Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

ASEAN Free Trade Area

KELOMPOK :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Alfa Reza Triananda


Andrihasti Citra Nandini
Ati Mazaya Tauqyyah
Choirul Liza
Disna Alvita Azaria
Dwi Advina Herdiyanti
Krisdian Majid Bella Vigata
Rifqa Aulia
Winda Ofiska Paramita

(02)
(05)
(07)
(09)
(10)
(11)
(16)
(23)
(31)

SMA NEGERI 01 PEKALONGAN


Jl. RA Kartini No. 39 Pekalongan (0285)421190 Fax.432712
Tahun Ajaran 2015/2016

ABSTRAK
Laporan penelitian yang merupakan hasil diskusi kami ini membahas tentang
perdagangan dan kerjasama ekonomi internasional di Indonesia , khususnya dalam indicator
bentuk-bentuk dan badan-badan kerjasama ekonomi.
Tujuan kami untuk Melaksanakan kegiatan pembelajaran ekonomi,melaksanakan dan
menyelesaikan KD perdagangan dan kerjasama ekonomi internasional di Indonesia,sebagai bukti
bahwa telah menyelesaikan kegiatan belajar mengajar menyusun laporan berupa makalah.
Laporan yang kami buat ini dengan menggunakan metode pengamatan dan kepustakaan
yang hanya merujuk pada hasil diskusi kelompok mengenai perdagangan dan kerjasama
ekonomi internasional di Indonesia,yang dibatasi dengan menjelaskan indicator bentuk-bentuk
dan badan-badan kerjasama ekonomi.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami telah dapat
menyelesaikan makalah ini sebagai bukti hasil pembelajaran kami. Pada kesempatan ini, kami
diberi kesempatan oleh Ibu Rita Heini selaku guru mata pelajaran ekonomi kami untuk
menyusun makalah ini sebagai bahan nilai, teman-teman seperjuangan yang banting tulang
mencari informasi ini,dan orangtua kami yang senantiasa membimbing kami untuk
menyelesaikan laporan ini. Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memahami apa itu
AFTA, latar belakangnya, pengaruhnya bagi Indonesia, cara mencapai tujuan AFTA dan
bagaimana cara menjaga produk Indonesia. Dengan mempelajari isi dari makalah ini diharapkan
generasi muda bangsa mampu menjadi makhluk sosial yang mengerti cara meningkatkan daya
saing ekonomi di Indonesia, setidaknya dapat mengerti dalam lingkup sederhana dan dapat
bermanfaat bagi masyarakat.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam belajar dan
hasilnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai perkembangan kurikulum 2013 ini.
Kritik dan saran dari pembaca, kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini yang jauh dari
kata sempurna.
Terima kasih.
Pekalongan,16 Januari 2016

TIM PENULIS

Daftar isi
Halaman sampul................................................................................................................

Abstrak..............................................................................................................................

ii

Kata pengantar...................................................................................................................

iii

Daftar isi............................................................................................................................

BAB I :PENDAHULUAN................................................................................................

A. Latar belakang.......................................................................................................
B. Rumusan masalah..................................................................................................
C. Ruang lingkup.......................................................................................................
D. Metode penyusunan...............................................................................................
E. Sistematika ...........................................................................................................
BAB II : ISI........................................................................................................................

2
2
2
2
3
4

A. Landasan teori............................................................................................................
1) Pengertian AFTA...................................................................................................
2) Sejarah terbentuknya AFTA..................................................................................
3) Dampak pengaruh AFTA bagi Indonesia...............................................................
4) Hambatan yang harus dihadapi Indonesia dalam menghadapi AFTA..................
5) Langkah yangharus diambil Indonesia untuk menghadapi AFTA........................

4
4
4
5
6
8

BAB III: PENUTUP..........................................................................................................

16

Daftar pustaka....................................................................................................................

16

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Globalisasi saat ini sangat di rasakan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Di era globalisasi
saat ini jarak dan waktu sudah tidak menjadi masalah lagi. Disamping itu kemajuan teknologi
dan ilmu pengetahuan yang sangat berkembang dengan itu berbagai negara berlomba-lomba
untuk membuat inovasi baru di berbagai bidang dan memajukan ilmu pengetahuan.
Adanya globalisasi juga berpengaruh kepada perekonomian Indonesia. ASEAN Free Trade Area
(AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu
kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional
ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar
regional bagi 500 juta penduduknya.
Tujuan penyusunan laporan ini yaitu untuk:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Mengerti pengertian dari AFTA


Mengetahui sejarah terbentuknya AFTA
Mengetahui dampak atau pengaruh dari AFTA bagi Indonesia
Mengetahui hambatan yang akan dihadapi Indonesia dalam menghadapi AFTA
Mengetahui langkah yang harus diambil Indonesia untuk menghadapi AFTA
Melaksanakan kegiatan pembelajaran ekonomi
Melaksanakan dan menyelesaikan KD bentuk-bentuk dan badan badan kerjasama
ekonomi
8) Sebagai bukti bahwa telah menyelesaikan KBM menyusun laporan berupa makalah
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa arti dari AFTA?
2) Kenapa terbentuk AFTA?
3) Apa dampak AFTA bagi Indonesia?
4) Hambatan Apa yang harus dihadapi Indonesia?
5) Apa yang harus Indonesia Lakukan untuk menghadapi AFTA?
C. Ruang lingkup
Uraian berikut hanya dibatasi dengan menjelaskan tentang indicator yang berkaitan
dengan potensial loss pada bidang pertambangan
D. Metode penyusunan
Laporan ini saya susun dengan menggunakan metode pengamatan dan kepustakaan
.
E. Sistematika
Adapun penyusunan laporan terbagi menjadi 3 yaitu bagian

1. BAB PENDAHULUAN yang terdiri atas


latar belakang ,rumusan /tujuan
permasalahan ,ruang lingkup , metode penyusunan ,dan sistematika. Sedangkan pada
bagian
2. BAB ISI yang menguraikan landasan teori yang menyangkut dan indicator terjadinya
potensial loss pada bidang pertambangan
3. BAB PENUTUP yang menguraikan berupa simpulan.

BAB II
ISI
A. Landasan Teori
1) Pengertian AFTA
Istilah perdagangan bebas identik dengan adanya hubungan dagang antar negara anggota
maupun negara non-anggota. Dalam implementasinya perdagangan bebas harus memperhatikan
beberapa aspek yang mempengaruhi yaitu mulai dengan meneliti mekanisme perdagangan,
prinsip sentral dari keuntungan komparatif (comparative advantage),serta pro dan kontra di
bidang tarif dan kuota, serta melihat bagaimana berbagai jenis mata uang (atau valuta asing)
diperdagangkan berdasarkan kurs tukar valuta asing. ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah
kawasan perdagangan bebas ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%)
maupun hambatan non tarif bagi negara-negara anggota ASEAN, melalui skema CEPT-AFTA.
Melalui spesialisasi bidang usaha, tiap bangsa akan mengkonsumsi lebih banyak
dibandingyang dapat diproduksinya sendiri. Namun dalam konsep perdagang tersebut tidak ada
hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan non-tarif bagi negara negaraASEAN
melalui skema CEPT-AFTA. Common Effective Preferential Tarif Scheme (CEPT) adalah
program tahapan penurunan tarif dan penghapusan hambatan non-tarif yang disepakati bersama
oleh negara-negara ASEAN. Maka dalam melakukan pedagangan sesama anggota biaya
operasional mampu ditekan sehingga akan menguntungkan.
2) Terbentuknya AFTA
AFTA dibentuk pada waktu Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di
Singapura tahun 1992 . Awalnya AFTA ditargetkan ASEAN FreeTrade Area (AFTA) merupakan
wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas
perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan
menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia.
Pembentukan AFTA berdasarkan pertemuan para Menteri Ekonomi anggota ASEAN
pada tahun 1994 di Chiang Mai, Thailand.
Pertemuan Chiang Mai menghasilkan tiga keputusan penting sebagai berikut

1. Seluruh anggota ASEAN sepakat bahwa pembentukan kawasan perdagangan bebas


dipercepat pelaksanaannya dari tahun 2010 menjadi 2005.
2. Jumlah produk yang telah disetujui masuk dalam daftar AFTA (inclusion list/IL) ditambah
dan semua produk yang tergolong dalam temporary exclusion list/TEL secara bertahap akan
masuk IL. Semua produk TEL diharapkan masuk dalam IL pada tanggal 1 Januari 2000.

3. Memasukkan semua produk pertama yang belum masuk dalam skema common effective
preferential tarif(CEPT) yang terbagi sebagai berikut :
a. Daftar produk yang segera masuk dalam IL menjadi immediate inclusion list/IIL mulai
tarifnya menjadi 05% pada tahun 2003.
b. Produk yang memiliki sensitivitas (sensitive list), seperti beras dan gula, akan
diperlakukan khusus di luar skema CEPT.
c. Produk dalam kategori TEL akan menjadi IL pada tahun 2003.
Negara-negara anggota ASEAN menggagas melaksanakan AFTA dengan tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Meningkatkan daya saing ekonomi negara-negara ASEAN dengan menjadikan ASEAN


sebagai basis produksi pasar dunia.
Meningkatkan perdagangan dan spesialisasi di lingkungan keanggotaan ASEAN.
Untuk menarik investasi dan meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN.
Meningkatkan jumlah ekspor negara-negara anggota ASEAN.
Meningkatkan investasi dalam kegiatan produksi dan jasa antaranggota ASEAN.
Meningkatkan masuknya investasi dari luar negara anggota ASEAN.

Oleh karena itu, penerapan AFTA guna meningkatkan perdagangan antar anggota juga memiliki
beberapa persyaratan produk yang harus dipenuhi yaitu :
a) Produk yang bersangkutan harus sudah masuk dalam Inclusion List (IL) dari Negara
eksportir maupun importir.
b) Produk tersebut harus mempunyai program penurunan tarif yang disetujui oleh Dewan
AFTA (AFTA Council);
c) Produk tersebut harus memenuhi persyaratan kandungan lokal 40%. Suatu produk
dianggap berasal dari negara anggota ASEAN apabila paling sedikit 40% dari kandungan
bahan didalamnya berasal dari negara anggota ASEAN.
3) Dampak dari AFTA bagi Indonesia
Dengan dibentuknya AFTA dan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015, tentu berdampak pada
munculnya peluang, tantangan, dan ancaman bagi Indonesia. Diantaranya adalah sebagai
berikut :
Dampak positif:
a.
b.
c.
d.

membuat peluang kita untuk menarik investasi.


dapat meningkatkan voume perdagangan.
Indonesia bisa memasukkan barang dagangan ke negara lain tanpa syarat yang susah.
Peluang pasar yang semakin besar dan luas bagi produk Indonesia, dengan penduduk
sebesar 500 juta dan tingkat pendapatan masyarakat yang beragam.

e. Biaya produksi yang semakin rendah dan pasti bagi pengusaha/produsen Indonesia yang
sebelumnya membutuhkan barang modal dan bahan baku/penolong dari negara anggota
ASEAN lainnya dan termasuk biaya pemasaran.
f. Pilihan konsumen atas jenis/ragam produk yang tersedia di pasar domestik semakin
banyak dengan tingkat harga dan mutu tertentu.
g. Kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin terbuka dengan beraliansi dengan pelaku
bisnis di negara anggota ASEAN lainnya.
Dampak Negatif:
a. Kerugian adanya AFTA yaitu barang dari luar negeri terutama China lebih murah
sehingga dapat menyebabkan barang domestik tidak laku
b. Barang halal dan non-halal sulit dibedakan
c. PHK tenaga kerja karena ruginya perusahaan
d. Penggangguran meningkat.
4) Hambatan Indonesia
Kekuatan Human Capital Indonesia di ASEAN
Walau memiliki jumlah penduduk paling besar di ASEAN, jika dari sisi kekuatan human
capital, Indonesia terbilang masih tertinggal dengan beberapa negara tetangga. Hal itu dapat
dilihat dari angka Human Development Index (HDI) yang diukur berdasarkan beberapa indikator
(pendidikan, angka harapan hidup dan pendapatan nasional). Memang benar, dalam beberapa
tahun terakhir ini angka HDI Indonesia yang diumumkan secara rutin oleh United Nations
Development Programme (UNDP) terus mengalami peningkatan. Namun angka HDI Indonesia
terbilang masih rendah, yakni hanya sebesar 0,629 dan tergabung dalam kelompok negara
dengan HDI katagori Medium human development.
Meski Indonesia memiliki sumber daya alam yang banyak dan lebih besar, HDI
Indonesia masih jauh dibawah Singapura yang memiliki HDI=0,895 dengan ranking 18 dan
Brunei HDI=0,855 dengan ranking=30 yang bisa tampil sangat baik dalam kelompok negara
dengan HDI katagori Very high human development.
Sedang human capital yang dimiliki Malaysia juga cukup jauh di atas Indonesia karena
memiliki angka HDI sebesar 0,769 (ranking=64) dan tergolong dalam kelompok negara dengan
HDI katagori High human development. Thailand, Philipina dan Indonesia memang samasama
tergabung dalam kelompok negara dengan HDI katagori Medium human development. Namun
HDI Thailand dan Philipina masih berada di atas Indonesia. Kondisi tersebut tentu sangat
memprihatinkan karena human capital yang dimiliki Indonesia hanya sedikit di atas Timor Leste,
Kamboja dan Myanmar. Pendek kata, dari sisi human capital dalam menghadapi AFTA 2015,
Indonesia masih lemah atau kalah kuat dengan Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand dan
Philipina.

Kualitas manusia yang baik akan memungkinkan penggunaan teknologi baru yang bisa
meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja. Keadaan tersebut dapat menekan biaya produksi
yang sangat penting yang dapat meningkatkan daya saing komoditi yang dihasilkan.
Seperti yang diuraikan diatas Indonesia itu adalah negara ASEAN yang mempunyai
penduduk terbesar. Tetapi tidak dapat disangkal bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia
masih jauh lebih rendah dari rata-rata negara ASEAN. Keadaan itu dikarenakan fasilitas
pendidikan yang kurang memadai dan juga penguasaan bahasa asing yang masih menjadi
kendala sehingga transfer ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi lambat.
Kebijakan Pemerintah dan Daya Saing Indonesia di ASEAN
Selain memiliki human capital yang masih lemah, kebijakan pembangunan pemerintah
Indonesia sendiri belum benar-benar memiliki keberpihakan kepada kepentingan publik. Dari
politik anggaran misalnya, berdasar penelitian penulis di berbagai daerah, alokasi dana APBD
cenderung dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan rutin aparatur daerah, terutama untuk
memenuhi belanja pegawai. Sedang alokasi dana APBD untuk pembangunan infrastruktur fisik
(pendidikan, jalan, jembatan dan teknologi) rata-rata masih jauh lebih kecil dari belanja pegawai.
Bahkan, banyak daerah yang terancam bangkrut karena alokasi belanja pegawai sangat besar
mencapai sekitar 70% dari total APBD.
Dari sisi dukungan infrastruktur terhadap usaha kecil di Indonesia masih tergolong belum
baik. Dalam penyaluran kredit perbankan misalnya, dari 56,5 juta Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) di Indonesia baru sekitar 14,69% yang dapat memperoleh pinjaman bunga lunak dari
Program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sementara kebijakan pemerintah juga dinilai kurang
berpihak sektor UKM jika melihat penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Bahkan, MP3EI malah dianggap berlawanan
dengan UUD 1945, khusuhnya terkait pemain ekonomi yang diakui negara.
Dari sisi kultur birokrasi, proses pelayanan publik masih sering dikeluhkan lamban dan
hal itu diperparah lagi kuatnya perilaku korupsi aparatur pemerintah.
Faktor-faktor yang menyebabkan daya saing Indonesia terus menurun disamping investor
yang tak kunjung datang disebabkan infrastuktur yang buruk, ketidakefisienan birokrasi,
keterbatasan akses pendanaan, kebijakan tidak stabil/ inkonsistensi kebijakan, stabilitas ekonomi
makro, pendidikan dasar dan kesehatan dan kesiapan ekonomi.
Pembangunan Infrastruktur
Salah satu kendala tersebut adalah kendala pembangunan infrastruktur. Pemerintah belum
berhasil dalam pembangunan infrastuktur seperti pembangunan infrastruktur untuk transportasi

massal yang terintegrasi dan infrastruktur transportasi umumnya untuk keseluruhan wilayah
Indonesia. Kegagalan pembangunan infrastuktur tersebut berdampak pada high cost economy
dan lemahnya daya saing produk Indonesia di luar negeri. Artinya, pada MEA 2015 nanti
Indonesia hanya menjadi surga bagi produk asing tetapi tidak mampu bersaing dengan negara
ASEAN lain dalam meraih investasi asing langsung karena lemahnya daya saing daerah akibat
terkendalanya pembangunan infrastruktur.
Kendala pembangunan infrastruktur disebabkan antara lain oleh faktor korupsi yang
relatif tinggi hingga 40% yang terjadi di birokrasi, kendala pembebasan lahan, infrastruktur,
pendanaan dan biaya logistik. Rata-rata biaya logistik di Indonesia 17% dari total biaya produksi,
sedangkan Singapura hanya 6% dan Malaysia 8%.
Sebenarnya untuk kendala pembebasan lahan, pemerintah sudah mengatasinya dengan
munculnya UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum, dimana yang dimaksud dengan tanah untuk kepentingan umum di
antaranya adalah tanah yang dimanfaatkan untuk jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta
api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api, pelabuhan dan bandar udara. Namun
hingga sekarang, UU tersebut belum cukup ampuh untuk penyediaan tanah bagi pembangunan
infrastruktur. Kendala lainnya adalah rendahnya kemampuan pemerintah dalam mengalokasikan
anggaran belanja termasuk belanja modal.
5) Langkah yang harus dihadapi
Sumber Daya Manusia.
Peningkatan pengembangan sumber daya manusia perlu dilakukan semaksimal mungkin.
Dengan sumber daya manusia yang berkualitas Indonesia dapat memanfaatkan kondisi
persaingan yang semakin meningkat.
Dalam rangka menghadapi AFTA usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia harus lebih ditingkatkan. Dalam hal ini adalah kebijakan pengembangan
pendidikan merupakan bagian yang sangat penting terutama yang meyangkut dengan
keterampilan.
Disini dapat dilakukan dengan pengembangan sekolah kejuruan dan politeknik perlu
perhatian yang lebih besar dalam menyiapkan tenaga kerja yang berpengetahuan dan
terampil.Disamping itu juga peningkatan kesehatan masyarakat juga sangat penting dalam
meningkatkan produktivitas kerja.
Meningkatkan efisiensi dalam negeri.
Usaha yang harus dilakukan untuk meningkatkan daya saing komoditi ekspor Indonesia
dipasar komoditi adalah melalui peningkatan efisiensi produksi dalam negeri. Dengan cara itu
biaya produksi rata-rata dari setiap produk dapat ditekan serendah mungkin. Selain itu akan

memungkinkan Indonesia untuk menekan harga jual luar negeri sehingga daya saing komoditi
akan lebih kuat.
Kondisi yang diinginkan adalah adanya persaingan yang sehat antara sesame pengusaha
dan tidak ada distorsi harga bahan baku. Selain itu, biaya non produksi harus dikurangi sebanyak
mungkin sehingga biaya produksi secara keseluruhan dapat ditekan.
Dengan ditekannya harga bahan baku biaya produksi secara umum dapat ditekan yang pada
gilirannya akan berpengaruh besar terhadap daya saing komoditi tersebut di luar negeri.
Melakukan pembentukan organisasi pelaksana AFTA.
AFTA merupakan kegiatan baru dalam kerjasama ASEAN yang tentu saja harus
didukung oleh struktur organisasi yang kuat agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar.
Struktur organisasi yang kuat sangat diperlukan karena AFTA harus dilaksanakan dengan aik,
adil dan terarah sehingga msing-masing negara dapat menikmati manfaatnya secara maksimal
dan merata.
Diperlukan juga pengawasan yang ketat untuk menjaga jangan sampai terjadi kecurangan
dalam melaksanakan perdagangan yang akan merugikan suatu negara. Organisasi atau komunitas
ASEAN yang dibentuk adalah AEC. ASEAN Economic Community (AEC) akan menyebabkan
lalu-lintas perdagangan bebas (AFTA) 2015 di kawasan ASEAN menjadi tanpa kendala.
AEC Blueprint merupakan pedoman bagi negara-negara anggota ASEAN dalam
mewujudkan integrasi ekonomi kawasan. AEC Blueprint memuat empat pilar utama yaitu:
1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung dengan
elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang
lebih bebas.
2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, dengan elemen peraturan
kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan
infrastruktur, perpajakan, dan e-commerse.
3. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen
pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN; dan
4. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global
dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan
meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.
AEC dapat memberikan peluang bagi Indonesia
AEC pertama membuka peluang bagi Indonesia untuk memanfaatkan aliran modal yang
masuk ke kawsan yang kemudian di tempatkan di asset berdominasi rupiah.

Yang kedua jika AEC 2015 sukses dilaksanakan maka akan menjadikan kawasan di
ASEAN memiliki potensi ekonomi yang tinggi dan tentu saja hal tersebut banyak menarik minat
para investor untuk menanamkan modalnya di kawasan ASEAN.
Yang ketiga dengan adanya AEC juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia dan negara lainnya yang berada di kawasan ASEAN. Dengan adanya pembentukan
pasar yang lebih besar dapat membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas di kawasan ASEAN
dan diharapakan hal tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di negaranya.
Yang keempat kawasan di ASEAN merupakan negara pengekspor sumber daya alamnya
maupun barang elektronik. Diharapkan dengan meningkatnya harga komoditas di pasar dunia,
maka akan menciptakan surplus transaksi perdagangan di kawasan ASEAN.
Kelima terbukanya peluang pemanfaatan teknologi diantara negara anggota.
Perbaikan dalam bidang keamanan dan pengawasan makanan.
Dalam hal ini pengawasan keamanan pangan di Indonesia sangat lemah. Karena banyak
buah import dan makanan lainnya yang masuk ke Indonesia yang mengandung formalin tidak
terdeteksi oleh lembaga pengawasan dan keamanan pangan Indonesia.
Selain buah juga ada sayuran import yang memiliki kadar pestisida yang tinggi yang
lepas dari lembaga pengawasan dan keamanan pangan. Pasar Bebas ASEAN memang masih di
tahun 2015. Tetapi tidak dapat dipungkiri, produk-produk negara ASEAN sudah masuk ke
Indonesia, termasuk buah, sayuran segar, dan pangan lainnya.
Jika pemerintah sudah lemah pengawasannya, tentu kita lah sebagai konsumen yang proaktif melindungi diri kita sendiri dan perlu adanya peran dari kementrian pertanian Indonesia
yang perlu diperketat di pintu masuk import, sebelum barang tersebut masuk ke supermarket
Indonesia dan menjadi konsumsi masyarakatnya sebaiknya melakukan pengujian terhadap
barang ataupun bahan makanan yang akan masuk ke Indonesia.
Mengkreasikan kewirausahaan/UMKM .
Para pemimpin seharusnya yakin bahwa kewirausahaan mampu untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.hal ini juga harus diikuti dengan para pemimpin bisnis dan wirausahawan
yang kreatif.
Di Indonesia UKM mempunyai peranan yang perannya dalam penciptaan atau
pertumbuhan strategis dalam pembangunan, hal ini ditunjukkan kesempatan kerja dan sebagai
salah satu sumber dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang penting bagi pertumbuhan
Produk Domestik Bruto Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang dinyatakan bahwa untuk
memperkuat daya saing bangsa salah satu kebijakan pembangunan dalam jangka panjang adalah

memperkuat perekonomian domestic berbasis keunggulan masing-masing wilayah menuju


keunggulan kompetitif.
Namun untuk menghadapi krisis ekonomi global dan perdagangan bebas multilateral
(WTO), regional (AFTA), kerjasama informal APEC, dan ASEAN Economic Community (AEC)
pada tahun 2015, UKM dituntut untuk melakukan pembahan guna meningkatkan daya saingnya
agar dapat terus berjalan dan berkembang. Salah satunya adalahdengan cara menggunakan
teknologi informasi (TI).
Penggunaan Tl dapat meningkatkan transformasi bisnis melalui kecepatan, ketepatan dan
efisiensi pertukaran informasi dalam jumlah yang besar. Studi kasus di Eropa juga menunjukkan
bahwa lebihdari 50% produktifitas dicapai melalui investasi di bidang TI. UKM dikatakan
memiliki daya saing global apabila mampu menjalankan operasi bisnisnya secara reliable,
seimbang, dan berstandar tinggi.
Berbagai kelemahan UMKM perlu segera diperbaiki. Berdasar data Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) tahun 2011, usaha mikro 98,82%, kecil 1,09%,
menengah 0,08%, dan usaha besar hanya 0,01%. Sementara itu, sumbangan sektor tersebut ke
produk domestik bruto (PDB): usaha mikro 29,74%, kecil 10,46%, menengah 14,53%, dan usaha
besar mencapai 45,27%. Ini menunjukkan kinerja UMKM belum sesuai harapan. Hal pertama
yang perlu dibenahi adalah inovasi yang lemah.
Padahal, inovasi itu adalah kunci utama memenangkan persaingan. Untuk sektor pangan
contohnya, kemasan produk pangan dari Malaysia jauh lebih baik dan didesain menarik
dibanding produk kita. Dan di pasar swalayan banyak dijumpai produk Malaysia bersertifikat
mutu internasional, sedangkan produk UMKM kita tampil apa adanya. Meski produk berfungsi
sama, variasi produk, daya tarik kemasan menjadi faktor pembeda yang mempengaruhi
keputusan pembelian. Ini perlu disadari UMKM Indonesia dan segera dibenahi agar bersaing di
tingkat global.
Sedikit sekali UMKM dijalankan anak muda. Golongan muda lebih mengandalkan ijazah
mereka untuk bekerja daripada mencoba berusaha sendiri. Berbagai latihan ketrampilan,
manajemen, dan diklat teknis lain sesuai kebutuhan penting diadakan periodik. Dalam jangka
pendek, SDM diperkuat dengan pendampingan terintegrasi.
UMKM merupakan salah satu motor pengerak perekonomian nasional. UMKM penting
dilindungi dan dikembangkan lebih besar untuk menopang pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Penguatan UMKM mutlak dilakukan sebelum diberlakukannya AFTA di tahun 2015. Karena kita
ingin melihat UMKM nasional mampu menjadi tuan di negeri sendiri dan menjadi tamu
terhormat di negeri orang.

Selain itu, kekhasan lokal dapat pula diolah menjadi pembeda produk kaos oblong
dibandingkan dengan negara-negara lain. Produk kaos distro tetap dinanti konsumen, karena
produsen giat melakukan penggalian budaya lokal yang dikemas ulang supaya berterima di
kalangan konsumen muda, contoh: Ojie Oblong yang produk kaos distro yang mengusung ikon,
simbol dan kode tanda kebudayaan Betawi, Disun (Distro Sunda) yang mengusung kearifan
lokal kebudayaan sunda, Mahanagari merupakan cerminan apa yang ada di Kota Bandung:
distro ini berusaha untuk mendidik masyarakat Bandung sendiri tentang kotanya.
Selain itu, produk kaos distro dapat mengusung tema keagamaan. Melihat mayoritas
penduduk Indonesia beragama muslim, Ada brand bernama Ralij yang berkarakter
muslim. Relight The Spirit of Our Religion, demikian kepanjangan dari Ralij. Produk Ralij sudah
menembus pasar Malaysia, Brunei Darussalam dan beberapa negara di semenanjung Arab yang
terdapat banyak pemeluk agama islamnya. Tiap daerah dapat membentuk karakter kaos oblong
yang menjadi ciri khas agar menjadi identitas pembeda dalam memasarkan produknya di AFTA.
Kekayaan budaya Indonesia yang kaya dapat terus didorong agar lebih berani
ditampilkan dalam produk-produk industri kreatif busana, garmen dan label kaos oblong. Jika
mendiang Nelson Mandela saja bangga dan percaya diri mengenakan batik. Itu dapat
disimpulkan, jika produk budaya Indonesia sudah diakui di pentas dunia. Jadi, mari menatap
AFTA 2015 dengan percaya diri bahwa produk-produk industri kreatif Indonesia mampu
bersaing.
Industri Kreatif dan Perancang Busana Indonesia
Geliat industri kreatif di Indonesia kini membuat pemerintah cepat tanggap. Pemerintah
Republik Indonesia membentuk kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif).
Di bawah koordinasi kemenparekraf dipetakan kekuatan dan peluang industri kreatif di
Indonesia.
Industri kreatif Indonesia punya kekuatan dan potensi dalam untuk bersaing di AFTA
2015. Didiet Maulana dengan tenun ikatnya mampu bersaing di kancah global, bahkan melalui
lini produknya IKAT dikenakan sebagai pakaian resmi di peserta APEC 2013. Masih ingat
dengan mendiang Nelson Mandela? Ia salah satu tokoh dunia yang cinta dengan batik dan selalu
mengenakan batik di acara-acara resmi. Mandela mulai mengenal batik saat ia hadir di
pertemuan APEC di Bogor, sejak itu batik justru identik dengan Mandela.
Film Catching Fire yang diangkat dari novel trilogi (Hunger Games, Catching
Fire dan Mockingjay) Suzanne Collins merekam kisah sukses perancang muda Indonesia. Ia
adalah Tex Saverio. Pemeran utama film tersebut, Katniss mengenakan gaun-gaun yang
dirancang oleh Tex Saverio. Sebelumnya, Tex Saverio sudah mencetak prestasi internasional saat
gaunnya dikenakan oleh Lady Gaga untuk pemotretan majalah Harpers Bazaar.

Melihat contoh dari sedikit perancang busana tersebut tidak berlebihan rasanya, jika
industri kreatif Indonesia dalam bidang busana dapat bersaing di AFTA 2015.Keunikan dan ciri
khas para perancang busana dalam menggali nilai-nilai lokal dapat memberikan positioning dan
differentiation dibandingkan negara-negara peserta AFTA. Untuk mendukung industri kreatif di
bidang busana pemerintah RI perlu membangun sinergi dengan para perancang yang
menggunakan keunikan lokal dalam menghasilkan karya. Tenun ikat, batik, serat alami, sarung,
kain songket beberapa contoh kekhasan Indonesia yang dapat dijadikan pembeda dengan
produk-produk para negara pesaing.
demografi Indonesia.
Bonus demografi yang besar sudah sewajarnya dimaksimalkan oleh pemerintah RI. Jika
negara lain saja, tidak ingin melewatkan kesempatan terhadap jumlah penduduk Indonesia yang
besar dalam rangka memasarkan produk atau jasa, agak membingungkan kalau pemerintah RI
justru menyia-yiakan bonus demografi tersebut. Jumlah penduduk 250 juta merupakan salah satu
daya saing untuk menarik investor dalam dan luar negeri.
Bonus demografi akan menjadi kesempatan berharga dan peluang bagi negara yang
sedang berkembang seperti Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan. Dalam hitungan
ekonomi nasional, penduduk usia muda 15-29 tahun yang bekerja adalah pendongkrak
peningkatan pendapatan per kapita. Mereka menjadi bagian transisi demografi Indonesia karena
perubahan struktur umur penduduk dan jenis kelamin akibat menurunnya angka kelahiran dan
angka kematian bayi, serta meningkatnya usia harapan hidup terus-menerus dalam 30 tahun
terakhir.
Meneropong Indonesia 2025, salah satu keuntungan negeri ini adalah bonus demografi
(demographic dividend) karena perubahan struktur umur penduduk dan menurunnya rasio
ketergantung berdasarkan umur (age dependency ratio), yaitu perbandingan antara jumlah
penduduk anak-anak (di bawah usia 15 tahun) dan penduduk lansia (di atas 65 tahun) terhadap
populasi usia kerja (15-64 tahun).
Besarnya populasi usia kerja tersebut merupakan pemicu pertumbuhan ekonomi.
Pengurangan jumlah anak meningkatkan pendapatan per kapita, sementara besarnya jumlah
penduduk usia kerja mendorong peningkatan pendapatan per kapita.
Peningkatan usia harapan hidup juga meningkatkan pendapatan per kapita meski
kemudian meningkatnya jumlah lansia menurunkan pendapatan tersebut.
Banyak negara menjadi kaya karena berhasil memanfaatkan jendela peluang bonus
demografinya untuk melentingkan kemampuan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Akan

tetapi, kemudian ledakan jumlah lansia, seperti di Jepang dan Eropa barat, membengkakkan
biaya jaminan sosial, terutama pensiun.
Biaya itu harus dipikul penduduk usia kerja, antara lain, melalui pajak. Akibatnya,
pendapatan per kapita menurun, begitu pula kesempatan menabung.
Di Indonesia, pada tahun 1971 setiap 86 anak ditanggung 100 pekerja dan pada 2010
rata-rata 51 anak ditanggung 100 pekerja. Bila keadaan ini terus berlanjut, pada 2020-2030 akan
terbuka jendela peluang (window of opportunity) saat angka ketergantungan mencapai titik
terendah, yaitu hanya 44 anak ditanggung tiap 100 pekerja. Setelah 2030, jendela peluang akan
menyempit karena meningkatnya jumlah lansia sehingga angka ketergantungn naik di atas 50.
Bonus demografi menjadi dasar meningkatkan produktivitas dan memicu pertumbuhan
ekonomi melalui pemanfaatan sumber daya manusia. Saat tingkat fertilitas (jumlah kelahiran
sepanjang hidup perempuan) turun, pertumbuhan pendapatan per kapita untuk memenuhi
kebutuhan dasar penduduk usia anak-anak dapat dialihkan untuk peningkatan mutu manusia
sebagai modal pembangunan. Pada saat yang sama, jumlah anak yang sedikit memberi
perempuan peluang masuk pasar kerja sehingga meningkatkan tabungan keluarga.
Negara-negara dengan tingkat pendapatan yang layak, penduduknya cenderung memiliki
tingkat kelahiran yang lebih rendah daripada negara-negara dengan tingkat kemakmuran yang
tidak merata. Budaya dan agama merupakan faktor-faktor yang penting serta mempengaruhi
ukuran keluarga, tanpa mengabaikan tingkat kesejahteraan dan pendidikannya dalam masyarakat.
Hal-hal lainnya tergantung pada kebijakan pemerintah masing-masing. Pada beberapa
dasawarsa yang lalu, beberapa negara sedang berkembang mulai mengambil langkah untuk
mengatasi masalah pertumbuhan penduduk yang cepat, melalui kebijakan-kebijakan yang
diambil untuk menekan kelahiran.Bonus demografi, sumber daya manusia merupakan salah satu
aspek terpenting dalam menghadapi persaingan di segala bidang. Pada era tersebut, diperkirakan
akan terjadi arus masuk barang maupun arus informasi yang berasal dari luar negeri, bahkan
masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia yang tidak dapat dibendung lagi.
Dalam menghadapi kompetisi global, dituntut sumber daya manusia (SDM) yang
memiliki kemampuan beradaptasi dengan dunia kerja, memiliki kecakapan hidup, yaitu berani
menghadapi problem kehidupan dan secara proaktif dan kreatif mampu mencari solusi dan
mengatasinya, memiliki jiwa kewirausahaan, yaitu mampu membuka lapangan pekerjaan sendiri
berdasarkan keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki.
Angkatan kerja dan lapangan kerja semakin kompleks, laju pertumbuhan penduduk
semakin pesat, sehingga tidak ada keseimbangan antara jumlah angkatan kerja dengan lapangan
kerja.

Oleh karena itu, pembangunan pendidikan dituntut kearah penaggulangan secara terpadu
dalam keseluruhan pembangunan nasional.
Protocol/Article yang dapat dipakai untuk mengamankan produk Indonesia
a. Protocol Regarding the Implementation of the CEPT Scheme Temporary
Exclusion List
Dapat digunakan sebagai acuan untuk menarik kembali produk industri yang telah
dimasukkan ke dalam IL terakhir tahun 2000 atau Last Tranche. Konsekuensi
penarikan kembali suatu produk dari IL harus disertai dengan kompensasi.
b. Article 6 (1) dari CEPT Agreement
Dapat digunakan sebagai acuan untuk menarik kembali produk yang telah
dimaukkan ke dalam Skema CEPT-AFTA, karena adanya lonjakan impor dari
negara anggota ASEAN lainnya yang menyebabkan atau mengancam kerugian
yang serius terhadap industri dalam negeri.
c. Protocol on Special Arrangement for Sensitive and Highly Sensitive Products.
Dapat digunakan sebagai acuan untuk memasukkan produk yang diklasifikasikan
ke dalam Highly Sensitive (seperti beras dan gula bagi Indonesia).

Jadwal Penurunan dan atau Penghapusan Tarif Bea Masuk


a. Inclusion List

Negara Anggota AFTA

Jadwal Penurunan/Penghapusan
1. Tahun 2003 : 60% produk dengan tarif 0%

ASEAN -6

2. Tahun 2007 : 80% produk dengan tarif 0%


3. Tahun 2010 : 100% produk dengan tarif 0%
1. Tahun 2006 : 60% produk dengan tarif 0%

Vietnam

2. Tahun 2010 : 80% produk dengan tarif 0%


3. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0%

Laos dan Myanmar

1. Tahun 2008 : 60% produk dengan tarif 0%


2. Tahun 2012 : 80% produk dengan tarif 0%

3. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0%


Kamboja

1. Tahun 2010 : 60% produk dengan tarif 0%


2. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0%

b. Non Inclusion list


TEL harus dipindah ke IL
GEL dapat dipertahankan apabila konsisten dengan artikel 9 CEPT Agreement,
yaitu untuk melindungi :
Keamanan Nasional
Moral
Kehidupan Manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan dan kesehatan
Benda-benda seni, bersejarah dan purbakala.

BAB III
PENUTUP
Simpulan
AFTA merupakan suatu kerjasama yang dijalankan oleh Negara-negara Asia Tenggara
dan tergabung dalam organisasi ASEAN berawal dari pencetusannya untuk mempererat
kerjasama perdagangan diantara Negara tersebut. AFTA memudahkan Negara-negara Asia
Tenggara untuk melakukan kerjasama sehingga perdagangan antara negara tersebut berjalan
dengan lancar dan ekonomi negara tersebut berjalan lancar. AFTA juga meningkatkan
persaingan dagang yang positif antara Negara-negara ASEAN . banyak dampak yang
ditimbulkan akibat kerja sama ini.Untuk mengurangi dampak negatifnya, maka Indonesia harus
dapat meningkatkan kualitas dalam segala bidang supaya bersaing sehat dengan negara lainnya.

Daftar pustaka
Masykur Afandi, Moch. 2011. Peran Dan Tantangan Asean Economic Community (AEC) Dalam
Mewujudkan Integrasi Ekonomi Kawasan Di Asia Tenggara. Vol 8 No 1
Salim, Ubud. 2012. Mengkreasikan Revolusi Kewirausahaan Menerobos AFTA/ACFTA. Malang
Aspan, Henry. 2011. Kebijakan Perdagangan Luar-Negeri Indonesia Dalam Menghadapi
Pemberlakuan Kesepakatan ASEAN Free Trade (AFTA). Vol 4 No.2. ISSN : 1979-5408. Medan
Anabarja, Sarah. Kendala Dan Tantangan Indonesia dalam Mengimplementasikan ASEAN Free
Trade Menuju Terbentuknya ASEAN Economic Community. Jawa Timur
Wibowo, Arif. Kesiapan Konsumen Indonesia Dalam Menghadapi AFTA 2015

Anda mungkin juga menyukai