Anda di halaman 1dari 11

PERKEMBANGAN EKONOMI

PADA MASA PEMERINTAHAN


PRESIDEN MEGAWATI
SOEKARNOPUTRI
1.Amanda Nariswari - 20200110200022
2.Andika Juliansyah - 20200110200075
3.Arrya Kusuma - 20200110200051
4.Farhani – 20200110200072
5.Mutiara Permata Hati S - 20200110200057
6.Wildan Mutaqin - 20200110200059
Megawati soekarno putri
Presiden Megawati Soekarnoputri mengawali tugasnya sebagai presiden kelima Republik Indonesia dengan
membentuk Kabinet Gotong Royong. Kabinet ini memiliki lima agenda utama yakni membuktikan sikap
tegas pemerintah dalam menghapus KKN, menyusun langkah untuk menyelamatkan rakyat dari krisis yang
berkepanjangan, meneruskan pembangunan politik, mempertahankan supremasi hukum dan menciptakan
situasi sosial kultural yang kondusif untuk memajukan kehidupan masyarakat sipil, menciptakan
kesejahteraan dan rasa aman masyarakat dengan meningkatkan keamanan dan hak asasi manusia. Tugas
Presiden Megawati di awal pemerintahannya terutama upaya untuk memberantas KKN terbilang berat
karena selain banyaknya kasus-kasus KKN masa Orde Baru yang belum tuntas, kasus KKN pada masa
pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid menambah beban pemerintahan baru tersebut. Untuk
menyelesaikan berbagai kasus KKN, pemerintahan Presiden Megawati membentuk Komisi Tindak Pidana
Korupsi setelah keluarnya UU RI No. 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan
bebas KKN.
MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN MEGAWATI

#3
Masalah Disintegrasi dan Kedaulatan Wilayah
#1
Reformasi Bidang Hukum dan Pemerintahan

#4

Desentralisasi Politik dan Keuangan


#2
Reformasi Bidang Ekonomi
#5

Upaya Pemberantasan KKN

#6
Pelaksanaan Pemilu 2004
Reformasi Bidang Hukum dan Pemerintahan
Pada masa pemerintahan Presiden Megawati, MPR kembali melakukan amandemen
terhadap UUD 1945 pada tanggal 10 November 2001. Amandemen tersebut meliputi
penegasan Indonesia sebagai negara hukum dan kedaulatan berada di tangan rakyat. Salah
satu perubahan penting terkait dengan pemilihan umum adalah perubahan tata cara
pemilihan presiden dan wakil presiden yang dipilih langsung oleh rakyat dan mulai
diterapkan pada pemilu tahun 2004. Dengan demikian rakyat akan berpartisipasi dalam
pemilihan umum untuk memilih calon anggota legislatif, presiden dan kepala daerah secara
terpisah. Hal lain yang dilakukan terkait dengan reformasi di bidang hukum dan
pemerintahan adalah pembatasan wewenang MPR, kesejajaran kedudukan antara presiden
dan DPR yang secara langsung menguatkan posisi DPR, kedudukan Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), penetapan APBN yang diajukan oleh presiden dan penegasan wewenang
BPK. Salah satu bagian penting amandemen yang dilakukan MPR terkait upaya
pemberantasan KKN adalah penegasan kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan
independen untuk menyelenggarakan peradilan yang adil dan bersih guna menegakkan
hukum dan keadilan yang dilakukan oleh Mahkamah Agung. Amandemen ini memberikan
kekuatan bagi penegak hukum untuk menembus birokrasi yang selama ini disalahgunakan
untuk mencegah penyelidikan terhadap tersangka kejahatan terlebih jika sebuah kasus
menimpa pejabat pemerintah yang tengah berkuasa. Upaya lain untuk melanjutkan cita-cita
reformasi di bidang hukum adalah pencanangan pembentukan Mahkamah Konstitusi
selambat-lambatnya tanggal 17 Agustus 2003.
Reformasi Bidang Ekonomi
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak 1998 belum dapat dilalui oleh dua presiden sebelum
Megawati sehingga pemerintahannya mewarisi berbagai persoalan ekonomi yang harus
dituntaskan. Masalah ekonomi yang kompleks dan saling berkaitan menuntut perhatian
pemerintah untuk memulihkan situasi ekonomi guna memperbaiki kehidupan rakyat. Wakil
Presiden Hamzah Haz menjelaskan bahwa pemerintah merancang paket kebijakan pemulihan
ekonomi menyeluruh yang dapat menggerakkan sektor riil dan keuangan agar dapat menjadi
stimulus pemulihan ekonomi. Minimnya kontroversi selama masa pemerintahan Megawati
berdampak positif pada sektor ekonomi. Hal ini membuat pemerintahan Megawati mencatat
beberapa pencapaian di bidang ekonomi dan dianggap berhasil membangun kembali
perekonomian bangsa yang sempat terpuruk sejak beralihnya pemerintahan dari pemerintahan
Orde Baru ke pemerintahan pada era reformasi. Salah satu indikator keberhasilan pemerintahan
Presiden Megawati adalah rendahnya tingkat inflasi dan stabilnya cadangan devisa negara. Nilai
tukar rupiah relatif membaik dan berdampak pada stabilnya harga-harga barang. Kondisi ini juga
meningkatkan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia yang dianggap
menunjukkan perkembangan positif. Kenaikan inflasi pada bulan Januari 2002 akibat kenaikan
harga dan suku bunga serta berbagai bencana lainnya juga berhasil ditekan pada bulan Maret dan
April 2002.
Masalah Disintegrasi dan Kedaulatan Wilayah

Pemerataan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia merupakan salah satu pekerjaan rumah pemerintahan Presiden
Megawati. Tidak meratanya pembangunan dan tidak adilnya pembagian hasil sumber daya alam antara pemerintah
pusat dan daerah menjadi masalah yang berujung pada keinginan untuk melepaskan diri dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia terutama beberapa provinsi yang kaya akan sumber daya alam tetapi hanya mendapatkan sedikit
dari hasil sumber daya alam mereka. Dua provinsi yang rentan untuk melepaskan diri adalah provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD) dan Papua. Kebijakan represif yang diterapkan pada masa pemerintahan Orde Baru di kedua
provinsi tersebut menjadi alat propaganda efektif bagi kelompok-kelompok yang ingin memisahkan diri. Upaya
Presiden Megawati untuk menjaga keutuhan wilayah NKRI juga diuji saat pemerintah berusaha untuk menyelesaikan
sengketa status Pulau Sipadan dan Ligitan dengan pemerintah Malaysia. Sengketa status kedua pulau tersebut tidak
dapat diselesaikan melalui perundingan bilateral antara pemerintah Indonesia dan Malaysia. Kedua negara sepakat
untuk membawa kasus ini ke Mahkamah Internasional di Den Haag. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1997 telah
memperjuangkan pengakuan internasional bahwa kedua pulau tersebut merupakan bagian dari wilayah Republik
Indonesia. Namun Mahkamah Internasional pada akhirnya memutuskan bahwa kedua pulau tersebut merupakan
bagian dari Malaysia.
Dari 17 hakim yang terlibat dalam proses keputusan Mahkamah Internasional, satu-satunya hakim yang memberikan
keputusan bahwa kedua pulau tersebut merupakan bagian dari wilayah Indonesia adalah Hakim Ad Hoc Thomas
Franck yang ditunjuk oleh Indonesia. Terlepasnya Pulau Sipadan yang memiliki luas 10,4 hektar dan Pulau Ligitan
yang memiliki luas 7,9 hektar merupakan pukulan bagi diplomasi luar negeri Indonesia setelah terlepasnya Timor
Timur. Kasus ini juga menunjukkan lemahnya diplomasi luar negeri Indonesia saat berhadapan dengan negara lain
terutama dalam sengketa perbatasan dengan negara-negara tetangga.
Desentralisasi Politik dan Keuangan
Terkait hubungan pemerintah pusat dan daerah, pemerintahan Presiden Megawati berupaya untuk
melanjutkan kebijakan otonomi daerah yang telah dirintis sejak tahun 1999 seiring dengan
dikeluarkannya UU No. 2 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah. Upaya ini
merupakan proses reformasi tingkat lokal terutama pada bidang politik, pengelolaan keuangan daerah
dan pemanfaatan sumber-sumber daya alam daerah untuk kepentingan masyarakat setempat. Upaya
desentralisasi politik dan keuangan ini sejalan dengan struktur pemerintahan di masa mendatang di
mana masing-masing daerah akan diberi wewenang lebih besar untuk mengelola hasil-hasil sumber
daya alam dan potensi ekonomi yang mereka miliki.. Proses pelaksanaan otonomi daerah berikut
pengadaan perangkat hukumnya berkaitan erat dengan sistem pemilihan umum berikutnya yang akan
diselenggarakan pada tahun 2004.
Sistem pemilihan langsung terhadap wakil-wakil rakyat di daerah dan kepala daerah menjadikan
pelaksanaan otonomi daerah semakin memberikan kesempatan bagi rakyat di daerah untuk berperan
lebih besar dalam memajukan wilayah mereka. Terpilihnya wakil rakyat dan kepala daerah yang dipilih
langsung oleh masyarakat setempat diharapkan lebih dapat mengakomodasi keinginan masyarakat
karena memahami seluk beluk masalah dan potensi masyarakat dan sumber daya alam yang dimiliki
oleh wilayah bersangkutan di samping lebih memahami karakter dan adat istiadat yang berlaku di
wilayah tersebut.
Upaya Pemberantasan KKN
Kendati berhasil melakukan berbagai pencapaian di bidang ekonomi dan politik terutama dalam
menghasilkan produk undang-undang mengenai pelaksanaan otonomi daerah, pemerintahan Presiden
Megawati belum berhasil melakukan penegakkan hukum (law enforcement). Berbagai kasus KKN yang
diharapkan dapat diselesaikan pada masa pemerintahannya menunjukkan masih belum maksimalnya upaya
Presiden Megawati dalam penegakkan hukum terutama kasus-kasus KKN besar yang melibatkan pejabat
negara.
Pengeluaran produk hukum tentang Tipikor diikuti dengan dikeluarkannya berbagai produk hukum lain seperti
UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, UU No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang, UU No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi, UU No. 30 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), PP No. 41 Tahun 2002 tentang Kenaikan Jabatan dan
Pangkat Hakim, Inpres No. 2 Tahun 2002 tentang Penambang Pasir Laut dan Inpres No. 8 Tahun 2002
tentang Pemberian Jaminan Kepastian Hukum Kepada Debitur yang Telah Menyelesaikan Kewajibannya
atau Tindakan Hukum Kepada Debitur yang Tidak Menyelesaikan Kewajibannya Berdasarkan Penyelesaian
Kewajiban Pemegang Saham.
Pelaksanaan Pemilu 2004
Pemilu tahun 2004 merupakan pemilu pertama di mana untuk pertama kalinya masyarakat pemilik hak suara
dapat memilih wakil rakyat mereka di tingkat pusat dan daerah secara langsung. Pemilu untuk memilih
anggota legislatif tersebut selanjutnya diikuti dengan pemilihan umum untuk memilih presiden dan wakil
presiden yang juga dipilih langsung oleh rakyat. Pemilihan anggota legislatif dan pemilu untuk memilih presiden
dan wakil presiden memiliki keterkaitan erat karena setelah pemilu legislatif selesai, maka partai yang memiliki
suara lebih besar atau sama dengan tiga persen dapat mencalonkan pasangan calon presiden dan wakil
presidennya untuk maju ke pemilu presiden. Jika dalam pemilu presiden dan wakil presiden terdapat satu
pasangan yang memperoleh suara lebih dari 50%, maka pasangan tersebut dinyatakan sebagai pasangan
pemenang pemilu presiden.
Jika pada pemilu presiden tidak terdapat pasangan yang mendapatkan suara lebih dari 50%, maka pasangan
yang mendapatkan suara tertinggi pertama dan kedua berhak mengikuti pemilu presiden putaran kedua
Pemilu presiden yang diselenggarakan pada tanggal 5 Juli 2004 belum menghasilkan satu pasangan calon
presiden dan calon wakil presiden yang mendapatkan suara lebih dari 50% sehingga pemilu presiden
diselenggarakan dalam dua putaran. Dalam pemilu presiden putaran kedua yang diselenggarakan pada
tanggal 20 September 2004, pasangan H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs. Muhammad Jusuf Kalla
mengungguli pasangan Hj. Megawati Soekarnoputri dan K.H. Ahmad Hasyim Muzadi. Pada pemilu putaran
kedua tersebut, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla memperoleh 62.266.350 suara atau
60,62% sementara pasangan Hj. Megawati Soekarnoputri dan K.H. Ahmad Hasyim Muzadi memperoleh
44.990.704 suara atau 39,38% (Gonggong & Asy’arie, 2005: 239).
Kesimpulan
Megawati menjadi presiden setelah MPR mengadakan Sidang Istimewa MPR pada tahun
2001. Sidang Istimewa MPR ini diadakan dalam menanggapi langkah Presiden
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang membekukan lembaga MPR/DPR dan Partai Golkar.
Ia dilantik pada 23 Juli 2001. Sebelumnya dari tahun 1999–2001, ia menjabat Wakil
Presiden pada pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Megawati juga merupakan ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P)
sejak memisahkan diri dari Partai Demokrasi Indonesia pada tahun 1999.
Masa pemerintahan Megawati ditandai dengan semakin menguatnya konsolidasi
demokrasi di Indonesia, dalam masa pemerintahannyalah, pemilihan umum presiden
secara langsung dilaksanakan dan secara umum dianggap merupakan salah satu
keberhasilan proses demokratisasi di Indonesia. Ia mengalami kekalahan (40%-60%)
dalam pemilihan umum presiden 2004 tersebut dan harus menyerahkan tonggak
kepresidenan kepada Susilo Bambang Yudhoyono mantan Menteri Koordinator pada
masa pemerintahannya.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai