Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

SISTEM RESPIRASI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan
Dosen Pengampuh Mata Kuliah: Liah Badriah., S.Pd., M.Pd.

disusun oleh:
KELOMPOK 4

Muhammad Syafiq H 212154062


Nadya Nurfitria Sari 212154058
Shindy Rachman Safitri 212154076
Sinthya Nabillah 212154048
Restu Fitriani 212154068

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga tim penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sistem Respirasi” ini
tepat pada waktunya.
Pada makalah ini membahas mengenai sistem respirasi yang dimiliki oleh hewan
vertebrata dan juga sistem respirasi yang dimiliki oleh hewan invertebrata. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari Dr. Ibu Liah Badriah, M.Pd.
sebagai dosen pengampuh mata kuliah Fisiologi Hewan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca mengenai sistem respirasi serta organ
respirasi apa saja yang dipakai baik pada hewan vertebrata ataupun invertebrata.
Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Liah Badriah, M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Fisiologi Hewan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Tim penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Tim penulis juga menyadari bahwa makalah yang sudah dibuat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan tim penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 19 September 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah..............................................................................................................1
1.4 Manfaat Makalah............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3
2.1 Pengertian Respirasi pada Hewan...................................................................................3
2.2 Membedakan Fungsi Alat-Alat Respirasi pada Hewan Invertebrata dan Vertebrata.....3
2.3 Pigmen Pernapasan pada Hewan....................................................................................9
2.4 Mekanisme Pernapasan pada Hewan Invertebrata.......................................................10
2.5 Mekanisme Pernapasan pada Hewan Vertebrata..........................................................13
2.6 Mekanisme Kerja Sistem Respirasi Hewan Vertebrata dan Invertebrata.....................13
2.7 Mekanisme Sistem Respirasi untuk Mencapai Homeostasis........................................20
BAB III SIMPULAN DAN SARAN........................................................................................23
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................23
3.2 Saran.............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sistem respirasi pada hewan adalah salah satu komponen fisiologis yang paling
mendasar dan penting dalam menjaga kelangsungan hidup organisme. Dalam bidang
biologi, memahami sistem respirasi pada hewan adalah hal yang sangat esensial. Sistem
respirasi bertanggung jawab atas pertukaran gas antara tubuh hewan dengan
lingkungannya, dengan tujuan utama mengambil pasokan oksigen (O2) untuk proses
respirasi seluler atau metabolisme sel dan mengeluarkan produk sampingan berupa
karbon dioksida (CO2). Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang sistem respirasi
pada hewan menjadi kunci untuk mengungkap berbagai aspek adaptasi dan regulasi
dalam fisiologi hewan.
Pemahaman yang mendalam tentang sistem respirasi hewan membantu kita
memahami bagaimana organisme beradaptasi dengan lingkungan mereka, bagaimana
mereka mempertahankan homeostasis untuk keberlangsungan hidup. Sistem respirasi
hewan juga memiliki peran penting dalam keseimbangan ekosistem dan menjaga
kesehatan lingkungan. Contohnya, tanaman dan hewan laut seperti terumbu karang
bergantung pada pertukaran gas dengan hewan laut lainnya.
Dalam makalah ini, membahas mengenai sistem respirasi pada berbagai jenis
hewan, memeriksa perbedaan fisiologis dan adaptasi yang terjadi pada respirasi hewan,
membahas mengenai mekanisme dasar-dasar fisiologi respirasi, struktur anatomi yang
berperan dalam proses ini, peran sistem saraf dan dalam pengaturan respirasinya, serta
mekanisme yang dilakukan sistem respirasi untuk mencapai homeostasis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sistem respirasi pada hewan?
2. Bagaimana proses fisiologis sistem respirasi hewan invertebrata dan vertebrata?
3. Bagaimana membedakan fungsi alat respirasi hewan invertebrata dan vertebrata?
4. Bagaimana menghubungkan mekanisme kerja sistem respirasi hewan vertebrata
dan invertebrata?
5. Bagaimana mekanisme sistem respirasi untuk mencapai homeostasis?

1.3 Tujuan Makalah


1. Dapat memahami mengenai sistem respirasi pada hewan.
2. Dapat memahami bagaimana proses fisiologis sistem respirasi hewan invertebrata
dan vertebrata.
3. Dapat memahami bagaimana membedakan fungsi alat respirasi hewan invertebrata
dan vertebrata.

1
4. Dapat memahami bagaimana menghubungkan mekanisme kerja sistem respirasi
hewan vertebrata dan invertebrata.
5. Dapat memahami bagaimana mekanisme sistem respirasi untuk mencapai
homeostasis.

1.4 Manfaat Makalah


Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi atau
pengetahuan baik untuk para pembaca maupun tim penulis mengenai sistem respirasi
pada hewan vertebrata dan invertebrata.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Respirasi pada Hewan


Respirasi merupakan proses pemasukan oksigen (O2) dan pengeluaran CO2, H2O
serta zat sisa lainnya untuk menghasilkan energi berupa ATP. Respirasi yang terjadi pada
hewan merupakan respirasi aerob, dimana pada respirasi ini memerlukan oksigen sebagai
oksidasi makan berupa karbohidrat, protein dan lemak. Alat respirasi merupakan bagian
dari tubuh yang berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Alat
respirasi yang dimiliki setiap hewan berbeda antara hewan vertebrata dan invertebrata. Alat
respirasi pada hewan meliputi paru-paru, insang, kulit, trakea, dan bahkan ada beberapa
organisme yang memiliki alat respirasi khusus sehingga oksigen berdifusi langsung dari
lingkungan ke dalam tubuh, misalnya yaitu pada hewan bersel satu protozoa, porifera,
coelenterata, dan cacing.
2.2 Membedakan Fungsi Alat-Alat Respirasi pada Hewan Invertebrata dan Vertebrata
A. Alat respirasi pada hewan invertebrata
1. Alat respirasi pada protozoa

