“VIRUS CORONA”
NISN : 0029177723
Jl. Kebon Kelapa No.2, Tambun, Kec. Tambun Selatan., Bekasi, Jawa Barat 17510
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Virus Corona” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Virus Corona bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Atik Gartika, selaku Guru Bahasa Indonesia
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Virus berasal dari bahasa Latin vīrus yang berarti 'racun' dan cairan berbahaya lainnya. Virus adalah
mikroorganisme patogen yang menginfeksi sel makhluk hidup. Virus hanya dapat bereplikasi di dalam sel
makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan seluler untuk bereproduksi sendiri. Semua
bentuk kehidupan dapat diinfeksi oleh virus, mulai dari hewan, tumbuhan, hingga bakteri dan arkea.
Istilah virus biasanya digunakan pada jenis virus yang menginfeksi sel-sel eukariota, sementara virus
yang menginfeksi sel prokariota—seperti bakteri dan arkea—dikenal sebagai bakteriofag.
Koronavirus ditemukan pada 1960-an. Virus yang paling awal ditemukan adalah virus bronkitis
infeksius pada ayam dan dua virus dari rongga hidung manusia dengan flu biasa yang kemudian diberi
nama human coronavirus 229E dan human coronavirus OC43. Sejak saat itu, anggota koronavirus yang
lain mulai diidentifikasi, termasuk SARS-CoV pada 2003, HCoV NL63 pada 2004, HKU1 pada 2005,
MERS-CoV (sebelumnya dikenal sebagai 2012-nCoV) pada 2012, dan SARS-CoV-2 (sebelumnya dikenal
sebagai 2019-nCoV) pada 2019; sebagian besar dari virus-virus ini terkait dengan infeksi saluran
pernapasan yang serius.
Ketika tidak berada di dalam sel atau tidak dalam proses menginfeksi sel, virus berada dalam bentuk
partikel independen yang disebut virion. Virion terdiri atas materi genetik berupa asam nukleat (DNA
atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi lapisan protein yang disebut kapsid. Pada
beberapa virus terdapat amplop eksternal yang terbuat dari lipid.
Terdapat perbedaan pendapat mengenai status virus sebagai makhluk hidup atau sebagai struktur
organik yang berinteraksi dengan makhluk hidup. Karena karakteristik khasnya ini, virus selalu
terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan
(misalnya virus flu burung), atau tumbuhan (misalnya virus mosaik tembakau). Ilmu yang mempelajari
virus disebut virologi.
Beberapa tahun sesudah penemuan Avery, banyak bermunculan bukti kuat bahwa DNA adalah materi
genetik dari beberapa organisme. Bukti terkuat itu didapat dari penelitian tentang virus. Pada tahun 1952,
Alfred Hershey dan Martha Chase membuat beberapa percobaan dari bakteriofage/ disingkat Fag.
Sebagian besar virus mentransfer sekitar 50 gen di dalam selubung proteinnya, walaupun beberapa virus
hanya mempunyai tiga gen serta ada juga yang 300 gen. Virus merupakan pemicu beberapa penyakit pada
manusia, hewan ataupun tumbuhan.
Menurut kondisi fisiknya benda dibagi menjadi dua macam yakni benda mati (abiotik) dan benda
hidup (biotik). Biotik bisa melakukan metabolisme antara lain nutrisi, reproduksi, regulasi, sintesis,
ekskresi, respon terhadap rangsang. Mengenai abiotik tidak bisa melakukan metabolisme.
Virus oleh para ilmuwan disebut sebagai benda mati, bila virus tersebut di luar sel hidup. Tetapi, bila
virus memperoleh tempat pada sel hidup/organisme, virus akan membuktikan aktivitas layaknya sel
hidup, yakni dapat bereproduksi sehingga bisa bertambah banyak. Dengan demikian virus bisa
dikategorikan sebagai suatu bentuk peralihan antara benda mati dengan makhluk hidup. Sejak Anthonie
Van Leuwenhoek (1632 – 1723) menciptakan mikroskop, penelitian mengenai mikroorganisme mulai
berkembang. Perkembangan itu semakin pesat sesudah diciptakannya mikroskop elektron.
Tahun 1882 A. Meyer memperoleh suatu penyakit yang menyerang pada tanaman tembakau, ditandai
daunnya yang berbintik-bintik kekuningan. A. Meyer menguji dengan ekstrak daun yang terinfeksi dan
menyemprotkannya ke daun tembakau yang sehat, ternyata daun yang sehat bisa tertulari penyakit
tersebut.
Dengan menggunakan filter/ saringan yang bisa menyaring bakteri, D. Ivanowsky menguji
penyaringan getah tanaman tembakau kemudian hasilnya dioleskan pada daun tanaman yang sehat,
ternyata tanaman yang sehat jadi tertular juga. Kesimpulannya mereka, organisme yang menyerang pada
tananam tembakau ialah patogen yang ukurannya sangat kecil/zat kimia yang diproduksi oleh bakteri dan
lolos dalam penyaringan.
Pada tahun 1987, M.Bejerink yang berkebangsaan Belanda menemukan sebuah fakta bahwa
organisme yang menyerang tembakau tidak bisa tumbuh di dalam medium biakan bakteri dan tidak mati
meskipun dimasukkan dalam alkohol. Kesimpulannya Bejerink bahwa orgnisme yang menyerang
tembakau tadi sangatlah kecil yang hanya bisa hidup dalam makhluk hidup yang diserangnya.
Pada tahun 1935, Windell Stanley dari AS lulus mengkristalkan organisme yang menyerang pada
tanaman tembakau tadi dan diberinya nama TMV (Tobacco Mozaik Virus).
Virus Corona adalah sebuah keluarga virus yang ditemukan pada manusia dan hewan. Sebagian
virusnya dapat mengingeksi manusia serta menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari penyakit umum
seperti flu, hingga penyakit-penyakit yang lebih fatal, seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS)
dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Seringkali virus ini menyebar antara manusia ke manusia melalui tetesan cairan dari mulut dan
hidung saat orang yang terinfeksi sedang batuk atau bersin, mirip dengan cara penularan penyakit flu.
Tetes cairan dari mulut dan hidung pasien tersebut bisa jatuh dan tertinggal pada mulut dan hidung orang
lain yang berada di dekatnya, bahkan dihisap dan terserap ke dalam paru-paru orang tersebut melalui
hidungnya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penularan virus corona pada tubuh makhluk hidup?
2. Bagaimana struktur morfologi virus corona?
3. Bagaimana pencegahan dan pengobatan infeksi virus corona?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan pada penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui cara penularan virus corona pada tubuh makhluk hidup
2. Dapat mengetahui struktur morfologi virus corona
3. Dapat mengetahui pencegahan dan pengobatan infeksi virus corona
PEMBAHASAN
A. Virus Corona
Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan
nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa
menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui.
Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina,
pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di
Cina dan ke beberapa negara, termasuk Indonesia.
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada
banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini
juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-East
Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Koronavirus merupakan virus beramplop dengan genom RNA utas tunggal plus dan nukleokapsid
berbentuk heliks simetris. Jumlah genom koronavirus berkisar antara 27–34 kilo pasangan basa,
terbesar di antara virus RNA yang diketahui. Nama koronavirus berasal dari bahasa Latin corona
yang artinya mahkota, yang mengacu pada tampilan partikel virus (virion): mereka memiliki
pinggiran yang mengingatkan pada mahkota atau korona matahari.
Nama koronavirus berasal dari bahasa Latin corona dan bahasa Yunani κορώνη (korṓnē,
"lingkaran, untaian"), yang berarti mahkota atau lingkaran cahaya. Namanya mengacu pada
penampilan karakteristik virion (bentuk infektif virus) dalam mikroskop elektron, yang
memproyeksikan pinggiran permukaan virus yang besar dan bulat yang menghasilkan gambar yang
mengingatkan pada mahkota atau korona matahari. Morfologi ini diciptakan oleh peplomer tonjolan
protein permukaan virus (S), yang menentukan tropisme inang.
Protein yang menyusun struktur koronavirus yaitu protein tonjolan (spike) (S), amplop (E),
membran (M), dan nukleokapsid (N). Khusus pada virus SARS, letak pengikatan reseptor pada
protein S memediasi perlekatan virus ke reseptor sel inangnya yaitu, enzim pengubah angiotensin
(ACE2).[8] Beberapa koronavirus (khususnya anggota Betacoronavirus garis keturunan A) juga
memiliki tonjolan protein pendek yang disebut hemaglutinin esterase (HE).
Infeksi coronavirus disebabkan oleh virus corona itu sendiri. Kebanyakan virus corona
menyebar seperti virus lain pada umumnya, seperti:
Khusus untuk, novel coronavirus atau 2019-nCoV, masa inkubasi belum diketahui secara
pasti. Namun, rata-rata gejala yang timbul setelah 2-14 hari setelah virus pertama masuk ke dalam
tubuh. Di samping itu, metode transmisi 2019-nCoV juga belum diketahui dengan pasti. Awalnya,
virus corona jenis 2019-nCoV diduga bersumber dari hewan. Virus corona 2019-nCoV merupakan
virus yang beredar pada beberapa hewan, termasuk unta, kucing, dan kelelawar.
Sebenarnya virus ini jarang sekali berevolusi dan menginfeksi manusia dan menyebar ke
individu lainnya. Namun, kasus di Tiongkok kini menjadi bukti nyata kalau virus ini bisa menyebar
dari hewan ke manusia. Bahkan, kini penularannya bisa dari manusia ke manusia.
Gejala Infeksi Coronavirus
Virus corona bisa menimbulkan beragam gejala pada pengidapnya. Gejala yang muncul ini
bergantung pada jenis virus corona yang menyerang, dan seberapa serius infeksi yang terjadi. Berikut
beberapa gejala virus corona yang terbilang ringan:
Hidung beringus.
Sakit kepala.
Batuk.
Sakit tenggorokan.
Demam.
Merasa tidak enak badan.
Hal yang perlu ditegaskan, beberapa virus corona dapat menyebabkan gejala yang parah.
Infeksinya dapat berubah menjadi bronkitis dan pneumonia (disebabkan oleh 2019-nCoV) , yang
menyebabkan gejala seperti:
Untuk mendiagnosis infeksi virus corona, dokter akan mengawali dengan anamnesis atau
wawancara medis. Di sini dokter akan menanyakan seputar gejala atau keluhan yang dialami pasien.
Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan darah untuk membantu
menegakkan diagnosis. Dokter mungkin juga akan melakukan tes dahak, mengambil sampel dari
tenggorokan, atau spesimen pernapasan lainnya. Untuk kasus yang diduga infeksi novel coronavirus,
dokter akan melakukan swab tenggorokan, DPL, fungsi hepar, fungsi ginjal, dan PCT/CRP.
Komplikasi Infeksi Coronavirus
Virus corona yang menyebabkan penyakit SARS bisa menimbulkan komplikasi pneumonia, dan
masalah pernapasan parah lainnya bila tak ditangani dengan cepat dan tepat. Selain itu, SARS juga bisa
menyebabkan kegagalan pernapasan, gagal jantung, hati, dan kematian.
Hampir sama dengan SARS, novel coronavirus juga bisa menimbulkan komplikasi yang serius.
Infeksi virus ini bisa menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan
kematian.
Tak ada perawatan khusus untuk mengatasi infeksi virus corona. Umumnya pengidap akan pulih
dengan sendirinya. Namun, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meredakan gejala infeksi virus
corona. Contohnya:
Minum obat yang dijual bebas untuk mengurangi rasa sakit, demam, dan batuk. Namun, jangan
berikan aspirin pada anak-anak. Selain itu, jangan berikan obat batuk pada anak di bawah empat
tahun.
Gunakan pelembap ruangan atau mandi air panas untuk membantu meredakan sakit tenggorokan
dan batuk.
Perbanyak istirahat.
Perbanyak asupan cairan tubuh.
Jika merasa khawatir dengan gejala yang dialami, segeralah hubungi penyedia layanan kesehatan
terdekat.
Khusus untuk virus corona yang menyebabkan penyakit serius, seperti SARS, MERS, atau infeksi
novel coronavirus, penanganannya akan disesuaikan dengan penyakit yang diidap dan kondisi pasien.
Bila pasien mengidap infeksi novel coronavirus, dokter akan merujuk ke RS Rujukan yang telah
ditunjuk oleh Dinkes (Dinas Kesehatan) setempat. Bila tidak bisa dirujuk karena beberapa alasan, dokter
akan melakukan:
Isolasi
Serial foto toraks sesuai indikasi.
Terapi simptomatik.
Terapi cairan.
Ventilator mekanik (bila gagal napas)
Bila ada disertai infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik.
Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus corona. Namun, setidaknya ada
beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terjangkit virus ini. Berikut upaya yang bisa
dilakukan:
Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik hingga bersih.
Hindari menyentuh wajah, hidung, atau mulut saat tangan dalam keadaan kotor atau belum
dicuci.
Hindari kontak langsung atau berdekatan dengan orang yang sakit.
Hindari menyentuh hewan atau unggas liar.
Membersihkan dan mensterilkan permukaan benda yang sering digunakan.
Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu. Kemudian, buanglah tisu dan cuci
tangan hingga bersih.
Jangan keluar rumah dalam keadaan sakit.
Kenakan masker dan segera berobat ke fasilitas kesehatan ketika mengalami gejala penyakit
saluran napas.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Virus
https://www.biology.co.id/virus-sejarah-ciri-cirinya-dan-struktur-terlengkap/
https://www.ayobandung.com/read/2020/03/12/82361/who-sebut-virus-corona-pandemi-ini-
maksud-dan-latar-belakangnya
https://www.alodokter.com/virus-corona
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-51628069
https://id.wikipedia.org/wiki/Koronavirus
https://www.halodoc.com/kesehatan/coronavirus