Anda di halaman 1dari 15

Asean Free Trade Area

Disusun Oleh :
1. Siti Holifah
2. Siti Mareta Hartono
3. Faisya Citra Tsabita
4. Tia Andani
5. Virginia Nasution
6. Yoncen Al-farizi

Kelas : XII IPS 1


Guru Pembimbing : Apris Asmoro, S. Pd

SMA NEGERI 4 PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2021- 2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia – Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam makalah ini kami membahas mengenai “AFTA” yang mana makalah ini kami buat
sebagai tugas pembahasan materi pada mata pelajaran Geografi.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
guna penyempurnaan isi makalah ini saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
Para Pembaca. Dan kami mengharapkan agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang
membaca, baik dalam hal pengetahuan maupun yang lainnya.

Palembang, 04 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1

a. Latar Belakang.............................................................................................................. 1

b. Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 2

c. Manfaat Penulisan........................................................................................................ 2

d. Rumusan Masalah......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 3

a. Pengertian AFTA........................................................................................................... 3

b. Sejarah AFTA................................................................................................................. 3

c. Apa tujuan dibentuk nya AFTA...................................................................................... 4

d. Dampak Pembentukan AFTA......................................................................................... 5

e. Negara yang berkerjasama dengan AFTA ..................................................................... 9

f. Bentuk kerja sama AFTA ................................................................................................ 9

BAB III PENUTUP........................................................................................................ 10

a. Kesimpulan................................................................................................................... 10

b. Saran............................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fenomena penduduk dewasa ini memang sangat mengkhawatirkan. Terjadinya ledakan.


penduduk mengakibatkan jumlah populasi semakin bertambah namun tidak diimbangidengan
adanya pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Kondisi perekonomian Indonesiayang semakin
tidak menentu menyebabkan banyak permasalahan yang timbul dalamkehidupan bermasyarakat.
Salah satunya adalah semakin tingginya tingkat kemiskinan penduduk baik di pedesaan maupun
di perkotaan,yang mengakibatkan semakin berkurangnya kemampuan penduduk dalam
memenuhi kebutuhannya yaitu kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier. Maka dari itu
jelas,Indonesia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhannya sendiri untuk kesejahteraan rakyat.
Dengan begitu sebagai suatuNegara, Indonesia perlu melakukan perdangan internasional.

Sebagai negara yang secara geografis terletak di Asia Tenggara bersama dengan Sembilan
negara lainnya dan atas dasar kesamaan letak geografis itu maka dibentuklah suatuorganisasi
bernama ASEAN (Asosiation South East Asia Nation).Pembentukan organisasi tersebut tidaklah
semata – mata karena kesamaan letak geografis saja, namun secara ranah sejarahnya seluruh
anggotaASEAN adalah bekas jajahan negara kolonial. Dalam organisasi tersebut terjalinlah
suatu kerjasama dagang dalam wadah AFTA. ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan
wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas
perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan
menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta serta menciptakan pasar regional bagi
500 juta penduduknya.

AFTA dibentuk pada waktu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura
tahun 1992. Awalnya AFTA ditargetkan ASEAN FreeTrade Area (AFTA) merupakan wujud
dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas
perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan
menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia akan dicapai dalam waktu 15 tahun (1993-
2008), kemudian dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir dipercepat lagi menjadi tahun
2002. Skema Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area ( CEPT-
AFTA) merupakan suatu skema untuk 1 mewujudkan AFTA melalui penurunan tarif hingga
menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan kwantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya.

Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan untuk
menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai Darussalam pada tahun 2010,
Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar
dan Vietnam pada tahun 2015.

1
B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu kriteria penilaian
Mata Pelajaran Geografi tentang kerjasama ekonomi antarnegara serta mengetahui tentang
AFTA sebagai organisasi kerja sama Internasional.

C. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengertian, sejarah, dampak, anggota,
tujuan terbentuk dan hal yang lainnya dari AFTA.