Hewan dalam golongan ini melakukan pernapasan melalui seluruh permukaan


selnya. Oksigen dan karbon dioksida masuk dan keluar melalui membran sel secara difusi.
Oksigen dan karbon dioksida tersebut merupakan gas-gas yang terlarut di dalam air. Sistem
pernapasan masih bersatu dengan sistem pencernaannya. Contoh protozoa adalah amoeba
2. Alat respirasi pada porifera

3
Porifera merupakan hewan berpori yang memiliki banyak lubang-lubang kecil
untuk memasukkan air ke dalamnya. Air tersebut mengandung plankton dan bahan organik
lainnya sebagai makannya. Porifera tidak memiliki alat pernapasan yang khusus. Udara
pernapasan ditukarkan langsung oleh sel-sel yang berada di permukaan tubuh atau sel yang
berlekatan langsung dengan air. Porifera bernapas dengan cara memasukkan air melalui
pori-pori (ostium) yang terdapat pada seluruh permukaan tubuhnya, masuk ke dalam
rongga spongocoel. Proses pernapasan selanjutnya dilakukan oleh sel leher (koanosit) yaitu
sel yang berbatasan langsung dengan rongga spongocoel.
Aliran air yang masuk melalui ostium menuju rongga spongocoel membawa
oksigen sekaligus zat-zat makanan. Pengikat O2 dan pelepasan CO2 dilakukan oleh sel
leher (koanosit). Selanjutnya, air keluar melalui oskulum. Contoh porifera adalah spogia
sp.
3. Alat respirasi pada coelenterata

Hewan filum coelenterata tubuhnya tersusun atas banyak sel dan memiliki jaringan.
Hewan ini tidak memiliki alat pernapasan yang lengkap. Alat bantu pernapasan berupa
lekukan-lekukan lapisan gastrodermal yang berada sedikit di bawah mulut, yang disebut
sifonoglifa. Namun sel-sel di permukaan tubuh yang lain juga dapat melakukan pertukaran
gas dengan lingkungannya. Contoh coelenterata adalah Aurelia aurita.
4. Alat respirasi pada cacing
Golongan cacing (vermes) terbagi dalam tiga filum :
 Cacing pipih (Platyhelminthes) pernapasan terjadi di seluruh permukaan tubuh melalui
difusi. Contohnya Planaria sp.
 Cacing gilig tidak bersegmen (Nematelminthes) pernapasan juga melalui difusi lewat
permukaan tubuhnya. Contohnya Ascaris lumbricoides.
 Cacing gilig bersegmen (Annelida) pernapasan melalui permukaan kulit yang selalu
lembab oleh cairan lendir. Contohnya Lumbricus sp.

4
Cacing gilig bernapas melalui permukaan kulit. Cacing bernapas dengan
permukaan kulit karena tidak memiliki alat pernapasan khusus. Cacing menyukai tempat
yang lembab. Dengan berada ditempat yang lembab, kulit cacing terjaga kelembapannya
sehingga selalu basah dan berlendir. Kulit yang basah dan berlendir memudahkan untuk
menyerapnya oksigen dari udara. Melalui pembuluh darah di permukaan kulitnya yang
tipis, oksigen diikat oleh darah. Darah cacing mampu mengikat oksigen karena
mengandung hemoglobin. Oksigen yang diikat oleh hemoglobin itu selanjutnya diedarkan
ke seluruh tubuh. Zat sisa hasil pembakarannya berupa karbon dioksida dan uap air yang
dikeluarkan oleh tubuh juga melalui permukaan kulitnya.
5. Alat respirasi pada serangga

Hewan yang termasuk jenis serangga contohnya adalah nyamuk, belalang, lalat,
rayap, dan kupu-kupu. Serangga memiliki alat pernapasan berupa trakea. Trakea
merupakan pembuluh-pembuluh halus yang bercabang dan memenuhi seluruh bagian
tubuh serangga kemudian bermuara pada spirakel (stigma). Spirakel (stigma) adalah
lubang (corong) yang terletak disisi tubuh bagian kanan dan kiri. Stigma berfungsi sebagai
jalan keluar masuknya udara. Oksigen tidak diedarkan melalui darah tetapi diedarkan
melalui sistem trakea. Keluar masuknya udara disebabkan oleh gerakan otot tubuh secara
teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan menutup saat
serangga beristirahat. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian menuju
pembuluh- pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi
cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat
tubuh bagian dalam.
6. Alat respirasi pada kalajengking dan laba-laba

5
Kalajengking dan laba-laba besar (Arachnida) yang hidup di daratan memiliki alat
pernapasan berupa paru-paru buku, sedangkan yang hidup diair memiliki insang buku.
Paru-paru buku memiliki gulungan yang berasal dari invaginasi perut. Masing-masing
paru-paru buku ini memiliki lembaran-lembaran tipis (lamela) yang tersusun sejajar. Paru-
paru buku juga memiliki spirakel tempat masuknya oksigen dari luar. Keluar masuknya
udara disebabkan oleh gerakan otot yang terjadi secara teratur. Jadi pada intinya baik
insang buku ataupun paru-paru buku memiliki fungsi yang sama seperti fungsi pada paru-
paru vertebrata.
B. Alat respirasi pada hewan vertebrata
1. Alat respirasi pada pisces

Alat respirasi pada ikan adalah insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis
berwarna merah muda dan selalu lembab. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang
filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat
pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2 berdifusi
masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup
insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi
oleh operkulum. Beberapa jenis mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari
insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur.
Labirin ini berfungsi untuk menyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada kondisi
yang kekurangan O2.
Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk
menyimpan cadangan O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang
terletak di dekat punggung yang berfungsi untuk mengatur gerak naik dan turun pada saat
berenang.

2. Alat respirasi pada amphibi

6
Hewan yang hidup di dua habitat yaitu darat dan air disebut amphibi contohnya
katak. Amphibi memiliki alat pernapasan yang kompleks seperti insang, kulit yang lembab,
rongga hidung, paru-paru dan selaput rongga mulut.
Ketika masih berbentuk kecebong, katak hidup di dalam air dan bernapas
menggunakan insang. Insang tersebut terletak di luar tubuhnya terdiri dari lembaran-
lembaran kulit luar yang halus dan mengandung kapiler darah. Setelah berumur 9 hari,
kecebong bernapas menggunakan insang dalam. Insang dalam akan menyusut seiring
dengan mulai berfungsinya paru-paru. Kemudian katak mulai tumbuh menjadi katak
dewasa.
Pada katak dewasa sistem pernapasannya mulai kompleks seperti bisa
menggunakan kulitnya yang lembab, dengan rongga hidung yang nantinya berdifusi di
paru-paru atau bahkan dengan rongga mulutnya. Pada katak oksigen berdifusi lewat
selaput rongga mulut, kulit dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu, katak bernapas
dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut katak juga digunakan untuk
berpanas. Ketika katak mengisi rongga mulutnya dengan udara, oksigen yang terkandung
dalam udara berdifusi melalui selaput rongga mulut. Selanjutnya, oksigen tersebut diikat
oleh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Selaput rongga mulut dapat berdifusi sebagai
alat pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini
dimungkinkan karena kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak
kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Selain bernapas dengan selaput rongga
mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan paru-paru lewat rongga hidung walaupun
paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia. Katak mempunyai sepasang paru-paru
yang berbentuk gelembung tempat kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh
adanya bentuk-bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru
dengan rongga mulut dihubungkan oleh pronkus yang pendek.
3. Alat respirasi pada reptilia

7
Reptilia bernapas dengan paru-paru. Proses pernapasannya meliputi udara masuk
melalui hidung kemudian menuju batang tenggorokan dan masuk menuju paru-paru.
Dalam paru-paru oksigen diserap, sedangkan karbon dioksida dikeluarkan. Contoh yang
termasuk ke dalam reptilia adalah : ular, kadal, buaya, cecak, dan biawak. Paru-paru
reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru reptilia
lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi memperbesar
permukaan pertukaran gas.
Pada reptilia pertukaran gas tidak efektif. Pada kadal, kura-kura, dan buaya paru-
paru lebih kompleks, dengan beberapa belahan-belahan yang membuat paru-parunya
tertekstur seperti spons. reptilia yang sering berkubang di air misalnya buaya, lubang
hidungnya dapat ditutup selama menyelam. Tujuannya agar air tidak masuk ke dalam
paru-paru. Sedangkan pada paru-paru beberapa jenis kadal misalnya bunglon Afrika
mempunyai pundi-pundi udara cadangan yang memungkinkan hewan tersebut melayang
di udara.
4. Alat respirasi pada aves

Burung memiliki alat pernapasan berupa paru-paru dan alat tambahan berupa
pundi-pundi udara atau kantung udara. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak
dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk. Jalur pernapasan pada burung
dimulai dari lubang hidung. Pada tempat ini udara masuk kemudian diteruskan pada celah
tekak yang terdapat pada dasar faring yang menghubungkan trakea. Trakea bercabang
menjadi dua yaitu, bronkus kanan dan bronkus kiri. Pada bronkus terdapat siring yang
pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar.
Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara.
Selanjutnya burung memiliki alat pernapasan tambahan berupa kantung udara.
Kantung udara pada burung berdinding tipis. Kantung udara berhubungan dengan paru-
paru. Ketika kantung udara digembungkan, tubuh burung sangat ringan. Kantung udara
juga digunakan oleh burung untuk menyimpan udara yang digunakan pada waktu
terbang. Pada saat terbang, burung tidak memasukkan udara melalui hidung. Akan tetapi
udara pernapasannya berasal dari udara yang tersimpan dari pundi-pundi udara tersebut.
Pada saat burung tidak mengepakkan sayapnya (terbang) burung mengisi kembali pundi-
pundi udaranya dengan udara melalui hidung. Demikian pula saat terbang hinggap di
suatu tempat. Kemudian sisa pernapasan akan keluar melalui hidung. Jadi bisa kita
katakan bahwasanya jalan pernapasan pada burung yaitu udara masuk melalui hidung,
menuju tenggorokan, menuju trakea yang terdiri atas bronkus kanan dan bronkus kiri,

8
menuju pundi-pundi udara dan masuk ke paru-paru. Kemudian barulah di paru-paru
terjadi pertukaran gas O2 dan CO2.
5. Alat respirasi pada mammalia

Hewan yang menyusui anaknya disebut mamalia. Mamalia ada yang hidup di darat
dan ada pula yang hidup di air. Mamalia yang hidup didarat mempunyai alat pernapasan
yang mirip dengan manusia, yaitu hidung, pangkal tenggorokan, batang tenggorokan dan
paru-paru. Seperti kambing, sapi, kuda dan kerbau. Sedangkan mamalia yang hidup di air
juga bernapas dengan paru-paru, tetapi pada hidungnya dilengkapi katup. Katup itu akan
menutup pada saat menyelam dan akan terbuka pada saat muncul di permukaan air, saat
mamalia air muncul di permukaan air maka mamalia air mengambil oksigen serta
mengeluarkan karbon dioksida dan uap air. Contohnya paus, dan lumba-lumba

2.3 Pigmen Pernapasan pada Hewan


Pigmen respirasi merupakan protein yang terdapat di dalam darah baik dalam sel
darah ataupun plasma darah, yang memiliki afinitas atau daya gabung yang tinggi terhadap
oksigen. Pigmen respirasi sangat diperlukan oleh darah ataupun cairan tubuh untuk
meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen. Terdapat beberapa macam pigmen
respirasi yang dapat ditemukan pada berbagai hewan.
Warna Pigmen
Nama Jenis Contoh
Lokasi Tak
Pigmen Logam Teroksigenasi Hewan
teroksigenasi
Hemosianin Cu++ Plasma Biru Tak berwarna Udang laut,
siput
(Gastropoda),
Cephalopoda
++
Klorokruori Fe Plasma Hijau Hijau Cacing
n Polokhaeta
(pada keempat
familinya)
++
Hemeritrin Fe Plasma dan Merah Kuning pucat Sipunculid dan
sel darah beberapa
Annelida

9
Hemoglobin Fe++ Plasma dan Merah Keunguan Beberapa
sel darah cacing pipih,
beberapa
Moluska,
hampir semua
Vertebrata

Keberadaan pigmen respirasi dalam darah ataupun cairan tubuh dapat


meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen secara bermakna. Sebagai contoh,
keberadaan pigmen respirasi pada darah mamalia dapat meningkatkan kapasitas
pengangkutan oksigen oleh darah sebesar 20 kali lipat sehingga setiap 100 ml darah dapat
membawa 20 ml oksigen. Tanpa adanya hemoglobin, darah hanya dapat mengangkut
oksigen sebanyak 1 ml per 100 ml darah.
Hemoglobin (Hb) merupakan pigmen respiratori yang paling diketahui dan banyak
dijumpai serta cara kerjanya paling efisien. Hemoglobin dijumpai di dalam darah manusia,
protozoa, dan kebanyakan pada filum hewan. Hemoglobin tersusun atas senyawa porfirin
besi (hemin) yang berikatan dengan protein globin. Pada daerah yang memiliki tekanan
atau konsentrasi oksigen yang tinggi, seperti pada permukaan alveoli paru-paru,
hemoglobin sangat mudah berkaitan dengan oksigen dan membentuk oksihemoglobin.
Sementara, pada daerah yang memiliki tekanan oksigen yang rendah, oksihemoglobin
sangat mudah terurai dan membebaskan oksigen.

2.4 Mekanisme Pernapasan pada Hewan Invertebrata


A. Protozoa

Hewan protozoa seperti Amoeba dan Paramecium, melakukan pertukaran gas dengan
menggunakan permukaan tubuh mereka. Oksigen dapat masuk ke dalam sel mereka
melalui membran sel dan kemudian akan didistribusikan melalui sitoplasma. Difusi
gas dan pergerakan sitoplasma membantu dalam mengirimkan oksigen ke mitokondria
untuk proses respirasi. Paramecium memiliki alat getar yang disebut silia yang
membantu dalam pernapasan dengan cara menggerakkan air di sekitarnya sehingga
membantu penyediaan oksigen secara terus-menerus. Ketika amoeba bernapas,
konsentrasi oksigen dalam selnya menjadi rendah, sementara konsentrasi karbon
dioksida dalam sel meningkat. Pada sebaliknya, konsentrasi oksigen di dalam air lebih

10
tinggi daripada di dalam sel, sedangkan konsentrasi karbon dioksida lebih rendah.
Oleh karena itu, oksigen akan berdifusi ke dalam sel dari luar, dan karbon dioksida
akan berdifusi keluar dari sel ke air.

B. Porifera

Sistem pernapasan porifera masih sangat sederhana, awalnya air yang mengandung
oksigen terlarut akan masuk melalui pori-pori tubuhnya (ostium) lalu oksigen akan
masuk ke dalam rongga spongocoel dan akan melalui sel-sel permukaan tubuh yaitu
koanosit secara difusi. Pada sel koanosit tepatnya di dalam mitokondria, oksigen akan
digunakan untuk mengurai molekul organik menjadi moleku anorganik yang disertai
dengan pelepasan karbon dioksida. Selanjutnya, molekul karbon dioksida yang terlarut
di dalam air akan bergerak melawan arah menuju ke membran sel dan akan keluar
menuju spongosol. Air yang berada di dalam spongosol akan digerakkan oleh flagellum
sel koanosit dan akan mengalir keluar melalui osculum.

C. Coelenterate

11
Mekanisme pernapasan pada coelenterata terjadi secara difusi pada sel yang letaknya di
luar tubuh dan bersentuhan dengan air. Pada coelenterate terdapat alat bantu yang
berupa sifonoglifa.

D. Annelida

Salah satu contoh annelida yaitu cacing tanah. Cacing tanah ini belum memiliki alat
pernapasan yang khusus. Maka oksigen yang masuk akan berdifusi ke dalam kapiler
darah yang terdapat pada bagian kulit melalui permukaan kulit yang lembab. Lalu,
oksigen akan diikat oleh hemoglobin yang terkandung di dalam darah cacing untuk
diedarkan ke seluruh tubuh. Gas yang dihasilkan dari proses respirasi yaitu karbon
dioksida akan dikeluarkan dari tubuh melalui kulitnya. Karena cacing melakukan
pernapasan melalui permukaan tubuhnya (integumenter) maka pertukaran gas pada
cacing akan terjadi secara lebih efisien pada kulit yang lembab. Oleh karena itu,
biasanya cacing hidup di tempat yang lembab, karena kondisi kelembapan ini akan
menjaga permukaan kulit mereka agar tetap basah.

E. Arthropoda

Pada serangga, pertukaran gas antara jaringan tubuh dan udara di lingkungan dilakukan
melalui sistem pembuluh trakea, yang merupakan sistem pernapasan yang sederhana
dan efisien. Sistem ini terdiri dari serangkaian tabung udara yang bercabang (trakea)
dan cabang-cabang kecil (trakeola). Setiap cabang dapat mencapai hampir semua bagian
tubuh serangga, dan yang paling kecil akan menembus membran sel.
Mekanisme pernapasan dalam sistem pembuluh trakea adalah sebagai berikut:

12
 Pertukaran udara terjadi melalui lubang-lubang pernapasan yang disebut spirakel
(pada segmen pertama dan ketiga) dan stigma (delapan pasang pada abdomen).
Spirakel ini dilindungi oleh rambut halus yang berfungsi untuk menyaring debu dan
partikel lain dari udara sebelum masuk ke dalam trakea.
 Spirakel dilengkapi dengan katup yang dapat dikendalikan oleh otot. Ketika otot
berkontraksi, maka katup akan terbuka dan memungkinkan udara dari luar untuk
masuk ke dalam trakea. Udara ini kemudian akan mengisi trakeola, tabung-tabung
kecil, dan akhirnya akan mencapai membran plasma sel dimana terjadi pertukaran
oksigen dan karbon dioksida melalui difusi.
 Karbon dioksida yang dihasilkan selama respirasi akan dibawa kembali melalui
sistem trakea dan dikeluarkan melalui spirakel saat otot berelaksasi dan
menyebabkan trakea mengecil.
Perlu dicatat bahwa terdapat serangga yang memiliki fase hidup larva di air seperti
capung. Pada tahap larva, capung memiliki insang trakea yang memungkinkan mereka
dalam mengambil oksigen yang terlarut dalam air melalui difusi. Namun, setelah
bermetamorfosis menjadi serangga dewasa yang hidup di darat, insang trakea ini akan
mereduksi dan hilang karena serangga dewasa menggunakan sistem pembuluh trakea
untuk pernapasannya di darat.

2.5 Mekanisme Pernapasan pada Hewan Vertebrata


A.[F.] Pernapasan pada pisces
Insang merupakan alat utama pernapasan dalam ikan, yang dimana tempat oksigen
terlarut dalam air mengalir ke dalam bubuh dan karbon dioksida meninggalkan tubuh.
Proses pertukaran gas terjadi secara difusi. Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes)
insangnya dilengkapi dengan tutup insang (operkulum), sedangkan pada ikan bertulang
rawan (Chondrichthyes) insangnya tidak mempunyai tutup insang. Selain bernapas dengan
insang, ada pula kelompok ikan yang bernapas dengan gelembung udara (pulmosis), yaitu
ikan paru-paru (Dipnoi).
1) Pernapasan pada ikan bertulang sejati
Salah satu contoh ikan bertulang sejati adalah ikan mas. Ikan mas bernapas
menggunakan insang. Insang pada ikan bertulang sejati terdiri atas lengkung insang, rigi-
rigi insang dan filamen. Filamen terdiri atas jaringan lunak yang terdapat banyak pembuluh
darah kapiler dan disinilah tempat pertukaran gas terjadi. Gas O2 diambil dari gas O2 yang
larut dalam air melalui insang secara difusi. Dari insang, O2 diangkut darah melalui
pembuluh darah ke seluruh jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut darah
menuju jantung. Dari jantung menuju insang untuk melakukan pertukaran gas. Proses ini
terjadi secara terus-menerus dan berulang-ulang. Fase inspirasi : Gerakan tutup insang ke
samping dan selaput tutup insang tetap menempel pada tubuh mengakibatkan rongga mulut
bertambah besar, sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan udara
dalam rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut membuka

13
sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut. Fase ekspirasi : Setelah air masuk ke
dalam rongga mulut, celah mulut menutup. Insang kembali ke kedudukan semula diikuti
membukanya celah insang. Air dalam mulut mengalir melalui celah-celah insang dan
menyentuh lembaran-lembaran insang. Pada tempat ini terjadi pertukaran udara
pernapasan. Darah melepaskan CO2 ke dalam air dan mengikat O2 dari air. Pada fase
inspirasi, O2 dan air masuk ke dalam insang, kemudian O2 diikat oleh kapiler darah untuk
dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2
yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang, dan dari insang
diekskresikan keluar tubuh.

2) Pernapasan pada ikan bertulang rawan


Ikan bertulang rawan tidak mempunyai tutup insang (operkulum). Masuk dan
keluarnya udara dari rongga mulut, disebabkan oleh adanya perubahan tekanan pada
rongga mulut yang ditimbulkan oleh perubahan volume rongga mulut akibat gerakan naik
turun rongga mulut. Bila dasar mulut bergerak ke bawah, volume rongga mulut bertambah,
sehingga tekanannya lebih kecil dari tekanan air di sekitarnya. Akibatnya, air mengalir ke
rongga mulut melalui celah mulut yang pada akhirnya terjadilah proses inspirasi. Bila dasar
mulut bergerak ke atas, volume rongga mulut mengecil, tekanannya naik, celah mulut
tertutup, sehingga air mengalir ke luar melalui celah insang dan terjadilah proses ekspirasi
CO2. Pada saat inilah terjadi pertukaran gas O2 dan CO2.

3) Pernapasan pada ikan paru-paru (dipnoi)


Pernapasan ikan paru-paru menyerupai pernapasan pada Amphibia. Ikan paru-paru
mempunyai satu atau sepasang gelembung udara seperti paru-paru yang dapat digunakan
untuk membantu pernapasan, yaitu pulmosis. Pulmosis banyak dikelilingi pembuluh darah
dan dihubungkan dengan kerongkongan oleh duktus pneumatikus. Saluran ini merupakan

14
jalan masuk dan keluarnya udara dari mulut ke gelembung dan sebaliknya, sekaligus
memungkinkan terjadinya difusi udara ke kapiler darah. Pada pernapasan ikan ini juga
beberapa ikan dibantu dengan adanya labirin.

B.[G.] Pernapasan pada amphibi

Melalui 2 tahap yaitu, inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut
tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga
mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru.
Pada fase inspirasi otot sternohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut
membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane. Setelah itu koane menutup dan otot
rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil.
Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah.
Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam
kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan.
Pada fase ekspirasi otot-otot perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara
dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup
dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi
yang juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil.
Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida keluar.

C.[H.] Pernapasan pada reptilia


Pada umumnya hewan kelas Reptilia bernapas dengan paru-paru. Selain dengan
paru-paru, kura-kura dan penyu pengambilan oksigen dibantu oleh lapisan kulit tipis
dengan bayak kapiler darah yang dan di sekitar kloaka. Kloaka merupakan muara bersama
saluran reproduksi, saluran ginjal, dan saluran pencernaan makanan.
Sistem pernapasan pada hewan reptil dibantu oleh gerakan rongga dada. etika otot
intercostae berkontraksi rongga dada membesar dan volume udara mengecil dan udara
masuk melalui lubang hidung dan selanjutnya diteruskan ke laring, trakea dan paru-paru.
Ketika otot intercostae berelaksasi rongga dada mengecil dan udara yang mengandung
karbon dioksida akan keluar melalui lubang hidung. Sama seperti paru-paru hewan

15
mamalia, dinding alveoli reptil dikelilingi pembuluh kapiler yang berfungsi sebagai tempat
pertukaran udara. Pertukaran udara terjadi di alveoli kemudian oksigen akan diikat oleh
hemoglobin dalam sel darah merah.
Fase inspirasi : otot tulang rusuk berkontraksi sehingga rongga dada membesar
yang diikuti paru-paru mengembang, akibatnya udara dari luar masuk melalui lubang
hidung, trakea, bronkus, dan paru-paru. Gas O2 dalam udara masuk melalui hidung ke
rongga mulut ke anak tekak trakea ke yang panjang bronkiolus dalam paru-paru ke dari
paru-paru O2 diangkut darah menuju ke seluruh jaringan tubuh.
Fase ekspirasi : otot tulang rusuk relaksasi sehingga rongga dada dan paru-paru
mengecil, akibatnya udara paru-paru keluar melalui paru-paru, bronkus, trakea, dan lubang
hidung.

D.[I.] Pernapasan pada aves

Melalui 2 tahap yaitu (inspirasi) disebabkan adanya kontraksi otot antar tulang
rusuk (interkostal) sehingga tulang rusuk bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke
bawah. Atau dengan kata lain, burung mengisap udara dengan cara memperbesar rongga
dadanya sehingga tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang mengakibatkan
masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal di paru-paru dan
sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa sebagai cadangan udara. Udara pada
pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara (O2) di paru-paru berkurang, yakni
saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau diangkat ke atas
maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke
paru-paru.
Ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang
dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih
besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbon dioksida
keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung hawa masuk ke
paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi,
pelepasan oksigen di paru- paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi.

E.[J.] Pernapasan pada mamalia

16
Pada dasarnya pernapasan mamalia sama dengan pernapasan pada manusia. secara
umum alat pernapasan pada mamalia terdiri atas lubang hidung luar, rongga hidung,
lubang hidung dalam, rongga mulut, tekak, rongga tekak, tenggorokan, bronkus, dan paru-
paru. Pada tekak terdapat jakun atau laring yang di dalamnya terdapat alat suara. Laring
tersusun atas tulang rawan. Trakea bercabang menjadi dua bronkus. Selanjutnya di dalam
setiap gelambir paru- paru percabangan terus berlangsung. Saluran pernapasan ini berakhir
sebagai saluran hawa buntu atau alveolus. Terdapat 2 mekanisme pernapasan pada
mamalia yaitu pernapasan perut dan pernapasan dada.
Pernapasan dada, mekanismenya menggunakan otot-otot tulang rusuk. Fase
Inspirasi terjadi saat otot antar tulang rusuk berkontraksi dan terangkat. Membuat volume
rongga dada bertambah besar dan tekanan rongga dada menjadi lebih kecil dari tekanan
udara luar. Sehingga udara dapat mengalir dari luar ke dalam paru-paru. Sedangkan pada
Fase ekspirasi otot antar tulang rusuk akan kembali ke posisi semula, sehingga volume
rongga dada akan mengecil, sedangkan tekanannya membesar. Tekanan ini pun akan
mendesak dinding paru-paru, sehingga menyebabkan udara dalam rongga keluar.
Pernapasan perut dibantu oleh otot diafragma yang berada di bawah perut. Fase
inspirasi : otot pada diafragma berkontraksi, diafragma mendatar dan mengakibatkan
volume rongga dada membesar. Sehingga tekanan udaranya mengecil dan paru-paru
mengembang. Ini mengakibatkan tekanan udaranya lebih kecil daripada tekanan udara
pada atmosfer sehingga udara masuk. Sedangkan pada fase ekspirasi : otot diafragma
berelaksasi dan otot dinding perut berkontraksi. Ini menyebabkan diafragma menjadi
terangkat dan melengkung hingga menekan rongga dada. Maka volume rongga dada
mengecil dan tekanan meningkat, sehingga udara dalam paru-paru keluar.

2.6[2.5] Mekanisme Kerja Sistem Respirasi Hewan Vertebrata dan Invertebrata


A. Struktur Respirasi

17
Perbedaan struktur respirasi antara hewan vertebrata dan invertebrata terletak pada
alat pernapasan yang digunakan. Hewan vertebrata menggunakan paru-paru, insang, atau
kulit untuk bernapas, sedangkan hewan invertebrata menggunakan difusi atau sistem
trakea.
 Difusi
Difusi adalah proses perpindahan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area
dengan konsentrasi rendah. Sistem pernapasan difusi terjadi pada hewan invertebrata
yang sederhana, seperti protozoa dan cacing pipih. Oksigen dan karbon dioksida
berpindah secara langsung melalui membran sel dari lingkungan ke dalam tubuh
hewan.

 Sistem trakea
Sistem trakea adalah sistem pernapasan yang terdiri dari tabung-tabung kecil yang
disebut trakea. Trakea bercabang-cabang ke seluruh tubuh hewan, memungkinkan
oksigen untuk mencapai sel-sel tubuh. Sistem pernapasan trakea digunakan oleh
hewan invertebrata tingkat tinggi, seperti serangga, laba-laba, dan krustasea.

 Paru-paru
Paru-paru adalah organ pernapasan yang terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang
disebut alveoli. Alveoli memungkinkan terjadinya difusi oksigen dan karbon dioksida
antara udara dan darah. Sistem pernapasan paru-paru digunakan oleh hewan
vertebrata, seperti ikan, amfibi, reptil, burung, dan mamalia.

 Insang
Insang adalah organ pernapasan yang digunakan oleh ikan untuk bernapas di air.
Insang terdiri dari lembaran-lembaran tipis yang mengandung pembuluh darah.
Oksigen dari air berpindah ke dalam darah melalui pembuluh darah di insang. Sistem
pernapasan insang digunakan oleh ikan dan beberapa hewan amfibi.
Berikut adalah tabel perbandingan struktur respirasi antara hewan vertebrata dan invertebrata:

B. Regulasi Respirasi

18
 Regulasi respirasi hewan vertebrata
Regulasi respirasi pada hewan vertebrata dilakukan oleh sistem saraf pusat,
khususnya otak. Otak mengirimkan sinyal ke otot-otot pernapasan untuk mengontrol
frekuensi dan kedalaman pernapasan.
Pada hewan vertebrata yang bernapas dengan paru-paru, kontraksi otot diafragma
menyebabkan rongga dada mengembang. Hal ini menyebabkan tekanan udara di dalam
paru-paru turun, sehingga udara dari luar masuk ke paru-paru.
Pada hewan vertebrata yang bernapas dengan insang, kontraksi otot-otot rahang dan
mulut menyebabkan air masuk ke insang. Oksigen dari air berdifusi ke dalam darah
melalui pembuluh darah di insang. Regulasi respirasi pada hewan vertebrata dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
Konsentrasi oksigen dan karbon dioksida dalam darah
- Kadar aktivitas
- Suhu lingkungan
- Tingkat stres

 Regulasi respirasi hewan invertebrata


Regulasi respirasi pada hewan invertebrata lebih sederhana dibandingkan pada
hewan vertebrata. Regulasi respirasi pada hewan invertebrata umumnya dilakukan oleh
sistem saraf lokal, yang terdiri dari sel-sel saraf yang tersebar di jaringan tubuh.
Pada hewan invertebrata yang bernapas dengan difusi, konsentrasi oksigen dan
karbon dioksida dalam sel-sel tubuh yang berbeda akan menyebabkan terjadinya gradien
difusi. Gradien difusi ini akan mendorong terjadinya difusi oksigen dan karbon dioksida
antara sel-sel tubuh dan lingkungan.
Pada hewan invertebrata yang bernapas dengan sistem trakea, otot-otot trakea dapat
berkontraksi dan berelaksasi untuk mengatur aliran udara ke dalam trakea. Hal ini dapat
membantu hewan untuk mendapatkan oksigen yang cukup.
Regulasi respirasi pada hewan invertebrata dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara
lain:
- Konsentrasi oksigen dan karbon dioksida dalam lingkungan
- Kadar aktivitas
- Suhu lingkungan
Berikut adalah beberapa contoh regulasi respirasi pada hewan vertebrata dan invertebrata:
Pada ikan, ketika kadar oksigen dalam air menurun, maka ikan akan meningkatkan
frekuensi pernapasan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan jumlah oksigen yang masuk
ke tubuh.
Pada serangga, ketika kadar oksigen dalam udara menurun, maka serangga akan membuka
dan menutup spirakel (lubang pernapasan) untuk mengatur aliran udara ke dalam sistem
trakea. Secara umum, regulasi respirasi pada hewan vertebrata dan invertebrata bertujuan
untuk menjaga keseimbangan oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh.

19
C. Ukuran dan Aktivitas Tubuh Hewan Vertebrata
 Hewan vertebrata
Ukuran: Hewan vertebrata yang berukuran besar umumnya memiliki sistem pernapasan
yang lebih kompleks dibandingkan hewan vertebrata yang berukuran kecil. Hal ini karena
hewan vertebrata yang berukuran besar membutuhkan lebih banyak oksigen untuk
mendukung metabolismenya yang lebih tinggi.
Aktivitas: Hewan vertebrata yang aktif bergerak umumnya membutuhkan lebih banyak
oksigen dibandingkan hewan vertebrata yang pasif bergerak. Hal ini karena hewan
vertebrata yang aktif bergerak menghasilkan lebih banyak karbon dioksida yang harus
dikeluarkan.
Contoh:
Ikan: Ikan berukuran besar memiliki insang yang lebih besar dan lebih banyak
dibandingkan ikan berukuran kecil. Ikan yang aktif bergerak, seperti ikan hiu, memiliki
insang yang lebih besar dibandingkan ikan yang pasif bergerak, seperti ikan lele.
Mamalia: Mamalia berukuran besar memiliki paru-paru yang lebih besar dan lebih banyak
dibandingkan mamalia berukuran kecil. Mamalia yang aktif bergerak, seperti singa,
memiliki paru-paru yang lebih besar dibandingkan mamalia yang pasif bergerak, seperti
gajah.

 Hewan invertebrata
Ukuran: Hewan invertebrata yang berukuran kecil umumnya memiliki sistem pernapasan
yang sederhana, seperti difusi. Hal ini karena hewan invertebrata yang berukuran kecil
memiliki permukaan tubuh yang lebih luas dibandingkan hewan invertebrata yang
berukuran besar, sehingga difusi oksigen dapat terjadi dengan lebih mudah.
Aktivitas: Hewan invertebrata yang aktif bergerak umumnya membutuhkan lebih banyak
oksigen dibandingkan hewan invertebrata yang pasif bergerak. Hal ini karena hewan
invertebrata yang aktif bergerak menghasilkan lebih banyak karbon dioksida yang harus
dikeluarkan dari tubuh.
Contoh:
Serangga: Serangga berukuran kecil memiliki sistem trakea yang sederhana. Serangga
yang aktif bergerak, seperti lalat, memiliki sistem trakea yang lebih kompleks
dibandingkan serangga yang pasif bergerak, seperti belalang.
Ubur-ubur: Ubur-ubur berukuran kecil memiliki sistem pernapasan yang sederhana, seperti
difusi. Ubur-ubur yang aktif bergerak, seperti ubur-ubur kotak, memiliki sistem pernapasan
yang lebih kompleks dibandingkan ubur-ubur yang pasif bergerak, seperti ubur-ubur
senduk.
Secara umum, ukuran dan aktivitas tubuh hewan vertebrata dan invertebrata dapat
mempengaruhi respirasi mereka. Hewan vertebrata dan invertebrata yang berukuran besar
dan aktif bergerak umumnya membutuhkan lebih banyak oksigen dibandingkan hewan
vertebrata dan invertebrata yang berukuran kecil dan pasif bergerak.
20
2.7[2.6] Mekanisme Sistem Respirasi untuk Mencapai Homeostasis
Homeostasis adalah proses dan mekanisme otomatis yang dilakukan makhluk hidup
untuk mempertahankan keseimbangan internal agar tubuhnya dapat berfungsi dengan
normal, meskipun terjadi perubahan pada lingkungan di dalam atau di luar tubuh.
Keseimbangan internal tersebut terdapat beberapa aspek diantaranya: mempertahankan
keseimbangan hormon, suhu tubuh, gula darah, asam-basa, tekanan darah, air, nutrisi,
keseimbangan gas dalam darah dan lain-lain.
Respirasi pada hewan merupakan proses yang diatur oleh saraf untuk mencukupi
kebutuhan akan O2 di tubuh dan membuang CO 2 secara efektif. Pengaturan respirasi dapat
berlangsung secara kimiawi maupun sarafi. Pengaturan respirasi secara kimiawi
melibatkan pengaruh hormon dan perubahan konsentrasi berbagai senyawa kimia dalam
darah. Contohnya adalah pengaturan kadar karbon dioksida (CO2) dalam darah. Ketika
kadar CO2 meningkat dalam darah (yang dapat terjadi karena aktivitas fisik atau berbagai
faktor lain misalnya habis berolahraga), ini dapat merangsang pengaturan pernapasan.
Kadar CO2 yang tinggi akan menyebabkan peningkatan laju pernapasan untuk
mengeluarkan CO2 ekstra dari tubuh dan mengembalikan keseimbangan. Sedangkan
pengaturan respirasi secara sarafi melibatkan sistem saraf, terutama sistem saraf otonom
yang mencakup saraf simpatik dan parasimpatik dilakukan oleh sel saraf di medulla
oblongata. Saraf vagus adalah saraf penting yang terlibat dalam mengatur laju pernapasan.
Ketika kadar oksigen dalam darah menurun atau kadar CO 2 meningkat, saraf vagus akan
merespons dengan mengirimkan sinyal ke otak untuk meningkatkan laju pernapasan atau
memperdalam pernapasan untuk meningkatkan pasokan oksigen dan menghilangkan CO2.

Konsentrasi CO2 (pCO2) meningkat dan impuls diteruskan oleh saraf vagus aferen
(sensorik) ke kemoreseptor di medulla. Kemudian setelah otak mendeteksi adanya
21
peningkatan konsentrasi CO2, saraf vagus eferen (motorik) menghantarkan sinyal dari otak
ke organ efektor untuk menstabilkan kembali konsentrasi CO2. Organ efektor (penerima
perintah) tersebut diantaranya: otot dada, jantung, dan pembuluh darah yang ketiganya
dapat membantu untuk menstabilkan kembali konsentrasi CO 2. Rangsangan atau impuls
yang sampai ke organ efektor (otot dada, jantung, pembuluh darah) akan menimbulkan
proses kompleks yang menyebabkan peningkatan laju ventilasi pada otot dada sehingga
akan terjadi pelepasan CO2 dari paru-paru, kemudian meningkatnya frekuensi denyut
jantung sehingga mempercepat pengangkutan CO2 dari pembuluh ke paru-paru, lalu pada
pembuluh darah akan terjadi vasodilatasi dimana terjadi pelebaran pembuluh darah di
tempat akumulasi CO2 sehingga akan mendorong terjadinya respons untuk mempermudah
pelepasan CO2.
Pengaturan tersebut dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan kadar oksigen dan
karbon dioksida dalam tubuh, dimana pengendalian homeostasis kadar/tekanan O 2 dan CO2
adalah kedalaman dan laju pernapasan. Faktor yang paling menentukan kedalaman dan laju
pernapasan adalah konsentrasi karbon dioksida. Sehingga pada saat laju metabolisme
meningkat, kebutuhan oksigen dan pembentukan karbon dioksida juga meningkat. Hal ini
penting karena kekurangan oksigen maupun kelebihan karbon dioksida dalam darah/cairan
tubuh akan mengganggu proses fisiologis secara keseluruhan.

22
23
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Dalam makalah ini, telah dibahas mengenai sistem respirasi pada hewan dalam
konteks mata kuliah Fisiologi Hewan. Berikut adalah kesimpulan penting yang dapat
ditarik dari materi ini: Respirasi merupakan proses pemasukan oksigen (O2) yang
digunakan tubuh untuk menghasilkan energi berupa ATP dan pengeluaran CO2, H2O serta
zat sisa lainnya. Alat respirasi pada hewan meliputi paru-paru, insang, kulit, trakea, dan
bahkan ada beberapa organisme yang memiliki alat respirasi khusus sehingga oksigen
berdifusi langsung dari lingkungan ke dalam tubuh, misalnya yaitu pada hewan bersel satu
protozoa, porifera, coelenterate, dan cacing. Mekanisme yang dilakukan hewan pada setiap
klasifikasi kelasnya dapat berbeda-beda sesuai dengan adaptasi di lingkungan habitatnya.
Tubuh hewan dapat mencapai homeostasis dengan melakukan respirasi, dengan
adanya respirasi konsentrasi karbon dioksida yang meningkatkan dapat dikeluarkan.
Pengendalian homeostasis kadar oksigen dan karbon dioksida di tubuh hewan berdasarkan
kedalaman pernafasan dan laju pernafasan, yang mana faktor utamanya adalah berasal dari
konsentrasi karbohidrat.

3.2 Saran
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan informasi dan menambah
wawasan bagi para pembaca khususnya bagi mahasiswa pendidikan biologi. Namun,
adakalanya dan sudah pasti s memiliki suatu kekurangan yang mewajibkan pembaca untuk
memberi saran atau kritik bagi penulisan makalah ini. Sebaiknya, bagi para pembaca yang
ingin mengutip atau menjadikan makalah ini janganlah jadikan makalah ini sebagai
referensi utama bagi sebuah penulisan Anda, tetapi carilah informasi yang lebih akurat dan
terpercaya. Karena sesungguhnya ilmu pengetahuan itu luas, dan jaman semakin
berkembang dengan pesatnya kemajuan teknologi yang ada di dunia.

24
DAFTAR PUSTAKA

Isnaeni, W. (2006). Fisiologi Hewan. Kanisius

Katz, M. G., Fargnoli, A. S., Gubara, S. M., Fish, K., Weber, T., Bridges, C. R., Hajjar, R. J., &
Ishikawa, K. (2019). Targeted Gene Delivery through the Respiratory System: Rationale
for Intratracheal Gene Transfer. Journal of Cardiovascular Development and Disease,
6(1). https://doi.org/10.3390/jcdd6010008

Nurlim, R. (2022). Bahan ajar fisiologi hewan.

PURNAMASARI, R. (2017). Fisiologi Hewan. Surabaya : Program Studi Arsitektur UIN Sunan
Ampel.

25

Anda mungkin juga menyukai