Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION LBM 1


BLOK KESEHATAN PARIWISATA
“PANDEMI KAPAN BERAKHIR”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

Galbi Widad (018.06.0044)

Tutor : dr. Irsandi Rizki Farmananda, S.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
TAHUN
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah SGD
(Small Group Discussion) LBM 1 yang berjudul “Pandemi Kapan Berakhir”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini membahas mengenai hasil SGD lembar belajar mahasiswa


(LBM) 2 yang berjudul “Pandemi Kapan Berakhir” meliputi seven jumps step
yang dibagi menjadi dua sesi diskusi. Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan
lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini
kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Irsandi Rizki Farmananda, S.Ked. Sebagai dosen fasilitator kelompok
SGD 5 yang senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam
pelaksanaan SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami
dalam berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk
menyusun makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 28 Juli 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB 1 PENDAHULUAN 4

BAB 2 PEMBAHASAN 7

BAB 3 PENUTUP 12

DAFTAR PUSTAKA 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Skenario LBM 1

Wabah virus corona telah ditetapkan sebagai pandemi oleh World Health


Organization (WHO) pada tahun 2020. Sejak dinyatakan sebagai pandemi, kasus
Covid-19 terus meningkat. Mobilitas, interaksi penduduk yang tinggi, keramaian
kerumunan terbukti dalam riset studi epidemiologi terakhir menjadi pemicu
ledakan-ledakan kasus perburukan pandemi COVID-19 di satu negara atau
wilayah. Pemerintah Indonesia maupun WHO menetapkan upaya pencegahan
penyebaran dan penanganan kasus COVID-19 untuk mengatasi pandemi COVID-
19 seperti menerapkan protokol kesehatan 5M, termasuk penyediaan vaksin
COVID-19. Penyebaran virus dan penambahan korban yang cepat menyebabkan
kapasitas rumah sakit overload karena kurangnya penerapan 3 T dan 3 M. Hal ini
berimbas pada kebutuhan tenaga medis dan paramedis yang banyak. Tepat
setahun setelah kasus pertama COVID-19, pemerintah Indonesia menemukan
adanya mutasi virus corona dengan varian baru. Disisi lain secara berkala
Pemerintah Indonesia sedang melakukan program vaksinasi untuk mencegah
terjadinya penyebaran virus corona. Hal itu merupakan komitmen pemerintah
untuk melindungi masyarakat dan upaya mempercepat terbentuknya kekebalan
komunitas.

1.2. Pembahasan Skenario

1.2.1. Pemicu Mutasi Virus Corona

1. Durasi wabah dan kondisi penyebarannya


Penyebab virus Corona COVID-19 bermutasi yang pertama karena
materi genetiknya tunggal. Mutasi yang dialami oleh virus Corona
merupakan perubahan pada materi genetik yang dapat memengaruhi
strukturnya. Bila struktur virus berubah maka cara kerja virus akan
mengalami perubahan juga. Mutasi dari virus Corona terjadi ketika
melakukan replikasi dalam sel tubuh manusia. Virus Corona atau SARS-
CoV-2 adalah jenis virus RNA (ribonucleic acid) dengan materi genetik

4
berantai tunggal. Dari struktur inilah yang menjadikan penyebab virus
Corona COVID-19 bermutasi dengan mudah (Ananta & Rizkon, 2020).
COVID-19 bermutasi juga karena persebaran yang sudah terjadi. Bila
dihitung, pandemi COVID-19 hampir berlangsung selama satu tahun
lamanya. Di negara awal mula kasus infeksi terjadi, yakni China, terhitung
sudah lebih dari satu tahun. Semakin lama durasi wabah dan penyebaran
virus tidak bisa dikendalikanlah yang menjadikannya sebagai penyebab
virus Corona COVID-19 bermutasi. Hal ini membuat potensi mutasinya
disebut menjadi semakin tinggi (Ananta & Rizkon, 2020).
2. Sifat alamiah dari virus
Mutasi merupakan hal yang sangat alami dan virus Corona sebagai
makhluk hidup pasti mengalaminya. Hal ini membuat penyebab virus
Corona COVID-19 bermutasi tidak dapat terelakkan. Virus ini memiliki
hampir 30.000 huruf basa nukleotida (sekumpulan gen). Apabila virus
corona bertahan selama 1 bulan, maka di bulan berikutnya, 1-2 huruf basa
nukleotidanya akan berubah dan menyebabkan mutasi (Ananta & Rizkon,
2020).
3. Perubahan suhu
Penyebab virus Corona COVID-19 bermutasi yang kelima adalah
perubahan suhu. Di mana pun virus berada, dia akan selalu bisa
menyesuaikan diri untuk bereplika. Entah itu dalam suhu panas maupun
dingin (Ananta & Rizkon, 2020).
4. Campur tangan perantara virus
Penyebab virus Corona COVID-19 bermutasi yang terakhir adalah
campur tangan perantara dari virus. Perantara yang dimaksud adalah inang
atau tubuh manusia yang membuatnya mudah menggandakan diri (Ananta
& Rizkon, 2020).

1.2.2. Penjelasan Virus Corona Varian Baru

1. Varian virus corona Inggris B.1.1.7 disebut Alpha Varian

5
B.1.1.7 merupakan varian virus corona yang pertama kali muncul di Inggris pada
Desember 2020. Studi awal mengenai varian baru virus corona tersebut
menunjukkan potensi peningkatan penularan dan rawat inap. Adapun sejumlah
gejala dari varian baru virus corona Alpha ini yakni:

 Demam
 Batuk
 Sulit bernapas
 Menurunnya fungsi indera pengecap dan penciuman
 Keluhan pada saluran pencernaan

2. Varian virus corona Afrika Selatan B.1.351 disebut Beta

Virus corona varian B.1.351 pertama kali ditemukan di Teluk Nelson Mandela,
Afrika Selatan pada Oktober 2020. Dikutip dari Kompas.com (3/5/2021) varian
virus corona B.1351 bisa mempengaruhi netralisasi beberapa antibody, akan tetapi
belum terdeteksi apakah jenis tersebut mampu meningkatkan risiko keparahan
penyakit.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi sebelumnya


mengatakan diduga varian virus corona Beta ini mempengaruhi penurunan efikasi
vaksin Covid-19. Varian virus corona Beta ini juga memiliki kemampuan
penularan yang lebih cepat dan berpotensi mengakibatkan kematian yang tinggi.

3. Varian virus corona Brasil P.1 disebut Gamma Varian

P.1 merupakan varian virus corona yang ditemukan di Brasil. Varian virus corona
Gama ini juga sama dengan varian B.1.352 ditemukan lolos dari netralisasi saat
diinkubasi dengan antibody yang dihasilkan sebagai respon terhadap gelombang
pertama pandemi.

4. Varian India B.1.617.2 disebut Delta

Virus corona varian B.1.617 merupakan varian baru dari mutasi ganda E484Q dan
L452R. E484Q mirip dengan E484K, yang merupakan mutasi yang terlihat pada

6
varian Afrika Selatan B.13.53 dan pada varian Brasil, P1. Adapun L452R juga
terdeteksi dalam varian virus California, B.1.429. Varian virus corona Delta ini
diangggap lebih menular dan bisa menyebar lebih cepat. Varian virus corona
Delta juga sudah menyebar ke sejumlah wilayah di Indonesi antara lain Jakarta.

5. Varian Amerika Serikat B.1.427/B.1.429 disebut Epsilon

Varian virus corona baru ini merupakan varian Callifornia. Melansir dari CNBC,
varian virus corona Epsilon ini diperkirakan menyumbang 52 persen kasus Covid
di California, 41 persen di Nevada, dan 25 persen di Arizona. CDC juga telah
mengklasifikasikan varian virus corona Epsilon ini sebagai varian kekhawatiran
yang berarti ada bukti bahwa varian ini mengarah pada peningkatan penularan dan
penyakit yang lebih parah.

6. Varian virus corona Brasil P.2 disebut Zeta

Varian P2 adalah varian virus corona lain selain varian P1 yang terdeteksi lebih
dulu di Brazil. Varian virus corona Zeta ini juga telah terdeteksi lebih dahulu di
Inggris dan dilaporkan menyebar di Rio de Janeiro. Varian virus corona Zeta ini
meskipun mengandung E484K namun diangggap tak cukup untuk menetapkannya
masuk sebagai Varian kekhawatiran. Melansir dari Belfasttelegraph Varian virus
corona Zeta tidak mengandung mutasi penting lain sebagaimana yang dibawa
varian P1.

7. Varian B.1.525 disebut Eta

Virus corona variaan B.1525 adalah varian yang baru-baru ini diidentifikasi di
Inggris. Para ilmuwan mengawasi varian virus corona Eta ini karena memiliki
beberapa mutasi pada gen protein lonjakan. Mutasi tersebut atermasuk adanya
E484 K. Meski demikian sejauh ini tak ada bukti bahwa virus corona Eta lebih
menular atau mengarah ke penyakit yang lebih parah.

8. Varian Filipina P.3 disebut Theta

7
Varian virus corona asal Filipina ini dideteksi di Filipina pada 13 Maret 2021 dan
ditemukan pada sampel lokal Filipina. Mengutip dari Rappler, meskipun belum
cukup bukti varian virus corona Theta tersebut berdampak pada kesehatan
masyarakat namun tetap ada kemungkinan virus lebih menular dibandingkan versi
asli SARS-CoV-2.

9. Varian Amerika Serikat B.1.526 disebut Iota

Virus corona varian B.1526 mulai ditemukan pada sampel yang dikumpulkan di
New York pada Bulan November 2021. Belum diketahui apakah varian virus
corona Iota lebih menular dibandingkan virus aslinya. Virus virus corona Iota juga
belum tersebar luas, namun tampaknya menyebar cukup efisien melalui wilayah
metropolitan New York dan sekitarnya.

10. Varian India B.1.617.1 disebut Kappa

Varian virus corona Kappa merupakan varian baru yang terdiri dari mutasi ganda.
Di India, yang melaporkan lebih dari 2,7 juta kasus infeksi, sub-garis keturunan
B1617,1 dan B1617,2 ditemukan masing-masing pada 21 persen dan 7 persen dari
semua sampel. B1617.1 dan B1617.2 terbukti resisten terhadap antibodi
Bamlanivimab yang digunakan untuk pengobatan COVID-19, serta
"berkurangnya kerentanan terhadap antibodi netralisasi" untuk B1617.1.
1.2.3. Penjelasan 5M dan 3T

Makna gerakan 5M protokol kesehatan adalah sebagai pelengkap aksi 3M. yaitu
(Kementerian Kesehatan, 2020):

1. Memakai masker,
2. Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir,
3. Menjaga jarak,
4. Menjauhi kerumunan, serta
5. Membatasi mobilisasi dan interaksi.

8
3T adalah upaya untuk semakin menekan penyebaran virus Covid-19, pemerintah
juga memiliki gerakan 3T, yaitu (Kementerian Kesehatan, 2020):

1. Testing,
2. Tracing, dan
3. Treatment.

9
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PHBS Dalam Lingkup Keluarga, Masyarakat, Sekolah & Indikator-


Indikatornya

a. PSBB

Penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 8 ayat (1) dilakukan atas dasar (Kementerian Kesehatan, 2020):

a. Peningkatan jumlah kasus secara bermakna dalam kurun waktu tertentu;

b. Terjadi penyebaran kasus secara cepat di wilayah lain dalam kurun waktu
tertentu; dan

c. Ada bukti terjadi transmisi lokal.

Selain berdasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar juga mempertimbangkan kesiapan
daerah dalam hal-hal yang terkait dengan ketersediaan kebutuhan hidup dasar
rakyat, ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, ketersediaan anggaran dan
operasionalisasi jaring pengaman sosial untuk rakyat terdampak, dan aspek
keamanan (Kementerian Kesehatan, 2020).

b. PPKM

Cakupan pengaturan pemberlakuan pembatasan meliputi Provinsi dan


Kabupaten/Kota yang memenuhi unsure (Kementerian Kesehatan, 2020):

a. Tingkat kematian di atas rata-rata tingkat kematian nasional


b. Tingkat kesembuhan di bawah rata-rata tingkat kesembuhan nasional
c. Tingkat kasus aktif di atas rata-rata tingkat kasus aktif nasional

10
d. Tingkat keterisian tempat tidur Rumah Sakit (Bed Occupancy Rate/BOR)
untuk Intensive Care Unit (ICU) dan ruang isolasi di atas 70%.

2.2. Dampak COVID-19 terhadap bidang pariwisata.

Berbagai macam wisata di Indonesia ditutup akibat covid-19 ini.Namun


setelah diberlakukannya new normal, wisatawisata itupun dibuka kembali namun
dengan menerapkan protokal kesehatan. Penyebaran virus Corona menyebabkan
wisatawan yang berkunjung ke Indonesia akan berkurang. Sektor-sektor
penunjang pariwisata seperti hotel, restoran maupun pengusaha retail pun juga
akan terpengaruh dengan adanya virus Corona. Sepinya wisatawan juga
berdampak pada restoran atau rumah makan yang sebagian besar konsumennya
adalah para wisatawan. Dampak yang dirasakan adalah mengalami penurunan
pendapatan akibat berkurangnya wisatawan pada musim pandemic covid-19 ini
(Ananta & Rizkon, 2020).
Selain itu berdampak juga pada wisawatan mancanegara yang turun drastis
seiring pengurangan penerbangan internasional dan Wisatawan nusantara turun
drastis sejak pandemi, dan akan semakin memburuk seiring social and physical
distancing serta Pandemi tidak hanya memukul pariwisata Indonesia, tetapi juga
secara global, dan di berbagai belahan dunia, usaha perhotelan, jasa penerbangan,
angkutan darat dan laut mencatat penurunan tajam (LPEM-FEB-UI, 2020).

2.3. Kriteria KLB

Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi


salah satu kriteria sebagai berikut:

1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis
penyakitnya.

11
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan
dalam tahun sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau
lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2011).

2.4. Epidemiologi COVID-19

Berawal pada bulan Desember 2019 tepatnya pada tanggal 29 Desember


2019, ditemukan lima kasus pertama pasien pneumonia di Kota Wuhan Provinsi
Hubei, China. Lima orang tersebut dirawat dirumah sakit dengan acute respiratory
distress syndrome dan satu diantaranya meninggal dunia. Sekitar 66% penderita
terpajan di pasar ikan atau pasar makanan laut (Wet Market) Huanan di kota
Wuhan. Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus Covid-19 di
China setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal Februari
2020.Awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan provinsi di sekitar,
kemudian bertambah hingga ke provinsi-provinsi lain dan seluruh China. Tanggal
30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi Covid-19 di China, dan
86 kasus lain dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan, Thailand, Vietnam,
Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Korea
Selatan, Filipina, India, Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, dan Jerman(Susilo
et al., 2020).
Covid-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020
sejumlah dua kasus.Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi

12
berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian. Tingkat mortalitas Covid-19 di
Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara.
Per 30 Maret 2020, terdapat 693.224 kasus dan 33.106 kematian di seluruh dunia.
Eropa dan Amerika Utara telah menjadi pusat pandemi Covid-19, dengan kasus
dan kematian sudah melampaui China. Amerika Serikat menduduki peringkat
pertama dengan kasus Covid-19 terbanyak dengan penambahan kasus baru
sebanyak 19.332 kasus pada tanggal 30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan
6.549 kasus baru. Italia memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu
11,3% (Susilo et al., 2020).
Berdasarkan laporan WHO, pada tanggal 30 Agustus 2020, terdapat
24.854.140 kasus konfirmasi Covid-19 di seluruh dunia dengan 838.924 kematian
(CFR 3,4%). Wilayah Amerika memiliki kasus terkonfirmasi terbanyak, yaitu
13.138.912 kasus. Selanjutnya wilayah Eropa dengan 4.205.708 kasus, wilayah
Asia Tenggara dengan 4.073.148 kasus, wilayah Mediterania Timur dengan
1.903.547 kasus, wilayah Afrika dengan 1.044.513 kasus, dan wilayah Pasifik
Barat dengan 487.571 kasus (World Health Organization, 2020).
Kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia masih terus bertambah.
Berdasarkan laporan Kemenkes RI, pada tanggal 30 Agustus 2020 tercatat
172.053 kasus konfirmasi dengan angka kematian 7343 (CFR 4,3%). DKI Jakarta
memiliki kasus terkonfirmasi kumulatif terbanyak, yaitu 39.037 kasus.Daerah
dengan kasus kumulatif tersedikit yaitu Nusa Tenggara Timur dengan 177 kasus
(Kemenkes RI, 2020).

2.5. Pengendalian Penyakit COVID-19


Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai penularan
COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan baru. Mengingat cara
penularannya berdasarkan droplet infection dari individu ke individu, maka
penularan dapat terjadi baik di rumah, perjalanan, tempat kerja, tempat ibadah,
tempat wisata maupun tempat lain dimana terdapat orang berinteaksi sosial.
Prinsipnya pencegahan dan pengendalian COVID-19 di masyarakat dilakukan
dengan:
a. Pencegahan dan pengendalian penularan pada individu dan masyarakat

13
Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang mengandung
virus SARS-CoV-2 yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mulut
dan mata, untuk itu pencegahan penularan COVID-19 pada individu
dilakukan dengan langkah 5M dan Pola Hidup Bersih dan Sehat.
b. Pencegahan dan pengendalian penularan pada fasilitas layanan kesehatan
Untuk meminimalkan risiko terjadinya pajanan virus SARS-CoV-2
kepada petugas kesehatan dan non kesehatan, pasien dan pengunjung di
fasilitas pelayanan kesehatan, perlu diperhatikan prinsip pencegahan dan
pengendalian risiko penularan sebagai berikut:
1. Menerapkan kewaspadaan isolasi untuk semua pasien

2. Menerapkan pengendalian administrasi

3. Melakukan pendidikan dan pelatihan

2.6. Masa Inkubasi, Gejala, Penyebab, Sumber Dan Cara Penularan Serta
Pengobatan COVID-19

 Penyebab dan penularannya


Covid-19 (coronavirus disease 2019) adalah penyakit yang
disebabkan oleh jenis coronavirus baru yaitu Sars-CoV-2, yang dilaporkan
pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019.Saat ini,
penyebaran Sars-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi sumber transmisi
utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif.Transmisi SARS-CoV-2
dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk atau
bersin. Selain itu, telah diteliti bahwa Sars-CoV-2 dapat viabel pada aerosol
(dihasilkan melalui nebulizer) selama setidaknya 3 jam (Susilo et al., 2020).
Selain itu transmisi Sars-CoV-2 selain melalui droplet juga bisa
melalui kontak, melalui udara (airborne), fomit, fekal-oral, melalui darah, ibu
ke anak, dan binatang ke manusia. Infeksi SARSCoV-2 umumnya
menyebabkan penyakit pernapasan ringan hingga berat dan kematian,
sedangkan sebagian orang yang terinfeksi virus ini tidak pernah menunjukkan
gejala. Untuk transmisi SARS-CoV-2 dapat terjadi melalui kontak langsung,
kontak tidak langsung, atau kontak erat dengan orang yang terinfeksi melalui

14
sekresi seperti air liur dan sekresi saluran pernapasan atau droplet saluran
napas yang keluar saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, atau
menyanyi. Droplet saluran napas memiliki ukuran diameter > 5-10 μm
sedangkan droplet yang berukuran diameter ≤ 5 μm disebut sebagai droplet
nuclei atau aerosol. Transmisi droplet saluran napas dapat terjadi ketika
seseorang melakukan kontak erat (berada dalam jarak 1 meter) dengan orang
terinfeksi yang mengalami gejala-gejala pernapasan (seperti batuk atau
bersin) atau yang sedang berbicara atau menyanyi dalam keadaan-keadaan
ini, droplet saluran napas yang mengandung virus dapat mencapai mulut,
hidung, mata orang yang rentan dan dapat menimbulkan infeksi. Transmisi
kontak tidak langsung di mana terjadi kontak antara inang yang rentan dengan
benda atau permukaan yang terkontaminasi (transmisi fomit) juga dapat
terjadi(WHO, 2020).
 Gejala klinis dan masa inkubasi
Rata-rata masa inkubasi adalah 4 hari dengan rentang waktu 2 sampai
7 hari.Masa inkubasi virus SARS-Cov2 adalah 14 hari. Pada masa 14 hari
tersebut, virus akan mengalami peningkatan akibat perbanyakan virus yang
terjadi, tapi kemudian menurun setelah sistem imun tubuh terbentuk. Periode
bergantung pada usia dan status imunitas pasien. Rerata usia pasien adalah 47
tahun dengan rentang umur 35 sampai 58 tahun serta 0,9% adalah pasien
yang lebih muda dari umur 15 tahun (Levani et al., 2021).
Gejala umum di awal penyakit adalah demam, kelelahan atau myalgia,
batuk kering. Serta beberapa organ yang terlibat seperti pernapasan (batuk,
sesak napas, sakit tenggorokan, hemoptisis atau batuk darah, nyeri dada),
gastrointestinal (diare,mual,muntah), neurologis (kebingungan dan sakit
kepala). Namun tanda dan gejala yang sering dijumpai adalah demam (83-
98%), batuk (76-82%), dan sesak napas atau dyspnea (31-55%). Pasien
dengan gejala yang ringan akan sembuh dalam watu kurang lebih 1 minggu,
sementara pasien dengan gejala yang parah akan mengalami gagal napas
progresif karena virus telah merusak alveolar dan akan menyebabkan
kematian (Levani et al., 2021).
 Perubahan mutasi virus

15
Virus penyebab COVID-19 merupakan virus yang memiliki genom
berupa RNA beruntai tunggal, virus tersebut juga dapat bermutasi.Mutasi
merupakan peristiwa yang senantiasa terjadi secara acak. Peristiwa mutasi ini
terjadi pada saat proses perbanyakan virus. Untuk memperbanyak dirinya,
virus juga perlu menduplikasi genomnya, sehingga ada proses ‘pembentukan
pasangan’. Pada saat pembentukan pasangan genom inilah, apabila terjadi
kesalahan pemilihan ‘pasangan’, mutasi akan terjadi. Meskipun merupakan
virus dengan genom RNA, kecepatan mutasi virus penyebab COVID-19 tidak
secepat virus dengan genom RNA lainnya seperti HIV atau virus
Influenza.Hal ini disebabkan karena pada virus penyebab COVID-19, seperti
juga pada virus corona lainnya, terdapat mekanisme perbaikan mutasi yang
tidak terdapat pada HIV atau virus Influenza. Namun meskipun kecepatan
mutasinya lebih rendah, hal ini tetap mengakibatkan adanya keragaman virus
penyebab COVID-19 sehingga dapat dilakukan pengelompokan virus(Satgas
Covid-19, 2021).
Selain itu, walaupun tidak semua mutasi mengakibatkan perubahan
bentuk protein, namun ada juga mutasi yang dapat mengakibatkan perubahan
bentuk dan kerja dari suatu protein, termasuk protein S pada virus penyebab
COVID-19.Beberapa mutasi yang terjadi pada virus penyebab COVID-19,
yang berakibat pada perubahan bentuk protein S yang mempengaruhi
transmisi virus penyebab COVID-19.Virus Corona ini secara alami mudah
mengalami mutasi sebagai bentuk kemampuan untuk bertahan hidup. Dalam
perkembangannya, ditemukan varian baru virus COVID-19 yaitu B.117 asal
Inggris, kemudian B.1351 asal Afrika Selatan, P.1 asal Brasil, varian mutasi
ganda dari India B. 1617, N439k dari Skotlandia, G614G dari Jerman, dan
mutase E484K. Dalam menghadapi kemungkinan penyebaran serta mutasi
yang terdapat pada virus penyebab COVID-19, maka sangatlah penting untuk
tetap disiplin pada protokol Kesehatan (Satgas Covid-19, 2021).
 Pengobatan/tatalaksana
Prinsip tatalaksana secara keseluruhan menurut rekomendasi WHO
yaitu: Triase, yaitu identifikasi pasien segera dan pisahkan pasien dengan
severe acute respiratory infection (SARI) dan dilakukan dengan

16
memperhatikan prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) yang
sesuai, terapi suportif dan monitor pasien, pengambilan contoh uji untuk
diagnosis laboratorium, tata laksana secepatnya pasien dengan hipoksemia
atau gagal nafas dan acute respiratory distress syndrome (ARDS), syok sepsis
dan kondisi kritis lainnya (Diah Handayani, Dwi Rendra Hadi, dkk, 2020).
Saat ini belum tersedia rekomendasi tata laksana khusus pasien
COVID-19, termasuk antivirus atau vaksin.Tata laksana yang dapat dilakukan
adalah terapi simtomatik dan oksigen.Pada pasien gagal napas dapat
dilakukan ventilasi mekanik. National Health Commission (NHC) China
telah meneliti beberapa obat yang berpotensi mengatasi infeksi SARS-CoV-2,
antara lain interferon alfa (IFN-α), lopinavir/ritonavir (LPV/r), ribavirin
(RBV), klorokuin fosfat (CLQ/CQ), remdesvir dan umifenovir (arbidol)
(Susilo et al., 2020).
A. Terapi Etiologi/Definitif
walaupun belum ada obat yang terbukti meyakinkan efektif melalui uji
klinis, China telah membuat rekomendasi obat untuk penangan COVID-19
dan pemberian tidak lebih dari 10 hari. Rincian dosis dan administrasi sebagai
berikut :
 IFN-alfa, 5 juta unit atau dosis ekuivalen, 2 kali/hari secara inhalasi
 LPV/r, 200 mg/50 mg/kapsul, 2 kali 2 kapsul/hari per oral
 RBV 500 mg, 2-3 kali 500 mg/hari intravena dan dikombinasikan dengan
IFN-alfa atau LPV/r
 Klorokuin fosfat 500 mg (300 mg jika klorokuin), 2 kali/ hari per oral
 Arbidol (umifenovir), 200 mg setiap minum, 3 kali/ hari per oral (Susilo et
al., 2020).
B. Manajemen Simtomatik dan Suportif(Susilo et al., 2020).
 Oksigen
 Antibiotik
 Kortikosteroid
 Vitamin C
 Ibuprofen dan Tiazolidindion
 Profilaksis Tromboemboli Vena

17
 Plasma Konvalesen
 Imunoterapi

18
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan diskusi pada LBM 1 ini dapat disimpulkan bahwa


Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).Kasus
Covid-19 ini dietatapkan sebagai pandemi.Pandemi adalah wabah yang berjangkit
serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas atau tingkat
penyebaran penyakit yang paling tinggi yang menyebar secara cepat ke seluruh
dunia dengan tingkat infeksi yang tinggi.Virus penyebab Covid-19 merupakan
virus yang memiliki genom berupa RNA beruntai tunggal, virus tersebut juga
dapat bermutasi.Mutasi merupakan peristiwa yang senantiasa terjadi secara acak.
Peristiwa mutasi ini terjadi pada saat proses perbanyakan virus.

Covid-19 ini memberikan dampak yang sangat besar untuk semua sector
di Indonesia salah satunya adalah sector pariwisata. Adapun upaya-upaya yang
dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran dan penanganan kasus Covid-19
untuk mengatasi pandemi Covid-19 seperti menerapkan protokol kesehatan
dengan penerapan 3T dan 5M dan penyediaan vaksin Covid-19. Selain itu dokter
memiliki peran yang sangat penting untuk memberikan penangan dan edukasi
terkait dengan kasus covid-19 kepada masyarakat dan diperlukan juga kerjasama
semua pihak supaya proses penyebaran virus covid-19 ini dapat berkurang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ananta, H., & Rizkon, A. (2020). Analisis dampak Covid-19 terhadap Sektor
Pariwisata Sikembang Park Kecamatan Blado Kabupaten Batang. Faklutas
Ilmu Pendidikan, Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas Bahasa Dan Seni,
Univrsitas Negeri Semarang, 17.
Handayani, D, Hadi, D, R, Isbaniah, F, Burhan, E, Agustin, H. (2020). Penyakit
Virus Corona 2019.Jurnal Respirologi Indonesia Volume.40, Nomor. 2.
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonsesia Nomor 2046/MENKES/PER/XII/2011. Jenis Penyakit
Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya
Penanggulangan, 1–30.
Levani, Prastya, & Mawaddatunnadila. (2021). Coronavirus Disease 2019
(COVID-19): Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi. Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan, 17(1), 44–57.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK/article/view/6340
LPEM-FEB-UI. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Pariwisata
Indonesia : Tantangan , Outlook dan Respon Kebijakan. Pusat Kajian Iklim
Usaha Dan GVC - LPEM FEB UI, April.
Retno Asti Werdhani, & Margaretta Prasetyani - Gieseller. (2020). Peran Dokter
Keluarga Pada Masa Pandemi COVID-19: Penanganan di Indonesia dan
Jerman. Journal Of The Indonesian Medical Association, 70(6), 95–99.
https://doi.org/10.47830/jinma-vol.70.6-2020-260
Satgas Covid-19. (2021). Pengendalian Covid-19. In Satuan Tugas Penanganan
Covid-19 (Vol. 53, Issue 9).
Suasti, N,M,A. (2019). Upaya Pengendalian Transmisi Penyakit Menular Pada
wisatawan di Indonesia.Universitas Arlangga Surabaya.
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M.,

20
Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Chen,
L. K., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F.,
Jasirwan, C. O. M., & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019:
Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45.
https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415
WHO. (2020). Transmisi SARS-CoV-2: implikasi terhadap kewaspadaan
pencegahan infeksi. 1–10.

21

Anda mungkin juga menyukai