Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

DASAR BIOMEDIK
PENYAKIT-PENYAKIT YANG DISEBABKAN
OLEH VIRUS

Dosen Pembimbing :
Dra. Lilis Sugiarti, M. Si

DISUSUN OLEH :
1. ADITYA FERRY IRAWAN (202102002)
2. MUAYANAH (202102009)
3. TRI KURNIAWATI (202102011)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS
ANGKATAN 2021/2022
DAFTAR ISI

COVER . . . . . . . . . . 1

DAFTAR ISI . . . . . . . . . 2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. . . . . . . . . 3
1.2 Rumusan . . . . . . . . . 4
1.3 Tujuan . . . . . . . . . . 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Virus . . . . . . . . 5
2.2 Sifat-sifat Virus . . . . . . . . 6
2.3 Penyakit karena Virus . . . . . . . 8
2.4 Daur Hidup Virus . . . . . . . . 8
2.5 Penyakit yang disebabkan oleh virus . . . . . 10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan . . . . . . . . . 15
3.2 Saran . . . . . . . . . . 16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Selama kurang lebih 50.000-100 tahun terakhir, ketika manusia modern meningkat dalam
jumlah banyak dan tersebar di seluruh dunia, penyakit menular baru muncul, termasuk yang
disebabkan oleh virus (Baker,2008). Sebelumnya, manusia hidup di masyarakat yang kecil dan
terpisah. Infeksi virus pertama kali tercatat dalam prasasti Mesir yang menggambarkan seorang
pendeta Mesir dari Dinasti ke-18 (1580-1350 SM) dengan wujud kaki yang terinfeksi virus polio
(Crawford, 2011).
Mumi Siptah penguasa yang memimpin Dinasti ke-9 menunjukkan gejala penyakit
poliomielitis, dan Ramses V serta beberapa mumi Mesir lainnya yang terkubur semakin dari
3000 tahun yang lalu tampaknya terinfeksi variola (Baker, 2008). Epidemi variola berlanjut di
Athena pada tahun 430 SM yang menewaskan seperempat tentara Athena dan banyak warga
(Crawford, 2011). Saat itu apabila seseorang terinfeksi oleh suatu virus kebanyakan akan
meninggal atau menjadi kebal.
Kekebalan yang didapat ini hanya diwariskan kepada keturunannya untuk sementara saat,
melewati antibodi di dalam cairan susu ibu dan antibodi lainnya yang melintasi plasenta dari
darah ibu ke anak yang belum lahir (Leppard, 2007). Virus berasal dari Bahasa Yunani yaitu
venom yang berarti racun. Virus merupakan suatu partikel yang masih diperdebatkan statusnya
apakah virus termasuk makhluk hidup atau benda mati (Jana, 2020). Virus dianggap benda mati
karena virus dapat dikristalkan, sedangkan virus dikatakan benda hidup, karena virus dapat
memperbanyak diri (replikasi) dalam tubuh inang (Zandi, 2020).
Para ahli biologi terus mengungkap hakikat virus, sehingga akhirnya partikel tersebut
dikelompokkan sebagai makhluk hidup dalam dunia tersendiri yaitu virus (Sulandaraiet.al,
2006). Virus merupakan organisme non-seluler, karena ia tidak memiliki kelengkapan seperti
sitoplasma dan organel sel (Cowan, 2012). Secara umum virus merupakan partikel tersusun atas
elemen genetik yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam Deoxyribonucleate (DNA)
atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara
intraseluler dalam tubuh inang dan ekstraseluler diluar tubuh inang (Tortora, et all.,2012).
Partikel virus secara keseluruhan ketika berada di luar inang yang terdiri dari asam
nukleat yang dikelilingi oleh protein dikenal dengan nama virion (Pelczar, 2013). Virion tidak
melakukan aktivitas biosintesis dan reproduksi. Pada saat virion memasuki sel inang, baru
kemudian akan terjadi proses reproduksi. Virus ketika memasuki sel inang akan mengambil alih
aktivitas inang untuk menghasilkan komponen pembentuk virus (Prescott, 2013).
Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen
penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan berbagai perubahan yang membahayakan bagi
sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang
diinfeksinya (Cowan, 2012). Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam
sel tersebut secara permanen. Berdasarkan sifat hidupnya maka virus dimasukkan sebagai parasit
obligat, karena keberlangsungan hidupnya sangat bergantung pada materi genetik inang
(Julijantono, 2013).

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan
dalam makalah ini:
Bagaimanakah pengertian virus?
Bagaimanakah sifat-sifat virus?
Bagaimanakah gejala penyakit karena virus?
Bagaimanakah daur hidup virus?
Bagaimanakah upaya pencegahan terhadap infeksi virus?

1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat memahami tujuan dari penyusunan
makalah ini yaitu:
Mengetahui pengertian virus.
Mengetahui sifat-sifat virus.
Mengetahui gejala penyakit karena virus.
Mengetahui daur hidup virus

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Virus


Virus adalah agen sub-mikroskopis penginfeksi yang hanya dapat hidup di dalam sel-sel
dari organisme lain. Virus dapat menginfeksi semua jenis makhluk hidup, dari hewan, tumbuhan
hingga mikroorganisme, termasuk bakteri dan archaea (Koonin, dkk., 2006).
Virus dapat ditemukan hampir di setiap ekosistem di bumi dan merupakan entitas biologis yang
paling banyak jumlahnya (Lawrence, dkk., 2009).
Asal-usul virus dalam sejarah evolusi kehidupan tidak dapat dijelaskan secara terperinci.
Beberapa pendapat beranggapan bahwa kemungkinan virus berevolusi dari plasmid (potongan
DNA yang dapat berpindah antar sel), sementara yang lain berpendapat, kemungkinan virus
berevolusi dari bakteri.
Berdasarkan kajian evolusi, virus adalah alat penting dalam transfer gen horizontal, yang
berfungsi untuk meningkatkan keragaman genetik dengan cara yang dianalogikan dengan
reproduksi seksual (Canchaya, dkk., 2003).
Virus dianggap oleh beberapa ahli biologi sebagai bentuk kehidupan, karena mereka membawa
materi genetik, berkembang biak, dan berevolusi melalui seleksi alam, namun dikarenakan virus
tidak memiliki struktur sel (karakteristik penting kehidupan) dalam bentuknya, banyak ahli yang
mengelompokkan virus sebagai "organisme di tepi kehidupan" (Koonin dan Starokadomskyy,
2016).
Dalam keadaan struktur yang lengkap, virus dikenal sebagai virion (bentuk bebas), yang
terdiri dari Materi genetik, yaitu, molekul dari DNA atau RNA yang mengkode struktur protein
yang digunakan oleh virus; Selubung protein (kapsid), yang melindungi tubuh virus dan materi
genetik, komponen ini terbentuk dari subunit protein identik yang disebut kapsomer; Selubung
luar dari lipid. Kapsid pada virus terbuat dari protein yang dikodekan oleh genom virus dan
bentuknya berfungsi sebagai dasar pembedaan morfologis (Caspar, dkk., 1962).
Subunit protein yang telah di kode oleh materi genetik virus akan berkumpul sendiri
untuk membentuk kapsid. Protein yang terkait dengan asam nukleat dikenal sebagai
nukleoprotein, sedangkan asosiasi protein kapsid virus dengan asam nukleat virus disebut
nukleokapsid (Kuznetsov, dkk., 2001). Morfologi virus digambarkan sebagai keragaman bentuk
dan ukuran yang luas. Secara umum, virus memiliki ukuran yang jauh lebih kecil daripada
bakteri.
Kebanyakan virus yang telah dipelajari memiliki diameter antara 20 dan 300 nm.
Beberapa filovirus memiliki panjang total hingga 1400nm, diameternya hanya sekitar 80nm.
Kebanyakan virus tidak dapat dilihat dengan mikroskop optik,
sehingga proses pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop elektron dengan tujuan
visualisasi. Secara umum, ada lima jenis morfologi utama virus, yaitu helicalicosahedral,
prolate, enveloped, dan complex. Berikut merupakan contoh dari morfologi virus enveloped HIV

2
Penyebaran virus dapat dilakukan dengan berbagai cara. Keragaman sel inang yang dapat
ditulari oleh virus disebut "kisaran inang". Kisaran inang dalam artian yang sempit dapat berarti
virus mampu menginfeksi beberapa spesies, sedangkan dalam artian yang luas, virus mampu
menginfeksi banyak spesies. Salah satu cara penyebaran virus adalah melalui organisme
pembawa penyakit yang dikenal sebagai vektor. Contoh mekanisme penyebaran virus melalui
vektor, antara lain: Virus sering ditularkan dari tumbuhan ke tumbuhan oleh serangga yang
memakan getah tumbuhan (contoh: kutu daun).
Virus pada hewan dapat dibawa oleh serangga pengisap darah. Salah satu penyakit yang
disebabkan oleh adalah flu. Penyakit flu disebabkan oleh virus influenza yang dapat menyebar
melalui batuk dan bersin (Robilotti, dkk., 2015). HIV adalah salah satu dari beberapa virus yang
ditularkan melalui hubungan seksual dan paparan darah yang terinfeksi. Klasifikasi virus
diberlakukan dengan upaya untuk mendeskripsikan keragaman virus dengan metode penamaan
dan pengelompokan.
Klasifikasi virus yang dipakai sekarang adalah sistem klasifikasi virus modern, yang
demikian itu merupakan penggabungan antara sistem klasifikasi virus tradisional
(dikelompokkan menurut sifat-sifatnya yang sama (bukan milik inangnya) dan jenis asam
nukleat yang membentuk genomnya) (Lwoff,dkk.,1962) dan sistem klasifikasi virus Baltimore
(dikelompokkan berdasarkan mekanisme pembentukan mRNA) (Fauqet dan Fargette, 2005).
Mulai tahun 2018, ICTV mulai mengakui hubungan evolusioner yang lebih dalam
antara virus yang telah ditemukan dari waktu ke waktu dan mengadopsi sistem klasifikasi 15
peringkat mulai dari dunia hingga spesies (International Comitte on Taxonomy of Viruses
Executive Comitte, 2002).

2.2 Sifat-Sifat Virus


Virus bervariasi sangat dalam struktur, organisasi genom dan ekspresi, dan strategi
replikasi dan transmisi (Carrol et.al, 2016). Berbagi macam variasi virus tersebut menyebabkan
virus memiliki berbagai macam sifat untuk keberlangsungan hidupnya. Sifat-sifat virus yaitu:
Parasite obligat intraseluler
Virus merupakan parasit intraseluler obligat; mereka hanya dapat
bereplikasi di dalam sel inang. Virus yang berisolasi tidak dapat bereplikasi atau melakukan hal-
hal lainya, kecuali menginfeksi sel inang yang cocok. Virus tidak memiliki enzim untuk
melakukan metabolisme dan tidak memiliki ribosom atau peralatan lainya untuk membuat
proteinnya sendiri. Oleh karena itu, virus yang terisolasi hanya merupakan paket-paket yang

2
berisi sekumpulan gen yang berpindah dari satu sel inang ke sel inang lainnya (Champbell, dkk.,
2002).

Infeksi bersifat spesifik


Jenis-jenis inang yang dapat diinfeksi dan diparasit oleh virus disebut kisaran inang.
Penentuan inang ini bergantung pada evolusi sistem pengenalan yang dilakukan oleh virus
tersebut. Virus mengidentifikasi sel inangnya dengan menggunakan kesesuaian “lock and key
atau lubang dan kunci” antara protein di bagian luar virus itu dengan molekul reseptor spesifik
pada permukaan sel. Beberapa virus memiliki kisaran inang yang cukup luas sehingga dapat
melingkupi beberapa spesies. Virus flu burung, misalnya, dapat juga menginfeksi babi dan
manusia, dan virus rabies dapat juga menginfeksi sejumlah spesies mamalia, termasuk rakun,
sigung, anjing dan manusia (Peleezar, 1986).

Virus bersifat hidup dan sifat mati


Virus bersifat hidup karena memiliki salah satu jenis asam nukleat (DNA atau RNA)
yang menyandikan informasi genetik yang diperlukan untuk replikasi virus. Selain karena
memiliki DNA atau RNA virus dikatakan hidup karena dapat bereproduksi, namun dengan
replikasi dan hanya dapat dilakukan pada sel hospes yang hidup. Virus dikatakan bersifat mati
karena memiliki struktur yang berbeda dengan sel dan tidak melakukan metabolisme sel.
Dalam proses ini agar virus dapat terus melakukan replikasi maka DNA atau RNA virus
mengendalikan “mesin metabolic” dari sel hospes sehingga transkripsi RNA dari kromosom
hospes terhenti, karena DNA-nya sudah rusak, kemudian DNA virus mencetak mRNA(salmon,
dkk,2002). Bereaksi dengan komponen fisik dan kimia. Terdapat beberapa pengaruh fisika dan
kimia pada daya infektivitas virus.
Beberapa diantaranya adalah suhu, pH, radiasi, senyawa kimia, dan aktivitas sterilisasi.
Setiap virus memiliki kemampuan bereda-beda dalam kisaran toleransi teradap suhu.
Virus dapat bertahan dengan penyimpanan pada suhu sub-beku, dan beberapa mungkin tahan
ketika disimpan pada suhu 4°C atau bahkan pada suhu kamar.
Beberapa virus berselubung cenderung kehilangan infektivitas setelah penyimpanan
berkepanjangan pada suhu –90 ° C dan sangat sensitif terhadap pembekuan dan pencairan
berulang. Berdasarkan kisaran pH, virus biasanya stabil antara nilai pH 5,0 dan 9,0.
Beberapa virus (misalnya, enterovirus) tahan terhadap kondisi asam. Semua virus akan
musnah pada kondisi basa. Terkait dengan senyawa kimia, salah satunya adalah Formaldehida
yang menghancurkan infektivitas virus dengan bereaksi dengan asam nukleat.
Berkaitan dengan aktivitas sterilisasi, virus dapat dihambat dengan menggunakan beberapa obat
antivirus. Sterilisasi dapat dilakukan dengan uap panas kering, etilen oksida, dan γ-iradias.
Produksi vaksin dapat melibatkan penggunaan formaldehyde, β-propiolactone, psoralen +
iradiasi ultraviolet, atau deterjen (vaksin subunit) untuk menonaktifkan virus vaksin (Carrol et.
al, 2016).

2.3 Penyakit karena Virus

2
Virus memiliki mekanisme berbeda dalam menghasilkan penyakit pada suatu organisme.
Sebagian besar jenis penyakit yang disebabkan oleh virus dipengaruhi atau bergantung pada
spesies virus penginfeksi tersebut.
Mekanisme pada tingkat sel terutama mencakup lisis sel, pemecahan terbuka, dan kematian sel.
Organisme multisel yang terinfeksi oleh virus, apabila cukup banyak sel yang mati, maka
seluruh organisme akan merasakan dampaknya. Virus dapat menyebabkan gangguan pada
homeostasis yang sehat dan mengakibatkan penyakit, namun
Keberadaan virus yang mungkin ada secara relatif cenderung tidak berbahaya dalam
suatu organisme. Contohnya adalah kemampuan virus herpes simpleks, yang menyebabkan
luka dingin, yang demikian keberadaannya pada manusia dalam keadaan tidak aktif
(Margolis,dkk. 2007). Beberapa virus dapat menyebabkan infeksi seumur hidup atau kronis,
dimana virus dapat terus berkembang biak di dalam tubuh inang dan bertahan meskipun pada
inang tersebut sudah memiliki mekanisme pertahanan tubuh (sistem imunitas) (Bartoletti dan
Ghering, 2007).
Hal ini umum terjadi pada virus hepatitis B dan infeksi virus hepatitis C. Orang yang
terinfeksi secara kronis dikenal sebagai pembawa karena mereka berfungsi sebagai reservoir
virus yang menular (Rodrigues, dkk., 2001). Pada populasi dengan proporsi pembawa yang
tinggi, penyakit ini dikatakan endemik (Nguyen, dkk., 2007).
Infeksi virus pada tubuh inang dapat terjadi secara terus-menerus ketika virus tidak sepenuhnya
hilang dari sistem inang, tetapi virus masih tetap berada di jaringan tertentu pada orang yang
terinfeksi. Virus ini menjadi lebih tangguh atau lebih cepat terinfeksi tanpa membahayakan atau
membunuh inang.
Mekanisme infeksi persisten pada tubuh inang dapat melibatkan regulasi ekspresi gen
virus atau perubahan respons imun inang (Parker et. al, 2016). Terdapat dua kategori utama
dalam infeksi persisten, yaitu infeksi laten dan infeksi kronis. Contoh virus yang
menyebabkan infeksi laten termasuk virus varicella zoster (cacar air dan herpes zoster). Virus
HIV adalah contoh virus yang menyebabkan infeksi kronis jangka panjang (Parker et. al, 2016).
Infeksi virus menunjukkan gejala yang berbeda-beda, bergantung pada organ yang terinfeksi dan
jenis virus penyebabnya. Umumnya akan terjadi gejala demam. Kondisi demam akibat infeksi
virus biasanya berupa demam tinggi yang cukup sulit disembuhkan sekalipun sudah diobati
dengan penurun demam. Gejala infeksi virus
juga sering kali timbul secara mendadak dan berlangsung selama 1-2 minggu.
Gejala lain seperti nyeri tenggorokan, batuk-batuk, mual, diare, gangguan kulit, atau
nyeri pada berbagai bagian tubuh adalah gejala lain yang biasanya mengikuti gejala demam dan
menyasar pada organ tempat serangan virus terjadi (Candra,2010).

2.4 Daur Hidup Virus


Virus merupakan parasit intraseluler obligat, dengan kata lain memerlukan sel inang
untuk berkembang biak. Meskipun cara yang digunakan virus untuk masuk dan keluar dari sel
inang dapat bervariasi, mekanisme dasar multiplikasi virus serupa untuk semua virus. Terdapat
dua mekanisme dalam daur hidup virus, yaitu siklus litik dan siklus lisogenik (Tortora et. al,
2001).

2
Siklus Litik
Istilah ini mengacu pada tahap infeksi terakhir, ketika bakteri lisis (pecah) dan melepaskan fag-
fag yang dihasilkan dalam sel inang (Campbell, 2010). Ada beberapa tahapan dalam siklus lisis,
yaitu tahap adsorpsi (pelekatan), tahap injeksi (masuknya DNA virus), tahan sintesis
(pembentukan), tahap perakitan, dan tahap litik (pelepasan).

Tahap Adsorpsi
Virion (partikel lengkap virus) menempel pada bagian reseptor
spesifik sel inang dengan menggunakan serabut ekornya. Reseptor merupakan molekul khusus
pada membran sel inang yang dapat dengan virus. Molekul- molekul reseptor untuk setiap
jenis virus berbeda-beda, berupa protein untuk Picornavirus, atau oligosakarida untuk
Orthomixovirus dan Paramyxovirus. Ada atau tidaknya reseptor menentukan patogenesitas
virus (mekanisme infeksi dan perkembangan penyakit), misalnya virus polio hanya dapat
melekat pada sel susunan saraf pusat dan saluran usus primata. Virus HIV berikatan dengan
reseptor T CD4 pada sel sistem imun (Subowo, 2010).
Virus rabies diduga berinteraksi dengan reseptor asetikolin. Reseptor virus mempunyai beberapa
kelas yang berbeda:
 molekul immunoglobulin-like superfamily
 reseptor terkait membran
 saluran dan transporter transmembran.

Tahap Penetrasi
Pada tahap penetrasi, selubung ekor berkontraksi untuk membuat lubang yang menembus
dinding dan membran sel. Selanjutnya, virus menginjeksikan materi genetikanya ke dalam sel
inang sehingga kapsid virus menjadi kosong (mati) (Ryu,2016).

Tahap Sintesis
Pada tahap sintesis, DNA sel inang dihidrolisis dan dikendalikan oleh materi genetik
virus untuk membuat asam nukleat(salinan genom) dan protein komponen virus (Subowo, 2010).
Tahap Pematangan
Hasil sintesis berupa asam nukleat dan protein dirakit menjadi
partikel-partikel virus yang lengkap sehingga terbentuk virion-virion baru (Hasdianah dan Dewi,
2014)

Tahap Lisis
Fag menghasilkan lisozim, yaitu enzim perusak dinding sel inang. Rusaknya dinding sel
inang mengakibatkan terjadinya osmosis ke dalam sel inang, sehingga sel inang membesar dan
akhirnya pecah. Partikel virus baru yang keluar dari sel akan menyerang sel inang lainnya.

Siklus Lisogenik
Berbeda dengan siklus lisis yang membunuh sel inang, siklus lisik lisogenik
memungkinkan replikasi genom fag tanpa menghancurkan inang. Setelah adsorpsi dan injeksi
DNA Virus berintegrasi ke dalam kromosom bakteri, integrasi ini disebut profaga (gen asing
yang bergabung dengan kromosom bakteri). Dalam hal ini DNA virus tidak langsung
menyintesis DNA Bakteri, karena bakteri memiliki imunitas. Setelah imunitasnya hilang baru

2
DNA Virus mengendalikan DNA bakteri, yang tahap selanjutnya seperti pada siklus lisis
(Suprobowati dan Kurniati, 2018).
Pada siklus lisogenik, tahap yang dilalui lebih banyak daripada siklus litik. Tahap
adsorpsi dan tahan injeksi sama dengan siklus litik. Akan tetapi, sebelum tahap sintesis terlebih
dahulu virus melewati tahap penggabungan dan tahap pembelahan.
Kemudian dilanjutkan dengan tahapan perakitan dan tahap litik (Nurhayati, 2010).

Tahap Adsorpsi dan Tahap Injeksi


Tahap adsorpsi dan tahap injeksi pada siklus lisogenik sama seperti pada siklus litik.

Tahap Penggabungan
Tahap ini adalah tahap ketika DNA fag masuk ke dalam tubuh bakteri dan terjadinya
penggabungan antara DNA bakteri dan DNA fag. Proses ini terjadi ketika DNA yang berbentuk
kalung tak berujung pangkal terputus sehingga DNA fag menyisip diantara DNA bakteri yang
terputus tadi. Kemudian terbentuklah DNA utuh yang terinfeksi atau tersisipi DNA fag
Tahap Pembelahan
30 DNA fag telah tersambung dengan DNA bakteri. DNA fag tidak dapat bergerak atau disebut
profag. Karena bergabung dengan DNA bakteri, ketika DNA bakteri melakukan replikasi
selnya secara langsung, profag juga melakukan replikasi. Demikian juga ketika sel bakteri
mengalami pembelahan, secara langsung dua anak sel bakteri yang mengandung profag tersebut
juga ikut mengalami pembelahan. Dengan kata lain jumlah profag sama dengan jumlah bakteri
inangnya

Tahap Sintesis
Pada kondisi lingkungan tertentu, profag menjadi aktif. Profag dapat saja memisahkan
diri dengan DNA bakteri dan merusak DNA bakteri. Kemudian menggantikan peran DNA
bakteri dengan DNA fag untuk sintesis protein yang berfungsi sebagai kapsid bagi fag-fag
baru dan replikasi DNA.

Tahap Perakitan
Pada tahap ini, terjadi perakitan kapsid-kapsid virus yang utuh sebagai selubung virus.
Setelah kapsid virus utuh, diisi dengan DNA hasil replikasi, terjadi virus-virus baru
Tahap Lisis
Tahap ini sama seperti tahap litik pada siklus lisis saat dinding bakteri akan pecah dan virus baru
berhamburan keluar. Virus baru ini akan menyerang bakteri lain. Begitu seterusnya, virus akan
mengalami siklus lisis dan siklus lisogenik.

2.5 Penyakit Yang Disebabkan Oleh Virus


Virus dalam hidupnya sangat bergantung kepada sel inangnya, sel inang yang terinfeksi
dalam hidupnya akan terganggu metabolisme kehidupannya atau dapat dikatakan terkena
penyakit. Penyakit- penyakit apakah yang dapat ditimbulkan oleh infeksi virus?

1 . Penyakit pada tanaman


a. Mozaik
Disebut mozaik karena pada tanaman yang terinfeksi (tomat, labu dan tembakau)
menunjukkan bercak-bercak pada daunnya atau buahnya. Misalnya, penyakit mozaik

2
pada tanaman tembakau yang disebabkan tanaman diserang virus Tobacco Mozaik Virus
(TMV).
Dari penyakit bercak daun pada tembakau inilah dunia virus mulai terdeteksi.
Pada tahun 1883, Adolf Majjer seorang saintis asal Jerman melakukan pengujian dengan
jalan menyemprotkan getah yang diekstraksi dari daun tanaman yang sakit ke tanaman
yang sehat.
Dia mengambil kesimpulan bahwa penyebab penyakit ini adalah bakteri yang
lebih kecil dari biasanya, yang tidak dapat dilihat dengan mikroskop. Setelah satu
dasawarsa, hipotesis ini diuji kembali oleh Dimitri Ivonowsky yang melakukan pengujian
dengan mengalirkan getah dari daun tembakau yang telah terinfeksi melalui saringan
yang telah didesain untuk mengumpulkan bakteri ke tembakau yang sehat, ternyata
tembakau kedua ini tertular penyakit. Dia melakukan ekstraksi lagi pada daun tembakau
kedua dan mengalirkannya pada tembakau ketiga, hasilnya tetap sama, yaitu tanaman
ketiga terinfeksi penyakit ini juga. Sehingga dia menyimpulkan bahwa patogen tersebut
memiliki kemampuan bereproduksi di peralatan yang digunakannya. Selanjutnya pada
tahun 1935, saintis Amerika Wendell Crenley berhasil mengkristalkan partikel
penginfeksi tersebut yang sekarang dikenal dengan Tobacco Mozaik Virus (TMV), dan
setelah itu maka jenis-jenis virus lainnya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop
elektron.
b. Burik kuning
Burik kuning menyerang pada tanaman padi dan aster melalui plasmodesmata sehingga
menyebar ke seluruh tubuh tanaman. Ini disebabkan plasmodesmata berfungsi untuk
menghubungkan ruang-ruang antar sel.
c. Kerdil
Tanaman yang terserang virus tungro, pertumbuhannya akan terhambat sehingga tampak
kerdil, penyebarannya oleh perantara serangga wereng coklat dan wereng hijau berpindah
dari tanaman satu ke tanaman lainnya . Untuk mengatasi virus tungro ini pemerintah telah
menggalakan penanaman padi VUTW (varietas unggul tahan wereng)

2 . Penyakit pada hewan


a. Polyoma penyebab tumor
b. New Castle Disease (NCD), menyerang sistem saraf pada ternak unggas, misal ayam.
NCD umumnya disebut dengan tetelo.
c. Rabies yang dapat menyerang pada anjing, kucing, rakun serta monyet.
d. Adenovirus penyebab penyakit saluran pernafasan, beberapa menyebabkan tumor pada
hewan tertentu.

3 . Penyakit pada manusia


a. AIDS
HIV merupakan virus yang menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome), suatu penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh. HIV merupakan
golongan virus yang jarang terdapat pada manusia, yaitu retrovirus. Retrovirus
merupakan virus RNA yang dapat membuat DNA melalui proses transkripsi balik. Oleh
karenanya, virus ini melengkapi diri dengan enzim spesifik reverse transcriptase. HIV
menyerang limfosit T4 yang mempunyai peranan penting dalam mengatur imunitas.
Seseorang yang mengidap HIV jumlah limfosit T akan menurun. Sekali terinfeksi HIV

2
maka seumur hidup orang tersebut akan membawa virus HIV. Virus HIV terdapat pada
darah, cairan sperma, cairan yang dihasilkan vagina dan cairan tubuh lainnya dari
penderita AIDS.
Penularan AIDS dapat terjadi melalui hal-hal berikut ini:
1. Hubungan seksual baik homoseksual maupun heteroseksual.
2. Transfusi darah dan produk darah lainnya yang berasal dari pengidap AIDS.
3. Penggunaan jarum yang berulang-ulang untuk penyuntikan, tusuk jarum, tato.
4. Dari ibu ke bayinya sewaktu persalinan atau lewat ASI (air susu ibu).
Penularan AIDS tidak dapat melalui hal-hal sebagai berikut.
1. Gigitan nyamuk atau serangga
2. Berjabat tangan
3. Berangkulan
4. Bersin
5. Batuk
6. Air kolam renang

Urutan proses seseorang yang sehat dapat tertular virus HIV adalah sebagai berikut.
1. Selama 3-6 bulan, dalam darahnya belum ditemukan HIV (tes darah negatif).
2. Setelah 3-6 bulan, test darah akan menunjukkan HIV positif sehingga sudah
kategori pengidap (carrier).
3. Lebih kurang 5-10 tahun kemudian mulai timbul gejala letih, lesu, lelah, berat
badan menurun drastis, demam (panas) lebih dari 1 bulan, diare lebih dari 1 bulan,
sesak nafas dan batuk kering, pembesaran kelenjar getah bening, sariawan yang
lama atau terus menerus, penyakit kulit dan pada akhirnya penderita akan
meninggal dunia karena penderita terserang oleh macam-macam infeksi akibat tidak
memiliki kekebalan tubuh.

Pencegahan agar kita tidak terkena virus HIV.


1) Dari segi hubungan seksual
a) hanya berhubungan seksual dengan suami atau istri;
b) hindari perilaku seks bebas;
c) kelompok dengan risiko tinggi (wanita tunasusila) perlu melindungi diri dengan
alat kontrasepsi.

2) Dari segi sanitasi


a) pemeriksaan darah dengan teliti;
b) jarum dan alat tusuk kulit yang lain harus steril dan sekali pakai;
c) pecandu obat bius harus menghentikan kebiasaannya;
d) mensterilkan alat yang tercemar dengan cara dimusnahkan;
e) membakar semua alat yang telah dipakai oleh penderita.

3) Cara melalui ibu


Dengan mengimbau agar ibu yang terinfeksi AIDS untuk tidak hamil.

b. Hepatitis B

2
Hepatitis B, virus ini berkembang di dalam jaringan hati sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan sel-sel hati. Tanda dan gejala hepatitis B pada
keadaan akut adalah nafsu makan berkurang, mual, lesu, muntah dan demam, nyeri sendi,
setelah 3-10 hari air seni berwarna gelap (coklat) seperti teh, kulit dan bagian putih mata
berwarna kuning. Bagaimana mencegah hepatitis B? Penyakit ini dapat dicegah dengan
vaksinasi, diharapkan terbentuk kekebalan terhadap penyakit hepatitis B dengan daya
lindung kurang lebih lima tahun, kemudian usaha yang dapat kita lakukan adalah dengan
mengonsumsi makanan yang tinggi kalori dan proteinnya, istirahat cukup, tidak
mengonsumsi makanan dan minuman yang beralkohol, mengonsumsi obat dan vitamin
yang berfungsi memperbaiki fungsi hati.

c. Demam Berdarah Dengue (DBD)


Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti menunjukkan
gejala panas tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari, nafsu makan dan
minum turun, lemah, mual, muntah, sakit kepala, sakit perut, nyeri ulu hati, bintik merah
di kulit, pendarahan di gusi dan hidung, berak darah, muntah darah. Bagaimana cara
mencegah DBD?
Pemberantasan sarang nyamuk dengan membersihkan tempat-tempat air, kain
atau pakaian jangan sampai tergantung, menguras bak penampungan air, mengubur
kaleng bekas, memberi obat (misalnya ABATE) pada tempat air yang sulit dikuras
sehingga jentik-jentik nyamuk mati, penyemprotan dengan racun serangga untuk
membasmi nyamuk dewasa.

d. Influenza
Influenza disebabkan oleh infeksi virus Orthoneovirus, ditularkan lewat udara dan
masuk ke alat-alat pernafasan. Tanda dan gejalanya adalah demam, sakit kepala, nafsu
makan menurun, nyeri otot, biasanya akan sembuh sendiri dalam 3-7 hari. Pencegahan
dengan jalan menjaga daya tahan tubuh serta menghindari interaksi dengan penderita.

e. SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)


Atau sindrom pernafasan akut. Disebabkan oleh virus baru yang bermutasi dari
virus Corona. Virus ini menyerang sistem pernafasan.
1. Gejala awal demam lebih dari 380 C tubuh, menggigil.
2. Masa inkubasi 2 sampai 10 hari.
3. Lemah, letih dan lesu.
4. Batuk kering dan sesak nafas karena kekurangan oksigen.

Cara pencegahan adalah sebagai berikut.


1. Hindari berkunjung ke daerah yang terkena wabah.
2. Hindari penderita dengan gejala pneumonia.
3. Hindari menyentuh organ mulut, mata dan hidung.
4. Petugas medis diharap menggunakan masker.

f. Polio
Virus polio memiliki capsid dengan bentuk icosahendral, virionnya tidak
berselubung, sferis dan berukuran 20-30 nm, termasuk RNA virus. Manusia merupakan

2
satu-satunya inang alami virus polio. Virus ini menyerang sel-sel yang membatasi saluran
pencernaan dan sel-sel susunan saraf pusat, masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman atau pernafasan. Gejala klinik infeksi virus polio adalah demam, malaise, sakit
tenggorokan, sakit kepala, meningitis aseptic, poliomyelitis paralitik (lumpuh).
Pencegahannya dilakukan dengan vaksinasi secara oral.

g. Smallpox (cacar)
Virus cacar (virus variola, smallpox virus) merupakan virus DNA dengan ukuran
250 × 400 nm. Manusia merupakan satu-satunya inang alami virus ini, meskipun dapat
pula menyerang kera Infeksi awal virus variola pada manusia terjadi pada membran
mukosa saluran pernafasan bagian atas. Virus ini memperbanyak diri dalam mukosa dan
jaringan limfa sehingga terjadi verimia pertama. Veremia sekunder terjadi setelah
perkembangbiakan virus dalam organ-organ yang mengakibatkan erupsi pada kulit dan
membran mukosa.

2
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

1. Virus adalah agen submikroskop penginfeksi yang hanya dapat hidup di dalam sel-sel
dari organisme lain. Dalam keadaan struktur yang lengkap, virus dikenal sebagai virion
(bentuk bebas), yang terdiri dari
a. Materi genetik (DNA atau RNA)
b. Selubung protein (kapsid)
c. Selubung luar dari lipid.
2. Virus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Parasit obligat intraseluler
b. Infeksi bersifat spesifik
c. Virus bersifat hidup dan sifat mati
Beraksi dengan komponen fisik dan kimia
3. Infeksi virus menunjukkan gejala yang berdeda-beda, bergantung pada organ yang
terinfeksi dan jenis virus penyebabnya. Umumnya akan terjadi gejala demam. Gejala lain
seperti nyeri tenggorokan, batuk-batuk, mual, diare, gangguan kulit, atau nyeri pada
berbagai bagian tubuh adalah gejala lain yang biasanya mengikuti gejala demam dan
menyasar pada organ tempat serangan virus terjadi.
4. Terjadi dua mekanisme dalam daur hidup virus, yaitu siklus litik dan siklus lisogenik.
Tahapan pada siklus litik bakteri antara lain.
 Tahap Lisis Tahap Adsorpsi
 Tahap Penetrasi
 Tahap Sintesis
 Tahap Pematangan

Untuk siklus lisogenik memiliki tahapan.


 Tahap Adsorpsi dan Tahap Injeksi
 Tahap Penggabungan
 Tahap Pembelahan
 Tahap Sintesis
 Tahap Perakitan
5. Tahap Lisis. Tahap-tahap penyebaran virus dalam tubuh penderita terdiri dari. (1) virus
masuk melalui pintu masuk melalui pintu virus ke dalam tubuh. (2) replikasi lokal dan
penyebaran lokal, (3) multiplikasi virus pada organ sasaran, dan (4) diseminasi virus
melalui pembuluh darah.
6. Virus memiliki peran positif dan peran negatif dalam keberadaannya. Peran positif virus
berupa penggunaan dalam cloning gen dalam bidang rekayasa genetik, pembuatan
insulin, dan pembuatan vaksin. Peran negatif dari virus berupa penyakit yang ditimbulkan
pada makhluk hidup
7. Pencegahan penyakit yang diakibatkan virus dapat dilakukan dengan penyuntikan vaksin.

2
3.2 Saran
Virus merupakan organisasi yang dapat memberikan manfaat sekaligus memberikan
kerugian bagi kehidupan. Virus dapat melakukan replikasi dengan cepat dan dapat menyerang
dengan cepat. Kegiatan meningkatkan ketahanan tubuh seperti berolahraga diperlukan untuk
menjaga diri dan seragam virus.
Makalah ini masih jauh dengan kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya.
Penyusun berharap pembuat makalah selanjutnya dapat membuat makalah yang baik lagi tentang
genetika mikroba.

Anda mungkin juga menyukai