D. Rumusan Masalah

Yang Menjadi Pokok Permasalahan Dari Makalah Ini Antara Lain Sebagai Berikut :

1. Pengertian AFTA ?

2. Bagaimana sejarah organisasi AFTA ?

3. Apa tujuan pembentukan AFTA ?

4. Apa saja dampak AFTA ?

5. Negara mana saja yang menganut/ mengikuti AFTA ?

6. Apa saja bentuk kerja sama dari AFTA ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian AFTA

Asean Free Trade Area (AFTA) merupakan salah satu bentuk kerja sama negara-negara
kawasan Asia Tenggara di bidang ekonomi. Kerja sama diperlukan karena setiap negara pastinya
akan selalu berupaya meningkatkan kesejahteraan perekonomiannya, termasuk juga yang
dilakukan negara-negara ASEAN.

Untuk mencapai kesejahteraan tersebut, salah satu caranya adalah melakukan kerja sama
dalam bidang ekonomi internasional melalui AFTA. Karena secara ekonomis, pembentukan
AFTA menjadikan kegiatan ekonomi di ASEAN menjadi lebih luas.

B. Sejarah Terbentuknya AFTA

AFTA terbentuk pada tahun 1992, yang dilatarbelakangi oleh munculnya perubahan
diakibatkan oleh transisi terbentuknya dunia baru hingga adanya keinginan untuk menggalang
persatuan regional.

Pada tahun 1992, ASEAN sedang menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
ke-4 di Singapura. Dari keenam negara ASEAN yang menjadi anggota peserta KTT, terciptalah
suatu kesepakatan untuk membuat zona perdagangan bebas atau disebut dengan AFTA.
Terbentuknya AFTA bukan semata-mata tanpa alasan. Terdapat sejumlah faktor yang
melatarbelakangi didirikannya organisasi yang dinaungi oleh ASEAN ini. Diantaranya adalah
sebagai berikut.

Munculnya perubahan eksternal, yakni masa transisi terbentuknya tatanan dunia baru.
Keinginan untuk saling memajukan ekonomi negara anggota ASEAN.Keinginan untuk
meningkatkan investasi asing langsung ke ASEAN Keinginan untuk menggalang persatuan
3
regional untuk meningkatkan posisi dan daya saing. Sebelumnya pembentukan kerjasama
regional semacam ini sudah lebih dulu terbentuk di Eropa dan Amerika.

Dengan demikian AFTA terbentuk pada tahun 1992, yang dilatarbelakangi oleh munculnya
perubahan diakibatkan oleh transisi terbentuknya dunia baru hingga adanya keinginan untuk
menggalang persatuan regional.

C. Tujuan Terbentuknya AFTA

AFTA merupakan hal yang penting, karena dengan kerja sama ini negara ASEAN dapat
meningkatkan bidang ekonominya, berupa pasar bisnis yang meliputi kegiatan produksi
distribusi maupun konsumsi.

Secara umum AFTA bertujuan meningkatkan daya saing ekonomi negara-negara ASEAN
dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi pasar dunia untuk menarik investasi dan
meningkatkan perdagangan antaranggota ASEAN.

Dalam kesepakatan, AFTA direncanakan berpoerasi penuh pada 2008, namun dalam
perkembangannya dipercepat menjadi tahun 2003.

Mekanisme utama untuk mencapai tujuan di atas adalah skema Common Effective
Preferential Tariff (CEPT) yang bertujuan agar barang-barang yang diproduksi di antara negara
ASEAN yang memenuhi ketentuan setidak-tidaknya 40 persen kandungan lokal akan dikenai
tarif hanya 0-5 persen. AFTA dicanangkan dengan instrumen CEPT, yang dikenalkan pada
Januari 1993. Pada 2002, ASEAN mengemukakan komitmen utama di bawah CEPT-AFTA
meliputi empat program, yaitu:

1. Pengurangan tingkat tarif dalam perdagangan secara efektif dana sama di antara negara-
negara ASEAN hingga mencapai 0-5 persen.

2. Penghapusan hambatan-hambatan kuantitatif dan hambatan-hambatan nontarif.

3. Mendorong pembentukan kerja sama untuk mengembangkan fasilitas pada sektor


perdagangan, terutama bidang bea masuk serta standar dan kualitatif.

4. Penetapan kandungan lokal dalam produk sebesar 40 persen.

Adapun tujuan lain dari AFTA adalah:

 Meningkatkan daya saing ekonomi antar negara-negara ASEAN, dengan cara


menjadikan ASEAN sebagai tujuan pasar dunia

4
 Menarik investor asing ke ASEAN untuk meningkatkan perdagangan di antara anggota
ASEAN
 Menghapus biaya pajak ekspor dan impor negara-negara yang tergolong anggota
ASEAN

D. Dampak Pembentukan AFTA

Ada banyak dampak suatu perjanjian perdagangan bebas, antara lain spesialisasi dan
peningkatan volume perdagangan. Sebagai contoh, ada dua negara yang dapat memproduksi dua
barang, yaitu A dan B, tetapi kedua negara tersebut membutuhkan barang A dan B untuk
dikonsumsi.

Secara teoretis, perdagangan bebas antara kedua negara tersebut akan membuat negara
yang memiliki keunggulan komparatif (lebih efisien) dalam memproduksi barang A (misalkan
negara pertama) akan membuat hanya barang A, mengekspor sebagian barang A ke negara
kedua, dan mengimpor barang B dari negara kedua.

Sebaliknya, negara kedua akan memproduksi hanya barang B, mengekspor sebagian


barang B ke negara pertama, dan akan mengimpor sebagian barang A dari negara pertama.
Akibatnya, tingkat produksi secara keseluruhan akan meningkat (karena masing-masing negara
mengambil spesialisasi untuk memproduksi barang yang mereka dapat produksi dengan lebih
efisien) dan pada saat yang bersamaan volume perdagangan antara kedua negara tersebut akan
meningkat juga (dibandingkan dengan apabila kedua negara tersebut memproduksi kedua jenis
barang dan tidak melakukan perdagangan).

Saat ini AFTA sudah hampir seluruhnya diimplementasikan. Dalam perjanjian


perdagangan bebas tersebut, tarif impor barang antarnegara ASEAN secara berangsur-angsur
telah dikurangi. Saat ini tarif impor lebih dari 99 persen dari barang-barang yang termasuk dalam
daftar Common Effective Preferential Tariff (CEPT) di negara-negara ASEAN-6 (Brunei,
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand) telah diturunkan menjadi 5 persen
hingga 0 persen.

Sesuai dengan teori yang dibahas di atas, AFTA tampaknya telah dapat meningkatkan
volume perdagangan antarnegara ASEAN secara signifikan. Ekspor Thailand ke ASEAN,
misalnya, mengalami pertumbuhan sebesar 86,1 persen dari tahun 2000 ke tahun 2005.
Sementara itu, ekspor Malaysia ke negara-negara ASEAN lainnya telah mengalami kenaikan
sebesar 40,8 persen dalam kurun waktu yang sama.

Adanya AFTA telah memberikan kemudahan kepada negara-negara ASEAN untuk


memasarkan produk-produk mereka di pasar ASEAN dibandingkan dengan negara-negara non-
ASEAN. Untuk pasar Indonesia, kemampuan negara-negara ASEAN dalam melakukan penetrasi
pasar kita bahkan masih lebih baik dari China. Hal ini terlihat dari kenaikan pangsa pasar ekspor
5
negara ASEAN ke Indonesia yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan pangsa pasar
China di Indonesia.

Pada tahun 2001 pangsa pasar ekspor negara-negara ASEAN di Indonesia mencapai 17,6
persen. Implementasi AFTA telah meningkatkan ekspor negara-negara ASEAN ke Indonesia.
Akibatnya, pangsa pasar ASEAN di Indonesia meningkat dengan tajam. Dan pada tahun 2005
pangsa pasar negara-negara ASEAN di Indonesia mencapai 29,5 persen.

Berbeda dengan anggapan kita selama ini bahwa ternyata daya penetrasi produk-produk
China di Indonesia tidak setinggi daya penetrasi produk-produk negara ASEAN. Pada tahun
2001 China menguasai sekitar 6,0 persen dari total impor Indonesia. Pada tahun 2005 baru
mencapai 10,1 persen, masih jauh lebih rendah dari pangsa pasar negara-negara ASEAN. Jadi,
saat ini produk-produk dari negara ASEAN lebih menguasai pasar Indonesia dibandingkan
dengan produk-produk dari China.

Sebaliknya, berbeda dengan negara-negara ASEAN yang lain, tampaknya belum terlalu
diperhatikan potensi pasar ASEAN, dan lebih menarik dengan pasar-pasar tradisional, seperti
Jepang dan Amerika Serikat. Hal ini terlihat dari pangsa pasar ekspor kita ke negara-negara
ASEAN yang tidak mengalami kenaikan yang terlalu signifikan sejak AFTA dijalankan. Pada
tahun 2000, misalnya, pangsa pasar ekspor Indonesia di Malaysia mencapai 2,8 persen. Dan pada
tahun 2005 hanya meningkat menjadi 3,8 persen. Hal yang sama terjadi di pasar negara-negara
ASEAN lainnya.

Produsen internasional tidak harus mempunyai pabrik di setiap negara untuk dapat
menyuplai produknya ke negara-negara tersebut. Produsen internasional dapat memilih satu
negara di kawasan ini untuk dijadikan basis produksinya dan memenuhi permintaan produknya
di negara di sekitarnya dari negara basis tersebut. Turunnya tarif impor antarnegara ASEAN
membuat kegiatan ekspor-impor antarnegara ASEAN menjadi relatif lebih murah dari
sebelumnya. Tentunya negara yang dipilih sebagai negara basis suatu produk adalah yang
dianggap dapat membuat produk tersebut dengan lebih efisien (spesialisasi).

Negara-negara di kawasan ini tentunya berebut untuk dapat menjadi pusat produksi untuk
melayani pasar ASEAN karena semakin banyak perusahaan yang memilih negara tersebut untuk
dijadikan pusat produksi, akan semakin banyak lapangan kerja yang tersedia. Sayangnya,
Indonesia tampaknya masih tertinggal dalam menciptakan daya tarik untuk dijadikan pusat
produksi.

Secara singkat, AFTA dalam pelaksanaanya membawa dampak positif dan negatif
terhadap perekonomian di negara-negara ASEAN.

6
Dampak positif :

1. Meningkatkan jumlah produksi di negara-negara ASEAN.

2. Peningkatan ekspor sehingga menambah pendapatan pada setiap negara-negara ASEAN.

3. Bisa memenuhi kebutuhan barang yang masih belum bisa diproduksi atau belum mencukupi
permintaan dalam negeri.

4. Terbukanya pasar internasional yang berdampak meluasnya jangkauan pemasaran pelaku


industri di negara-negara ASEAN.

5. Meningkatkan kerja sama perdagangan yang saling menguntungkan diantara negara-negara


ASEAN.

Dampak Negatif :

1. Adanya persaingan perdagangan di negara-negara ASEAN.

2. Mematikan produksi dalam negeri, jika tidak bisa bersaing dengan produk luar negeri.

3. Munculnya sifat konsumerisme.

7
Lalu apa pengaruhnya
bagi negara indonesia
ya??

Bagi Indonesia, kerja sama AFTA merupakan peluang yang sangat terbuka untuk kegiatan
ekspor komoditas pertanian yang selama ini menjadi komoditas tebesar yang dihasilkan
Indonesia dan dapat bersaing secara kompetitif pada pasar regional.

Meski demikian, pemerintah Indonesia memiliki tantangan tersendiri untuk mencapai


ekspor komoditas pertanian ke pasar ASEAN.

Hal itu mengingat beberapa komoditas pertanian Indonesia saat ini maupun di masa yang
akan datang masih akan dihadapkan pada persoalan dalam peningkatan produksi yang
berkualitas, permodalan, dan kebijakan harga.

Akan tetapi, ada beberapa komoditas yang secara umum dapat dan siap berkompetisi di
pasar regional, seperti minyak kelapa sawit, tekstil, alat-alat listrik, gas alam, dan garmen. Dalam
AFTA, peran negara dalam perdagangan sebenarnya akan direduksi secara signifikan. Sebab,
mekanisme tarif yang merupakan wewenang negara dipangkas.

Itulah mengapa, diperlukan perubahan paradigma yang sangat signifikan, yakni dari
kegiatan perdagangan yang mengandalkan proteksi negara menjadi kemampuan perusahaan
untuk bersaing.

Apabila secara politik dan hukum Indonesia sudah mulai siap melakukan kompetisi
perdegangan, AFTA akan sangat memengaruhi perokonomian negara secara signifikan. Yang
perlu ditekankan ialah penguatan kualitas barang dan hukum yang mengikat ekspor impor di
Indonesia.

8
E. Negara (anggota) yang mengikuti AFTA

Saat AFTA dibentuk pada tahun 1992, anggota ASEAN baru terdiri dari enam negara,
yaitu Indonesia, Brunei, Malaysia,
Filipina, Singapura dan Thailand.

Sebanyak enam negara ASEAN itu,


termasuk Indonesia, langsung bergabung
menjadi anggota AFTA. Sementara
empat anggota ASEAN lainnya baru
meratifikasi AFTA setelah bergabung
dengan ASEAN. Seperti Vietnam baru
bergabung menjadi anggota AFTA pada
1995, Laos dan Myanmar pada 1997, dan
Kamboja pada 1999.Saat ini, AFTA
terdiri dari sepuluh negara anggota
ASEAN.

F. Kerjasama AFTA

1. Perkembangan Perdagangan Bebas ASEAN

Segala aktivitas penerapan kerja sama yang berfokus pada peningkatan ekonomi ASEAN
sejatinya sudah pernah dilakukan setelah KTT Pertama ASEAN di Bali pada 1976. Namun
disayangkan, beberapa tahap-tahap upaya yang telah dilakukan tampaknya tidak dapat bertahan
hingga tidak membawa keuntungan bagi setiap negara anggota ASEAN itu sendiri. Selaras
dengan tumbuhnya proses liberalisasi perdagangan yang dimulai dengan General Agreement on
Tariffs and Trade (GATT) sejak 1947, sistem perdagangan yang bersifat liberal ini menjadi titik
acuan bagi setiap negara di dunia dengan harapan mampu meningkatkan angka kenaikan
kebutuhan dan pertumbuhan ekonominya. Akhirnya hal itu memicu perubahan bagi dunia yang
ditandai dengan penurunan atau bahkan penghapusan tarif maupun non-tarif sebagai salah satu
hambatan perdagangan internasional. Begitu halnya yang terjadi di ASEAN untuk berinisiatif
membentuk ASEAN Free Trade Area (AFTA) sebagai kesepakatan di antara negara-negara
anggotanya agar menjadikan kawasan yang bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya
saing ekonomi kawasan regionalnya, serta pada perkembangan selanjutnya, pelaksanaan
liberalisasi terhadap aliran bebas barang merupakan salah satu elemen utama dalam mewujudkan
ASEAN sebagai pasar bersama berdasarkan produksi.

9
Lambat laun, masuk pada pertemuan KTT ASEAN keempat di Singapura tahun 1992,
AFTA hadir memberikan peluang bagi sejumlah aktivitas kerjasama perdagangan ASEAN
dengan menyepakati bersama untuk diberlakukannya sistem liberalisasi perdagangan bebas yang
mana sistem GATT tersebut dilakukan di kawasan ASEAN. AFTA sendiri dibentuk dengan
tujuan sebagai langkah dari kemajuan cita-cita pembangunan ASEAN untuk mengejar
ketertinggalan daya saing produksi basis dunia, seperti bisa dibandingkan dengan kerjasama
regional kawasan maju Eropa maupun Amerika. Tentunya hal ini memberikan kesan terhadap
usaha yang telah dijalankannya secara efektif menyatakan bahwa tiap negara anggota ASEAN
dapat mampu melaksanakan berbagai kesepakatan AFTA secara bertahap dan diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas perdagangan (ASEAN Secretariat, 2020).

2. Jalur Kemudahan Investasi

Pelaksanaan salah satu pilar ASEAN, meningkatkan integrasi kepentingan ekonomi


dengan cara menurunkan tarif kegiatan keluar masuknya barang, merupakan sebuah hasil usaha
guna menciptakan integrasi sekawasan yang lebih kuat. Tujuan tersebut saling berkaitan antara
satu dengan tujuan pilar lainnya. Pelaksanaannya telah diwujudkan dengan sejumlah
penghapusan kendala tarif maupun non-tarif yang dijalankan oleh AFTA melalui Common
Effective Preferential Tariff (CEPT), yang sesuai dengan konsep teoritis kebijakan liberalisasi
ekonomi yang mencakup 12 hasil produksi di sektor pertanian, otomotif, elektronik, e-ASEAN,
angkatan udara, perikanan, kesehatan, produksi karet, tekstil dan pakaian, pariwisata, produksi
kayu, serta pelayanan logistik (ASEAN Secretariat, 2020).

Pelaksanaan skim CEPT yang diterapkan membawa sejumlah peningkatan terhadap


pergerakan aliran barang-barang produksi yang bersaing. Terlebih lagi sejatinya ASEAN telah
dinilai oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dalam World
Investment Report 2014, menyebutkan bahwa kawasan ASEAN merupakan kawasan yang dapat
meningkatkan dan memberikan peluang terhadap aliran investasi asing langsung (FDI)
(Kemenkeu, 2020). Contohnya pada Singapura yang menempatkan posisinya pertama dan posisi
kedua diraih oleh Indonesia. Hal ini tercatat dalam catatan rentang tahun 2009 hingga 2012,
bahwa FDI yang masuk ke ASEAN meningkat secara signifikan dari US$47 miliar menjadi
US$118 miliar. Hingga 2013 silam, FDI ke ASEAN meningkat lagi menjadi US$125 miliar
(Kemenkeu, 2020).

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerja Sama Ekonomi Internasional Mempunyai Cakupan Yang Lebih Luas Daripada
Perdagangan Internasional. Dengan Demikian Kerja Sama Ekonomi Internasional Adalah
Hubungan Antara Suatu Negara Dengan Negara Lainnya Dalam Bidang Ekonomi Melalui
Kesepakatan – Kesepakatan Tertentu, Dengan Memegang Prinsip Keadilan Dan Saling
Menguntungkan.
Dalam Era Globalisasi Saat Ini, Pelaksanaan Pembangunan Di Indonesia Dan Negara –
Negara Lain Berkaitan Erat Dengan Komitmen – Komitmen Global Dalam Bidang Ekonomi,
Perdagangan, Transaksi Keuangan, Dan Lain – Lain. Indonesia Adalah Anggota PBB Dan
Berbagai Lembaga Lain Di Bawahnya, Serta Di Gerakan Non – Blok.
ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah kawasan perdagangan bebas ASEAN dimana
tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan non tarif bagi negara-negara
anggota ASEAN, melalui skema CEPT-AFTA. Sebagai contoh dari keanggotaan AFTA adalah
sebagai berikut, Vietnam menjual sepatu ke Thailand, Thailand menjual radio ke Indonesia, dan
Indonesia melengkapi lingkaran tersebut dengan menjual kulit ke Vietnam.
Melalui spesialisasi bidang usaha, tiap bangsa akan mengkonsumsi lebih banyak
dibandingyang dapat diproduksinya sendiri. Namun dalam konsep perdagang tersebut tidak ada
hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan non-tarif bagi negara – negaraASEAN
melalui skema CEPT-AFTA. Common Effective Preferential Tarif Scheme (CEPT) adalah
program tahapan penurunan tarif dan penghapusan hambatan non-tarif yang disepakati bersama
oleh negara-negara ASEAN. Maka dalam melakukan pedagangan sesama anggota biaya
operasional mampu ditekan sehingga akan menguntungkan.
B. Saran
Penulis hanya mau menyarankan kepada para pembaca sekalian bahwa kerjasama antar suatu
negara dengan negara lain itu sangat di pentingkan, dalam hal ini untuk kemajuan ekonomi
bangsa. Dapat kita lihat betapa entingnya organisasi AFTAyang di dirikan dengan tujuan tertentu
khususnya dalam perdagangan bebas sehingga masyarakat suatu negara tersebut dapat menjual
produknya ke lingkungan yang luas. Jadi, betapa pentingnya suatu organisasi yang mengatur
perekonomian secara global.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/451272209/AFTA

http://indraitr28.blogspot.com/2015/01/afta.html?m=1

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kawasan_Perdagangan_Bebas_Perbara

https://asean.org/meetingreportparent/asean-free-trade-area-afta-council/

https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/17/060000369/asean-free-trade-area-afta-sejarah-
tujuan-dan-dampaknya

https://pixabay.com/id/images/search/bendera%20indonesia/

12

Anda mungkin juga menyukai