Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN MINIRISET

Pembelajaran IPA di kelas IV

Struktur organ pencernaan pada berbagai tingkatan klasis hewan

Disusun
O
L
E
H
Nama : Shoumi Ramadhani
Dosen pengampu : Ibu indah pratiwi
Npm : 2002090225
Judul : Struktur Organ Pencernaan pada berbagai tingkatan klasis hewan

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan


Universitas Muhammaddiyah Sumatera utara
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa, atas kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas Mini Riset dengan judul “ Struktur Organ Pencernaan pada
Berbagai Tingakatan Klasis. Tak lupa shalawat dan salam kita junjungkan untuk Nabi besar
kita Muhammad SAW. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan-Nya. Saya berterima
kasih kepada Asisten-Asisten Laboratorium telah memberikan ilmu-ilmu sehingga saya
mendapatkan apa yang tidak saya ketahui menjadi tahu. Mini Riset ini bertujuan untuk
memenuhi tugas MINIRISET SEKOLAH DALAM PEMBELAJAR DI KELAS IV . Akhir
kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan Mini Riset ini masih jauh dari kesempurnaan.
Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 18 November2021

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................. i

DAFTAR ISI.............................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR................................................................ iv

BAB I. PENDAHULUAN..................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG....................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................1

1.3 TUJUAN...............................................................................1

1.4 MANFAAT....................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN TEORITIS................................................ 3

A. SISTEM PENCERNAAN PADA PISCES................................... 3

B. SISTEM PENCERNAAN PADA AMPHIBI............................... 4

C. SISTEM PENCERNAAN PADA REPTIL............................ 6

D. SISTEM PENCERNAAN PADA AVES................................ 8

E. SISTEM PENCERNAAN PADA MAMALIA......................... 12

BAB III. METODE PENELITIAN................................................ 15

3.1 Waktu dan Tempat............................................................ 15

3.2 Alat dan Bahan................................................................. 15

3.3 Prosedur kerja............................................................... 15

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................ 17

A. Pembahasan Sistem Pencernaan Pada Pisces (Cyprinus Carpio).......................................... 17

B. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Amphibi ( Rana sp atau Bufo sp )............................................. 17

C. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Reptil (Mabouya multifasciata atau Calotes sp ) ....................................18
D. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Aves (Columba livia atau Gallus-gallus sp )............................ 18

E. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Mamalia (Cavia cobaya ).................................................. 18

BAB V. PENUTUP......................................................................................................... 20

5.1 SIMPULAN.......................................................................................................... 20
5.2 SARAN.................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 21

LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................................... 22
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi pencernaa pisces....................................................................................................3

Gambar 2. Mulut katak pada saat terbuka...............................................................................................5

Gambar 3. Anatomi pada katak................................................................................................................5

Gambar 4. Sistem pencernaan makanan pada kadal...................................................................................6

Gambar 5 . Makrofotografi Situs vuscerum (tampak ventral) (A) dan anatomi saluran pencernaan biawak
air..........................................8

Gambar 6. Organ penyusun sistem pencernaan pada merpati.........................................................................................9

Gambar 7. Kelenjar mukosa tembolok. (A) ayam kampung, (B) bebek, (C) merpati, (km) kelenjar mukosa
tembolok..........................12

Gambar 8. Kelenjar mukosa tembolok. (A) ayam kampung, (B) bebek (C) merpati.................................................................................12

Gambar 9. Kelenjar mukosa tembolok. (A) ayam kampung, (B) bebek, (ekb) epitel kuboid bertingkat.........................................12

Gambar 10. -organ penyusun sistem pencernaan pada marmut......................................................................14


BAB I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perbedaan mendasar struktur organ pencernaan pada hewan berbagai tingkatan kelas yaitu pada
saluran pencernaan pada ikan dimulai dari mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi
kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat
digerakkan serta banyak menghasilkan lender, tetapi tidak menghasilkan air ludah (enzim). Dari rongga
mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus
berbentuk kerucut, pendek, terdapat dibelakang insang dan bila tidak dilalui makanan lumennya
menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umunya membesar,
tidak jelas batasnya dengan usus. Dari lambung makanan masuk ke usus melalui pipa panjang berkelok-
kelok dan sama besarnya, usus bermuara di anus.
Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hamper sama dengan ikan, meliputi saluran pencernaan
dan kelenjar pencernaan salah satu binatang amphibi adalah katak makanan katak berupa hewan-hewan
kecil (serangga). Saluran pencernaan katak dimulai dari rongga mulut, terdapat gigi berbentuk kerucut
untuk memegang mangsa dan lidah menangkap mangsa, kemudian ke esophagus yang berupa saluran
pendek, kemudian menuju ke lambung yang berbentuk kantung bila terisi makanan menjadi lebar,
menuju usus usus dapat dibedakan usus halus dan tebal, Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju
kloaka.
Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan.
Kemudian makanan menuju usus yang terdiri dari usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka.
Tidak berbeda dengan hewan sebelumnya, letak perbedaan hanya pada struktur giginya, pada kelinci
makanan di kunyah kemudian masuk ke dalam mulut, kemudian menuju kerongkongan dari kerongkongan
makanan menuju lambung, pada lambung proses fermentasi atau pembusukanan makanan dilakukan oleh
bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Kemudian menuju ke usus dan bermuara pada
anus.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana perbedaan mendasar struktur organ pencernaan pada berbagai tingkatan klasis hewan?
1.3 TUJUAN PRAKTIKUM

“Untuk mengetahui perbedaan mendasar struktur organ pencernaan pada berbagai


tingkatan klasis hewan”

1
1.4 MANFAAT
 Bagi Penulis
1. Memenuhi Tugas Mini Riset Praktikum Struktur Hewan
2. Melatih kemampuan penulis dalam meneliti sistem pencernaan dari kelas Pisces,
Amphibi, Reptil, Aves, dan Mamalia
3. Menumbuhkan pola fikir yang kreatif tentang sistem pencernaan dari kelas Pisces,
Amphibi, Reptil, Aves, dan Mamalia
4. Menambah wawasan mengenai anatomi sistem pencernaan pada hewan vertebrata
 Bagi Pembaca
Menambah wawasan mengenai anatomi sistem pencernaan pada hewan vertebrata
BAB II. TINJAUAN TEORITIS

A. SISTEM PENCERNAAN PADA PISCES


Sistem pencernaan pada Cyprinus carpio, sebagaimana ikan pada umumnya, terdiri atas saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris).
Pada rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada
dasar mulut yang tidak dapat digerakkan. Lidah ikan banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan
ludah (enzim). Dari rongga mulut, makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah
sekitar insang kemudian makanan di dorong masuk ke lambung. Lambung ikan pada umumnya membesar
dan tidak memiliki batas yang jelas dengan usus. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa
panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus.

Gambar 1. Anatomi pencernaa pisces

Kelenjar pencernaan berguna untuk menghasilkan enzim pencernaan yang nantinya akan bertugas
membantu proses penghancuran makanan. Enzim pencernaan yang dihasilkan oleh ikan buas juga berbeda
dengan ikan vegetaris. Ikan buas pada umumnya menghasilkan enzim-enzim pemecah protein, sedangkan
ikan vegetaris menghasilkan enzim-enzim pemecah karbohidrat. Kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan
pankreas. Disamping itu, saluran pencernaannya (lambung dan usus) juga berfungsi sebagai kelenjar
pencernaan. Hati merupakan organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses pencernaan. Organ
ini umumnya merupakan suatu kelenjar yang kompak, be rwarna merah kecokelatan. Posisi hati terletak
pada rongga tubuh bagian bawah, di belakang jantung dan disekitar usus depan. Di sekitar hati terdapat
organ berbentuk kantong kecil, bulat, oval atau memanjang dan berwarna hijau kebiruan, organ ini
dinamakan kantung empedu yang fungsinya untuk menampung cairan empedu yang disekresikan oleh
organ hati. Secara umum hati berfungsi sebagi tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta
tempat memproduksi cairan empedu.

Pankreas merupakan organ yang mensekresikan bahan (enzim) yang berperan dalam proses
pencernaan. Pankreas ada yang berbentuk kompak dan ada yang diffus (menyebar) di antara sel hati. Letak
penkreas berdekatan dengan usus depan sebab saluran pankreatik bermuara ke usus depan. Saluran
pankreatik yaitu saluran-saluran kecil yang bergabung satu sama lain dan pada akhirnya akan terbentuk
saluran yang keluar dari pankreas menuju usus depan. Sebuah sumber penting dari enzim pencernaan
pankreas. Organ ini berdekatan dengan lambung dan dapat sebagai organ diskrit atau difusi. tergantung
pada spesies. Enzim diproduksi oleh pankreas hanya di hadapan makanan dan terlibat dalam pemecahan
semua nutrisi. Baik hati dan kantung empedu memainkan peran penting dalam pencernaan. Hati baik
asimilasi produk-produk dari pencernaan ke dalam bentuk yang dapat digunakan dan membantu proses
pencernaan melalui produksi empedu yang disimpan dalam kantung empedu.

(Syarifuddin, 2006)

B. SISTEM PENCERNAAN PADA AMPHIBI


Sistem pencernaan pada Rana cancrifora, yaitu Rongga mulut pada katak sawah apabila dikuakkan
akan tampak bagian-bagian pada gambar 2. Lidah katak berlekuk atau bercabang di ujungnya dan
berpangkal di ujung rahang bawah. Lidah katak sawah dalam kondisi biasa dan tidak sedang digunakan
dilipat ke arah proksimal. Rahang atas bergigi, dan terdapat pula gigi kerucut (gigi vomer, yang akan terasa
bergerigi jika diraba dengan ujung jari), yang digunakan unruk mencengkeram mangsa sedangkan rahang
bawah tidak bergerigi.. Ujung rongga mulut di arah posterior disebut farink, dan pada farink tersebut
terdapat lubang esophagus sebagai jalan untuk memasukkan makanan ke dalam esophagus yang pendek
menuju ke lambung.
Gambar 2. Mulut katak pada saat terbuka

Lambung katak sawah berdinding tebal, berwarna putih, terletak di rongga perut sebelah kiri.
Pilorus merupakan daerah penyempitan di ujung kaudal lambung. Pilorus ini dapat melebar ataupun
menyempit sesuai dengan keadaan asam-basa dari cairan yang terdapat dalam lambung, serta adanya
perbedaan tekanan antara lambung dan usus. Usus halus katak sawah walaupun dapat dibedakan menjadi
duodenum (usus duabelas jari), yeyenum, dan ileum, akan tetapi batas pasti antara ketiganya sulit dikenali.
Rektum atau usus besar merupakan muara dari ileum, dan berakhir sebagai kloaka.

Gambar 3. Anatomi pada katak


Hati yang menghasilkan cairan empedu, dan cairan ini dialirkan lewat saluran hepatikus ditampung
di kandung empedu. Cairan empedu keluar dari kandung empedu
lewat saluran sistikus dan saluran koledokus yang bermuara pada duodenum. Letak
pankreas meliputi (menutupi) saluran koledokus, mempunyai saluran pelepasan yang disebut saluran
pankreatikus, dan saluran ini bermuara pada saluran koledokus. Enzim- enzim yang dihasilkan oleh
kelenjar pankreas adalah lipase, amilase, dan enterokinase. Limpa tidak termasuk dalam sistem
pencernaan, berbentuk bulat kecil, berwarna merah, terletak di dekat rektum, dan terikat oleh mesenterium
(jaringan penggantung usus).

(Syarifuddin,2006)

C. SISTEM PENCERNAAN PADA REPTIL


Sistem pencernaan pada kadal tersusun oleh saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Saluran pencernaan dibangun oleh rongga mulut dimulai dari celah mulut, yang disokong oleh
rahang atas dan rahang bawah dan pada masing-masing rahang terdapat deretan gigi berbentuk kerucut
seperti pada gambar 4.

Gambar 4. Sistem pencernaan makanan pada kadal

Bagian saluran pencernaan kadal yang lain adalah usus halus yang pendek tidak terlalu berbelit-
belit, dan usus besar yang berfungsi sebagai rektum yang bermuara pada kloaka. Usus buntu pada kadal
sangat pendek terletak di antara batas usus halus dan usus
besar. Kelenjar pencernaan terdiri atas hati dan pankreas. Hati kadal terdiri atas dua belahan (gelambir =
lobus) kanan dan kiri berwarna coklat kemerahan, sedangkan pankreas terletak di antara lambung dan
duodenum berbentuk pipih kekuningan. Kandung empedu merupakan tempat untuk menampung empedu
yang dihasilkan oleh hati, terletak di antara kedua belah hati. Saluran empedu bermuara pada usus halus
bagian anterior. Limpa terletak di dekat pankreas, merupakan organ hemopoietik (organ pembuat sel darah)
dan juga merombak sel-sel darah yang sudah tua atau rusak, berbentuk oval atau bulat.

(Kurniawan, 2011)

Saluran pencernaan biawak air sebagian besar terdapat dalam rongga perut (abdomen), kecuali
kerongkongan (esofagus). Saluran pencernaan tersebut ditutupi oleh jaringan yang tebal, terletak
langsung di bawah otot dinding perut. Situs viscerum organ reproduksi jantan hewan ini terlihat jelas
setelah jaringan lemak tersebut keluar dari rongga perut. Saluran pencernaan biawak air secara
umum mirip dengan reptil lainnya, yaitu terdiri atas esofagus, lambung (ventriculus), usus halus
(intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum) dan kloaka. Ukuran masing-masing organ berbeda
berdasarkan struktur dan fungsinya. Esofagus biawak air merupakan saluran pencernaan terpanjang
ketiga setelah usus halus dan usus besar, yang mengubungkan daerah rongga mulut (cavum oris)
dengan lambung dan sebagai jalan masuknya makan menuju lambung. Esofagus berjalan di sepanjang
dorsamedial trachea (tenggorokan) sedikit menurun ke arah distal, kemudian menembus diafragma dan
berakhir di lambung. Lambung terletak di bagian kranial ruang abdomen sebelah kiri tepat di sebelah kiri
organ hati (hepar). Lambung biawak air merupakan tipe lambung tunggal yang memiliki struktur mirip
usus . Perbedaan keduanya dapat dilihat dari diameter organ. Diameter lambung lebih besar
dibandingkan diameter usus halus. Hal ini dikarenakan salah satu fungsi lambung sebagai tempat
penampungan sementara makanan sebelum diserap di usus halus.
Gambar 5 . Makrofotografi Situs vuscerum (tampak ventral) (A) dan anatomi saluran pencernaan
biawak air

Usus halus merupakan saluran lanjutan dari lambung dan merupakan saluran pencernaan terpanjang
pada biawak air. Karena ukurannya yang relatif panjang, menyebabkan saluran ini berkelok-kelok di
ruang abdomen tepatnya di daerah posterior hati. Usus halus terdiri atas duodenum, yeyunum dan
ileum, namun cukup sulit membedakan ketiga saluran ini. Ilium merupakan saluran yang langsung
berbatasan dengan usus besar. Usus besar merupakan saluran pencernaan yang menghubungkan usus
halus dan kloaka. Usus besar biawak air tidak berkelok-kelok seperti usus halus, saluran ini memanjang
secara lateromedial ruang abdomen menuju kloaka dan di antara ginjal kanan dan ginjal kiri. Panjang
usus besar lebih pendek dari usus halus, sedangkan diameter usus besar lebih besar dari usus halus.
Namun secara makroskopis sulit memastikan batas antara kedua organ tersebut. Kloaka merupakan
muara dari saluran pencernaan dan feses serta urin dikelu arkan dari saluran ini. Panjang kloaka
relatif sangat pendek dan cukup sulit membatasi usus besar dan kloaka. Ujung kloaka biawak air
terdapat di pangkal ekor, yaitu di antara lubang ereksi hemipenis.

(Mahfud dan Ihwan,2016)

D. SISTEM PENCERNAAN PADA AVES


Gambar 6. Organ penyusun sistem pencernaan pada merpati

Sistem pencernaan pada burung merpati (Columba livia), yaitu Mulut pada merpati mempunyai
paruh yang dibangun dari zat tanduk. Esofagus bagian anterior berbentuk saluran memanjang, sedangkan
di bagian pangkal leher melebar membentuk kantong yang disebut tembolok (ingluvies). Baik untuk
merpati jantan maupun betina, dinding tembolok sebelah dalam bersifat sebagai kelenjar, dan epitel
pembangunnya dapat berdegenerasi. Esofagus posterior merupakan kelanjutan dari tembolok dan bermuara
pada lambung.Lambung pada merpati terdiri atas dua bagian yaitu lambung kelenjar (proventrikulus) dan
lambung otot. Lambung kelenjar pada dinding sebelah dalam banyak mengandung kelenjar yang
menghasilkan enzim-enzim pencernaan. Lambung otot berdinding tebal tersusun oleh jaringan otot yang
kuat berfungsi untuk mencerna makanan secara mekanis. Pilorus merupakan daerah penyempitan antara
lambung otot dan duodenum (usus duabelas jari) yang tampak membentuk huruf U, kemudian berlanjut ke
yeyenum, dan ileum. Akhir dari ileum, saluran pencernaan ini berbatasan langsung dengan rektum, terdapat
dua buah tonjolan bulat kecil yaitu usus buntu (sekum=caecum) yang tidak baik pertumbuhannya. Rektum
sebagai bagian akhir dari usus yang bermuara pada bagian kloaka. Kelenjar pencernaan pada merpati
terdiri atas hati dan pankreas. Hati pada merpati ukurannya relatif besar, padat, berwana merah tua, dan
terdiri atas dua belahan yang tidak sama besarnya. Belahan hati sebelah kanan
ukurannya lebih besar daripada yang kiri. Merpati tidak memiliki kandung empedu, oleh karena itu
empedu yang dihasilkan oleh hati langsung dialirkan melalui dua buah saluran yang masing-masing
bermuara pada duodenum bagian anterior dan posterior. Kelenjar yang lain adalah pankreas terletak pada
lekukan duodenum, berwarna kemerahan, menghasilkan enzim-enzim pencernaan yang disalurkan
melewati tiga buah saluran pankreatikus ke duodenum bagian posterior.

(Wisnu, 2001)

Sistem pencernaan pada unggas sangat sederhana dan merupakan hewan monogastrik (berlambung
tunggal). Sistem pencernan unggas terbagi menjadi dua bagian, yaitu saluran cerna utama yang terdiri atas
mulut (paruh), esofagus, tembolok (ingluvies), proventrikulus, ventrikulus, usus halus, sekum, usus besar,
dan kloaka serta kelenjar pelengkap (asesoris) yaitu hati dan pankreas (Blakely dan Bade, 1998).

Tembolok merupakan pelebaran esofagus yang dilapisi oleh epithelium squamosa berlapis.Kelenjar
tembolok ditemukan di bagian yang berdekatan dengan esofagus. Tembolok hanya terdapat pada
bangsa burung yang makan biji-bijian, tidak terdapat pada bangsa burung pemakan serangga (Nesheim
etal., 1979). Fungsi utama tembolok adalah untuk menerima dan menyimpan makanan sementara
sebelum masuk ke proventrikulus, terutama pada saat memakan makanan dalam jumlah yang banyak.Pada
bagian dinding tembolok terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan mukus, berfungsi sebagai cairan
lubrikasi yang bersifat melunakkan makanan (Nesheim et al., 1979).

Struktur tembolok pada unggas belum banyak diteliti, terutama tentang kelenjar tembolok. Beberapa hasil
penelitian membuktikan bahwa lingkungan dan makanan dapat memengaruhi anatomi dan fisiologi
organ pencernaan unggas (Bell dan Freeman, 1971). Lebih lanjut Sturkie (1965) menyatakan bahwa suhu
dan musim ikut memengaruhi perkembangan anatomi dan fisiologi pencernaan unggas. Koch (1973)
melaporkan pertumbuhan tembolok lebih cepat terjadi pada unggas pemakan hijauan segar. Perbedaan
jumlah dan bentuk kelenjar mukosa tembolok dari ketiga jenis unggas yang diteliti. Jumlah kelenjar
mukosa tembolok ayam kampung lebih banyak dibandingkan bebek, sedangkan merpati tidak dijumpai
kelenjar mukosa tembolok. kelenjar mukosa tembolok ayam kampung lebih banyak karena membutuhkan
mukus yang lebih banyak pula untuk proses pelunakan makanan di dalamnya, sedangkan bebek
lebih menyukai makanan yang berair, sehingga kelenjar mukosa tembolok bebek tidak berkembang banyak
di dalamnya. Hal ini sesuai dengan laporan Sturkie (1965) yang menyatakan bahwa konsistensi makanan
juga ikut berpengaruh terhadap sekresi dari kelenjar tembolok. Kelenjar mukosa tembolok ayam kampung
berbentuk bulat, sedangkan bebek berbentuk lonjong. Rasyaf (1998) melaporkan jenis makanan
berpengaruh terhadap bentuk tembolok.Tembolok ayam kampung dindingnya keras, kuat, dan tebal, untuk
melindunginya dari pengaruh iritasi makanan yang kasar, sedangkan bebek tipis karena lebih banyak
menyerap air. Kelenjar mukosa tembolok pada ayam kampung maupun bebek tersebar di lamina propia,
sedangkan pada merpati tidak dijumpai kelenjar mukosa tembolok. Menurut (Blakely dan Bade,1998)
kelenjar mukosa tembolok pada merpati berkembang setelah terjadi perkawinan, yaitu pada saat merpati
mengerami telurnya, baik pada jantan maupun betina. Kelenjar tersebut akan menghasilkan susu tembolok
yang akan diberikan kepada anaknya setelah menetas. Levi (1945) melaporkan bahwa proses pembentukan
susu tembolok sangat berhubungan dengan masa pengeraman. Proses pembentukan susu tembolok terjadi
kurang lebih delapan hari saat induk mengerami telurnya. Mekanisme terbentuknya susu tembolok adalah
adanya respons dari sekresi hormon prolaktin yang timbul saat merpati mengeram (Yuwanta, 2004). Pada
merpati tidak dijumpai kelenjar mukosa tembolok, makanan yang masuk ke tembolok terjadi penghalusan
(pelunakan) dengan bantuan batu-batu kecil yang ikut termakan bersama biji-bijian. Kemudian
penghalusan makanan selanjutnya terjadi pada saat makanan melewati proventrikulus dengan bantuan
enzim-enzim pencernaan. Di tembolok merpati pencernaan juga terjadi secara enzimatik, enzim didapat
dari makanan yang tercampur air liur (Yuwanta, 2004). Tidak dijumpainya kelenjar mukosa tembolok pada
merpati pada penelitian ini diduga karena merpati yang diambil pada penelitian ini belum bertelur, sehingga
kelenjar tembolok juga belum berkembang. Kelenjar mukosa tembolok ayam kampung maupun bebek
terdiri atas epitel kuboid bertingkat (berbentuk seperti kubus), nukleusnya bulat dan besar yang terletak di
tengah (Gambar 3), yang tersusun oleh sel-sel bersisi dan bersudut banyak (poligonal). Kelenjar
berkembang dari permukaan epitel dengan cara tumbuh ke dalam jaringan ikat di bawahnya (kelenjar
eksokrin), kelenjar tersebut yang berfungsi sebagai penghasil sekret yang berupa mukus. Hasil sekresi sel
ini disalurkan melalui suatu saluran yang mengantarkannya ke permukaan.
Gambar 7. Kelenjar mukosa tembolok. (A) ayam kampung, (B) bebek, (C) merpati, (km) kelenjar mukosa
tembolok

Gambar 8. Kelenjar mukosa tembolok. (A) ayam kampung, (B) bebek (C) merpati.

Gambar 9. Kelenjar mukosa tembolok. (A) ayam kampung, (B) bebek, (ekb) epitel kuboid
bertingkat

(Zainuddin, 2015)

E. SISTEM PENCERNAAN PADA MAMALIA


Sistem pencernaan pada marmut (Cavia cobaya), Sistem pencernaan pada marmut juga tersusun
atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan dimulai dari rongga mulut yang
sudah dilengkapi dengan langit-langit sekunder sebagai pemisah sempurna antara nasofarink dan rongga
mulut. Langit-langit sekunder bagian anterior dinamakan langit-langit keras, dan bagian posterior
dinamakan langit-langit
lunak. Sepasang gigi seri masing-masing terdapat pada rahang atas dan rahang bawah. Gigi seri ini tampak
dari luar karena adanya celah pada bibir atas selalu tumbuh dan digunakan untuk mengerat. Perilaku
mengerat ini dilakukan setiap saat untuk menghambat laju pertumbuhan gigi dimaksud oleh karena gigi ini
tumbuh terus. Marmut tidak memiliki gigi taring, sehingga antara gigi seri dan geraham pertama ada
tempat yang kosong disebut diastema. Gigi premolar sebanyak empat buah, korona nya memiliki krista-
krista dari bahan dasar email yang melintang dan tajam berguna untuk mengunyah. Gigi molar pada
marmut berjumlah 12 buah terletak di arah kaudal dari premolar, korona nya berkrista juga berfungsi untuk
mengunyah. Jadi jumlah gigi pada marmut sebanyak 20 buah. Berdasarkan macam dan jumlah giginya,
maka rumus gigi dari marmut adalah:

M3 P1 C0 I1 : I1 C0 P1 M3

M3 P1 C0 I1 : I1 C0 P1 M3

Farink merupakan daerah persilangan antara saluran pernafasan dari nasofarink ke trakea dengan
saluran pencernaan dari rongga mulut ke esophagus. Kelenjar ludah pada marmut tampak pada
daerah leher. Kelenjar ludah ini terdiri atas depasang kelenjar parotis letaknya di samping otot meseter
melekat pada kulit. Setelah bahan makanan melewati pilorus masuk ke duodenum. Duodenum merupakan
bagian paling anterior dari usus halus, kemudian diikuti oleh yeyenum dan ileum dimana penyerapan sari-
sari makanan terjadi. Secara morfologik batas antara ketiga bagian usus tersebut tidak begitu jelas.
Sekum (usus buntu) pada marmut mengalami perluasan dan pemanjangan yang luar biasa, sehingga
tampak mendominasi terhadap organ lain dari saluran pencernaan.
Gambar 10. -organ penyusun sistem pencernaan pada marmut

Usus besar yang terdiri atas kolon dan rektum merupakan kelanjutan dari sekum berdekatan dengan
muara ileum pada sekum. Rektum (usus akhir) tampak merupakan tempat untaian dari feses yang
berbentuk butiran-butiran keras, dan saluran ini berakhir sebagai anus. Kenyataan ini menunjukkan bahwa
penyerapan air masih terjadi di lumen rektum. Pankreas pada marmut adalah kelenjar yang enghasilkan
enzim dan hormon, berarti pankreas merupakan campuran antara kelenjar eksokrin yang menghasilkan
enzim, dengan kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon. Enzim yang dihasilkan oleh pankreas
berperan dalam pencernaan makanan secara enzimatis, disalurkan ke lumen duodenum. Hati merupakan
kelenjar pencernaan terbesar, dan fungsi utamanya adalah menghasilkan getah empedu, tempat terjadinya
sintesis protein, tempat detoksifikasi, tempat deaminasi membentuk urea, dan sebagai tempat untuk
penyimpanan metabolit sekunder misalnya vitamin dan hormon. Kandung empedu (vesica felea)
merupakan tempat penyimpanan sementara getah empedu yang dihasilkan oleh hati.

(Arhur, 2012)
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Miniriset ini dilaksanakan pada kamis 04 November 2021 pukul 09.40 – 12.10 WIB. Miniriset ini
dilaksanakan di sekolah sd Min 2 Medan JALAN. JERMAL RAYA SEI MATI ,KOTA MEDAN SUMATERA UTARA
3.2 Alat dan Bahan
a. Alat

No Alat Jumlah

1. Gunting Bedah 4 buah

2. Pisau Bedah 4 buah

3. Tissu Secukupnya

4. Plastik Sampah Secukupnya

5. Botol Bius 2 buah

6. Kapas Secukupnya

7. Jarum pentul 1 gulungan

8. Bak parafin 2 buah

b. Bahan

No Bahan Jumlah
1. Wakil Vertebrata (Pisces) Cyprinus carpio

2. Wakil Vertebrata (Amphibi) Bufo sp atau Rana sp

3. Wakil Vertebrata (Reptilia) Mabouya multifasciata atau Calotes sp

4. Wakil Vertebrata (Aves) Columba livia atau Gallus-gallus sp

5. Wakil Vertebrata (Mamalia) Cavia cobaya atau Mus muscullus

6. Kloroform atau ether Secukupnya

3.3 Prosedur Kerja


1. Bius preparat terlebih dahulu dengan cara memasukkan dalam botol bius berisi kapas yang telah
ditetesi ether atau kloroform. Letakkan preparat diatas bak paraffin dalam posisi terlentang. Fiksasikan
keempat ektremitasnya menggunakan jarum pentul pada bak parafin agar preparat berada pada posisi
aman dan terikat.
2. Amatilah morfologi dari setiap preparat yang mau diamati yang menjadi ciri khas dari masing-masing
bahan tersebut.
3. Setelah diamati morfologi setiap preparat, kemudian amatilah anatomi dari ciri-ciri khas preparat
tersebut dengan cara mebedah abdomen dari setiap preparat.
4. Gunting bagian kulit perut perlahan-lahan dari arah ventrocranial, sehimgga tampak bagian otot
seluruhnya
5. Gunting sedikit di bagian perut, dimulai dari 0,5 cm di depan lubang anus. Masukkan bagian ujung
tumpul gunting kedalam lubang tadi, gunting otot perut ke arah cranial hingga mencapai batas
mandibula. Buka bagian muskuler yang telah digunting. Amatilah seluruh rongga tubuh preparat
tersebut.
6. Pengecualian jika pada kelas aves dan mamalia, basahi di bagian perut hingga ke leher, agar pada
waktu di cabut dan dibersihkan tidak bertebrangan. Cabut bulu di daerah perut dan leher hingga tampak
permukaan kulitnya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Sistem Pencernaan Pada Pisces (Cyprinus Carpio)


Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut. Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil
yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta
banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk
ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek,
terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan
makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umumnya membesar, tidak jelas batasnya dengan
usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan
makanan. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama
besarnya bermuara pada anus. Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan
kelenjar yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan dan
mengelilingi usus. Fungsi hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk
membantu proses pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauan terletak di
sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan
empedu. Fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan hormon insulin
B. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Amphibi ( Rana sp atau Bufo sp )
Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hamper sama dengan ikan, meliputi saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan salah satu binatang amphibi adalah katak makanan katak berupa hewan-hewan kecil
(serangga). Saluran pencernaan katak dimulai dari rongga mulut, terdapat gigi berbentuk kerucut untuk
memegang mangsa dan lidah menangkap mangsa, kemudian ke esophagus yang berupa saluran pendek,
kemudian menuju ke lambung yang berbentuk kantung bila terisi makanan menjadi lebar, menuju usus
usus dapat dibedakan usus halus dan tebal. Usus halus meliputi: duodenum, jejunum, dan ileum, tetapi
belum jelas batas-batasnya. Kelenjar pencernaan pada amphibi, terdiri atas hati dan pancreas. Hati
berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobus. Hati berfungsi
mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan. Pankreas
berwarna kekuningan, melekat diantara lambung dan ususdua belas jari (duodenum). Pancreas berfungsi
menghasilkan enzim dan hormone yang bermuara pada duodenum.
C. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Reptil (Mabouya multifasciata atau Calotes sp ) Terdiri dari
sepasang ginjal, dari ginjal keluar ureter yang bermuara di kloaka. Pangkal ureter terdapat vesica
urinaria. Organ urogenital jantan terdiri atas sepasang testis, epidermis, vas deferens, dan sepasang
hemipenis. Hemipenis merupakan alat kopulasi yaitu untuk memasukkan sperma dalam tubuh Kadal
betina, sehingga kadal jantan mengadakan fertilisasi internal. Organ pencernaan dimulai dari cavum oris
kemudia dilanjutkan dengan kerongkongan setelah makanan masuk ke kerobgkongan maka diolah oleh
ventriculus dan di lanjutkan ke intestinum tenue dan mengalami pembusukan di intestinum crassum
dan akan bermuara di kloaka.
D. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Aves (Columba livia atau Gallus-gallus sp )
Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan bukung
bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan. Saluran pencernaan burung dimulai dari paruh
yang merupakan modifikasi gigi, rongga mulut terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara
rongga mulut dan tanduk. Kemudian menuju faring berupa saluran pendek, esophagus pada burung terdapat
pelebaran pada bagian ini disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat
diisi dengan cepat. Kemudiang menuju ke lambung, lambung terdiri atas proventrikulus (lambung
kelenjar) banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding ototnya tipis. Ventrikulus (lambung
pengunyah), ototnya berdinding tebal. Pada burung pemakan biji- bijian terdapat kerikil dan pasir yang
tertelan bersama makanan. Kemudian makanan menuju usus yang terdiri dari usus halus dan usus tebal
yang bermuara pada kloaka.
E. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Mamalia (Cavia cobaya )
Berdasarkan sifatnya gigi-gigi mamalia adalah heterodont, thecodont, dan diphyodont. Dipandang dari cara
menapakkan kakinya, mamalia ada yang bersifat plantigrad, digitigrad, dan unguligrad. Mamalia juga
memiliki diafragma yang memisahkan rongga dada dari rongga perut. Sistem saraf pada mamalia, secara
general memiliki tingkat perkembangan yang lebih tinggi dari kelas lain. Serebrum berukuran lebih besar
jika dibandingkan keseluruhan bagian otak. Serebellum juga berukuran lebih besar dan berlobus lateral 2
buah. Lobus optikus ada 4 buah, setiap bagian lateralnya dibagi oleh alur transversal menjadi lobus anterior
dan posterior. Otak (Encephalon) terdiri dari beberapa bagian yang hampir sama dengan vertebrata yang
lain, seperti prosencephalon,
lobus opticus, cerebellum dan medulla oblongata. Umumnya perkembangan cephalon pada mamalia hampir
sempurna terkecuali pada manusia yang memiliki struktur sempurna pada otak
Sistem pencernaan terdiri dari kelenjar pencernaan dan organ pencernaan. Kelenjar pencernaannya terdiri
dari 4 pasang kelenjar ludah: paratiroid, infaorbital, submaksilari, dan sublingual. Terdapat kantung empedu
dengan saluran empedu dan saluran getah pancreas yang bermuara dalam duodenum. Sekum (caecum)
berdinding tipis, panjangnya kira-kira 50 cm, mempunyai appendiks vermiformis (umbai cacing) yang
bentuknya seperti jari. Sedangkan organ pencernaannnya terdiri dari mulut, kerongkongan, ventriculus,
duodenum, ileum, rectum, dan anus
pada mencit makanan di kunyah kemudian masuk ke dalam mulut, kemudian menuju kerongkongan dari
kerongkongan makanan menuju lambung, pada lambung proses fermentasi atau pembusukan makanan
dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Kemudian meuju ke usus dan
bermuara pada anus
BAB V PENUTUP

5.1 SIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat pada praktikum ini yaitu setiap kelas memiliki kita bisa mengetahui
perbedaan sistem pencernaan pada pisces, dimulai dari rongga mulut, kemudian ke esopagus melalui
faring, kemudian makanan di dorong ke lambung, masuk ke usus dan bermuara pada anus. Sistem
pencernaan pada amphibi, dimulai dari rongga mulut, kemudian ke esopagus, menuju ke lambung dank
usus bermuara di kloaka. Kemudian sistem pencenaan pada aves, dimulai dari paruh kemudian rongga
mulut, kemudian faring, pada faring terdapat pelebaran pada bagain ini yang disebut tembolok, kemudian
ke lambung, usus dan bermuara pada kloaka. Dan terakhir sistem pencernaan pada mamalia dalam sampel
yaitu mencit makanan di kunyah kemudian masuk ke dalam mulut, kemudian menuju kerongkongan dari
kerongkongan makanan menuju lambung, pada lambung proses fermentasi atau pembusukanan makanan
dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Kemudian menuju ke usus
dan bermuara pada anus.

5.2 SARAN

Adapun saran yang dapat saya berikan setelah melakukan MINIRISET ini adalah agar saudara sekalian
dapat memperhatikan betul bagian-bagian dari system pencernaan hewan yang diamati.
DAFTAR PUSTAKA

Syarifuddin. 2006. Dasar-dasar histologi vertebrata. Jakarta: Erlangga Kurniawan, aji. 2011.

Bahan Ajar sistem pencernaan vertebrata. Jakarta: Exis

Wisnu, Putra. 2001. Histologi vertebrata: Aves. Bandung: PT Gramedia Pustaka Utama

Mahfud dan Ihwan,2016, Anatomi Saluran Pencernaan (Digesti) Biawak Air (Varanus
Salvator) (Reptil: Varanidae), Jurnal Veteriner, 16(2): 152-158

Zainuddin, dkk.2015. Gambaran Histologi Kelenjar Tembolok Ayam Kampung, Bebek, Dan Merpati, Jurnal
Medika Veterinaria, vol 9 (1):67-70

Arthur, dkk. 2012. Anatomi Sistem Pencernaan pada Marmut (Cavia cobaya), jurnal
veterinaria, vol (2): 1 : 1-6
LAMPIRAN LAMPIRAN

A. PISCES

B. AMPHIBI
C. REPTIL
D. AVES

E. MAMALIA

Anda mungkin juga menyukai