Anda di halaman 1dari 24

REVIEW SUMMARY

DEFINISI, STRUKTUR DAN MORFOLOGI VIRUS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi


Dosen Pengampu:
Vita Meylani, S.Pd., M.Sc.

Disusun oleh: Kelompok 1

Sinthya Nabillah 212154048


Susi Siti Nurjanah 212154050
Tiara Natasya 212154053
Muhammad Dzikrillah 212154056
Tasnim Salsabila 212154065
Dila Nathania N 212154075

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2023

0
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................2
D. Manfaat Penelitian........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Definisi dan Karakteristik Virus...................................................................4
B. Karakeristik Virus.........................................................................................6
C. Struktur Virus................................................................................................7
D. Genom Virus (Genome Virus)....................................................................11
E. Morfologi Virus..........................................................................................15
F. Sejarah Penemuan Virus.............................................................................17
BAB III PENUTUP..............................................................................................20
A. Kesimpulan.................................................................................................20
B. Saran............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Virus adalah agen patogen atau infeksius yang tubuhnya hanya terdiri
dari asam nukleat (bisa DNA atau RNA saja) dan protein yang melindunginya
disebut kapsid (Sastrawati, 2021). Virus merupakan unit biologi parasit
obligat dan bersifat patogen. Infeksi virus ini dapat menyerang berbagai
makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan hingga manusia yang kelak dapat
menimbulkan berbagai masalah atau penyakit. Selain menimbulkan penyakit
bahkan kematian terhadap makhluk hidup, dampak yang ditimbulkan juga
beraneka ragam.
Wabah akibat infeksi virus sudah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu.
Hasil penelitian telah mencatat bahwa virus mulai menginfeksi ke manusia
dan menyebabkan pandemi global sejak tahun 1800-an. Istilah virus berasal
dari Bahasa latin yaitu Varion yang bermakna racun. Virus pertama kali
ditemukan pada tahun 1883 dengan ditemukannya penyakit yang
menyebabkan terdapatnya suatu bintik-bintik kuning yang menjangkit daun
tembakau. Penyakit tersebut kemudian dikenal sebagai penyakit mosaic
tembakau.
Infeksi virus ini banyak menyebabkan berbagai penyakit hingga
kematian bagi makhluk hidup yang terinfeksi tersebut. Sedangkan mekanisme
virus dalam menginfeksi inangnya, mula-mula virus dapat masuk kedalam sel
kemudian melakukan replikasi pada satu atau lebih jaringan lalu akan
menyebar ke seluruh tubuh dapat melalui darah, system pernafasan, darah
hingga jaringan saraf. Virus juga mengalami masa inkubasi yang dapat
memakan waktu antara 2 hingga 3 minggu, hal tersebut bergantung terhadap
gejala yang ditimbulkan dan efek dari penyebaran sistemik ke dalam jaringan
tubuh makhluk hidupnya sendiri.
Para ilmuwan telah berusaha untuk menekan efek wabah akibat
infeksi virus dengan melakukan berbagai langkah strategis, salah satunya

1
dengan cara menemukan dan mengembangkan vaksin atau obat.
Pengermbangan vaksin sendiri diharapkan mampu membentuk herd immunity
di mana suatu populasi dapat kebal terhadap paparan virus tersebut.
Penemuan obat juga diharapkan dapat menekan angka kematian dan
meminimalkan perburukan klinis akibat infeksi virus

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Virus?
2. Bagaimana karakteristik Virus?
3. Bagaimana struktur dari Virus?
4. Apa yang dimaksud dengan Genome Virus?
5. Bagaimana morfologi dari Virus?
6. Bagaimana sejarah penemuan Virus?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka terdapat beberapa tujuan
diantaranya:
1. Mengetahui apa itu definisi dari Virus
2. Mengetahui bagaimana karakteristik Virus
3. Mengetahui bagaimana struktur dari Virus
4. Mengetahui apa itu Genome Virus
5. Mengetahui bagaimana morfologi Virus
6. Mengetahui sejarah penemuan Virus

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian
ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai
berikut:

2
1. Manfaat teoritis
Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan materi
mengenai virus.
2. Manfaat praktis
Hasil literatur view ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
bagi masyarakat umum agar menambah pengetahuan mengenai materi
virus.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Karakteristik Virus


1. Definisi Virus
Virus adalah gen penyebab infeksi yang hanya dapat hidup di
dalam sel hidup, yaitu pada sel hewan (temasuk manusia), tumbuhan,
jamur, dan bakteri (Nurhayati, 234:2006). Pada awalnya virus dianggap
sebagai zat kimiawi biologis. Bahkan akar bahasa latin untuk kata virus
berati ‘racun’. Karena virus mampu menyebabkan berbagai macam
penyakit dan dapat menyebar di antara organisme, para peneliti pada
akhir 1800-an menganggap ada kesamaan antara bakteri dan mengajukan
virus sebagai bentuk kehidupan yang paling sederhana. Akan tetapi virus
tidak dapat bereproduksi atau melaksanakan aktivitas metabolisme di
luar sel inang.
Kebanyakan ahli biologi yang mempelajari virus saat ini mungkin
akan setuju bahwa virus tidak hidup, namun berada di wilayah abu-abu
antara bentuk kehidupan dan zat kimiawi (Campbell, Reece, 2010:412).
Virus adalah agen infeksius yang terlalu kecil untuk dilihat dengan
mikroskop cahaya dan mereka bukan sel, mereka tidak memiliki inti sel,
organel, atau sitoplasma. Ketika mereka menyerang sel-sel pejamu yang
rentan, virus menampilkan beberapa sifat organisme hidup sehingga
tampak di perbatasan antara hidup dan tak hidup. Virus dapat
mereplikasi, atau memperbanyak, hanya di dalam sel inang (Black,
2008:272).

2. Definisi Virus Menurut Ahli


Virus memiliki keunikan tersendiri jika digolongkan ke dalam
makhluk hidup. Atas dasar keunikan itulah maka beberapa peneliti atau
ahli virologi mencoba melakukan kajian untuk mendefinisikan virus.

4
Berikut adalah beberapa ilmuwan yang sudah mencoba mendefinisikan
virus (Smith, 1980).
1. Lwoff and Tournier (1966)
Virus hanya memiliki satu jenis asam nukleat yaitu DNA
(asam deoksiribonukleat) atau RNA (asam ribonukleat). Virus
melakukan replikasi atau menggandakan diri dengan
menggunakan asam nukleat tersebut. Walaupun demikian, virus
tidak dapat tumbuh atau mengalami pembelahan biner. Virus
memanfaatkan ribosom dari sel inangnya untuk melakukan
replikasi atau menggandakan diri. Oleh karena itu virus
merupakan organisme parasit.
2. Luria and Darnell (1968)
Virus sebagai unit yang genomnya adalah asam nukleat
yaitu DNA dan RNA yang diproduksi di dalam sel makhluk hidup
lain (sel inang). Virus menggunakan sistem kompleks sintesis sel
inang yang secara langsung mensintesis partikel virus yang
mengandung materi genetik virus (genom virus) dan
mentransefrnya ke dalam sel.
3. Bawden (1964)
Virus merupakan unit sub-mikroskopik infektif yang
bereplikasi hanya secara intraselular dan berpotensi patogen.
4. Hahon (1964)
Hahon mendefinisikan virus dianalogikan sebagai
transmitter atau kendaraan pembawa informasi materi genetik
atau dapat dikatakan sebagai potongan-potongan hereditas
menular untuk mencari kromosom.
Berdasarkan beberapa definisi mengenai virus dari ahli dapat
disimpulkan bahwa virus merupakan unit yang hanya mempunyai satu
tipe asam nukleat (DNA atau RNA). Virus hanya dapat bereplikasi di
dalam sel makhluk hidup sehingga mereka merupakan organisme parasit
obligat.

5
B. Karakeristik Virus
Virus memilki beberapa fitur umum yang terdiri dari bahan
genetika RNA atau DNA dan lapisan protein pelindung (Kapsid). Dan
tidak memiliki sel atau bersifat aseluler, memilliki bentuk yang
bervariasi. Virus bukan seperti mikroorganisme uniseluler pada
umumnya yang meliputi bakteri, parasit, protozoa, jamur, mikoplasma
dsb. Mikroorganisme tersebut memiliki sel dan mengandung DNA
sebagai materi genetik dan juga mengandung beberapa tipe RNA serta
memiliki sistem kompleks untuk memproduksi energi dan senyawa
makromolekul (Hutomo, 2021). Mikroorganisme tersebut tumbuh
melalui sintesis senyawa makromolekul seperti asam nukleat, protein,
karbohidrat dan lemak. Mikroorganisme tersebut berkembang biak
dengan cara pembelahan biner (Smith, 1980).
Bentuk virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk dan komposisi
kimiawinya. Bentuk virus ada yang berbentuk bulat, oval, memanjang,
silindariis, dan ada juga yang berbentuk T. Ukuran Virus sangat kecil,
hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron, ukuran
virus lebih kecil daripada bakteri. Ukurannya berkisar dari 0,02
mikrometer sampai 0,3 mikrometer (1 μm = 1/1000 mm). Unit
pengukuran virus biasanya dinyatakan dalam nanometer (nm). 1 nm
adalah 1/1000 mikrometer dan seperjuta milimeter. Virus cacar
merupakan salah satu virus yang ukurannya terbesar yaitu berdiameter
200 nm, dan virus polio merupakan virus terkecil yang hanya berukuran
28 nm.
Jika kita mulai struktur yang terluar kita bisa melihat adanya
selubung glikoprotein (pada virus berselubung), kemudian ada juga
kapsid yang bentuknya bermacam-macam. Selain itu juga ada protein
yang menonjol disebut dengan spike yang berfungsi dalam perlekatan
virus ke sel inang. Kebanyakan virus DNA mempunyai berat molekul
asam nukleat sangat tinggi dan lebih bervariasi daripada virus RNA,
misalnya virus vaksinia mempunyai berat molekul DNA 160 x 106; virus

