Anda di halaman 1dari 9

MENUJU DEMOKRASI TERPIMPIN

Demokrasi Terpimpin merupakan era politik Indonesia setelah berakhirnya era Demokrasi Parlementer. Sistem demokrasi terpimpin lahir
setelah konstituante gagal merancang UUD, dan kemudian dibubarkan dengan Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959.

Sistem ini lahir sebagai bentuk pelurusan atau perbaikan terhadap demokrasi liberal. Kehidupan sosial politik Indonesia pada masa
Demokrasi Liberal (1950 hingga 1959) belum pernah mencapai kestabilan secara nasional dan Dewan Konstituante tidak berhasil
menyelesaikan tugasnya, yaitu merancang UUD.

Hal ini membuat Presiden Soekarno berkeinginan untuk menyederhanakan partai-partai politik dan membentuk kabinet yang berintikan 4
partai yang menang dalam pemilihan umum 1955.

Pada tanggal 21 Februari 1957 Soekarno dihadapan para tokoh politik dan tokoh militer menawarkan konsepsinya untuk menyelesaikan dan
mengatasi krisis-krisis kewibawaan pemerintah. Dalam konsepsinya Presiden Soekarno menghendaki dibentuknya kabinet berkaki empat
yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil PNI, Masyumi, NU dan PKI.

Selain itu Presiden Soekarno juga menghendaki dibentuknya Dewan Nasional yang anggotanya terdiri dari golongan fungsional di dalam
masyarakat. Beliau juga menekankan bahwa Demokrasi Liberal merupakan demokrasi impor yang tidak sesuai dengan jiwa dan semangat
bangsa Indonesia. Demokrasi yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, yaitu Demokrasi Terpimpin.

Gagasan Presiden Soekarno ini dikenal sebagai Konsepsi Presiden 1957.

Pokok-pokok pemikiran yang terkandung dalam konsepsi :

 Dalam pembaruan struktur politik harus diberlakukan sistem demokrasi terpimpin yang didukung oleh kekuatan-kekuatan yang
mencerminkan aspirasi masyarakat secara seimbang.
 Pembentukan kabinet gotong royong berdasarkan imbangan kekuatan masyarakat yang terdiri atas wakil partai-partai politik dan
kekuatan golongan politik baru yang diberi nama oleh Presiden Soekarno golongan fungsional atau golongan karya.

Upaya untuk menuju Demokrasi Terpimpin

Upaya untuk menuju Demokrasi Terpimpin telah dirintis oleh Presiden Soekarno sebelum dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
adalah sebagai berikut :

 Pembentukan Dewan Nasional pada 6 Mei 1957


Sejak saat itu Presiden Soekarno mencoba mengganti sistem demokrasi parlementer yang membuat pemerintahan tidak stabil dengan
demokrasi terpimpin. Melalui panitia perumus Dewan Nasional, dibahas mengenai usulan kembali ke UUD 1945. Akhirnya Presiden
Soekarno menyetujui usulan tersebut.

 Mengeluarkan keputusan pada tanggal 19 Februari 1959 tentang pelaksanaan demokrasi terpimpin dalam rangka kembali ke
UUD 1945
Keputusan ini disampaikan dihadapan anggota DPR pada tanggal 2 Maret 1959 dan Dewan Konstituante pada tanggal 22 April 1959.
Presiden Soekarno kemudian meminta anggota Dewan Konstituante untuk menerima UUD 1945 apa adanya tanpa perubahan dan
menetapkannya sebagai UUD RI yang tetap. Untuk mengambil keputusan, Dewan Konstituante kemudian mengadakan pemungutan suara.
Namun setelah melakukan pemungutan sebanyak tiga kali, suara tidak mencapai kuorum untuk menetapkan UUD 1945 sebagai UUD yang
tetap.

 Larangan bagi kegiatan politik


Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) selaku Penguasa Perang Pusat (Peperpu), A.H. Nasution, atas nama pemerintah mengeluarkan
larangan bagi semua kegiatan politik, yang berlaku mulai tanggal 3 Juni 1959, pukul 06.00 Pagi. KSAD dan Ketua Umum PNI, Suwiryo,
menyarankan kepada Presiden Soekarno untuk mengumumkan kembali berlakunya UUD 1945 dengan suatu Dekrit Presiden.

 Pertemuan untuk mencapai kesepakatan


Pada tanggal 3 Juli 1959, Presiden Soekarno memanggil Ketua DPR, Mr. Sartono, Perdana Menteri Ir. Djuanda, para menteri, pimpinan
TNI, dan anggota Dewan Nasional (Roeslan Abdoel Gani dan Moh. Yamin), serta ketua Mahkamah Agung, Mr. Wirjono Prodjodikoro,
untuk mendiskusikan langkah yang harus diambil. Pertemuan tersebut juga menyepakati untuk mengambil langkah untuk melakukannya
melalui Dekrit Presiden.

Pada hari Minggu, 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengumumkan dekrit yang memuat tiga hal pokok, yaitu :

 Menetapkan pembubaran Konstituante.


 Menetapkan UUD 1945 berlaku bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, terhitung mulai tanggal
penetapan dekrit dan tidak berlakunya lagi UUD Sementara (UUDS).
 Pembentukan MPRS, yang terdiri atas anggota DPR ditambah dengan utusan-utusan dan golongan, serta pembentukan Dewan
Pertimbangan Agung Sementara (DPAS).
Tujuan Dikeluarkan Dekrit

Tujuan dikeluarkan dekrit adalah untuk menyelesaikan masalah negara yang semakin tidak menentu dan untuk menyelamatkan negara.

Reaksi dengan adanya Dekrit Presiden:

 Rakyat menyambut baik sebab mereka telah mendambakan adanya stabilitas politik yang telah goyah selama masa Liberal.
 Mahkamah Agung membenarkan dan mendukung pelaksanaan Dekrit Presiden.
 KSAD meminta kepada seluruh anggota TNI-AD untuk melaksanakan pengamanan Dekrit Presiden.
 DPR pada tanggal 22 Juli 1945 secara aklamasi menyatakan kesediaannya untuk melakanakan UUD 1945
Dampak Diberlakukannya Dekrit Presiden 15 Juli 1959

Dampak Positif :

 Menyelamatkan negara dari perpecahan dan krisis politik berkepanjangan.


 Memberikan pedoman yang jelas, yaitu UUD 1945 bagi kelangsungan negara.
 Merintis pembentukan lembaga tertinggi negara, yaitu MPRS dan lembaga tinggi negara berupa DPAS yang selama masa Demokrasi
Parlemen tertertunda pembentukannya.
Dampak Negatif :

 Ternyata UUD 1945 tidak dilaksanakan secara murni dan konsekuen. UUD yang harusnya menjadi dasar hukum konstitusional
penyelenggaraan pemerintahan pelaksanaannya hanya menjadi slogan-slogan kosong belaka.
 Memberi kekuasaan yang besar pada presiden, MPR, dan lembaga tinggi negara. Hal itu terlihat pada masa Demokrasi terpimpin dan
berlanjut sampai Orde Baru.
 Memberi peluang bagi militer untuk terjun dalam bidang politik. Sejak Dekrit, militer terutama Angkatan Darat menjadi kekuatan
politik yang disegani. Hal itu semakin terlihat pada masa Orde Baru dan tetap terasa sampai sekarang.
Sistem Politik Demokrasi Terpimpin

Dengan berlakunya UUD 1945 dan Demokrasi Terpimpin, Presiden Soekarno langsung memimpin pemerintahan & segera mengambil
kebijakan-kebijakan sebagai berikut :

 Kabinet Kerja
Pada 10 Juli 1959, Soekarno mengumumkan kabinet baru yang disebut Kabinet Kerja. Dalam kabinet ini Soekarno bertindak selaku perdana
menteri, dan Djuanda menjadi menteri pertama dengan dua orang wakil yaitu dr. Leimena dan dr. Subandrio. Program kabinet yang
dicanangkan meliputi penyelenggaraan keamanan dalam negeri, pembebasan Irian Barat, dan melengkapi sandang pangan rakyat.

 Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)


Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) yang langsung diketuai oleh Presiden Soekarno, dengan Roeslan Abdulgani
sebagai wakil ketuanya. Lembaga ini dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No. 3 tahun 1959 tertanggal 22 Juli 1959.

 Ideologi Demokrasi Terpimpin


Pada tanggal 17 Agustus 1959 Presiden Soekarno menguraikan ideologi Demokrasi Terpimpin yang isinya mencakup revolusi, gotong
royong, demokrasi, anti imperialisme-kapitalisme, anti demokrasi liberal, dan perubahan secara total. Pidato ini diusulkan DPAS dalam
sidangnya bulan November 1959 dijadikan Garis-garis Besar Haluan Negara dengan nama “Manifesto Politik Republik Indonesia” disingkat
Manipol.

 Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)


Melalui Penetapan Presiden No. 2/1959 tanggal 31 Desember 1959 dibentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dengan
Chairul Saleh (tokoh Murba) sebagai ketuanya dan dibantu beberapa orang wakil ketua. Anggota MPRS pemilihannya dilakukan melalui
penunjukkan dan pengangkatan oleh presiden, tidak melalui pemilihan umum sesuai dengan ketentuan UUD 1945. Fungsi dan tugas MPRS
hanya menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara.

 DPR GOTONG ROYONG (DPR-GR)


Pada tanggal 22 Juli 1959 keluar penetapan Presiden No. 1 tahun 1959 yang menetapkan bahwa sebelum terbentuk DPR berdasarkan UUD
1945, maka DPR yang telah dibentuk berdasarkan UU No. 37 tahun 1953 menjalankan tugasnya sebagai DPR. Tetapi penolakan DPR
terhadap RAPBN tahun 1960 mengakibatkan Presiden membubarkan lembaga tersebut berdasarkan penetapan Presiden No. 3 Tahun 1960,
tanggal 5 Maret 1960. Pada tanggal 24 Juni 1960 DPR diganti dengan DPR-GR yang anggotanya berasal dari tiga partai besar (PNI, NU,
PKI). Ketiga partai ini dianggap telah mewakili semua golongan seperti nasional, agama dan Komunis yang sesuai dengan konsep Nasakom.
Tugas pokok DPR-GR melaksanakan Manipol, merealisasikan amanat penderitaan rakyat dan melaksanakan demokrasi terpimpin.

 FRONT NASIONAL
Membentuk lembaga negara baru yang disebut Front Nasional berdasarkan Penetapan Presiden No. 13 tahun 1959. Front Nasional adalah
suatu organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita Proklamasi dan cita-cita yang terkandung dalam UUD 1945. Front Nasional
langsung diketuai oleh Presiden Soekarno.

 Pengintegrasian lembaga-lembaga tinggi dengan eksekutif


Ketetapan Presiden No. 94 tahun 1962 tentang pengintegrasian lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara dengan eksekutif. MPRS, DPR-
GR, DPA, Mahkamah Agung dan Dewan Perancang Nasional dipimpin langsung oleh Presiden. Pengintegrasian lembaga-lembaga tersebut
dengan eksekutif membuat pimpinan lembaga tersebut diangkat menjadi menteri dan ikut serta dalam sidang-sidang kabinet tertentu dan
juga ikut merumuskan dan mengamankan kebijakan pemerintah pada lembaganya masing-masing.

 Musyawarah Pembantu Pimpinan Revolusi (MPPR)


Presiden juga membentuk Musyawarah Pembantu Pimpinan Revolusi (MPPR) berdasarkan Penetapan Presiden No. 4/1962. MPPR
merupakan badan pembantu Pemimpin Besar Revolusi (PBR) dalam mengambil kebijakan khusus dan darurat untuk menyelesaikan
revolusi. Keanggotaan MPPR meliputi sejumlah menteri yang mewakili MPRS, DPR-GR, Departemen-departemen, angkatan dan para
pemimpin partai politik Nasakom.
Pengertian Politik Menurut Para Ahli dan Secara Umum – Politik (dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti
dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan
dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik
yang dikenal dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional
maupun nonkonstitusional.

Pengertian politik secara umum adalah sebuah tahapan untuk membentuk atau membangun posisi-posisi
kekuasaan didalam masyarakat yang berguna sebagai pengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan
kondisi masyarakat. Atau tindakan dari suatu kelompok individu mengenai suatu masalah dari masyarakat atau
negara.

Pengambilan keputusan (decisions making) mengenai apakah yang terjadi menjadi tujuan dari sistem politik itu
menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah
dipilih itu.

Pengertian Politik jika ditinjau dari kepentingan penggunanya ada dua, yaitu pengertian politik dalam arti
kepentingan umum dan pengertian politik dalam arti kebijaksanaan. Pengertian politik dalam arti kepentingan
umum berarti segala usaha demi kepentingan umum baik itu yang ada dibawah kekuasaan negara maupun pada
daerah.

Sedangkan pengertian politik secara singkat atau sederhana adalah teori, metode atau teknik dalam
memengaruhi orang sipil atau individu. Politik juga merupakan tingkatan suatu kelompok atau individu yang
membicarakan mengenai hal-hal yang terjadi didalam masyarakat atau negara.

Karena itulah, bisa dikatakan bahwa definisi politik adalah sebuah perilaku atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan
untuk mewujudkan segala macam kebijakan dalam tatanan Negara agar dapat merealisasikan cita-cita dan
tujuan Negara sesungguhnya, sehingga mampu membangun dan membentuk Negara sesuai aturan agar
kebahagian bersama masyarakat dalam sebuah Negara tersebut bisa atau lebih mudah tercapai.

Jika membicarakan politik, maka erat kaitannya dengan negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan
umum, hingga distribusi kemakmuran.
Pengertian Politik Secara Etimologi
Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang masing-masing bersumber dari
bahasa Yunani (politika – yang berhubungan dengan negara) dengan akar katanya (polites – warga negara) dan
(polis – negara kota).

Jadi, secara etimologi kata “politik” masih berhubungan dengan polisi atau kebijakan. Sedangkan kata “politis”
berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Adapun kata “politisi” berarti orang-orang yang bergelut di
bidang politik.

Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang berarti kota atau negara kota. Turunan dari kata tersebut yaitu:

 polites berarti warga negara.


 politikos berarti kewarganegaraan.
 politike tehne berarti kemahiran politik.
 politike episteme berarti ilmu politik.
Kata ini berpengaruh ke wilayah Romawi sehingga bangsa Romawi memiliki istilah ars politica yang berarti
kemahiran tentang masalah masalah kenegaraan. Politik pun dikenal dalam bahasa Arab dengan kata siyasah
yang berarti mengurus kepentingan seseorang. Pengarang kamus al Muhith mengatakan bahwa sustu ar-ra’iyata
siyasatan berarti saya memerintahnya dan melarangnya.

Sedangkan politik secara terminologis dapat diartikan sebagai berikut :

 Menunjuk kepada satu segi kehidupan manusia bersama dengan masyarakat. Lebih mengarah pada
politik sebaga usaha untuk memperoleh kekuasaan, memperbesar atau memperluas serta
mempertahankan kekuasaan (politics). Misal: kejahatan politik, kegiatan politik, hak-hak politik.
 Menujuk kepada “satu rangkaian tujuan yang hendak dicapai” atau “cara-cara atau arah kegiatan
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu”. Lebih mengarah pada kebijakan (policy). Misal: politik luar
negeri, politik dalam negeri, politik keuangan.
 Menunjuk pada pengaturan urusan masyarakat dalam segala aspek kehidupan. Pemerintah mengatur
urusan masyarakat, masyarakat melakukan koreksi terhadap pemerintah dalam melaksanakan tugasnya
(siyasah).
Di antara ketiga definisi tersebut, tentunya definisi pertama lebih memiliki konotasi negatif dibandingkan definisi
kedua dan ketiga. Hal ini disebabkan orientasi yang pertama adalah politik kekuasaan, untuk meraih dan
mempertahankan kekuasaan dapat dilakukan dalam jalan apapun entah baik entah buruk, dapat menghalalkan
segala cara dan lebih berorientasi pada kepentingan pemimpin atau elit yang berkuasa.

Sedangkan definisi politik yang kedua dan ketiga lebih berorientasi pada politik pelayanan terhadap masyarakat,
dimana posisi pemimpin merupakan pelayan masyarakat bukan penguasa aset-aset strategis.

Pengertian Politik Menurut KBBI


Pengertian politik menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah,

 (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan, dasar
pemerintahan).
 Segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau
terhadap negara lain
 Cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah); kebijaksanaan

Pengertian Politik Menurut Para Ahli


Selain pengertian politik secara umum dan etimologi diatas, para ahli dan pakar memiliki pandangan dan
pendapat yang berbeda beda dalam mendefinisikan apa itu politik yang sebenarnya. Untuk lebih jelasnya, simak
berikut ini pengertian politik menurut para ahli secara lengkap,

Aristoteles
Bahwa arti pengertian politik adalah upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki.

Joice Mitchel
Pengertian politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijaksanaan umum masyarakat
seluruhnya.

Prof. Miriam Budhiarjo


Pengertian politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut
proses menentukan dari tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Dalam bahasa yang
lebih mudah dipahami, dapat dikatakan bahwa politik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan negara
maupun proses pengambilan keputusan ketatanegaraan.

Johan Kaspar Blunchli


Politik adalah ilmu yang memerhatikan masalah kenegaraan, dengan memperjuangkan pengertian dan
pemahaman tentang negara dan keadaannya, sifat-sifat dasarnya dalam berbagai bentuk atau manifestasi
pembangunannya. Menurutnya, politik juga membuat konsep-konsep pokok tentang negara (state), kekuasaan
(power), pengambilan keputusan (decision marking), kebijaksanaan (policy of beleid), dan pembagian
(distribution) atau alokasi (allocation).

Roger F. Soltau
Definisi politik adalah ilmu yang mempelajari negara, tujuan-tujuan negara, dan lembaga-lembaga yang akan
melaksanakan tujuan itu.
W.A Robson
Politik adalah ilmu yang mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat hakiki, dasar, proses-proses, ruang
lingkup dan hasil-hasil.

Robert
Politik adalah seni memerintah dan mengatur masyarakat manusia. Pengertian politik.

Hans Kelsen
Ia menjelaskan bahwa politik mempunyai dua arti, yaitu sebagai berikut.

 Politik sebagai etik, yakni berkenaan dengan tujuan manusia atau individu agar tetap hidup secara
sempurna.
 Politik sebagai teknik, yakni berkenaan dengan cara (teknik) manusia atau individu untuk mencapai
tujuan.
Paul Janet
Pengertian politik adalah Ilmu yang mengatur perkembangan negara begitu juga prinsip-prinsip pemerintahan.

Ibnu Aqil
Politik adalah hal-hal praktis yang mendekati kemaslahatan bagi manusia dan lebih jauh dari kerusakan meskipun
tidak digariskan oleh Rasulullah SAW.

Andrew Heywood
Ia membagi pengertian politik menjadi asumsi yaitu :

 Politik sebagai seni pemerintahan – Pengertian politik sebagai seni pemerintahan penerapan kendali
di dalam masyarakat lewat pembuatan dan pemberdayaan keputusan kolektif. Asumsi ini adalah yang
paling tua dan berkembanga sejak masa Yunani Kuno.
 Pengertian politik sebagai hubungan publik – Menurut Aristoteles dalam bukunya Politics bahwa
manusia adalah binatang politik. Maknanya secara kodrati manusia hanya dapat memperoleh kehidupan
yang baik lewat suatu komunitas politik. Lalu, dilakukan pembedaan antara lingkup ‘publik’ dan ‘privat’.
Kedua lingkup tersebut diperbesar menjadi state terletak institusi seperti pengadilan, aparat pemerintah,
polisi, tentara, sistem kesejahteraan sosial, dan sejenisnya. Sementara dalam ‘civil society’ terletak
institusi seperti keluarga, kekerabatan, bisnis swasta, serikat kerja, klub-klub, komunitas dan sejenisnya.
 Pengertian Politik sebagai komponen kompromi dan konsensus – Kompromi dan konsensus
dilawankan dengan brutalitas, pertumpahan darah dan kekerasan. Dalam politik, tidak ada pihak yang
kepentingannya terselenggarakan 100 %. Masing masing memoderasi tuntutan agar tercapai
persetujuan dengan pihak lain. Baiknya politik suatu negara adalah ketika masalah pergesekan
kepentingan diselesaikan lewat kompromi dan konsensus di atas meja dan bukan dengan pertumpahan
darah.
 Pengertian Politik sebagai kekuasaan – Politik dalam pengertiannya sebagai kekuasaan adalah
kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi orang atau kelompok lain guna
menuruti kehendaknya. Dalam konteks politik, distribusi dan penggunaan sumber daya suatu
masyarakat. Dalam asumsi ini, politik dilihat sebagai penggunaan kapital (yaitu kekuasaan) dalam
konteks produksi, distribusi, dan penggunaan sumber daya tersebut.
Litre
Politik adalah ilmu memerintah dan mengatur negara.

Franz Magnis Suseno


Pengertian politik segala kegiatan manusia yang berorientasi kepada masyarakat secara keseluruhan, atau yang
berorientasi kepada negara. Sebuah keputusan disebut keputusan politik apabila diambil dengan memperhatikan
kepentingan masyarakat sebagai keseluruhan. Suatu tindakan harus disebut politis apabila menyangkut
masyarakat sebagai keseluruhan.
Sri Sumantri
Pengertian politik menurut Sri Sumantri adalah pelembagaan dari hubungan antar manusia yang dilembagakan
dalam berbagai badan politik, baik suprastruktur politik dan infrastruktur politik.

Hamid
Politik di masa modern mencakup pemerintah suatu negara dan pula organisasi yang didirikan manusia lainnya,
di mana “pemerintah” adalah otoritas yang teroganisir dan menekankan pelembagaan kepemimpinan serta
pengalokasian nilai secara otoritatif.

Harold Laswell
Arti politik adalah ilmu yang mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan.

Ramlan Surbakti
Politik adalah proses interaksi antara pemerintah dan masyarakat untuk menentukan kebaikan bersama bagi
masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

F. Isjwara
Politik adalah salah satu perjuangan untuk memperoleh kekuasaan atau sebagai teknik menjalankan kekuasaan-
kekuasaan.

Carl Schmidt
Pengertian politik menurut Carl Schmidt adalah suatu dunia yang didalamnya orang-orang lebih membuat
keputusan-keputusan dari pada lembaga-lembaga abstrak.

Maurice Duverger
Definisi politik menurut Maurice Duverger adalah kekuasaan, kekuatan seluruh jaringan lembaga-lembaga
(institusi) yang mempunyai kaitan dengan otoritas, dalam hal ini suasana didominasi beberapa orang atas orang
lain.

Wilbur White
Arti politik adalah ilmu yang mempelajari asal mula, bentuk-bentuk dan proses-proses Negara dan pemerintah.

Ossip K. Flechteim
Politik adalah ilmu social yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari Negara sejauh Negara merupakan
organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan gejala-gejala kekuasaan lain yang tak resmi yang dapat
mempengaruhi Negara.

Seely dan Stephen Leacock


Arti politik adalah ilmu yang serasi dalam menangani pemerintahan.

Adolf Grabowsky
Politik adalah menyelidiki Negara dalam keadaan bergerak.

Rod Hague
Definisi politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-
keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara
anggota-anggotanya.

Max Weber
Pengertian politik menurut Max Weber adalah sarana perjuangan untuk sama-sama melaksanakan politik atau
perjuangan untuk mempengaruhi pendistribusian kekuasaan baik di antara Negara-negara maupun diantara
hukum dalam suatu Negara.

Cheppy H.Cahyono
Politik adalah macam-macam kegiatan dalam system politik atau Negara yang menyangkut proses menentukan
dan sekaligus melaksanakan tujuan-tujuan sistem tersebut

Gabriel A. Almond
Bahwa politik adalah kegiatan yang berhubungan dengan kendali pembuatan keputusan publik dalam
masyarakat tertentu di wilayah tertentu, di mana kendali ini disokong lewat instrumen yang sifatnya otoritatif
(berwenang secara sah) dan koersif (bersifat memaksa). Politik mengacu pada penggunaan instrumn otoritatif
dan koersif ini-siapa yang berhak menggunakannya dan dengan tujuan apa.

Kartini Kartolo
Pengertian politik menurut Kartini Kartolo adalah aktivitas perilaku atau proses yang menggunakan kekuasaan
untuk menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang sah berlaku di tengah masyarakat.

Macam-Macam Sistem Politik

Ada banyak sekali sistem politik yang berbeda beda dan berkembang di berbagai negara di dunia, berikut ini
beberapa diantaranya,
 Sistem Politik Otokrasi Tradisional
 Sistem Politik Totaliter
 Sistem Politik Otoriter
 Sistem Politik Oligarki
 Sistem Politik Demokrasi
 Sistem Politik Nasionalisme
 Sistem Politik Fasisme
 Sistem Politik Liberalisme
 Sistem Politik Kapitalisme
 Sistem Politik Federalisme
 Sistem Politik Sosialisme
Demikianlah pembahasan mengenai pengertian politik menurut para ahli, secara etimologi dan secara umum
[Terlengkap]. Semoga penjelasan kali ini bermanfaat dan bisa menjadi referensi ilmu pengetahuan mengenai apa
itu politik yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai