Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

SISTEM RESPIRASI HEWAN


disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan
Dosen Pengampu: Dea Diella S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 4
Triyoga Kurnia Rahman : 212154061

Isma Nurhayati : 212154082

Yuni Saidah : 212154094

Salsa Tiara Aulia : 212154106

Anis Sri Rahayu : 212154109

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR

Tidak ada kata, kalimat maupun pribahasa yang indah dan pantas diucapkan pada awal rasa
syukur seorang hamba atas segala limpahan nikmat dan rahmat yang telah Allah berikan, hanya
kalimat tahmid dan tauhid yang benar-benar harus dijunjung tinggi dan mengakui atas kelemahan
dan tidak berdayaan untuk melakukan sesuatu tanpa pertolongan dan kekuasaan Allah SWT. Dan
semoga shalawat dan salam selalu beriringan dengan kehangatan salam yang terus dan senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW., beserta keluarganya sahabatnya sampai para
pengikutnya hingga akhir zaman. Alhamdulilah pada kesempatan kali ini kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Adapun judul dari makalah ini adalah “Sistem Respirasi Hewan”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Hewan jurusan
Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi.
Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Fisiologi
Hewan, Ibu Dea Diella, S. Pd., M. Pd. dan teman-teman yang telah berkontribusi, sehingga dapat
diselesaikan dengan tepat waktu.
Dalam penulisan ini kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan, baik dalam susunan bahasa, penulisan, maupun referensi. Oleh karena itu kami
membutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk kelancaran tugas-tugas selanjutnya. Kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi kami dan bagi kita
semua.

Tasikmalaya, 16 September 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
2.1 Sistem Respirasi ...................................................................................................... 3
2.2 Fungsi Alat-alat respirasi ......................................................................................... 3
2.3 Proses Respirasi Invertebrata ................................................................................... 5
2.4 Proses Respirasi Vertebrata ....................................................................................12
2.5 Mekanisme pola sistem Respirasi Invertebrata dan Vertebrata ................................ 19
BAB III
KESIMPULAN ................................................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 20
3.2 Saran............................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 21

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Kecebong ................................................................................................... 4


Gambar 2.2 Sistem Respirasi Laba-laba ....................................................................................... 7
Gambar 2.3 Sistem Respirasi Protozoa......................................................................................... 7
Gambar 2.4 Sistem Respirasi Porifera .......................................................................................... 8
Gambar 2.5 Sistem Respirasi Coelenterata. .................................................................................. 9
Gambar 2.6 Sistem Respirasi Cacing tanah. ................................................................................10
Gambar 2.7 Sistem Respirasi Mollusca ...................................................................................... 11
Gambar 2.8 Sistem Respirasi Belalang. ....................................................................................... 11
Gambar 2.9 Sistem Respirasi Serangga dan sistem pembuluh trakea pada Sarangga ....................12
Gambar 2.10 Sistem Respirasi Ikan… ........................................................................................ 13
Gambar 2.11 Sistem Respirasi Katak…...................................................................................... 14
Gambar 2.12 Sistem Respirasi Reptil… ..................................................................................... 15
Gambar 2.13 Mekanisme Transport Gas Burung ........................................................................ 16
Gambar 2.14 Mekanisme Respirasi Aves. .................................................................................. 17
Gambar 2.15 Sistem Pernafasan Manusia ................................................................................... 17
Gambar 2.16 Mekanisme pertukaran O2 dan CO2. .................................................................... 20

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu ciri makhluk hidup adalah mereka bernapas dan mengeluarkan sisa metabolisme
dari tubuhnya. Setiap makhluk hidup mempunyai sistem pernafasan dan organ pernafasan yang
berbeda-beda. Organ-organ tersebut menunjukkan ciri-ciri tertentu berdasarkan kondisi
lingkungan dan habitat masing-masing organisme. Respirasi adalah sistem organ yang mengatur
penyerapan oksigen bebas dan pelepasan karbon dioksida dan uap air melalui organ dan saluran
pernafasan setiap organisme. Setiap makhluk hidup, mulai dari mikroorganisme hingga
invertebrata dan vertebrata, mempunyai sistem dan ciri khas tersendiri untuk melakukan
respirasi sebagai rangkaian proses metabolisme. Meskipun demikian, terdapat kelebihan dan
kekurangan pada setiap mekanisme pernapasan yang dimiliki oleh setiap makhluk.
Fungsi utama sistem pernapasan adalah menyediakan oksigen bagi tubuh dan mengeluarkan
karbindoksida dari dalam tubuh. Pada dasarnya, sistem respirasi dibedakan menjadi dua yaitu
respirasi eksternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal sama dengan bernapas sedangkan
respirasi internal atau respirasi seluler proses dimana sel-sel tubuh menggunakan oksigen dan
membuang produk limbah metabolisme sel dalam bentuk karbon dioksida. Adapun oksigen
yang. didapatkan dari lingkungan ini kemudian digunakan dalam proses fosforilasi oksidatif
untuk menghasilkan ATP.
Dalam bidang biologi terdapat salah satu cabang ilmu yang mempelajari tentang hewan,
dimana hewan dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan ada tidaknya duri, yaitu hewan
vertebrata dan invertebrata. Vertebrata dan invertebrata mempunyai saluran pernafasan yang
berbeda. Mengingat keanekaragaman yang ada pada hewan dan kemajuan ilmu pengetahuan,
maka penting sekali kita mempelajari dan membahas tentang saluran pernapasan hewan yang
biasa disebut dengan sistem pernafasan pada makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, maka dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan sistem respirasi?
2. Apa saja yang termasuk organ sistem respirasi?
3. Bagaimana fungsi organ-organ respirasi?
4. Bagaimana sistem respirasi pada hewan invertebrata?
5. Bagaimana sistem respirasi pada hewan vertebrata?
6. Bagaimana perbandingan antara sistem respirasi hewan invertebrata dan vertebrata?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari sistem respirasi.
2. Untuk mengetahui organ-organ sistem respirasi.
3. Untuk mengetahui fungsi organ-organ sistem respirasi.
4. Untuk mengetahui proses sistem respirasi pada hewan invertebrata
5. Untuk mengetahui proses sistem respirasi pada hewan vertebrata
6. Untuk mengetahui perbandingan antara sistem respirasi hewan invertebrata dan vertebrata.

1.4 Manfaat penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Fisiologi Hewan. Makalah ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
sistem respirasi pada hewan invertebrata dan vertebrata. Bagi pembaca dan penulisan dari
makalah ini juga dapat menjadi referensi untuk pembahasan mengenai isu yang serupa.
Penulisan makalah ini juga tentunya sangat membantu tim penulis dalam mengetahui dan
memahami materi ini yang mungkin akan berguna bagi penulis maupun pembaca.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Respirasi


Menurut William S. Romoser (dalam buku "The Science of Entomology") Sistem
pernapasan hewan adalah kumpulan struktur dan mekanisme yang memungkinkan hewan
untuk mengambil oksigen dari lingkungan dan mengeluarkan karbon dioksida ke dalamnya.
Jadi sederhananya respirasi hewan merupakan proses yang dilakukan hewan untuk
memperoleh oksigen. (Wiwi, 2006 : 247) oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk
proses metabolisme seluler, yaitu proses pengubahan makanan menjadi energi melalui
proses oksidasi. Hasil sampingan dari proses tersebut ialah karbon dioksida (CO) dan air
yang harus dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sistem respirasi
memiliki fungsi utama untuk memasok oksigen ke dalam tubuh serta membuang CO, dan
air dari tubuh hewan.
Kita sering mendengar istilah respirasi eksternal dan internal. Pada dasarnya respirasi
eksternal sama dengan bernapas, jika merujuk kepada pengertiannya yaitu perpindahan
oksigen dari lingkungan sekitar ke dalam darah dengan melintasi permukaan organ
pernapasan dan sebaliknya yaitu mengalirkan karbon dioksida dari darah ke lingkungan
sekitar. Respirasi internal mengacu pada pengertian tentang pertukaran gas antara darah dan
sel-sel pada jaringan tubuh hewan. Pada tingkatan seluler, perpindahan oksigen dan karbon
dioksida terjadi dengan cara difusi pasif dari wilayah yang berkonsentrasi tinggi ke wilayah
yang berkonsentrasi rendah.

2.2 Fungsi Alat-alat respirasi


Sistem respirasi harus didukung oleh alat pernapasan yang sesuai, yaitu alat yang
dapat digunakan oleh hewan untuk melakukan pertukaran gas antara tubuh hewan dengan
lingkungannya. Alat dimaksud dapat berupa alat pernapasan khusus atau pun tidak.
Pertukaran gas hewan dan lingkungannya dapat terjadi dengan cara difusi sederhana. Pada
beberapa hewan, terutama hewan akuatik berukuran kecil, pertukaran gas dapat terjadi
melalui seluruh permukaan tubuhnya. Cara tersebut sudah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan hewan untuk mengambil oksigen serta membuang CO 2 dan air. Akan tetapi,
seiring dengan proses perkembangannya, tubuh hewan pun menjadi semakin kompleks dan
ukurannya menjadi semakin besar. Akibatnya, pertukaran gas dengan cara difusi tidak lagi
memadai. Untuk itu, diperlukan organ khusus yang memungkinkan berlangsungnya
pertukaran gas secara cepat. Tentu saja, organ tersebut harus sesuai dengan kondisi
lingkungan tempat hidup suatu hewan.
Berdasarkan jenis lingkungan hidupnya, kita mengenal organ respiratori akuatik
(pada hewan yang hidup di air) dan organ respiratori terestrial atau aerial (pada hewan yang
hidup di darat/udara).
- Organ respirasi akuatik dapat berupa kulit, seluruh permukaan tubuh, atau insang.
Permukaan rubuh/kulit sebagai organ respirasi terutama digunakan oleh hewan inaktif
3
yang bertubuh tipis dan kecil. Sementara itu, insang lebih sering ditemukan pada hewan
air yang aktif. Insang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu insang luar dan insang dalam.
Insang luar antara lain ditemukan pada larva katak, sedangkan insang dalam dapat
ditemukan pada ikan dan sejumlah hewan air lainnya (lihat Gambar 8.1).

Gambar 2.1 Anatomi kecebong. Bentuk setengah lingkaran dengan garis merah di
belakang bukaan mulut adalah insang. (Sumber: Herpetologi Edisi ke-4, 2013 –
Elsevier)

Insang terdapat pada semua larva amfibi dan beberapa salamander akuatik. Pada
insang terdapat struktur sangat khas yang memiliki cabang- cabang sangat sangat
banyak. Percabangan yang sangat banyak tersebut. meningkatkan luas permukaan yang
bermanfaat untuk pertukaran gas, tetapi sayang, organ ini tidak didukung dengan
susunan otot yang memadai. Hal ini menjadi kelemahan/kekurangan bagi insang sebagai
organ respiratori. Selama proses perkembangan awal larva Anura, insang luar akan
mengalami atropi. Insang dalam akan tetap dipertahankan dan ditutupi oleh operkulum.
- Organ respirasi terestrial dapat berupa paru-paru difusi, paru-paru buku, trakea, dan paru-
paru alveoler. Paru-paru difusi merupakan modifikasi dari insang. Pertukaran gas yang
terjadi pada organ tersebut tidak terlalu dipengaruhi oleh ventilasi/pertukaran udara,
tetapi lebih ditentukan oleh laju difusi gas. Paru-paru difusi dapat berupa rongga mantel
seperti yang ditemukan pada bekicut tidak bercangkang (garden lug). Paru-paru buku
ditemukan pada arachnida, contohnya pada laba-laba dan kalajengking.
Trakea merupakan organ pernapasan yang sering dijumpai pada insekta. Organ
pernapasan burung dan ikan biasanya dilengkapi dengan gelembung/kantong udara.
Fungsi utama gelembung udara adalah mengatur daya apung tubuh hewan (buoyancy)
agar dapat bergerak naik atau turun. Pengaturan daya apung tubuh ikan dilakukan dengan
cara menyekresikan gas (sebagian besar oksigen) atau mengabsorbsinya kembali
sehingga gelembung udara akan menyusut atau mengembang. Selain fungsi tersebut,
gelembung udara pada ikan diyakini ikut berperan dalam proses respirasi. Pada burung,
selain mengatur daya apung tubuh, kantong udara juga berfungsi memperluas permukaan
4
untuk pertukaran gas, terutama pada saat terbang.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan terdapat perbedaan organ repirasi hewan
vertebrata dan invertebrata yaitu :
Dalam sistem repirasi pada hewan vertebrata memiliki beberapa organ, diantaranya :

5
1) Paru-paru ; merupakan organ pernapasan utama pada sebagian besar vertebrata darat.
Mereka terdiri dari jaringan berlobus yang memiliki permukaan yang luas dan banyak
pembuluh darah kapiler. Paru-paru memungkinkan pertukaran gas oksigen (O2) dan
karbon dioksida (CO2) antara darah dan udara.
2) Insang ; dimiliki oleh vertebrata akuatik seperti ikan ang digunakan untuk pernapasan
di dalam air. Insang adalah struktur berfilamen yang memiliki banyak kapiler darah
dan memungkinkan penyerapan oksigen dari air dan pengeluaran karbon dioksida.
3) Kulit ; Pada beberapa vertebrata, seperti amfibia, kulit juga dapat digunakan untuk
pertukaran gas, terutama ketika mereka berada di air atau di lingkungan yang lembab.
Kulit memiliki banyak pembuluh darah kapiler yang memungkinkan difusi gas.

Sedangkan pada hewan invertebrata, organ repirasinya sebagai berikut :


1) Difusi ; melakukan perturakan gas karena di lingkungan sel tubuh terdapat perbedaan
konsentrasi karbon dioksida dan oksigennya. Proses difusi sendiri dapat diartikan
sebagai pergerakan karbon dioksida dan oksigen dari daerah yang konsentrasinya
tinggi menuju daerah yang konsentrasinya rendah.
2) Trakea ; ditemukan pada serangga. Sistem trakea adalah jaringan tabung yang
menghubungkan permukaan tubuh serangga dengan udara, memungkinkan
pertukaran gas langsung antara sel-sel tubuh dan udara.
3) Insang ; invertebrata akuatik, seperti moluska, krustasea, dan beberapa cacing,
memiliki insang atau buku-paru yang digunakan untuk mengekstraksi oksigen dari
air. Insang ini biasanya memiliki banyak filamen atau lembaran yang bersirkulasi
udara atau air melalui pembuluh darah.
4) Paru-paru buku ; Beberapa invertebrata, seperti laba-laba dan kalajengking, memiliki
paru-paru buku. Ini adalah kantong berlobus yang digunakan untuk mengekstraksi
oksigen dari udara. Paru-paru buku mengoptimalkan permukaan pertukaran gas.

2.3 Proses Resvirasi Invertebrata


1. Proses Respirasi Arachnida (Kalajengking dan Laba-laba besar)
Kalajengking dan laba-laba besar (arachnida) yang hidup di darat memiliki alat
pernapasan berupa paru-paru buku, sedangkan jika hidup di air bernapas dengan insang buku.
Paru-paru buku adalah bagian abdomen atau perut yang melengkung ke dalam atau melakukan
invaginasi. Disebut paru-paru buku karena di dalamnya terdapat lamela yang bentuknya
menyerupai halaman buku. Paru-paru buku memiliki gulungan yang berasal dari invaginasi
perut. Masing-masing paru-paru buku ini memiliki lembaran- lembaran tipis (lamela) yang
tersusun berjajar. Paruparu buku ini juga memiliki spirakel tempat masuknya oksigen dari
luar. Keluar masuknya udara disebabkan oleh gerakan otot yang terjadi secara teratur. Baik
insang buku maupun paru-paru buku keduanya mempunyai fungsi yang sama seperti fungsi
paru-paru pada vertebrata. Laba-laba bernapas dengan beberapa alat pernapasan, seperti paru-
paru buku, lamela, spirakel, dan trakea (Nurlim, 2022).

Tak hanya paru-paru buku, laba-laba juga bernapas dengan lamela yang ada dalam
paru-paru bukunya berbentuk mirip lembaran tipis dengan posisi berjajar di dalamnya.
6
Sedangkan spirakel dipergunakan sebagai tempat keluar dan masuknya udara, fungsinya
mirip seperti hidung pada manusia. Selanjutnya laba-laba juga bernapas dengan trakea yang
merupakan tabung udara berbentuk memanjang yang terdapat dalam tubuh laba-laba. Sistem
pernapasan laba-laba terbagi menjadi lima jenis sistem, yaitu:

a. sistem pernapasan dengan sepasang paru-paru buku

b. sistem pernapasan dengan dua pasang paru-paru buku

c. sistem pernapasan dengan sepasang tabung trakea

d. sistem pernapasan dua pasang tabung trakea

e. sistem pernapasan dengan sepasang trakea dan sepasang paru-paru buku

Seperti serangga yang lain, udara masuk melalui spirakel dengan cara difusi,
selanjutnya udara diteruskan menuju sel-sel lamela. Pertukaran udara berlangsung dicsekitar
lamela karena banyak terdapat pembuluh darah. Fungsi paru-paru buku sama seperti fungsi
paru-paru pada manusia. Perbedaannya, bagian-bagian paru-paru manusia lebih kompleks dari
paru-paru hewan invertebrata. Udara masuk ke tubuh serangga lewat spirakel dan diolah
dalam paru-paru buku atau trakea. Udara yang masuk akan berdifusi (oksigen dan karbon
dioksida) dan dialirkan ke seluruh tubuh, karena laba-laba punya sistem peredaran darah
terbuka. Darah laba-laba atau hemolimfa bertugas mengedarkan oksigen, nutrisi, dan hormon
ke seluruh organ tubuhnya. Laba-laba juga punya jantung yang bentuknya sederhana, seperti
tabung yang dikelilingi otot dan punya katup searah di tiap jantungnya, jantung laba-laba
berfungsi memompa darah yang membawa oksigen ke rongga tubuh di sekitar organ laba-
laba.

Gambar 2.2 Sistem Respirasi Laba-laba

2. Proses Respirasi Protozoa


Hewan dalam golongan ini melakukan pernapasan melalui seluruh permukaan
7
selnya. Oksigen dan karbon dioksida masuk dan keluar melalui membran sel secara difusi.
Oksigen dan karbon dioksida tersebut merupakan gas-gas yang terlarut di dalam air. Contoh:
amoeba sp. Sebagian besar pernapasan pada hewan-hewan protozoa dilakukan secara difusi.
Oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) yang terlarut dalam air, keluar masuk secara difusi
melalui membran sel. Masuknya oksigen dengan difusi menembus membran sel dan menuju
sitoplasma.
Difusi dan gerakan sitoplasma mengantarkan oksigen (O2) ke mitokondria. Oksigen
digunakan untuk memecah senyawa organik sehingga menghasilkan energi, air dan
karbondioksida (CO2). Ketika oksigen berdifusi kedalam tubuh dan karbondioksida ke luar
tubuh, oksigen (O2) dalam air habis dengan cepat dan begitu pula pada karbondioksida (CO2)
tertimbun dengan cepat. Pada paramaecium silianya membantu pernafasan. Dengan
pergerakan silianya air disekitarnya akan bergerak dan berarti membantu penyediaan
oksigen.

Gambar 2.3 Sistem Respirasi Protozoa

3. Proses Respirasi Porifera atau Sponsa (Hewan Berpori)


Hewan filum ini tubuhnya tersusun atas banyak sel dan memiliki jaringan yang sangat
sederhana. Porifera tidak memiliki alat pernapasan khusus. Udara pernapasan dipertukarkan
langsung oleh sel-sel di permukaan tubuh atau oleh sel-sel leher yang bersentuhan dengan air.
Contoh: spongia sp.
Porifera tidak memiliki alat pernapasan khusus. Udara pernapasan berlangsung di sel-
sel permukaan tubuh atau sel-sel leher yang bersentuhan dengan air. Oksigen yang diambil
oleh porifera berasal dari oksigen yang terlarut di dalam air. Porifera bernapas dengan cara
mengalirkan air melalui pori-pori tubuhnya yang disebut dengan ostium. Selanjutnya air akan
mengalir dan masuk ke rongga yang disebut spongocoel. Proses pernapasan porifera yang
selanjutnya akan berlansung di sel koanosit atau sel leher. Sel koanosit adalah sel yang
berbatasan langsung dengan spongocoel. Air yang masuk selain membawa oksigen juga
membawa zat-zat makanan. Proses pertukaran udara antara oksigen dan karbondioksida
terjadi di sel koanosit. Sel koanosit juga bertindak sebagai organ pencernaan dan peredaran
zat makanan karena aliran air masuk membawa oksigen dan zat makanan. Air yang
mengandung karbondioksida selanjutnya akan dikeluarkan melalui oskulum.

8
Gambar 2.4 Sistem Respirasi Porifera

4. Proses Respirasi Coelenterata (Hewan Berongga)


Hewan phylulm coelenterata tubuhnya tersusun atas banyak sel dan memiliki
jaringan. Hewan ini tidak memiliki alat pernapasan yang lengkap. Coelenterata tubuhnya
tersusun dari dua lapis sel yaitu lapisan luar dan lapisan dalam. Alat bantu pernapasan berupa
lekukan-lekukan lapisan gastrodermal yang berada sedikit di bawah mulut, yang disebut
sifonoglifa. Namun sel-sel di permukaan tubuh yang lain juga dapat melakukan pertukaran
gas dengan lingkungannya. Contoh: aurelia aurita, hydra sp., dan metrium sp. (ubur-ubur).
oelenterata belum memiliki organ khusus untuk respirasi, sehingga respirasinya hanya
mengandalkan proses difusi oksigen dari lingkungan luar melalui permukaan tubuhnya. Meski
demikian, coelentera juga memiliki alat bantu pernapasan yang disebut sifonoglia. Sifonoglia
adalah perluasan dari celah mulut hewan coelenterate.

Gambar 2.5 Sistem Respirasi Coelenterata

5. Proses Respirasi Vermes (Cacing)


Golongan cacing (vermes) terbagi dalam tiga phylulm.pada cacing pipih
(platyhelminthes)pernapasan terjadi di seluruh permukaan tubuh melalui difusi. Contoh:
planaria sp.pada cacinggilik tidak bersegmen (nemathelminthes) pernapasannya juga
melalui difusi lewat permukaan tubuhnya. Contoh: ascaris lumbricoides pada cacing
gilik bersegmen (annelida) pernapasannyamelalui permukaan kulit yang selalu basah
oleh cairan mukus. Contoh: lumbricus sp.
9
Cacing belum memiliki sistem pernapasan yang kompleks. Cacing bernapas melalui
permukaan kulitnya. Oksigen di udara akan berdifusi melalui kulit cacing yang tipis dan
memiliki banyak kapiler. Sistem pernapasan cacing juga berbeda sesuai filumnya. Pada filum
Platyhelminthes/Planaria (cacing pipih) dan Annelida (cacing gelang) bernafas dengan
permukaan kulitnya. Cacing yang habitatnya di air seperti Polychaeta memiliki alat
pernapasan berupa parapodia yang kemudian akan berubah menjadi insang.
Mekanisme pernapasan cacing juga sangat sederhana yaitu oksigen yang terlarut
dalam air berdifusi lewat pemukaan kulit yang tipis dan basah. Selanjutnya oksigen tersebut
akan diedarkan ke seluruh tubuh. Karbondioksida yang dihasilkan sebagai sisa pernapasan
akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui permukaan kulit dengan proses difusi. Kulit cacing
cenderung berlendir dan basah, hal ini bertujuan agar proses difusi dapat berlangsung dengan
lebih mudah. Nematelminthes (cacing gilik) merupakan salah satu cacing yang hidup pada
tubuh manusia, sehingga toleran terhadap kadar oksigen (O2) yang rendah. Cacing gilik juga
bernapas secara difusi melalui permukaan tubuhnya (Arsih, 2012).

Gambar 2.6 Sistem Respirasi Cacing Tanah

6. Proses Respirasi Mollusca

Mollusca merupaka filum terbesar dari kingdom animalia dan salah satu anggota
hewan invertebrata. Mollusca dibedakan menurut tipe kaki, posisi kaki, dan tipe cangkang,
yaitu gastropoda, pelecypoda, dan cephalopoda. Gastropoda adalah kelompok hewan yang
menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Misalnya siput air (Lymnaea sp), remis
(Curbicula javanica), dan bekicot (Achatia fulica). Hewan ini memiliki ciri-ciri khas berkaki
lebar dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya. Gastropoda bergerak dengan lambat
menggunakan kakinya. Gastropoda dapat terdiri dari sepasang tentakel yang panjang dan
sepasang tentakel pendek. Pada ujung tentakel yang terdapat mata yang berfungsi untuk
mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba
dan pembau. Gastropoda akuatik bernafas dengan ingsang sdangkan gastropoda dapat
10
bernafas menggunakan rongga mantel (Mukayat, 1989). Fillum mollusca merupakan salah
satu anggota hewan invertebrata.

Sistem respirasi Mollusca ini berbeda-beda, jika hewan yang hidup di air maka yang
berperan adalah insang, sedangkan yang hidup di darat melalui paru-paru namun juga dapat
terjadi melalui pertukaran udara dengan menggunakan terdapat di mantel, sistem ini
berfungsi mirip dengan paru-paru.

Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang dilengkapi dengan rahang dari zat tanduk.
Di dalam mulut terdapat lidah parut atau radula dengan gigi-gigi kecil dari kitin. Selanjutnya
terdapat kerongkongan, kemudian lambung yang bulat, usus halus dan berakhir di
anus. Gastropoda umumnya pemakan tumbuh-tumbuhan atau disebut hewan herbivore, dan
karnivore.

Gambar 2.7 respirasi mollusca

Mekanisme Pernapasan :
oksigen dari luar -> masuk ke tubuh -> melalui paru-paru (moluska darat) / insang
(moluska air) -> menuju ke jantung -> melalui aorta -> menyebar ke hemosoel
Hewan bertubuh lunak (Mollusca) yang hidup di air, seperti siput, cumi-cumi, dan
kerang (Bivalvia) bernapas menggunakan insang. Aliran air masuk ke dalam insang
dan terjadi pertukaran udara dalam lamela insang. Mollusca yang hidup di darat,
seperti siput darat (bekicot) bernapas menggunakan paru-paru.

7. Proses Respirasi Arthropoda (serangga)

Serangga dan Arthropoda lainnya memiliki corong hawa (trakea) yang menjadi alat
pernapasannya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar
(eksoskeleton) yang disebut spirakel (stigma). Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang
berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai
katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara
teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga
beristirahat.

11
Gambar 2.8 Sistem Respirasi Belalang

Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju
pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang
halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian
dalam.

Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut
trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini
mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada
vertebrata.

Gambar 2.9 Sistem Respirasi Serangga dan sistem pembuluh trakea pada Sarangga

2.4 Proses Respirasi Vertebrata


1. Proses Respirasi Pisces (Ikan)

12
Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis
berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan
air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap
lembaran insang terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak
lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak
kapiler sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan Co2 berdifusi keluar.
Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum
(tutup insang), sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh
operkulum. Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula
berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion,
dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan
ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga
tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada
kondisi yang kekurangan O2. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus
dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai
gelembung renang yang terletak di dekat punggung.

Gambar 2.10 Sistem Respirasi Ikan

Ikan bernapas dengan insang yang terdapat pada sisi kiri dan kanan kepala. Masing-
masing mempunyai empat buah insang yang ditutup oleh tutup insang (operkulum).
Proses pernapasan pada ikan adalah dengan cara membuka dan menutup mulut secara
bergantian dengan membuka dan menutup tutup insang. Pada waktu mulut membuka, air
masuk ke dalam rongga mulut sedangkan tutup insang menutup. Oksigen yang terlarut
dalam air masuk berdifusi ke dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam insang.
Dan pada waktu menutup, tutup insang membuka dan air dari rongga mulut keluar
melalui insang. Bersamaan dengan keluarnya air melalui insang, karbondioksida
13
dikeluarkan.
2. Proses Respirasi Amphibia (Katak)
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru.
Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga
mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler
yang bermuara di tempat itu.
Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung terbuka dan glotis
tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput
rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas
pula dengan kulit, ini dimungkinkan karena kulitnya selalu dalam keadaan basah dan
mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang
masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung
untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa
ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri
pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat
terjadi di kulit.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan paru-
paru walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia. Katak mempunyai
sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah.
Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga
gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh
bronkus yang pendek.

Gambar 2.11 Sistem Respirasi Katak

Katak dalam daur hidupnya mengalami metamorfosis atau perubahan bentuk. Pada
waktu muda berupa berudu dan setelah dewasa hidup di darat. Mula-nula berudu bernapas
dengan insang luar yang terdapat di bagian belakang kepala. Insang tersebut selalu

14
bergetar yang mengakibatkan air di sekitar insang selalu berganti. Oksigen yang terlarut
dalam air berdifusi di dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam insang.
Setelah beberapa waktu insang luar ini akan berubah menjadi insang dalam dengan
cara terbentuknya lipatan kulit dari arah depan ke belakang sehingga menutupi insang
luar. Katak dewasa hidup di darat, pernapasannya dengan paru-paru. Selain dengan paru-
paru, oksigen dapat berdifusi dalam rongga mulut yaitu melalui selaput rongga mulut dan
juga melalui kulit.
3. Proses Respirasi Reptilia
Paru-paru reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-
paru reptilia lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi
memperbesar permukaan pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas tidak efektif. Pada
kadal, kura-kura, dan buaya paru-paru lebih kompleks, dengan beberapa belahanbelahan
yang membuat paru-parunya bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal
misalnya bunglon afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang memungkinkan
hewan tersebut melayang di udara.

Gambar 2.12 Sistem Respirasi Reptilia

4. Sistem respirasi Pada Aves


Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paru-
paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh
tulang rusuk. Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini,
udara masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada dasar faring yang
menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk
cincin, dan bagian akhir trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Lalu memiliki organ pernafasan tambahan yaitu kantung udara.

15
Gambar 2.13 Mekanisme Transport Gas burung

Mekanisme pernapasan pada burung melalui 2 tahap yaitu (inspirasi) disebabkan


adanya kontraksi otot antartulang rusuk (interkostal) sehingga tulang rusuk bergerak keluar
dan tulang dada bergerak ke bawah. Atau dengan kata lain, burung mengisap udara dengan
cara memperbesar rongga dadanya sehingga tekanan udara di dalam rongga dada menjadi
kecil yang mengakibatkan masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil
tinggal di paru-paru dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa sebagai
cadangan udara.
Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara (O2) di paruparu
berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau
diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada tempat
itu masuk ke paru-paru.
Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan
tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi
lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbon
dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung hawa
masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi,
pelepasan oksigen di paruparu dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi.

16
Gambar 2.14 Mekanisme Respirasi Aves

5. Sistem Respirasi Pada Mamalia

Gambar 2.15 Sistem Pernafasan Manusia

Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat membutukan okigen
dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan
kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki lagidan bisa menimbulkan kematian. Kalau
penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis
(Syaifuddin, 2006).
1. Pernapasan paru
Pernapasan paru adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru.
Pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan
hidung pada waktu bernapas yang oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli
berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli memisahkan okigen dari darah,
oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari
jantung dipompakan ke seluruh tubuh. Di dalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil
buangan yang menembus membran alveoli. Dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa
bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung (Syaifuddin, 2006). Empat proses yang
berhubungan dengan pernapasan pulmoner :

17
1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan
udara luar.
2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh,
karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat, yang
bisa dicapai untuk semua bagian.
4) Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbondioksida lebih mudah
berdifusi dari pada oksigen.

Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi ketika konsentrasi dalam darah
mempengaruhi dan merangsang pusat pernapasan terdapat dalam otak untuk memperbesar
kecepatan dalam pernapasan, sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih
banyak. Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandunng oksigen dari seluruh tubuh
masuk ke dalam jaringan, mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di
paru-paru terjadi pernapasan eksterna (Syaifuddin, 2006)

2. Pernapasan sel
1) Transpor gas paru-paru dan jaringan
Selisih tekanan parsial antara O2 dan CO2 menekankan bahwa kunci dari pergerakan gas
O2 mengalir dari alveoli masuk ke dalam jaringan melalui darah, sedangkan CO2
mengalir dari jaringan ke alveoli melalui pembuluh darah. Akan tetapi jumlah kedua
gas yang ditranspor ke jaringan dan dari jaringan secara keseluruhan tidak cukup bila
O2 tidak larut dalam darah dan bergabung dengan protein membawa O2
(hemoglobin). Demikian juga CO2 yang larut masuk ke dalam serangkaian reaksi
kimia reversibel (rangkaian perubahan udara) yang mengubah menjadi senyawa lain.
Adanya hemoglobin menaikkan kapasitas pengangkutan O2 dalam darah sampai 70
kali dan reaksi CO2 menaikkan kadar CO2 dalam darah mnjadi 17 kali (Syaifuddin,
2006).
2) Pengangkutan oksigen ke jaringan
Sistem pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri dari paru-paru dan sistem kardiovaskuler.
Oksigen masuk ke jaringan bergantung pada jumlahnya yang masuk ke dalam paru-
paru, pertukaran gas yang cukup pada paru-paru, aliran darah ke jaringan dan
kapasitas pengangkutan O2dalam darah.Aliran darah bergantung pada derajat
konsentrasi dalam jaringan dan curah jantung. Jumlah O2dalam darah ditentukan oleh
jumlah O2 yang larut, hemoglobin, dan afinitas (daya tarik) hemoglobin (Syaifuddin,
2006). Transpor oksigen melalui beberapa tahap (Pearce, 2007) yaitu :
a. Tahap I : oksigen atmosfer masuk ke dalam paru-paru. Pada waktu kita
menarik napas tekanan parsial oksigen dalam atmosfer 159 mmHg. Dalam
alveoli komposisi udara berbeda dengan komposisi udara atmosfer tekanan
parsial O2 dalam alveoli 105 mmHg.

18
b. Tahap II : darah mengalir dari jantung, menuju ke paru-paru untuk
mengambil oksigen yang berada dalam alveoli. Dalam darah ini terdapat
oksigen dengan tekanan parsial 40 mmHg. Karena adanya perbedaan
tekanan parsial itu apabila tiba pada pembuluh kapiler yang berhubungan
dengan membran alveoli maka oksigen yang berada dalam alveoli dapat
berdifusi masuk ke dalam pembuluh kapiler. Setelah terjadi proses difusi
tekanan parsial oksigen dalam pembuluh menjadi 100 mmHg.
c. Tahap III : oksigen yang telah berada dalam pembuluh darah diedarkan
keseluruh tubuh. Ada dua mekanisme peredaran oksigen dalam darah yaitu
oksigen yang larut dalam plasma darah yang merupakan bagian terbesar dan
sebagian kecil oksigen yang terikat pada hemoglobin dalam darah. Derajat
kejenuhan hemoglobin dengan O2bergantung pada tekanan parsial CO2
atau pH. Jumlah O2 yang diangkut ke jaringan bergantung pada jumlah
hemoglobin dalam darah.
d. Tahap IV : sebelum sampai pada sel yang membutuhkan, oksigen dibawa
melalui cairan interstisial lebih dahulu. Tekanan parsial oksigen dalam
cairan interstisial 20 mmHg. Perbedaan tekanan oksigen dalam pembuluh
darah arteri (100 mmHg) dengan tekanan parsial oksigen dalam cairan
interstisial (20 mmHg) menyebabkan terjadinya difusi oksigen yang cepat
dari pembuluh kapiler ke dalam cairan interstisial.
e. Tahap V : tekanan parsial oksigen dalam sel kira-kira antara 0-20 mmHg.
Oksigen dari cairan interstisial berdifusi masuk ke dalam sel. Dalam sel
oksigen ini digunakan untuk reaksi metabolism yaitu reaksi oksidasi
senyawa yang berasal dari makanan (karbohidrat, lemak, dan protein)
menghasilkan H2O, CO2dan energi
3. Reaksi hemoglobin dan oksigen
Dinamika reaksi hemoglobin sangat cocok untuk mengangkut O2. Hemoglobin
adalaah protein yang terikat pada rantai polipeptida, dibentuk porfirin dan satu atom besi
ferro. Masing-masing atom besi dapat mengikat secara reversible (perubahan arah) dengan
satu molekul O2. Besi berada dalam bentuk ferro sehingga reaksinya adalah oksigenasi
bukan oksidasi (Syaifuddin, 2006).
4. Transpor karbondioksida
Kelarutan CO2 dalam darah kira-kira 20 kali kelarutan O2 sehingga terdapat lebih
banyak CO2 dari pada O2 dalam larutan sederhana. CO2 berdifusi dalam sel darah merah
dengan cepat mengalami hidrasi menjadi H2CO2 karena adanya anhydrase (berkurangnya
sekresi kerigat) karbonat berdifusi ke dalam plasma. Penurunan kejenuhan hemoglobin
terhadap O2 bila darah melalui kapiler-kapiler jaringan.Sebagian dari CO2 dalam sel darah
merah beraksi dengan gugus amino dari protein, hemoglobin membentuk senyawa
karbamino (senyawa karbondioksida). Besarnya kenaikan kapasitas darah mengangkut CO2
ditunjukkan oleh selisih antara garis kelarutan CO2dan garis kadar total CO2 di antara 49
ml CO2dalam darah arterial 2,6 ml dalam senyawa karbamino dan 43,8 ml dalam HCO2

19
(Syaifuddin, 2006)

Gambar 2.16 Mekanisme pertukaran O2 dan CO2

2.5 Mekanisme pola sistem Respirasi Invertebrata dan Vertebrata


Mekanisme pada respirasi Vertebrata dan invertebrata memiliki beberapa perbedaan yaitu
berdasarkan organ pernafasannya, pada invertebrata memiliki organ pernafasan trakea,
berdifusi, insang dan paru-paru buku, sedangkan pada vertebrata memiliki organ respirasi
insang, paru-paru, dan kulit. Pada coelerenterata masih belum ditemukannya organ pernafasaan
sehingga proses respirasinya berlangsung secara difusi, alat bantu pernapasan yang disebut
sifonoglia. Sifonoglia adalah perluasan dari celah mulut hewan coelenterate. Dan pada burung
memiliki organ pernafasan tambahan yaitu kantung udara yang berfungsi sebagai cadangan
udara ketika burung sedang terbang

20
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Respirasi pada hewan invertebrata dan vertebrata adalah proses penting yang
memungkinkan hewan untuk mengambil oksigen dari lingkungan dan melepaskan karbon dioksida
sebagai produk sampingan dari metabolisme mereka. Respirasi pada Hewan Invertebrata dapat
melalui trakea, paru-paru buku dan difusi. Beberapa invertebrata seperti serangga memiliki sistem
trakea, di mana udara diambil melalui saluran yang disebut trakea dan disalurkan langsung ke sel-
sel tubuh. Proses ini tidak melibatkan darah. Pada Moluska seperti siput memiliki struktur bernama
paru-paru buku yang berfungsi untuk pertukaran gas. Dan banyak invertebrata menggunakan
proses difusi langsung melalui permukaan tubuh mereka untuk mendapatkan oksigen dan
membuang karbon dioksida. Difusi ini mungkin terjadi melalui kulit atau membran tubuh. Untuk
Respirasi pada Hewan Vertebrata dapat melalui paru-paru, darah, sistem pernafasan, dan regulasi
respirasi. Hewan vertebrata umumnya memiliki paru-paru sebagai organ utama untuk pertukaran
gas. Udara diambil melalui saluran pernapasan, seperti trakea atau bronkus, dan diangkut ke paru-
paru, di mana oksigen masuk ke dalam darah dan karbon dioksida dikeluarkan. Hemoglobin dalam
sel darah merah mengikat oksigen di paru-paru dan membawanya ke seluruh tubuh, sementara
karbon dioksida yang dihasilkan oleh metabolisme diangkut kembali ke paru-paru untuk
dikeluarkan. Hewan vertebrata memiliki beragam sistem pernapasan, termasuk insang pada ikan,
paru-paru pada amfibi, reptil, burung, dan mamalia. Masing-masing jenis hewan memiliki adaptasi
khusus untuk kebutuhan pernapasan mereka. Hewan vertebrata memiliki sistem pengaturan
respirasi yang canggih, yang memungkinkan mereka untuk mengatur laju pernapasan sesuai
dengan kebutuhan tubuh dan kondisi lingkungan.
Secara keseluruhan, respirasi adalah proses penting yang memungkinkan hewan untuk
mempertahankan kehidupan dengan memperoleh oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida.
Cara respirasi terjadi dapat bervariasi antara hewan invertebrata dan vertebrata, tergantung pada
adaptasi khusus dari masing-masing kelompok hewan.

B. SARAN
Berdasarkan pemaparan diatas maka di harapkan pembaca mampu mengambil manfaat dari makalah
yang penulis buat. Pembaca dianjurkan untuk tidak merasa puas dengan pemaparan materi pada makalah
ini sehingga pembaca bisa lebih menambah wawasannya dari sumber-sumber lain yang kredibel. Selain
itu, pembaca di harapkan bisa mengkritisi apabila ada kekeliruan ataupun miskonsepsi materi yang
terdapat pada makalah ini. Penulis menyadari kasih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini.
Maka dari itu penulis berharap akan ada penulis selanjutnya yang akan memperbaiki makalah ini dengan
memaparkan materi yang lebih jelas dan lebih mudah dipahami.

21
DAFTAR PUSTAKA

Isnaeni, Wiwi. (2006). Fisiologi Hewan. Yogyakarta : PT Kanisius.


Hall, J. E. (2015). Guyton and hall textbook of medical physiology (13th ed.). W B Saunders.
Arsih, F. (2012). Fisiologi Hewan. Padang: UNP Press.
Nurlim, R. (2022). Bahan Ajar Fisiologi Hewan. Jember: digilib.uinkhas.ac.id.

NURMA, Y. (2021). MODUL TAKSONOMI INVERTEBRATA (Doctoral dissertation,


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG).
Maya, S., & Nur, R. A. (2021). Zoologi Vertebrata.
Purnamasari, Risa dan Dwi Rukma Santi. Fisiologi Hewan. Surabaya: Program Studi Arsitektur
UIN Sunan Ampel , 2017.

AGIL, B. MOH. MASNUR (2017050007) AZIZ NUR ARIFIN (2017050005) EKO


SUPRIYANTO (2017050003)

22

Anda mungkin juga menyukai