Anda di halaman 1dari 3

Nama : M Daffa TP (21)

Kelas : XII MIPA 2

MUTASI COVID 19
Virus COVID-19 adalah virus yang memiliki tingkat kemiripan yang tinggi dengan
coronavirus kelelawar. Berdasarkan hasil penelitian, karena memiliki perbedaan genetik yang
sangat kecil, diperkirakan virus tersebut mulai berpindah menginfeksi manusia di akhir tahun
2019.

Dalam pedoman terbarunya yang dirilis di laman resminya, WHO akhirnya


memasukkan udara sebagai salah satu transmisi atau cara penularan virus Corona. Selain
udara, ada beberapa mode atau cara yang menjadi jalur penyebaran virus Corona, yaitu
dengan penyebaran virus Corona melalui droplet, penyebaran virus Corona melalui udara,
penyebaran virus Corona melalui permukaan yang terkontaminasi, penyebaran virus Corona
melalui fecal-oral atau limbah manusia.

Bermutasinya virus corona menyebabkan lebih mudahnya pemularan. Berbagai


penelitian yang telah dilakukan di Inggris, varian baru virus Corona di Inggris ini dinyatakan
lebih menular dari virus sebelumnya dengan tingkat penularan diperkirakan antara 40% -
70%. Meski virus Corona yang bermutasi lebih mudah meperbanyak diri di dalam tubuh,
tidak ditemukan bahwa mutase virus ini dapat menyebabkan gejala Covid-19 yang lebih
parah. Keparahan infeksi virus Corona masih sangat dipengaruhi oleh factor usia dan ada
tidaknya penyakit penyerta.

Mutasi virus corona ini pertama kali terdeteksi pada bulan September. Pada
November, sekitar seperempat kasus di London adalah varian baru, dan mencapai hampir dua
pertiga kasus pada pertengahan Desember. Menurut Perdana Menteri Boris Johnson, mutasi
virus corona ini diduga meningkatkan transmisi antar manusia sampai dengan 70
persen. Sampai saat ini, belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa mutasi virus
corona terbaru di Inggris lebih mematikan daripada varian virus sebelumnya. Namun, hingga
kini para ahli masih terus memantau dan meneliti varian terbaru virus corona. Hal yang perlu
ditegaskan, mutasi virus corona terbaru ini lebih menular. Artinya, lebih banyak orang
terinfeksi dengan lebih cepat, akan menyebabkan lebih banyak orang membutuhkan
perawatan rumah sakit. Peningkatan transmisi saja sudah cukup untuk menimbulkan masalah
bagi rumah sakit. 
Mutasi pada SARS-CoV-2 telah membentuk ribuan varian baru. Namun, mutasi yang
menimbulkan dampak signifikan ada 4 varian, antara lain Variant of Concern
202012/01 (VOC 202012/01), varian 501Y.V2, varian B.1.207, dan Cluster 5.

a)  Variant of Concern 202012/01 (VOC 202012/01)


Varian ini diperkirakan muncul karena ada perubahan N501Y di dalam
glikoprotein protein spike (N: Asparagin [AAC atau AAU], Y: Tyrosin [UAC atau
UAU]). Varian ini terdefinisi oleh 23 mutasi: 13 nonsynonymous mutation, 4 delesi,
dan 6 nonsense mutation (17 mutasi yang mengubah protein dan 6 lagi tidak). Varian
ini lebih cepat menular daripada varian lain tetapi belum ada data yang cukup untuk
menjelaskan mekanismenya.
Perubahan N501Y ini terjadi di receptor-binding domain (RBD) yang dapat
mengubah sistem pengenalan antibodi dan kespesifikan pengikatan ACE2. Oleh
karena itu, virus ini menjadi lebih menular karena afinitas protein S-nya pun
meningkat.
Walaupun varian ini pertama kali terdeteksi di Inggris, bukan berarti varian ini
berasal dari Inggris. Hanya saja, Inggris melakukan penelitian yang lebih banyak
daripada negara lain sehingga dapat mendeteksi varian ini pertama kali. Varian ini
diprediksi berasal dari orang yang terinfeksi kronis dengan kelainan imun sehingga
memberikan waktu yang lama untuk virus bereplikasi dan ber-evolusi.
Dengan adanya mutasi ini, varian dapat menjadi makin kuat dan kebal akan
vaksin. Namun, butuh waktu yang lama untuk menjadi kebal. Hal ini terjadi karena
SARS-CoV-2 ini tidak bermutasi sesering virus lain seperti HIV atau influenza karena
memiliki proofreading mechanism yang membenarkan kesalahan saat bereplikasi.
b) Cluster 5
Penyebab varian ini muncul diperkirakan karena hewan cerpelai di Denmark.
Mutasi yang menyebabkan varian ini meliputi, antara lain 69–70deltaHV (delesi
histidin dan valin pada posisi ke-69 dan ke-70 pada protein), Y453F (tyrosin berubah
menjadi fenil alanin pada posisi 453 di dalam protein S), I692V (isoleusin menjadi
valin), dan M1229I (metionin menjadi isoleusin).
Tercatat, ada 12 kasus yang terinfeksi varian ini. Pemerintah setempat
memberlakukan lockdown dan memusnahkan cerpelai hingga pada akhirnya, varian
ini dinyatakan musnah.
c) Varian 501.2
Varian ini ditemukan di Afrika Selatan dan dikabarkan varian ini lebih banyak
menginfeksi anak muda tanpa kondisi kesehatan tertentu dan dibandingkan dengan
varian lain, serta lebih sering mengakibatkan penyakit serius pada beberapa kasus.
Ilmuwan mengatakan varian ini lebih mudah berikat pada sel manusia karena
ada tiga mutasi pada RBD -nya, antara lain N501Y (asparagin menjadi tyrosin),
K147N, dan E484K.

Anda mungkin juga menyukai