Varian Covid-19 Omicron diyakini berkembang 70 kali lebih cepat dari versi asli corona dan
varian Delta dalam 24 jam. Hal ini diutarakan studi terbaru Universitas Hong Kong, Rabu
(15/12/2021) dan menjelaskan mengapa varian ini menular lebih cepat ke manusia
dibanding varian lainnya.
Indikasi awal menunjukkan bahwa varian Omicron tidak lebih berbahaya daripada varian
Delta, seperti disampaikan Pejabat Kesehatan Amerika Serikat (AS), Minggu (5/12/2021).
Meski begitu, Kepala Penasihat Medis Presiden AS Joe Biden, Anthony Fauci, mengatakan
bahwa ilmuwan membutuhkan lebih banyak informasi sebelum mengambil kesimpulan
tentang tingkat keparahan yang dapat ditimbulkan varian Omicron.
Varian tersebut masuk dalam Variant of Concern atau varian yang menjadi perhatian
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dokter yang pertama kali mendeteksi varian ini di Afrika Selatan, Angelique Coetzee,
mengatakan pasien yang terkena Omicron menunjukkan gejala penyakit ringan.
“Mereka tidak batuk-batuk, kehilangan fungsi indra penciuman maupun indra perasa,”
ujarnya.
Mengambil sampel jaringan dari bronkus, saluran utama tenggorokan ke paru-paru,
penelitian juga menemukan bahwa varian ini tumbuh lebih lambat 10 kali di jaringan paru-
paru manusia. Namun pemimpin penelitian menegaskan penafsiran harus sangat hati-hati
karena penyakit parah virus tidak hanya diukur dari seberapa cepat ia berimplikasi tapi juga
respons kekebalan seseorang, yang mengarak ke badai sitokin.
"Perlu dicatat bahwa dengan menginfeksi lebih banyak orang, virus yang sangat menular
dapat menyebabkan penyakit dan kematian yang lebih parah meskipun virus itu sendiri
mungkin kurang patogen," kata Michael Chan Chi-wai.
"Karena itu, lika digabungkan dengan penelitian terbaru kami yang menunjukkan bahwa
varian Omicron dapat lolos dari kekebalan vaksin dan infeksi di masa lalu, ancaman
keseluruhan dari varian Omicron kemungkinan akan sangat signifikan."
Sampel diambil dari sejumlah pasien yang melakukan operasi. Meskipun bronkus bukanlah
sistem pernapasan bagian atas, para ilmuwan mengatakan ini dapat menyebabkan manusia
mengeluarkan lebih banyak virus dan menularkan infeksi dengan lebih mudah.
Professor mikrobiologi dan imunologi Louisiana State University Health Shreveport, Jeremy
Kamil, mengomentari penelitian ini. Ia mengatakan Delta, yang lebih patogen, sebenarnya
juga menunjukkan replikasi yang lebih lambat ke paru-paru.