Kabinet baru kemudian dipimpin oleh Ir. Djuanda yang kemudian membentuk
kabinet yang terdiri dari para menteri yang ahli dalam bidangnya. Kabinet ini dikenal
dengan istilah Zaket Kabinet karena harus berisi unsur ahli dan golongan intelektual
dan tidak adanya unsur partai politik di dalamnya.
Munas tersebut membahas beberapa hal, yaitu masalah pembangunan nasional dan
daerah, pembangunan angkatan perang, dan pembagian wilayah Republik
Indonesia. Munas selanjutnya dilanjutkan dengan musyawarah nasional
pembangunan (munap) pada bulan November 1957.
Dalam situasi dan kondisi seperti itu, beberapa partai politik mengajukan usul
kepada Presiden Soekarno agar mengambil kebijakan untuk mengatasi kemelut
politik. Oleh karena itu pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan
dekrit yang berisi sebagai berikut;
1. Pembubaran Konstituante.
2. Berlakunya kembali UUD 1945.
3. Tidak berlakunya UUDS 1950.
4. Pembentukan MPRS dan DPAS.
Setelah keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan tidak diberlakukannya lagi UUDS
1950, maka secara otomatis sistem pemerintahan Demokrasi Liberal tidak berlaku
lagi di Indonesia dan mulainya sistem Presidensil dengan Demokrasi Terpimpin ala
Soekarno