DASAR BIOMEDIK
PENYAKIT-PENYAKIT YANG DISEBABKAN
OLEH VIRUS
Dosen Pembimbing :
Dra. Lilis Sugiarti, M. Si
DISUSUN OLEH :
1. ADITYA FERRY IRAWAN (202102002)
2. MUAYANAH (202102009)
3. TRI KURNIAWATI (202102011)
COVER . . . . . . . . . . 1
DAFTAR ISI . . . . . . . . . 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. . . . . . . . . 3
1.2 Rumusan . . . . . . . . . 4
1.3 Tujuan . . . . . . . . . . 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Virus . . . . . . . . 5
2.2 Sifat-sifat Virus . . . . . . . . 6
2.3 Penyakit karena Virus . . . . . . . 8
2.4 Daur Hidup Virus . . . . . . . . 8
2.5 Penyakit yang disebabkan oleh virus . . . . . 10
2
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan
dalam makalah ini:
Bagaimanakah pengertian virus?
Bagaimanakah sifat-sifat virus?
Bagaimanakah gejala penyakit karena virus?
Bagaimanakah daur hidup virus?
Bagaimanakah upaya pencegahan terhadap infeksi virus?
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat memahami tujuan dari penyusunan
makalah ini yaitu:
Mengetahui pengertian virus.
Mengetahui sifat-sifat virus.
Mengetahui gejala penyakit karena virus.
Mengetahui daur hidup virus
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Penyebaran virus dapat dilakukan dengan berbagai cara. Keragaman sel inang yang dapat
ditulari oleh virus disebut "kisaran inang". Kisaran inang dalam artian yang sempit dapat berarti
virus mampu menginfeksi beberapa spesies, sedangkan dalam artian yang luas, virus mampu
menginfeksi banyak spesies. Salah satu cara penyebaran virus adalah melalui organisme
pembawa penyakit yang dikenal sebagai vektor. Contoh mekanisme penyebaran virus melalui
vektor, antara lain: Virus sering ditularkan dari tumbuhan ke tumbuhan oleh serangga yang
memakan getah tumbuhan (contoh: kutu daun).
Virus pada hewan dapat dibawa oleh serangga pengisap darah. Salah satu penyakit yang
disebabkan oleh adalah flu. Penyakit flu disebabkan oleh virus influenza yang dapat menyebar
melalui batuk dan bersin (Robilotti, dkk., 2015). HIV adalah salah satu dari beberapa virus yang
ditularkan melalui hubungan seksual dan paparan darah yang terinfeksi. Klasifikasi virus
diberlakukan dengan upaya untuk mendeskripsikan keragaman virus dengan metode penamaan
dan pengelompokan.
Klasifikasi virus yang dipakai sekarang adalah sistem klasifikasi virus modern, yang
demikian itu merupakan penggabungan antara sistem klasifikasi virus tradisional
(dikelompokkan menurut sifat-sifatnya yang sama (bukan milik inangnya) dan jenis asam
nukleat yang membentuk genomnya) (Lwoff,dkk.,1962) dan sistem klasifikasi virus Baltimore
(dikelompokkan berdasarkan mekanisme pembentukan mRNA) (Fauqet dan Fargette, 2005).
Mulai tahun 2018, ICTV mulai mengakui hubungan evolusioner yang lebih dalam
antara virus yang telah ditemukan dari waktu ke waktu dan mengadopsi sistem klasifikasi 15
peringkat mulai dari dunia hingga spesies (International Comitte on Taxonomy of Viruses
Executive Comitte, 2002).
2
berisi sekumpulan gen yang berpindah dari satu sel inang ke sel inang lainnya (Champbell, dkk.,
2002).
2
Virus memiliki mekanisme berbeda dalam menghasilkan penyakit pada suatu organisme.
Sebagian besar jenis penyakit yang disebabkan oleh virus dipengaruhi atau bergantung pada
spesies virus penginfeksi tersebut.
Mekanisme pada tingkat sel terutama mencakup lisis sel, pemecahan terbuka, dan kematian sel.
Organisme multisel yang terinfeksi oleh virus, apabila cukup banyak sel yang mati, maka
seluruh organisme akan merasakan dampaknya. Virus dapat menyebabkan gangguan pada
homeostasis yang sehat dan mengakibatkan penyakit, namun
Keberadaan virus yang mungkin ada secara relatif cenderung tidak berbahaya dalam
suatu organisme. Contohnya adalah kemampuan virus herpes simpleks, yang menyebabkan
luka dingin, yang demikian keberadaannya pada manusia dalam keadaan tidak aktif
(Margolis,dkk. 2007). Beberapa virus dapat menyebabkan infeksi seumur hidup atau kronis,
dimana virus dapat terus berkembang biak di dalam tubuh inang dan bertahan meskipun pada
inang tersebut sudah memiliki mekanisme pertahanan tubuh (sistem imunitas) (Bartoletti dan
Ghering, 2007).
Hal ini umum terjadi pada virus hepatitis B dan infeksi virus hepatitis C. Orang yang
terinfeksi secara kronis dikenal sebagai pembawa karena mereka berfungsi sebagai reservoir
virus yang menular (Rodrigues, dkk., 2001). Pada populasi dengan proporsi pembawa yang
tinggi, penyakit ini dikatakan endemik (Nguyen, dkk., 2007).
Infeksi virus pada tubuh inang dapat terjadi secara terus-menerus ketika virus tidak sepenuhnya
hilang dari sistem inang, tetapi virus masih tetap berada di jaringan tertentu pada orang yang
terinfeksi. Virus ini menjadi lebih tangguh atau lebih cepat terinfeksi tanpa membahayakan atau
membunuh inang.
Mekanisme infeksi persisten pada tubuh inang dapat melibatkan regulasi ekspresi gen
virus atau perubahan respons imun inang (Parker et. al, 2016). Terdapat dua kategori utama
dalam infeksi persisten, yaitu infeksi laten dan infeksi kronis. Contoh virus yang
menyebabkan infeksi laten termasuk virus varicella zoster (cacar air dan herpes zoster). Virus
HIV adalah contoh virus yang menyebabkan infeksi kronis jangka panjang (Parker et. al, 2016).
Infeksi virus menunjukkan gejala yang berbeda-beda, bergantung pada organ yang terinfeksi dan
jenis virus penyebabnya. Umumnya akan terjadi gejala demam. Kondisi demam akibat infeksi
virus biasanya berupa demam tinggi yang cukup sulit disembuhkan sekalipun sudah diobati
dengan penurun demam. Gejala infeksi virus
juga sering kali timbul secara mendadak dan berlangsung selama 1-2 minggu.
Gejala lain seperti nyeri tenggorokan, batuk-batuk, mual, diare, gangguan kulit, atau
nyeri pada berbagai bagian tubuh adalah gejala lain yang biasanya mengikuti gejala demam dan
menyasar pada organ tempat serangan virus terjadi (Candra,2010).
2
Siklus Litik
Istilah ini mengacu pada tahap infeksi terakhir, ketika bakteri lisis (pecah) dan melepaskan fag-
fag yang dihasilkan dalam sel inang (Campbell, 2010). Ada beberapa tahapan dalam siklus lisis,
yaitu tahap adsorpsi (pelekatan), tahap injeksi (masuknya DNA virus), tahan sintesis
(pembentukan), tahap perakitan, dan tahap litik (pelepasan).
Tahap Adsorpsi
Virion (partikel lengkap virus) menempel pada bagian reseptor
spesifik sel inang dengan menggunakan serabut ekornya. Reseptor merupakan molekul khusus
pada membran sel inang yang dapat dengan virus. Molekul- molekul reseptor untuk setiap
jenis virus berbeda-beda, berupa protein untuk Picornavirus, atau oligosakarida untuk
Orthomixovirus dan Paramyxovirus. Ada atau tidaknya reseptor menentukan patogenesitas
virus (mekanisme infeksi dan perkembangan penyakit), misalnya virus polio hanya dapat
melekat pada sel susunan saraf pusat dan saluran usus primata. Virus HIV berikatan dengan
reseptor T CD4 pada sel sistem imun (Subowo, 2010).
Virus rabies diduga berinteraksi dengan reseptor asetikolin. Reseptor virus mempunyai beberapa
kelas yang berbeda:
molekul immunoglobulin-like superfamily
reseptor terkait membran
saluran dan transporter transmembran.
Tahap Penetrasi
Pada tahap penetrasi, selubung ekor berkontraksi untuk membuat lubang yang menembus
dinding dan membran sel. Selanjutnya, virus menginjeksikan materi genetikanya ke dalam sel
inang sehingga kapsid virus menjadi kosong (mati) (Ryu,2016).
Tahap Sintesis
Pada tahap sintesis, DNA sel inang dihidrolisis dan dikendalikan oleh materi genetik
virus untuk membuat asam nukleat(salinan genom) dan protein komponen virus (Subowo, 2010).
Tahap Pematangan
Hasil sintesis berupa asam nukleat dan protein dirakit menjadi
partikel-partikel virus yang lengkap sehingga terbentuk virion-virion baru (Hasdianah dan Dewi,
2014)
Tahap Lisis
Fag menghasilkan lisozim, yaitu enzim perusak dinding sel inang. Rusaknya dinding sel
inang mengakibatkan terjadinya osmosis ke dalam sel inang, sehingga sel inang membesar dan
akhirnya pecah. Partikel virus baru yang keluar dari sel akan menyerang sel inang lainnya.
Siklus Lisogenik
Berbeda dengan siklus lisis yang membunuh sel inang, siklus lisik lisogenik
memungkinkan replikasi genom fag tanpa menghancurkan inang. Setelah adsorpsi dan injeksi
DNA Virus berintegrasi ke dalam kromosom bakteri, integrasi ini disebut profaga (gen asing
yang bergabung dengan kromosom bakteri). Dalam hal ini DNA virus tidak langsung
menyintesis DNA Bakteri, karena bakteri memiliki imunitas. Setelah imunitasnya hilang baru
2
DNA Virus mengendalikan DNA bakteri, yang tahap selanjutnya seperti pada siklus lisis
(Suprobowati dan Kurniati, 2018).
Pada siklus lisogenik, tahap yang dilalui lebih banyak daripada siklus litik. Tahap
adsorpsi dan tahan injeksi sama dengan siklus litik. Akan tetapi, sebelum tahap sintesis terlebih
dahulu virus melewati tahap penggabungan dan tahap pembelahan.
Kemudian dilanjutkan dengan tahapan perakitan dan tahap litik (Nurhayati, 2010).
Tahap Penggabungan
Tahap ini adalah tahap ketika DNA fag masuk ke dalam tubuh bakteri dan terjadinya
penggabungan antara DNA bakteri dan DNA fag. Proses ini terjadi ketika DNA yang berbentuk
kalung tak berujung pangkal terputus sehingga DNA fag menyisip diantara DNA bakteri yang
terputus tadi. Kemudian terbentuklah DNA utuh yang terinfeksi atau tersisipi DNA fag
Tahap Pembelahan
30 DNA fag telah tersambung dengan DNA bakteri. DNA fag tidak dapat bergerak atau disebut
profag. Karena bergabung dengan DNA bakteri, ketika DNA bakteri melakukan replikasi
selnya secara langsung, profag juga melakukan replikasi. Demikian juga ketika sel bakteri
mengalami pembelahan, secara langsung dua anak sel bakteri yang mengandung profag tersebut
juga ikut mengalami pembelahan. Dengan kata lain jumlah profag sama dengan jumlah bakteri
inangnya
Tahap Sintesis
Pada kondisi lingkungan tertentu, profag menjadi aktif. Profag dapat saja memisahkan
diri dengan DNA bakteri dan merusak DNA bakteri. Kemudian menggantikan peran DNA
bakteri dengan DNA fag untuk sintesis protein yang berfungsi sebagai kapsid bagi fag-fag
baru dan replikasi DNA.
Tahap Perakitan
Pada tahap ini, terjadi perakitan kapsid-kapsid virus yang utuh sebagai selubung virus.
Setelah kapsid virus utuh, diisi dengan DNA hasil replikasi, terjadi virus-virus baru
Tahap Lisis
Tahap ini sama seperti tahap litik pada siklus lisis saat dinding bakteri akan pecah dan virus baru
berhamburan keluar. Virus baru ini akan menyerang bakteri lain. Begitu seterusnya, virus akan
mengalami siklus lisis dan siklus lisogenik.
2
pada tanaman tembakau yang disebabkan tanaman diserang virus Tobacco Mozaik Virus
(TMV).
Dari penyakit bercak daun pada tembakau inilah dunia virus mulai terdeteksi.
Pada tahun 1883, Adolf Majjer seorang saintis asal Jerman melakukan pengujian dengan
jalan menyemprotkan getah yang diekstraksi dari daun tanaman yang sakit ke tanaman
yang sehat.
Dia mengambil kesimpulan bahwa penyebab penyakit ini adalah bakteri yang
lebih kecil dari biasanya, yang tidak dapat dilihat dengan mikroskop. Setelah satu
dasawarsa, hipotesis ini diuji kembali oleh Dimitri Ivonowsky yang melakukan pengujian
dengan mengalirkan getah dari daun tembakau yang telah terinfeksi melalui saringan
yang telah didesain untuk mengumpulkan bakteri ke tembakau yang sehat, ternyata
tembakau kedua ini tertular penyakit. Dia melakukan ekstraksi lagi pada daun tembakau
kedua dan mengalirkannya pada tembakau ketiga, hasilnya tetap sama, yaitu tanaman
ketiga terinfeksi penyakit ini juga. Sehingga dia menyimpulkan bahwa patogen tersebut
memiliki kemampuan bereproduksi di peralatan yang digunakannya. Selanjutnya pada
tahun 1935, saintis Amerika Wendell Crenley berhasil mengkristalkan partikel
penginfeksi tersebut yang sekarang dikenal dengan Tobacco Mozaik Virus (TMV), dan
setelah itu maka jenis-jenis virus lainnya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop
elektron.
b. Burik kuning
Burik kuning menyerang pada tanaman padi dan aster melalui plasmodesmata sehingga
menyebar ke seluruh tubuh tanaman. Ini disebabkan plasmodesmata berfungsi untuk
menghubungkan ruang-ruang antar sel.
c. Kerdil
Tanaman yang terserang virus tungro, pertumbuhannya akan terhambat sehingga tampak
kerdil, penyebarannya oleh perantara serangga wereng coklat dan wereng hijau berpindah
dari tanaman satu ke tanaman lainnya . Untuk mengatasi virus tungro ini pemerintah telah
menggalakan penanaman padi VUTW (varietas unggul tahan wereng)
2
maka seumur hidup orang tersebut akan membawa virus HIV. Virus HIV terdapat pada
darah, cairan sperma, cairan yang dihasilkan vagina dan cairan tubuh lainnya dari
penderita AIDS.
Penularan AIDS dapat terjadi melalui hal-hal berikut ini:
1. Hubungan seksual baik homoseksual maupun heteroseksual.
2. Transfusi darah dan produk darah lainnya yang berasal dari pengidap AIDS.
3. Penggunaan jarum yang berulang-ulang untuk penyuntikan, tusuk jarum, tato.
4. Dari ibu ke bayinya sewaktu persalinan atau lewat ASI (air susu ibu).
Penularan AIDS tidak dapat melalui hal-hal sebagai berikut.
1. Gigitan nyamuk atau serangga
2. Berjabat tangan
3. Berangkulan
4. Bersin
5. Batuk
6. Air kolam renang
Urutan proses seseorang yang sehat dapat tertular virus HIV adalah sebagai berikut.
1. Selama 3-6 bulan, dalam darahnya belum ditemukan HIV (tes darah negatif).
2. Setelah 3-6 bulan, test darah akan menunjukkan HIV positif sehingga sudah
kategori pengidap (carrier).
3. Lebih kurang 5-10 tahun kemudian mulai timbul gejala letih, lesu, lelah, berat
badan menurun drastis, demam (panas) lebih dari 1 bulan, diare lebih dari 1 bulan,
sesak nafas dan batuk kering, pembesaran kelenjar getah bening, sariawan yang
lama atau terus menerus, penyakit kulit dan pada akhirnya penderita akan
meninggal dunia karena penderita terserang oleh macam-macam infeksi akibat tidak
memiliki kekebalan tubuh.
b. Hepatitis B
2
Hepatitis B, virus ini berkembang di dalam jaringan hati sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan sel-sel hati. Tanda dan gejala hepatitis B pada
keadaan akut adalah nafsu makan berkurang, mual, lesu, muntah dan demam, nyeri sendi,
setelah 3-10 hari air seni berwarna gelap (coklat) seperti teh, kulit dan bagian putih mata
berwarna kuning. Bagaimana mencegah hepatitis B? Penyakit ini dapat dicegah dengan
vaksinasi, diharapkan terbentuk kekebalan terhadap penyakit hepatitis B dengan daya
lindung kurang lebih lima tahun, kemudian usaha yang dapat kita lakukan adalah dengan
mengonsumsi makanan yang tinggi kalori dan proteinnya, istirahat cukup, tidak
mengonsumsi makanan dan minuman yang beralkohol, mengonsumsi obat dan vitamin
yang berfungsi memperbaiki fungsi hati.
d. Influenza
Influenza disebabkan oleh infeksi virus Orthoneovirus, ditularkan lewat udara dan
masuk ke alat-alat pernafasan. Tanda dan gejalanya adalah demam, sakit kepala, nafsu
makan menurun, nyeri otot, biasanya akan sembuh sendiri dalam 3-7 hari. Pencegahan
dengan jalan menjaga daya tahan tubuh serta menghindari interaksi dengan penderita.
f. Polio
Virus polio memiliki capsid dengan bentuk icosahendral, virionnya tidak
berselubung, sferis dan berukuran 20-30 nm, termasuk RNA virus. Manusia merupakan
2
satu-satunya inang alami virus polio. Virus ini menyerang sel-sel yang membatasi saluran
pencernaan dan sel-sel susunan saraf pusat, masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman atau pernafasan. Gejala klinik infeksi virus polio adalah demam, malaise, sakit
tenggorokan, sakit kepala, meningitis aseptic, poliomyelitis paralitik (lumpuh).
Pencegahannya dilakukan dengan vaksinasi secara oral.
g. Smallpox (cacar)
Virus cacar (virus variola, smallpox virus) merupakan virus DNA dengan ukuran
250 × 400 nm. Manusia merupakan satu-satunya inang alami virus ini, meskipun dapat
pula menyerang kera Infeksi awal virus variola pada manusia terjadi pada membran
mukosa saluran pernafasan bagian atas. Virus ini memperbanyak diri dalam mukosa dan
jaringan limfa sehingga terjadi verimia pertama. Veremia sekunder terjadi setelah
perkembangbiakan virus dalam organ-organ yang mengakibatkan erupsi pada kulit dan
membran mukosa.
2
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Virus adalah agen submikroskop penginfeksi yang hanya dapat hidup di dalam sel-sel
dari organisme lain. Dalam keadaan struktur yang lengkap, virus dikenal sebagai virion
(bentuk bebas), yang terdiri dari
a. Materi genetik (DNA atau RNA)
b. Selubung protein (kapsid)
c. Selubung luar dari lipid.
2. Virus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Parasit obligat intraseluler
b. Infeksi bersifat spesifik
c. Virus bersifat hidup dan sifat mati
Beraksi dengan komponen fisik dan kimia
3. Infeksi virus menunjukkan gejala yang berdeda-beda, bergantung pada organ yang
terinfeksi dan jenis virus penyebabnya. Umumnya akan terjadi gejala demam. Gejala lain
seperti nyeri tenggorokan, batuk-batuk, mual, diare, gangguan kulit, atau nyeri pada
berbagai bagian tubuh adalah gejala lain yang biasanya mengikuti gejala demam dan
menyasar pada organ tempat serangan virus terjadi.
4. Terjadi dua mekanisme dalam daur hidup virus, yaitu siklus litik dan siklus lisogenik.
Tahapan pada siklus litik bakteri antara lain.
Tahap Lisis Tahap Adsorpsi
Tahap Penetrasi
Tahap Sintesis
Tahap Pematangan
2
3.2 Saran
Virus merupakan organisasi yang dapat memberikan manfaat sekaligus memberikan
kerugian bagi kehidupan. Virus dapat melakukan replikasi dengan cepat dan dapat menyerang
dengan cepat. Kegiatan meningkatkan ketahanan tubuh seperti berolahraga diperlukan untuk
menjaga diri dan seragam virus.
Makalah ini masih jauh dengan kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya.
Penyusun berharap pembuat makalah selanjutnya dapat membuat makalah yang baik lagi tentang
genetika mikroba.