6
herpes mempunyai berat molekul DNA 50 – 90 x 106 dalton.Virus tidak
memiliki organel fungsional seperti mitokondria, golgi, kloroplas dan
retikulum endoplasma. Oleh sebab itu virus bergantung kepada sel inang
untuk memproduksi energi, melakukan replikasi atau menggandakan diri
dan mensintesis makromolekul.
Virus mengandung salah satu jenis asam nuklelat yaitu DNA atau
RNA (tidak mungkin mengandung dua-duanya) dan berbeda dari
mikroorganisme lain. 4 Virologi Virus memiliki siklus hidup yang
terbagi menjadi dua fase. Ketika berada di fase luar sel inang, virus
melakukan metabolisme secara inert dan dapat dianggap sebagai
makromolekul kompleks. Selama dalam fase extracelular, virus
berpindah yang bergantung terhadap perpindahan fluida dan udara serta
beberapa darinya mengikuti siklus hidup vektor serangga (Burrell, 2016).
Adanya faktor lingkungan tersebut dapat memberikan kemungkinan
besar virus dapat bertransmisi atau berpindah untuk mencari inang yang
cocok dan memberikan pengaruh mengenai penyebaran atau penularan
penyakit yang ditimbulkan (Islam, 2021).
Ketika di dalam sel inang, virus menjalankan metabolisme aktif di
mana materi genetik virus (viral genome) mengeksploitasi sistem
komplek sel inang untuk memperbanyak genom, RNA-messenger dan
protein virus (didalamnya termasuk karbohidrat dan lemak). Setelah
semua komponen terbentuk, komponen tersebut akan menjadi satu
kesatuan membentuk partikel virus baru yang disebut virion.

C. Struktur Virus
1. Stuktur Partikel Virus
Struktur konvensional virus terdiri dari inti yang mengandung
asam nukleat (genom) sebagai materi genetik yaitu: RNA atau DNA
dengan jumlah bervariasi. Asam nukleat tersebut dikelilingi oleh
kerangka protein yang disebut kapsid. (Sastrawati, 2021).

7
Materi genetik virus mengkode protein struktural kapsid dan
protein virus lainnya yang sangat penting dalam menginisiasi proses
replikasi. Asam nukleat dan kapsid yang juga disebut dengan
nukleokapsid diselubungi oleh suatu membran. Membran selubung
tersebut terdiri dari protein spesifik, lemak (lipid) dan karbohidrat.
Keseluruhan struktur virus (genom, kapsid dan selubung) akan
membentuk partikel virus yang dikenal dengan virion.

Struktur partikel virus (Norrby,1983)


Bagian luar dari virion terdiri dari protein yang berinteraksi
terhadap protein tertentu pada permukaan sel di mana replikasi virus
terjadi dengan menginfeksi sel inang. Virus memiliki ukuran yang sangat
kecil. Jika dibandingkan dengan panjang gelombang sinar tampak,
ukuran virus lebih kecil sehingga virus hanya bisa teramati dengan jelas
menggunakan mikroskop elektron. Parvovirus termasuk virus yang
paling kecil dengan ukuran diameter 18-22 nm. Virus ini menyerang
tanaman tembakau dan menyebabkan penyakit tobacco necrosis. Virus
penyebab denso-nukleosis pada larva Galleria mellonella memiliki
ukuran 20 ± 1,5 nm dan penyakit kaki dan mulut ternak yang memiliki
ukuran 22 nm. Selain itu terdapat virus yang memiliki ukuran paling
besar yaitu, entomopoxvirus yang menyerang hewan dan serangga.
Entomopoxvirus merupakan golongan virus cacar yang memiliki ukuran
400 x 250 nm. (Priastomo, 2021).

8
2. Genom Virus (Genome Virus)
Inti asam nukleat (genom) pada virus berisi materi genetik yaitu
DNA atau RNA. Jenis materi genetik virus merupakan salah satu faktor
paling penting dalam mengklasifikasikan virus. Virus dengan materi
genetik DNA memanfaatkan sel yang terinfeksi sebagai situs replikasi
genom. Terdapat beberapa pola umum dari ekspresi gen dan replikasi
genom dengan kesamaan proses yang terjadi pada sel inang. Virus yang
menggunakan RNA sebagai materi genetik memiliki rancangan berbagai
cara untuk mereplikasi material genetik tersebut, hal ini disebabkan
karena sel tidak memiliki sistem komplek atau cara untuk mereplikasi
RNA secara langsung. Replikasi RNA virus membutuhkan ekspresi dari
enzim spesifik yang mana hanya ada di dalam sel inang yang terinfeksi.
(Priastomo, 2021).

3. Kapsid Virus (Capsid Virus)


Kapsid memiliki struktur yang kompleks dan terbuat dari beberapa
subunit protein identik yang sering disebut kapsomer. Kapsid berfungsi
sebagai kerangka protein di mana genom virus yang secara struktural
labil dapat dijaga kestabilannya terhadap lingkungan. Perpaduan antara
kapsid dengan genom merupakan proses kompleks yang di mana
menghasilkan struktur stabil secara energi. Struktur yang stabil tersebut
dapat menggambarkan bentuk dimensi virus.
Berdasarkan struktur parameter kapsomer virus, bentuk virus
memiliki dua jenis bentuk regular yaitu helix dan ikosahedron. Helix
(Helical) merupakan bentuk dari perpaduan kapsid dan asam nukleat
yang berbentuk helix atau sering disebut nukleoprotein. Perpaduan dari
keduanya dapat menghasilkan bentuk yang kaku atau fleksibel,
tergantung dari sifat protein kapsid itu sendiri. Ikosahedron (Icosahedral)
adalah kapsomer berbentuk struktur padat teratur yang membungkus
genom virus.

9
Bentuk Regular Virus: A. Helix dan B. Ikosahedron (Horne, 1974)
Susunan kapsid yang mengelilingi materi genetik virus
memberikan keunikan bagi setiap jenis virus. Setiap virus memiliki
bentuk dan susunan struktur unik yang bergantung pada sifat alami
protein kapsid dan bagaimana protein kapsid tersebut berinteraksi.
Bentuk kapsid virus menjadi kriteria dasar untuk mengklasifikasikan
virus. Selain itu kapsid virus memiliki beberapa peranan penting
terutama dalam siklus infeksi virus. Berikut adalah beberapa peran
penting kapsid virus:
a. Kapsid melindungi genom virus dari segala bentuk paparan
lingkungan luar.
b. Kapsid memfasilitasi interaksi dengan sel inang dalam hal mengenali
sel inang. Virus memperlihatkan potensi biologisnya pada jaringan
spesifik dari sel inang.
c. Kapsid membantu pergerakan virus anatar sel dalam organisme
multiseluler. Sehingga fenomena ini menyebabkan infeksi sistemik
pada sel inang.
d. Kapsid memfasilitasi transmisi termediasi vektor virus dengan
organisme. Dalam vektor, kapsid bersama dengan protein lainnya
memungkinkan terjadi retensi virion terhadap bagian mulut vektor,
perpindahan ke bagian badan vektor lain, replikasi dan terkadang
menghasilkan lebih banyak virion (Priastomo, 2021).

10
4. Selubung Virus (Enveloped Virus)
Beberapa virus memiliki struktur yang lebih kompleks, di mana
kapsid dikelilingi atau dilindungi oleh lapisan/membran lemak (lipid
layer) yang disebut sebagai selubung virus / enveloped virus. Selubung
terbuat dari lipid bilayer yang diturunkan dari sel di mana virus
bereplikasi dan dari hasil 8 Virologi pengkodean protein membran virus.
Ada tidaknya selubung lemak menjadi hal penting untuk
mengklasifikasikan jenis virus khususnya virus hewan. Bentuk dari jenis
virus didasarkan oleh bentuk kapsid virus dan bukan ada atau tidaknya
selubung lemak. Hal ini dikarenakan, sebagian besar selubung lemak
virus amorphous dan mudah rusak bahkan ketika dilakukan pengamatan
menggunakan mikroskop elektron. (Priastomo, 2021)

D. Genom Virus (Genome Virus)


Genom virus adalah inti dari asam nukleat pada virus yang hanya
memiliki satu jenis materi genetik yaitu Deoxyribonucleic Acid (DNA) atau
Ribonucleic Acid (RNA). Material genetik ini berfungsi untuk mengkode
protein yang diperlukan dalam keberlangsungan hidupnya, seperti dalam
pembentukan struktur tubuhnya dan dalam perkembangbiakannya. Panjang
asam nukleat dan jenis materi genetik dalam genom virus merupakan salah
satu faktor paling penting dalam menentukan jenis virus dan
pengklasifikasiannya. Virus tidak dapat menjalankan fungsi penunjang
kehidupannya di luar sel inang dan tidak dapat mensintesis protein karena
mereka kekurangan ribosom sehingga menggunakan sistem ribosom sel inang
untuk menerjemahkan mRNA menjadi protein. Virus dengan materi genetik
DNA memanfaatkan sel yang terinfeksi sebagai tempat untuk replikasi
genom. Sedangkan virus dengan materi genetik RNA menggunakan sistem
yang ada dalam sel yang telah terinfeksi untuk mereplikasi atau
memperbanyak material genetik, karena sel tidak memiliki cara atau sistem
kompleks untuk mereplikasi RNA secara langsung, sehingga virus RNA perlu

11
menghasilkan enzim spesifik yang hanya ada di dalam sel inang yang
terinfeksi.
Genom merupakan keseluruhan material genetik, terbungkus dalam
protein pelindung yang disebut kapsid dan terdiri dari satu atau beberapa
protein, masing-masing mengkode satu gen virus. Selain itu terdapat beberapa
variasi dari genom pada virus, yaitu:
1) Genom DNA
a. Bentuk sirkuler, untai ganda. Contoh: Baculovirus
b. Bentuk sirkuler, untai tunggal. Contoh: Bakteriofag M13
c. Bentuk linier, untai ganda. Contoh: Herpesvirus
d. Bentuk linier, untai tunggal. Contoh: Parvovirus
2) Genom RNA
a. Bentuk sirkuler, untai tunggal. Contoh: Tobacco Mosaic Virus
(TMV)
b. Bentuk linier, untai ganda. Contoh: Reovirus
c. Bentuk linier, untai tunggal. Contoh: Hepatitis D Virus
Ada juga virus dengan genom yang bersegmen-segmen seperti virus
influenza dan SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2), kedua virus ini memiliki genom RNA beruntai tunggal yang
tersegmentasi. Virus DNA dan RNA beruntai tunggal lebih rapuh
dibandingkan virus beruntai ganda.
Virus DNA dan RNA dibedakan berdasarkan ciri-cirinya, seperti
monopartit atau multipartit. Pada monopartit, genomnya memiliki molekul
asam nukleat tunggal. Semua genom DNA beruntai ganda hanya
mengandung satu molekul asam nukleat dan beberapa virus dengan genom
beruntai tunggal dilaporkan memiliki banyak segmen. Genom virus RNA
umumnya multipartit, dengan frekuensi lebih banyak untuk virus RNA
beruntai tunggal. Ukuran genom virus bergantung pada jenis sel inangnya.
Virus dengan sel inang prokariotik cenderung bereplikasi dengan cepat untuk
mengimbangi sel inangnya, karena dari sifatnya yang kompak dengan gen
bakteriofag yang tumpang tindih, sehingga menghasilkan ukuran genom yang

12
minimal. Virus dengan sel inang eukariotik menunjukkan kompresi yang luar
biasa saat intinya dimasukkan ke dalam kapsid sehingga hanya genom dalam
jumlah optimal yang dapat dikemas.
Genom virus tidak memiliki protein histon yang diperlukan dalam
pengemasan genom agar dapat masuk ke dalam inti sel. Strategi pengemasan
virus berkaitan dengan jenis genomnya, virus dengan genom DNA beruntai
ganda menggunakan motor molekuler, dengan struktur seperti kumparan
untuk mengemas genomnya ke dalam kapsid. Sebaliknya, virus dengan
genom DNA atau RNA beruntai tunggal menggunakan mekanisme
kooperatif, yaitu pengemasan dan perakitan genom ke dalam kapsid akan
terjadi bersamaan, sehingga meningkatkan efisiensi perakitan kapsid.
Berdasarkan bentuk genomnya virus dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok dalam sistem Baltimore (Sistem pengklasifikasian virus
yang diciptakan oleh David Baltimore dan mendapatkan hadiah Nobel pada
tahun 1975 pada bidang Fisiologi atau Kedokteran) diantaranya:
1. DNA untai ganda (dsDNA).  Grup I
Virus dsDNA, di mana mRNA diproduksi melalui transkripsi
langsung menggunakan RNA polimerase inang. mRNA ini dapat
dihasilkan dari genom virus yang menginfeksi (mRNA awal) atau dari
dsDNA virus keturunan (mRNA akhir).
2. DNA untai tunggal (ssDNA).  Grup II
Virus ssDNA terlepas dari polaritas genom (+, -, +/-, dan + plus -)
termasuk dalam kelompok ini karena produksi mRNA melibatkan
langkah menghasilkan dsDNA terlebih dahulu.
3. DNA untai ganda bercelah (gapped DNA).
4. RNA untai ganda (dsRNA).  Grup III
Virus dsRNA menghasilkan mRNA dan templat replikasi melalui
RNA-dependent RNA Polymerase (RdRP)-nya sendiri.
5. RNA untai tunggal (ssRNA) dengan untai positif.  Grup IV
Virus ssRNA (+) dengan genom yang segera dikenali oleh mesin
sel inang sebagai mRNA. Protein yang diterjemahkan selanjutnya

13
mengarahkan replikasi genom virus. Pembawa pesan ini dapat berupa
polisistronik, dalam hal ini poliprotein yang dihasilkan dari translasi
kemudian dipecah oleh protease yang dikodekan dalam genom virus
untuk menghasilkan protein virus yang berfungsi.
6. RNA untai tunggal (ssRNA) dengan untai negatif.  Grup V
Virus ssRNA (-) yang harus disalin terlebih dahulu ke dalam
molekul RNAsense untuk menghasilkan mRNA virus. Ada dua tipe
utama ssRNA (-) tergantung di mana replikasi virus terjadi: ssRNA (-)
yang bereplikasi di sitoplasma bersifat monopartit dan ditranskripsi oleh
RdRp untuk menghasilkan molekul sense yang dapat diterjemahkan dan
juga berfungsi sebagai cetakan untuk menghasilkan virus untai minus
(molekul genom). Dan genom yang tersegmentasi di replikasi di dalam
nukleus, dalam hal ini mRNA terpisah diproduksi oleh RdRp virus yang
menghasilkan molekul pembawa pesan dan templat replikasi.
7. RNA untai tunggal yang bereplikasi dengan DNA intermedier  Grup
VI
Virus ssRNA-RT melalui transkriptase balik (RT) yang dikodekan
virus, menghasilkan salinan dsDNA dari molekul genom. Molekul
dsDNA ini diintegrasikan ke dalam genom inang (menjadi provirus) di
mana ia dapat direplikasi dan ditranskripsi dalam nukleus menggunakan
mesin sel inang untuk menghasilkan mRNA virus serta molekul genom
ssRNA (+).
8. DNA untai ganda yang bereplikasi dengan intermedier RNA untai
tunggal.  Grup VII
Virus dsDNA-RT yang memiliki genom bercelah (genom sirkular
terbuka, OC, dsDNA) yang setelah terinfeksi terisi untuk menghasilkan
bentuk Covalently Closed Circular (CCC). Transkripsi genom CCC
dalam nukleus menghasilkan mRNA virus dan RNA subgenomik.
Menggunakan RT yang dikodekan virus, RNA subgenomik diubah
menjadi molekul dsDNA OC genom.

14
E. Morfologi Virus
Virus memiliki beragam bentuk dan ukuran yang bervariasi, sesuai
dengan klasifikasinya. Berdasarkan bentuknya, virus dapat dikelompokkan
menjadi empat jenis:
1. Virus filamentous (berserabut atau berserat), yang menyerang tanaman
seperti Tobacco Mosaic Virus (TMV). Identifikasi ini pertama kali
dilakukan oleh Takahashi dan Rawlins pada tahun 1933, dengan
menggunakan obyek getah tanaman tembakau yang terinfeksi penyakit
mosaik.
2. Virus ikosahedral (isometrik atau ikosahedral), yang memiliki bentuk
bulat kasar, termasuk virus polio, herpes, dan adenovirus. Jenis virus ini
pertama kali diidentifikasi oleh Williams dan Smith pada tahun 1958,
dengan menggunakan salah satu virus isometrik besar, Tipula Iridescent
Virus (TIV).
3. Virus berselubung (enveloped), yang memiliki membran mengelilingi
kapsid. Contoh virus dalam kategori ini adalah HIV, influenza, dan virus
SARS-CoV-2. Virus berselubung memiliki selubung fosfolipid dan
glikoprotein yang digunakan untuk berinteraksi dengan sel inang.
4. Virus berkepala dan berekor (head and tail), yang mirip dengan jenis
ikosahedral di bagian kepala dan mirip dengan virus berserabut di bagian
ekor. Jenis virus ini umumnya menginfeksi bakteri dan dikenal sebagai
bakteriofag. Setiap jenis virus ini memiliki karakteristik morfologi yang
unik dan berperan penting dalam cara mereka menginfeksi organisme
inangnya.
Pada tahun 1958, Williams dan Smith melaporkan bahwa bentuk
ikosahedral (icosahedron) pertama kali diamati pada Tipula Iridescent Virus
(TIV), salah satu virus isometrik besar. TIV ini menyerang larva lalat bangau
terbang, Tipula paludosa, dan beberapa spesies serangga lainnya. Ukuran
virus ini sekitar 130 nm dan bentuknya teramati menggunakan mikroskop
elektron dengan metode "double-shadowing". Model ikosahedral ini
digambarkan dan diperkirakan berdasarkan dua sumber cahaya yang

15
dipisahkan pada azimut 60 dan berorientasi sehingga puncak kontur
heksagonal menunjuk langsung ke setiap sumber cahaya. Fenomena ini
menghasilkan dua bayangan, yang pertama memiliki empat sisi yang runcing
dan yang kedua memiliki lima sisi dengan ujung tumpul (Gambar 1.4).
Dengan demikian, fenomena ini mengindikasikan dengan cukup yakin bahwa
partikel TIV memiliki bentuk ikosahedron (Smith, 1980).

Bentuk dari partikel virus dan keberadaan selubung virus memberikan


informasi penting mengenai penyakit yang ditularkan oleh virus setelah
terjadi infeksi. Bakteriofag yang menginfeksi bakteri Escherichia coli
memiliki struktur ekor yang digunakan untuk menyerang sel inang, sementara
struktur kepala berisi materi genetik DNA. Adenovirus, yang merupakan
virus tidak berselubung, menyerang hewan dan menjadi penyebab penyakit
pernapasan pada manusia. Adenovirus menggunakan glikoprotein yang
berbentuk seperti paku menonjol dari kapsomer untuk menyerang sel inang.
Selain adenovirus, virus-virus seperti papiloma, polio, dan hepatitis A juga
termasuk dalam klasifikasi yang sama. Virus tidak berselubung diketahui
lebih tahan terhadap perubahan suhu, pH, dan beberapa desinfektan
dibandingkan dengan virus berselubung, karena selubung virus bersifat rapuh.
Contohnya, virus HIV memiliki selubung fosfolipid bilayer dan protein
sejenisnya yang melindungi asam nukleat dan protein kapsid yang ada di
dalamnya. Glikoprotein yang tertanam pada selubung protein digunakan
untuk menyerang dan menginfeksi sel inang. Selain HIV, virus berselubung

16
lainnya termasuk cacar air, influenza, penyakit gondok, dan SARS-CoV-2
(Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2). Virus SARS-CoV-2,
yang sedang menjadi pandemi saat ini, merupakan virus berselubung dari
keluarga virus corona. Virus ini memiliki genom CoVs yang merupakan
untaian tunggal RNA positif (+ssRNA) yang lebih besar ukurannya
dibandingkan dengan virus RNA lainnya. Protein nukleokapsid membentuk
kapsid di luar genom, yang dilindungi oleh selubung yang terdiri dari tiga
struktur protein, yaitu protein membran, protein berbentuk paku atau jarum,
dan selubung protein (Brian, 2005 dan Wang, 2020).
A. virus cacar (virus vaccinia), B. Virus cacar (ecthyma contagiosa), C.
Rhabdovirus, D. Virus paramikso, E. Bakteriofag T, F. Bakteriofaq berekor
lentur, G. Virus herpes, H. Adenovirus, I. Virus influenza, J. Virus berserabut
lentur (virus kentang X), K. Virus berbentuk batang (virus mosaik tembakau),
L. Virus papiloma, M. Virus mosaik alfalfa, N. Virus polio, O. X174
bakteriofag

F. Sejarah Penemuan Virus


Sejarah penemuan virus diawali dengan ditemukan mikroskop oleh
seorang ilmuwan bernama Antony Van Leewenhoek pada tahun 1632.
Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk mengamati atau meneliti objek-
objek berukuran mikro. Seiring berkembangnya teknologi pada masa itu,
mikroskop semakin berkembang dan mengalami banyak sekali

17
penyempurnaan sehingga meneliti objek-objek mikro pada saat itu menjadi
trend tersendiri di kalangan ilmuwan.

1. Adolf Meyer (1883)


Pada tahun 1883, seorang ilmuan berkebangsaan Jerman, yaitu
Adolf Meyer untuk pertama kalinya berhasil menemukan virus melalui
identifikasi penyakit bintik kuning yang menyerang daun tembakau.
Dalam penelitiannya, Meyer menyemprotkan getah tanaman bakau yang
terserang penyakit ke tanaman bakau yang sehat, dan hasilnya tanaman
yang sehat ikut terserang penyakit yang sama dengan tanaman yang
terserang penyakit sebelumnya.
Dari hasil penelitiannya, Meyer menemukan bahwa terdapat
mikroorganisme selain bakteri yang dapat menginfeksi tanaman bakau.
Namun sayangnya Meyer tidak berhasil menemukan mikroba apa yang
menginfeksi tanaman tersebut, sehingga Meyer hanya menyimpulkan
bahwa penyakit pada tembakau disebabkan oleh bakteri yang sangat kecil
sehingga tidak mampu dilihat oleh mikroskop.

2. Dmitri Ivanovsy
Dari hasil penelitian Meyer yang masih menimbulkan tanda
tanya, seorang ahli biologi asal Rusia bernama Dmitri Ivanovsky menguji
kembali hipotesa yang dilakukan oleh Meyer sebelumnya. Pada masa itu,
telah ditemukan suatu filter yang dapat menyaring bakteri oleh lembaga
pasteur di Paris. Filter tersebut kemudian digunakan oleh Ivanovsky
untuk mengulangi penelitian Meyer yaitu dengan mengekstraksi getah
tembakau yang terinfeksi lalu disaring dengan filter saringan bakteri
tersebut. Getah hasil penyaringan tadi kemudian dioleskan pada
tembakau yang sehat dan hasilnya tanaman yang sehat ikut terinfeksi
juga.
Setelah melakukan penelitian, Ivanovsky menemukan bahwa
getah yang sudah disaring/difilter sebelumnya ternyata masih dapat

18
menularkan penyakit yang berarti penyebab penyakit tersebut bukanlah
bakteri. Namun meskipun demikian, Ivanovsky tetap berpegang teguh
pada hipotesanya bahwa tetap bakterilah yang menjadi penyebab
munculnya penyakit pada tembakau karena Ivanovsky berpikir bahwa
mungkin bakteri tersebut sangat kecil sehingga dapat lolos dari saringan
bakteri.

3. Martinus Beijrinck
Penelitian tentang penyakit pada tembakau terus berlanjut,
dilanjutkan oleh seorang ahli botani sekaligus mikrobiologi asal Belanda
yang bernama Martinus Beijerinck. Beijerinck melakukan eksperimen
yang menunjukan bahwa partikel penyebab penyakit pada tembakau
tersebut dapat bereplikasi. Namun replikasinya hanya dapat dilakukan
pada sel yang diinfeksinya saja. Selain itu, Beijrinck juga menemukan
bahwa agen misterius tersebut tidak dapat dikultur pada media nutrisi.
Dari hasil penelitiannya, Beijrinck menyimpulkan bahwa partikel
tersebut memiliki ukuran yang sangat kecil dan memiliki struktur yang
sangat sederhana dibandingkan dengan bakteri. Atas hipotesanya
tersebut, Beijrinck menjadi ilmuan pertama yang berbicara tentang
konsep virus.

4. Wendell M. Stanley (1935)


Setelah beijrinck berbicara tentang konsep virus, penelitian
dilanjutkan oleh seorang ilmuan asal Amerika yaitu Wendell M. Stanley
pada tahun 1935. Stanley berhasil mengkristalkan partikel penginfeksi
tanaman termbakau yang saat ini dikenal sebagai Tobacco Mosaic Virus
(TMV).
Sejak saat itu, penelitian lebih lengkap terkait keberadaan virus
semakin banyak hingga sekarang. Para ilmuan terus berhasil
mengidentifikasi keberadaan virus sebagai hal baru yang belum pernah
ada dalam sejarah sains.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Virus merupakan gen penyebab infeksi yang hanya dapat hidup dalam
sel hidup. Virus memiliki beberapa fitur umum yang terdiri dari bahan
genetik DNA atau RNA dan lapisan protein pelindung (kapsid). Virus
memiliki genom yang merupakan inti dari asam nukleat yang hanya memiliki
satu jenis materi genetik yaitu DNA atau RNA. genom merupakan
keseluruhan material genetik, terbungkus dalam protein pelindung berfungsi
untuk mengkode gen pada virus.
Seperti halnya bakteri, virus juga terdiri dari beragam bentuk dan
ukuran sesuai dengan klasifikasinya. Pada sejarahnya, dalam mengidentifikasi
virus dibutuhkan waktu yang cukup lama dan proses yang cukup panjang
sehingga memunculkan banyak hipotesa sampai pada akhirnya didapat
konsep mengenai virus yang dikenal saat ini.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu diperbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya.
Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian yang bermanfaat bagi banyak
orang.

20
DAFTAR PUSTAKA

Aji, T. M., Hartono, S., & Sulandari, S. (2015). Pengelolaan kutu kebul (Bemisia
tabaci Gen.) dengan Sistem Barier pada Tanaman Tembakau. Jurnal
Perlindungan Tanaman Indonesia, 15(1), 6–11.

Chaitanya K. V. (2019). Structure and Organization of Virus Genomes. Genome


and Genomics: From Archaea to Eukaryotes, 1–30.
https://doi.org/10.1007/978-981-15-0702-1_1

Ditjenbun. (2021, Maret). TEMBAKAU : Dari Sejarah Penemuan Virus Dunia


Hingga Potensinya Sebagai Vaksin Virus. Kementrian Pertanian
Direktorat Jenderal Perkebunan.
https://ditjenbun.pertanian.go.id/tembakau-dari-sejarah-penemuan-virus-
dunia-hingga-potensinya-sebagai-vaksin-virus/

Fermin, G. (2018). Virion structure, genome organization, and taxonomy of


viruses. Viruses. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-811257-1.00002-4

Prastyowati, A. (2020). Mengenal karakteristik virus sars-cov-2 penyebab


penyakit covid-19 sebagai dasar upaya untuk pengembangan obat
antivirus dan vaksin. BioTrends, 11(1), 1-10.
https://terbitan.biotek.lipi.go.id/index.php/biotrends/article/view/275

Priastomo, Y., dkk. (2021). Biologi umum - UIA. Virologi.


https://repository.uia.ac.id/wp-content/uploads/2021/03/BUKU-
BIOLOGI-UMUM-HANDAYANI.pdf

Priastomo, Y., dkk. (2021, December). UIA Virologi, 6. FullBook-Virologi-


_compressed.
https://repository.uia.ac.id/wp-content/uploads/2022/10/FullBook-
Virologi-_compressed.pdf

Priastomo, Y., dkk. (2021, December). UIA Virologi, 8-10. FullBook-Virologi-


_compressed.
https://repository.uia.ac.id/wp-content/uploads/2022/10/FullBook-
Virologi-_compressed.pdf

Priastomo, Y., dkk. (2021, December). UIA Virologi, 11. FullBook-Virologi-


_compressed.
https://repository.uia.ac.id/wp-content/uploads/2022/10/FullBook-
Virologi-_compressed.pdf

21
Saraswati, H. (2021). Modulvirologi (IBL363) - universitas esa unggul. Virologi.
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Course-23565-Modul
%2014%20-%20Review%20Materi.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai