Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

ASEAN FREE TRADE AREA

OLEH:

KELOMPOK II

KELAS IX SUKHOI

1. ANDHINI FEBRIANTY ANGRAENI S.

2. ADHE ARSENI INTAN APRIANY

3. RISKA AULIYAH

4. MUH. RAIHAN SOEGIANTO

5. MUH. ANANDA HASYIM

6. NAJIB UBAIDILLAH NUGRAHA

SMP ANGKASA LANUD HASANUDDIN

TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia – Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Organisasi AFTA” yang
mana makalah ini kami buat sebagai tugas pembahasan materi pada Pembelajaran
IPS tentang ekonomi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka guna penyempurnaan isi makalah ini kami mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari para pembaca. Dan kami mengharapkan agar
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca, baik dalam hal
pengetahuan maupun yang lainnya.

Maros, Januari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Sampul.............................................................................................................i

Kata Pengantar................................................................................................ii

Daftar Isi........................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan..........................................................................................1

Latar Belakang AFTA...........................................................................1


Tujuan Penulisan...................................................................................2
Manfaat Penulisan.................................................................................2
Rumusan Masalah.................................................................................2
Bab II Pembahasan Materi..............................................................................3

Sejarah Organisasi AFTA (Asean Free Trade Area)............................3


Pengertian AFTA (Asean Free Trade Area).........................................4
Skema CEPT-AFTA.............................................................................5
Tujuan Pembentukan AFTA.................................................................5
Penerapan AFTA Secara Penuh............................................................6
Dampak AFTA......................................................................................6
Bab III Penutup...............................................................................................9
Kesimpulan............................................................................................9
Saran......................................................................................................9
Daftar Pustaka...............................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang AFTA

Fenomena penduduk dewasa ini memang sangat mengkhawatirkan.


Terjadinya ledakan penduduk mengakibatkan jumlah populasi semakin bertambah
namun tidak diimbangi dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
Kondisi perekonomian Indonesia yang semakin tidak menentu menyebabkan
banyak permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satunya
adalah semakin tingginya tingkat kemiskinan penduduk, baik di pedesaan maupun
di perkotaan yang mengakibatkan semakin berkurangnya kemampuan penduduk
dalam memenuhi kebutuhannya, yaitu kebutuhan primer, sekunder, maupun
tersier. Maka dari itu jelas, Indonesia tidak mungkin dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri untuk mensejahterahkan rakyat. Dengan begitu sebagai
suatu Negara, Indonesia perlu melakukan perdagangan internasional.
Sebagai negara yang secara geografis terletak di Asia Tenggara dan atas
dasar kesamaan letak geografis itu maka dibentuklah suatu organisasi bernama
ASEAN (Asosiation of South East Asia Nation). Pembentukan organisasi tersebut
tidaklah semata – mata karena kesamaan letak geografis saja, namun secara ranah
sejarahnya seluruh anggota ASEAN adalah bekas jajahan negara kolonial. Dalam
organisasi tersebut terjalinlah suatu kerjasama dagang dalam wadah AFTA.
ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud kesepakatan dari negara-
negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam
rangka meningkatkan daya saing ekonomi di kawasan regional ASEAN dengan
menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar
regional bagi 500 juta penduduknya.
AFTA dibentuk pada waktu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke
IV di Singapura tahun 1992. Awalnya AFTA ditargetkan sebagai basis produksi
dunia dalam waktu 15 tahun (1993-2008), Kemudian dipercepat menjadi tahun
2003, dan terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002. Skema Common Effective
Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area ( CEPT- AFTA) merupakan
suatu skema untuk mewujudkan AFTA melalui penurunan tarif hingga menjadi 0-

1
5%, penghapusan pembatasan kuantitatif dan hambatan-hambatan non tarif
lainnya. Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya
kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai
Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan
Thailand, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
kriteria penilaian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial serta untuk memahami
AFTA sebagai organisasi kerja sama internasional.

C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah untuk mengetahui sejarah, dampak,
tujuan, pengertian, dan hal lainnya dari AFTA.

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah organisasi AFTA ?
2. Pengertian AFTA ?
3. Bagaimana skema Cept-AFTA ?
4. Apa tujuan pembentukan AFTA ?
5. Bagaimana penerapan AFTA secara penuh ?
6. Apa saja dampak dari AFTA ?

2
BAB II
PEMBAHASAN MATERI

A. Sejarah Organisasi AFTA (Asean Free Trade Area)


AFTA atau kawasan perdagangan bebas adalah suatu bentuk kerja sama
negara-negara anggota ASEAN untuk membentuk kawasan perdagangan bebas.
Pembentukan AFTA berdasarkan pertemuan para menteri ekonomi anggota
ASEAN pada tahun 1994 di Chiang Mai, Thailand.

Gambar 2.1 Logo AFTA


Pertemuan Chiang Mai menghasilkan tiga keputusan penting sebagai
berikut:
1. Seluruh anggota ASEAN sepakat bahwa pembentukan kawasan
perdagangan bebas dipercepat pelaksanaannya dari tahun 2010 menjadi
2005.
2. Jumlah produk yang telah disetujui masuk dalam daftar AFTA
(inclusion list/IL) ditambah dan semua produk yang tergolong dalam
temporary exclusion list/TEL secara bertahap akan masuk IL. Semua
produk TEL diharapkan masuk dalam IL pada tanggal 1 Januari 2000.
3. Memasukkan semua produk pertama yang belum masuk dalam skema
common effective preferential tariff (CEPT) yang terbagi sebagai
berikut:
a. Daftar produk yang segera masuk dalam IL menjadi immediate
inclusion list/IIL mulai tarifnya menjadi 0–5% pada tahun 2003.
b. Produk yang memiliki sensitivitas (sensitive list), seperti beras dan
gula, akan diperlakukan khusus di luar skema CEPT.
c. Produk dalam kategori TEL akan menjadi IL pada tahun 2003.

3
Negara-negara anggota ASEAN menggagas melaksanakan AFTA dengan
tujuan:

1. Meningkatkan perdagangan dan spesialisasi di lingkungan keanggotaan


ASEAN.
2. Meningkatkan jumlah ekspor negara-negara anggota ASEAN.
3. Meningkatkan investasi dalam kegiatan produksi dan jasa antaranggota
ASEAN.
4. Meningkatkan masuknya investasi dari luar negara anggota ASEAN.

B. Pengertian AFTA (Asean Free Trade Area)


Istilah perdagangan bebas identik dengan adanya hubungan dagang antar
negara anggota maupun negara non-anggota. Dalam implementasinya
perdagangan bebas harus memperhatikan beberapa aspek yang mempengaruhi
yaitu mulai dengan meneliti mekanisme perdagangan, prinsip sentral dari
keuntungan komparatif (comparative advantage), serta pro dan kontra di bidang
tarif dan kuota, serta melihat bagaimana berbagai jenis mata uang (atau valuta
asing) diperdagangkan berdasarkan kurs tukar valuta asing. AFTA adalah
kawasan perdagangan bebas ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif (bea masuk
0-5%) maupun hambatan non tarif bagi negara-negara anggota ASEAN, melalui
skema CEPT-AFTA. Sebagai contoh dari keanggotaan AFTA adalah sebagai
berikut, Vietnam menjual sepatu ke Thailand, Thailand menjual radio ke
Indonesia, dan Indonesia melengkapi lingkaran tersebut dengan menjual kulit ke
Vietnam.
Melalui spesialisasi bidang usaha, tiap bangsa akan mengkonsumsi lebih
banyak disbanding yang dapat diproduksinya sendiri. Common Effective
Preferential Tarif Scheme (CEPT) adalah program tahapan penurunan tarif dan
penghapusan hambatan non-tarif yang disepakati bersama oleh negara-negara
ASEAN. Maka dalam melakukan pedagangan sesama anggota biaya operasional
mampu ditekan sehingga akan menguntungkan.

4
C. Skema CEPT-AFTA
Pada pelaksanaan perdagangan bebas khususnya di Asia Tenggara yang
tergabung dalam AFTA proses perdagangan tersebut tersistem pada skema CEPT-
AFTA. Common Effective Preferential Tarif Scheme (CEPT) adalah program
tahapan penurunan tarif dan penghapusan hambatan non-tarif yang disepakati
bersama oleh negara-negara ASEAN.
Dalam skema CEPT-AFTA barang – barang yang termasuk dalam tariff
scheme adalah semua produk manufaktur, termasuk barang modal dan produk
pertanian olahan, serta produk-produk yang tidak termasuk dalam definisi produk
pertanian. Produk-produk pertanian sensitive dan highly sensitive dikecualikan
dari skema CEPT. Dalam skema CEPT, pembatasan kuantitatif dihapuskan segera
setelah suatu produk menikmati konsesi CEPT, Sedangkan hambatan non-tarif
dihapuskan dalam jangka waktu 5 tahun setelah suatu produk menikmati konsensi
CEPT.

D. Tujuan Pembentukan AFTA


Adapun tujuan dari pembentukan AFTA itu sendiri diantaranya sebagai
berikut:
1. Meningkatkan daya saing ekonomi negara-negara ASEAN dengan
menjadikan ASEAN sebagai basis produksi pasar dunia.
2. Untuk menarik investasi dan meningkatkan perdagangan antar anggota
ASEAN.
3. Meningkatkan investasi di antara negara-negara anggota.

Oleh karena itu, penerapan AFTA guna meningkatkan perdagangan antar


anggota juga memiliki beberapa persyaratan produk yang harus dipenuhi yaitu :
1. Produk yang bersangkutan harus sudah masuk dalam Inclusion List (IL)
dari Negara eksportir maupun importir.
2. Produk tersebut harus mempunyai program penurunan tarif yang
disetujui oleh Dewan AFTA (AFTA Council);
3. Produk tersebut harus memenuhi persyaratan kandungan lokal 40%.
Suatu produk dianggap berasal dari negara anggota ASEAN apabila

5
paling sedikit 40% dari kandungan bahan didalamnya berasal dari negara
anggota ASEAN.

E. Penerapan AFTA Secara Penuh


AFTA diberlakukan secara penuh untuk negara ASEAN sejak 1 Januari
2002 dengan fleksibilitas (terhadap produk-produk tertentu tarifnya masih
diperkenankan lebih dari 0 - 5%). AFTA 2002 tidak mencakup pula adanya
kebebasan keluar masuk sektor jasa (misalnya arus perpindahan tenaga) di negara-
negara ASEAN. CEPT-AFTA hanya mencakup pembebasan arus perdagangan
barang. Sedangkan liberalisasi sektor jasa di atur sendiri dengan kesepakatan yang
di sebut ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS), dimana
liberalisasinya ditargetkan tercapai pada tahun 2020. Perkembangan terakhir
AFTA Dalam KTT Informal ASEAN III para kepala negara menyetujui usulan
dari Singapura untuk menghapuskan semua bea masuk pada tahun 2010 untuk
negara-negara ASEAN-6 dan tahun 2015 untuk negara-negara baru ASEAN.
Selanjutnya dalam KTT ASEAN-Cina tahun 2001, telah di sepakati pembentukan
ASEAN-Cina Free Trade Area dalam waktu 10 tahun.

F. Dampak AFTA
Ada banyak dampak suatu perjanjian perdagangan bebas, antara lain
spesialisasi dan peningkatan volume perdagangan. Sebagai contoh, ada dua
negara yang dapat memproduksi dua barang, yaitu A dan B, tetapi kedua negara
tersebut membutuhkan barang A dan B untuk dikonsumsi.
Secara teoretis, perdagangan bebas antara kedua negara tersebut akan
membuat negara yang memiliki keunggulan komparatif (lebih efisien) dalam
memproduksi barang A (misalkan negara pertama) akan membuat hanya barang
A, mengekspor sebagian barang A ke negara kedua, dan mengimpor barang B
dari negara kedua.
Sebaliknya, negara kedua akan memproduksi hanya barang B, mengekspor
sebagian barang B ke negara pertama, dan akan mengimpor sebagian barang A
dari negara pertama. Akibatnya, tingkat produksi secara keseluruhan akan
meningkat (karena masing-masing negara mengambil spesialisasi untuk

6
memproduksi barang yang mereka dapat produksi dengan lebih efisien) dan pada
saat yang bersamaan volume perdagangan antara kedua negara tersebut akan
meningkat juga (dibandingkan dengan apabila kedua negara tersebut
memproduksi kedua jenis barang dan tidak melakukan perdagangan).
Saat ini AFTA sudah hampir seluruhnya diimplementasikan. Dalam
perjanjian perdagangan bebas tersebut, tarif impor barang antarnegara ASEAN
secara berangsur-angsur telah dikurangi. Saat ini tarif impor lebih dari 99 persen
dari barang-barang yang termasuk dalam daftar Common Effective Preferential
Tariff (CEPT) di negara-negara ASEAN-6 (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura, dan Thailand) telah diturunkan menjadi 5 persen hingga 0 persen.
Sesuai dengan teori yang dibahas di atas, AFTA tampaknya telah dapat
meningkatkan volume perdagangan antarnegara ASEAN secara signifikan.
Ekspor Thailand ke ASEAN, misalnya, mengalami pertumbuhan sebesar 86,1
persen dari tahun 2000 ke tahun 2005. Sementara itu, ekspor Malaysia ke negara-
negara ASEAN lainnya telah mengalami kenaikan sebesar 40,8 persen dalam
kurun waktu yang sama.
Adanya AFTA telah memberikan kemudahan kepada negara-negara
ASEAN untuk memasarkan produk-produk mereka di pasar ASEAN
dibandingkan dengan negara-negara non-ASEAN. Untuk pasar Indonesia,
kemampuan negara-negara ASEAN dalam melakukan penetrasi pasar kita bahkan
masih lebih baik dari China. Hal ini terlihat dari kenaikan pangsa pasar ekspor
negara ASEAN ke Indonesia yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
kenaikan pangsa pasar China di Indonesia.
Pada tahun 2001 pangsa pasar ekspor negara-negara ASEAN di Indonesia
mencapai 17,6 persen. Implementasi AFTA telah meningkatkan ekspor negara-
negara ASEAN ke Indonesia. Akibatnya, pangsa pasar ASEAN di Indonesia
meningkat dengan tajam. Dan pada tahun 2005 pangsa pasar negara-negara
ASEAN di Indonesia mencapai 29,5 persen.
Berbeda dengan anggapan kita selama ini bahwa ternyata daya penetrasi
produk-produk China di Indonesia tidak setinggi daya penetrasi produk-produk
negara ASEAN. Pada tahun 2001 China menguasai sekitar 6,0 persen dari total
impor Indonesia. Pada tahun 2005 baru mencapai 10,1 persen, masih jauh lebih

7
rendah dari pangsa pasar negara-negara ASEAN. Jadi, saat ini produk-produk dari
negara ASEAN lebih menguasai pasar Indonesia dibandingkan dengan produk-
produk dari China.
Sebaliknya, berbeda dengan negara-negara ASEAN yang lain, tampaknya
belum terlalu diperhatikan potensi pasar ASEAN, dan lebih menarik dengan
pasar-pasar tradisional, seperti Jepang dan Amerika Serikat. Hal ini terlihat dari
pangsa pasar ekspor kita ke negara-negara ASEAN yang tidak mengalami
kenaikan yang terlalu signifikan sejak AFTA dijalankan. Pada tahun 2000,
misalnya, pangsa pasar ekspor Indonesia di Malaysia mencapai 2,8 persen. Dan
pada tahun 2005 hanya meningkat menjadi 3,8 persen. Hal yang sama terjadi di
pasar negara-negara ASEAN lainnya.
Produsen internasional tidak harus mempunyai pabrik di setiap negara untuk
dapat menyuplai produknya ke negara-negara tersebut. Produsen internasional
dapat memilih satu negara di kawasan ini untuk dijadikan basis produksinya dan
memenuhi permintaan produknya di negara di sekitarnya dari negara basis
tersebut. Turunnya tarif impor antarnegara ASEAN membuat kegiatan ekspor-
impor antarnegara ASEAN menjadi relatif lebih murah dari sebelumnya.
Tentunya negara yang dipilih sebagai negara basis suatu produk adalah yang
dianggap dapat membuat produk tersebut dengan lebih efisien (spesialisasi).
Negara-negara di kawasan ini tentunya berebut untuk dapat menjadi pusat
produksi untuk melayani pasar ASEAN karena semakin banyak perusahaan yang
memilih negara tersebut untuk dijadikan pusat produksi, akan semakin banyak
lapangan kerja yang tersedia. Sayangnya, Indonesia tampaknya masih tertinggal
dalam menciptakan daya tarik untuk dijadikan pusat produksi.

8
BAB III
PENUTU
P

A. Kesimpulan
Kerja sama ekonomi internasional mempunyai cakupan yang lebih luas
daripada perdagangan internasional. Dengan demikian kerja sama ekonomi
internasional adalah hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam
bidang ekonomi melalui kesepakatan – kesepakatan tertentu, dengan memegang
prinsip keadilan dan saling menguntungkan.
ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah kawasan perdagangan bebas
ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan
non tarif bagi negara-negara anggota ASEAN, melalui skema CEPT-AFTA.
Sebagai contoh dari keanggotaan AFTA adalah sebagai berikut, Vietnam menjual
sepatu ke Thailand, Thailand menjual radio ke Indonesia, dan Indonesia
melengkapi lingkaran tersebut dengan menjual kulit ke Vietnam.
Melalui spesialisasi bidang usaha, tiap bangsa akan mengkonsumsi lebih
banyak dibandingyang dapat diproduksinya sendiri. Namun dalam konsep
perdagang tersebut tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan
non-tarif bagi negara – negaraASEAN melalui skema CEPT-AFTA. Common
Effective Preferential Tarif Scheme (CEPT) adalah program tahapan penurunan
tarif dan penghapusan hambatan non-tarif yang disepakati bersama oleh negara-
negara ASEAN. Maka dalam melakukan pedagangan sesama anggota biaya
operasional mampu ditekan sehingga akan menguntungkan.

B. Saran
Penulis hanya mau menyarankan kepada para pembaca sekalian bahwa
kerjasama antar suatu negara dengan negara lain itu sangat di pentingkan, dalam
hal ini untuk kemajuan ekonomi bangsa.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kompas.com. 2020. Asean Free Trade Area (AFTA): Sejarah, Tujuan, dan
Dampaknya.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/17/060000369/asean-free-
trade-area-afta-sejarah-tujuan-dan-dampaknya. Diakses pada 18 Januari
2022.

Maribelajar. 2021. Afta Adalah. https://materibelajar.co.id/afta-adalah/. Diakses


pada 18 Januari 2022.

Maxmanroe. 2019. Pengertian AFTA (Sejarah, Tujuan, dan Anggota AFTA).


https://www.maxmanroe.com/vid/organisasi/pengertian-afta-adalah.html.
Diakses pada 18 Januari 2022.

Setiawan, Iwan dkk. 2018. Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai