceh pun berubah menjadi daerah keresidenan yang di kuasai oleh provinsi
Sumatera Utara. Kejadiaan ini sangat mengecewakan seorang Daud Beureuh, dan
akhirnya Daud Beureuh membuat sebuah keputusan yang bulat untuk bergabung
dengan organisasi Negara Islam Indonesia (NII) yang di pimpin oleh Sekarmadji
Maridjan Kartosoewirjo. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 20 Spetember
1953. Setelah Daud Beureuh bergabung dengan NII, mereka melakukan sebuah
operasi untuk menguasai kota-kota yang berada di Aceh, selain itu mereka juga
melakukan propaganda untuk memperkeruh citra pemerintahan Republik
Indonesia.
Pemberontakan yang di lakukan Daud Beureuh bersama angota NII yang
di pimpin oleh Sekarmadji akhirnya di atasi oleh pemerintah dengan cara
menggunakan kekuatan senjata dan operasi militer dari TNI. Setelah
pemerintahan RI melakukan operasi tersebut, maka kelompok DI/TII tersebut
mulai terkikis dari kota-kota yang di tempatinya. Tentara Nasional Indonesia-pun
memberikan pencerahan kepada penduduk setempat untuk menghindari kesalah
pahaman dan mengembalikan kepercayaan kepada pemerintahan Republik
Indoneisa. Tanggal 17 sampai 28 Desember 1962, atas nama Prakasa Panglima
Kodami Iskandar Muda, kolonel M.Jasin mengadakan Musyawarah Kerukunan
Rakyat Aceh, yang musyawarah tersebut mendapat dukungan dari para tokoh
masyarakat Aceh dan musyawarah yang di lakukan tersebut berhasil memulihkan
kemanana di Aceh.

7. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan


Selain pemberontakan DI/TII di Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Kalimantan Selatan. Pemberontakan DI/TII ini juga terjadi di Sulawesi Selatan
yang di pimpin oleh Kahar Muzakar, organisasi yang sudah di dirikan sejak tahun
1951 tersebut baru bisa di runtuhkan oleh pemerintah pada Tahun 1965. Untuk
menumpas organisasi tersebut di butuhkan banyak biaya, tenaga, dan waktu

7
karena kondisi medan yang sangat sulit. Meski demikian, para pemberontak
DI/TII sangat menguasai area tersebut. Selain itu, para pemberontak
memanfaatkan rasa kesukuan yang berkembang di kalangan masyarakat untuk
melawan pemerintah dalam menumpas organisasi DI/TII tersebut. Setelah
pemerintahan Republik Indonesia mengadakan operasi penumpasan DI/TII
bersama anggota Tentara Republik Indonesia. Barulah seorang Kahar Muzakar
tertangkap dan di tembak oleh pasukan TNI pada tanggal 3 Februari 1965.
Pada akhirnya TNI mampu menghalau seluruh pemberontakan yang
terjadi pada saat itu. Karena seperti yang kita ketahui Indonesia terbentuk dari
berbagai suku dengan beragam kebudayaannya dan UUD 45 yang melindungi
beberapa kepercayaan sehingga tidak mungkin untuk menjadikan salah satu
hukum agama di jadikan hukum negara.

8
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warga Negara bila
ditinjau dari kondisi geografi, demografi dan kondisi sosial yang ada akan
terlihat bahwa pluralistis, suku, agama, ras dan antar golongan dijadikan
pangkal penyebab konflik atau kekerasan massal, tidak bias diterima begitu
saja.
Pendapat ini bias benar untuk sebuah kasus tapi belum tentu benar
untuk sebuah kasus yang lain namun ada kondisi-kondisi struktural dan
kultural tertentu dalam masyarakat yang beranak ragam yang terkadang terjadi
akibat dari suatu proses sejarah atau peninggalan penjajah masa lalu, sehingga
memerlukan penanganan khusus dengan pendekatan yang aktif dan tegas
walaupun aspek hukum, keadilan dan sosial bedaya merupakan faktor
berpengaruh dan perlu pemikiran sendiri.
Pemerintah harus dapat merumuskan kebijakan yang tegas dan tepat
dalam aspek kehidupan dan pembangunan bangsa yang mencerminkan
keadilan bagi semua pihak dan semua wilayah.

B. Saran
Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan
strategi pertahanan serta upaya-upaya yang akan ditempuh. Disarankan
pemerintah perlu mengadakan kajian secara akademik dan terus menerus agar
didapatkan suatu rumusan bahwa nasionalisme yang berbasis multi-kultural
dapat dijadikan ajaran untuk mengelola setiap perbedaan agar muncul
pengakuan secara sadar/tanpa paksaan dari setiap warga Negara atas
kemajemukan dengan segala perbedaan.

Anda mungkin juga menyukai