Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGUMPULAN DATA, PEMBUATAN KONSEP, PENYUNTINGAN DAN


PENGETIKAN

Dosen Pembimbing : Amin Basri, S.Pd.I,M. Pd

Disusun Oleh;

Anggi Pratiwi (2002090074)

Fitriramadhani (2002090152)

Nasuha Salsabila Nst (2002090309)

Shoumi Ramadhani (2002090225)

Tridinda Puspita (2002090046)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMDIYYAH SUMATERA UTARA

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah dari-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “PENGUMPULAN DATA, PEMBUATAN
KONSEP, PENYUNTINGAN, DAN PENGETIKAN” ini. Dan sholawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama
islam yang sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi


tugas Karya Tulis Ilmiah dengan judul “PENGUMPULAN DATA, PEMBUATAN
KONSEP, PENYUNTINGAN, DAN PENGETIKAN”. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada tema-teman yang telah membantu selama
pembuatan makalah ini sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.Demikian yang
dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannyadapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.

Medan, 06 Desember 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................5

A. Pengertian Pengumpulan Data...........................................................................5


B. Pengonsepan..........................................................................................................9
C. Penyuntingan.......................................................................................................10
D. Pengetikan............................................................................................................13

BAB III PENUTUP..........................................................................................................14

A. Kesimpulan..........................................................................................................14
B. Saran.....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karya ilmiah merupakan hasil tulisan yang menuruti suatu aturan tertentu.
Aturan tersebut biasanya merupakan suatu persyaratan tata tulis yang telah
dibakukan oleh masyarakat akademik. Dalam membuat karya tulis ilmiah
terdapat teknik-teknik didalamnya seperti mengumpulkan data,
pengonepan/pengorganisasian, penyuntingan, pengetikan.
Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara sistematis
yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah.
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk suatu kata yang
abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat
penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes),
dokumentasi, dan lain-lain.
Di dalam karya tulis ilmiah, penyuntingan atau pengeditan dilakukan pada
isi, paragraf, dan kebahasaan. Karya tulis ilmiah yang baik adalah jika isi tulisan
tersebut mengena para pembaca, oleh karenanya harus ditunjang dengan isi yang
berbobot. Karya tulis ilmiah juga dikatakan baik jika mengandung paragraf yang
efektif di mana paragraf tersebut berisi kalimat-kalimat yang efektif. Jadi, dapat
disimpulkan belajar menulis karya ilmiah itu sangat penting. Supaya di setiap
proses dan tahapannya sesuai dengan aturan yang berlaku. Selain itu, pentingnya
belajar menulis karya ilmiah juga dapat memperjelas sasaran atau tujuan
dilaksanakannya penelitian sehingga dalam pembahasannya dapat disampaikan
secara tepat dan mudah dipahami oleh pembaca. Sehingga kami membuat
makalah penulisan karya ilmiah ini sebagai bahan pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
 Penjelasan tentang pengumpulan data
 Pengonsepan
 Penyuntingan
 Pengetikan

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengumpulan data


Data adalah unit informasi yang direkam media yang dapat dibedakan
dengan data lain, dapat dianalisis dan relevan dengan program tertentu.
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan.
Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Metode (cara atau teknik)
menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi
hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan,
ujian (tes), dokumentasi dan lainya. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau
gabungan tergantung dari masalah yang dihadapi. Instrumen pengumpulan
data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya. Instrumen yang diartikan sebagai alat bantu: angket
(questionnaire), daftar cocok (checklist), skala (scala), pedoman wawancara
(interview guide atau interview schedule), lembar pengamatan atau panduan
pengamatan (observation sheet atau observation schedule), soal ujian (soal tes).
Macam-macam teknik pengumpulan data dalam penelitian teknik pengumpulan
data adalah sebagai berikut:
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan
secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan
dengan instrument sebagai berikut :
a. Wawancara mendalam yaitu dengan cara memberikan pertanyaan
langsung kepada sejumlah pihak terkait yang didasarkan pada
percakapan intensif dengan suatu tujuan untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan. Metode wawancara ditujukan untuk informan
penelitian yang telah ditetapkan.
b. Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung objek penelitian
dengan mencatat gejala- gejala yang ditemukan dilapangan untuk
melengkapi data- data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan
dengan topik penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui studi bahan- bahan kepustakaan yang perlu untuk
mendukung data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan
instrumen sebagai berikut :

5
a. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-
buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan
masalah yang diteliti.
b. Studi Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan
menggunakan catatan- catatan tertulis yang ada dilokasi penelitian serta
sumber- sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti dengan
instansi terkait.

Wawancara

Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan mengajukan


pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada
responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat
perekam (tape recorder). Teknik wawancara dapat digunakan pada responden
yang buta huruf atau tidak terbiasa membaca dan menulis, termasuk anak-anak,.
Wawancara juga dapat dilakukan dengan telepon.
Keuntungan wawancara adalah:
a. Wawancara dapat digunakan pada responden yang tidak bisa membaca dan
menulis.
b. Jika ada pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera
menjelaskannya.
c. Wawancara dapat mengecek kebenaran jawaban responden dengan
mengajukan pertanyaan pembanding, atau dengan melihat wajah atau gerak-
geri responden.
Kerugian wawancara adalah:
a. Wawancara memerlukan biaa yang sangat besar untuk perjalanan dan uang
harian pengumpulan data.
b. Wawancara hanya dapat menjangkau jumlah responden yang lebih kecil.
c. Kehadiran pewawancara mungkin mengganggu responden.
Daftar pertanyaan untuk wawancara ini disebut sebagai interview schedule.
Sedangkan catatan garis besar tentang pokok-pokok yang akan ditanyakan
diebut sebagai pedoman wawancara (interview guide).
Jenis interview berdasarkan tersediannya interview guide dan jumlah interview
dikenal:
a.       Interview Terpimpin
Dikenal pula sebagai guided interview/ controlled interview/ structured
interview dimana interviewer:
1.      Mempergunakan pedoman yang telah disiapkan dalam rangka tanya jawab
dengan suatu hipotesis yang akan dibuktikan kebenarannya

6
2.      Mengumpulkan data melalui Tanya jawab
3.      Mempunyai data yang relevan dengan maksud penyelidikan yang telah
dipersiapkan dengan matang.
b.      Interview tak terpimpin
Dikenal pula sebagai unguided interview/non detective interview dimana
proses interview tidak dikendalikan oleh satu pedoman yang telah disiapkan
oleh interviewer sehingga akan berubah menjadi semacam pembicaraan bebas
(free talk).
c.       Interview bebas terpimpin
Merupakan kombinasi antara interview terpimpin dan interview tak terpimpin.
d.      Interview pribadi dan interview kelompok
Jenis interview ini didasarkan atas banyaknya interviewee. Interview pribadi
berwawancara dengan satu orang interviewee. Interview kelompok
berwawancara dengan lebih dari satu interviwee. Interview kelompok tidak
berfungsi bila ada seorang dari interviewee mengangkat dirinya sebagai
pembicara.

Observasi

Secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk


melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan di sini
diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera
penglihatan yang berarti tidak mengejukan pertanyaan-pertanyaan.
Keuntungan observasi adalah:
a.       Data yangdiperoleh adalah data yang segar dalam arti data yang
dikumpulkan diperoleh dari subjek pada saat terjadinya tingkah laku.
b.      Keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung.
Kerugian observasi adalah:
a.       Untuk memperoleh data yang diharapkan, maka pengamat harus
menunggu dan mengamati sampai tingkah laku yang diharapkan terjadi.
b.      Beberapa tingkah laku, seperti tingkah laku criminal atau yang bersifat
pribadi, sukar atau tidak mungkin diamati bahkan bisa membahayakan jika
diamati.
Beberapa jenis teknik observasi:
Didalam pemilihan jenis mana yang paling tepat harus mempertimbangkan
keadaan dan masalah yang terlibat didalamnya. Jenis tersebut adalah:
a.       Observasi partisipan
Dalam hal ini observer terlibat langsung dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh subyek yang diamati. Pelaku peneliti seolah-olah

7
merupakan bagian dari mereka.
Contoh: Penelitian tentang Kuliah Kerja Nyata (KKN), tanggapan masyarakat
dan pendapat mahasiswa.
b.      Observasi nonpartisipan
Dalam hal ini peneliti berada diluar subyek yang diamati dan tidak ikut dalam
kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Dengan demikian peneliti akan lebih
leluasa mengamati kemunculan tingkah laku yang terjadi.
Contoh: Penelitian tentang Evakuasi korban tanah longsor di Samigaluh,
Yogyakarta.
c.       Observasi sistematik (observasi berkerangka)
Peneliti telah membuat kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah diatur
terlebih dahulu.
Kendala yang dihadapi adalah:
1.      Ruang lingkup yang lebih sempit, kesempatan/waktu sangat pendek
2.      Memerlukan observer banyak, dengan tugas khusus
3.      Mempergunakan alat pencatat mekanik (tustel, tape recording, video
camera).
Bardasarkan atas cara pengamatan , observasi dibedakan menjadi:
a.       Observasi terstruktur
Penelitian diarahkan pada pemusatan perhatian pada tingkah laku tertentu
sehingga dapat disusun pedoman tentang tingkah laku apa saja yang harus
diamati. Dalam metode observasi terstruktur dapat dilakukan perhitungan
kejadian yang berkaitan dengan tingkah laku tersebut, disusun atas tingkah laku
tersebut dan pengelompokan dalam konsep-konsep yang sudah disediakan atau
dengan menggunakan skala peringkat.
Contoh: Penelitian tentang pengembalian Orang hutan pada habitatnya.
b.      Observasi tak terstruktur
Dalam hal ini peneliti tidak mempersiapkan catatan tentang tingkah laku
tertentu apa saja yang harus diamati. Peneliti mengamati arus peristiwa dan
mencatatnya atau meringkasnya untuk kemudian dianalisis. Observasi tak
terstruktur biasanya berkaitan dengan observasi partisipan. Pencatatan
dilakukan setelah peneliti ada waktu dan tidak terlibat dengan kegiatan subyek
penelitian.
Contoh: Penelitian tentang Evakuasi Korban Tsunami di Rajegwesi Jawa Timur.

Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung


ditunjukkan kepada subjek penelitian. Dokumen dapat dibedakan menjadi dokumen

8
primer, jika dokumen ini ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa;
dan dokumen skunder, jika peristiwa dilaporkan orang lain yang selanjutnya ditulis
oleh orang lain. Otobiografi adalah contoh dokumen primer dan biografi seseorang
adalah contoh dokumen skunder.

Dokumen dapat berupa catatan pribadi, surat pribadi, buku harian, laporan
kerja, notulen rapat, catatan kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto dan lain
sebagainya. Perlu dicatat bahwa dokumen ditulis tidak untuk tujuan penelitian, oleh
sebab itu penggunaannya sangat selektif.

Teknik Lain

1.      Analisis isi


Analisis isi (content analysis) didefinisikan oleh Atherton dan klemmack (1982) sebagai
studi tentang arti komunikasi verbal. Bahan yang dipelajari dapat berupa bahan yang
diucapkan atau bahan tertulis. Misalnya, jika peneliti inigin mempelajari sikap para
pejabat terhadap sesuatu. Bahan yang dijadikan sumber data untuk analisis isi tidak
hanya bahan pidato, tetapi juga dapat berupa buku harian, surat catatan kasus, dan
semacamnya.
2.      Tes proyeksi
Tes proyeksi (projective test) ini didasarkan pada anggapan bahwa apa yang dilakukan
subjek dengan bahan tes mengungkapkan sesuatu tentang subjek tersebut yang bebas
dari kesediannya untuk mengungkapkannya. Pada umumnya, tes ini digunakan untuk
mengungkapkan sikap, keyakinan, pendapat, dan keadaan atau ciri-ciri psikologis.

B. PENGONSEPAN
Jika data sudah terkumpul, penyusun menyeleksi dan mengorganisasi
data tesebut. Penyususn harus menggolong-golongkan data menurut jenis, sifat,
atau bentuk. Penyusun menentukan data mana yang akan dibicarakan
kemudian. Jadi, penyusun harus mengolah dan menganalisis data yang ada
dengan teknik-teknik yang ditentukan. Misalnya, jika penelitian bersifat
kuantitatif, data diolah dan dianalisis dengan teknik statistik. Selanjutnya,
penyusun dapat mulai mengonsep karya ilmiah itu dengan urutan dalam yang
ditetapkan.
Sebelum mengetik konsep, penelitian harus memeriksa data yang sudah
dianalisis tersebut. Hal-hal yang tidak koheren atau penjelasan yang berulang-
ulang dapat diedit. Pada tahap ini bertujuan untuk Melengkapi data yang dirasa
masih kurang. Membuang dan mengedit data yang dirasa tidak relevan serta
tidak cocok dengan pokok bahasan karya ilmiah, mengedit setiap kata-kata
dalam karya ilmiah untuk menghindari penyajian bahan- bahan secara berulang-

9
ulang atau terjadi tumpang tindih antara tulisan satu dengan tulisan yang lain.
Mengedit setiap bahasa yang ada dalam karya ilmiah untuk menghindari
pemakaian bahasa yang kurang efektif, contoh dalam penyusunan dan
pemilihan kata, penyesuaian kalimat, penyesuaian paragraph, maupun
penerapan kaidah ejaan sesuai EYD.
C. PENYUNTINGAN
Penyuntingan secara umum adalah aktivitas menyiapkan naskah dan
sebagainya untuk diedarkan dan diterbitkan dalam bentuk cetakan dengan
memperhatikan tata penyajianya. Sementara itu, menurut kalangan penerbit,
penyuntingan berarti menyiapkan, menyeleksi, dan menyesuaikan naskah orang
lain untuk penerbitan atau penyiaran. Sedangkan koreksi merupakan kegiatan
pemeriksaan kembali suatu naskah dalam rangka perbaikan. Untuk menjadi
penyunting yang baik dan bertanggung jawab, seseorang hendaklah memahami
dan menghayati eksistensi profesionalisme penyuntingan.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, menyunting adalah : 1)
mempersiapkan karya tulis ilmiah yang siap cetak atau siap terbit (dengan
memperhatikan terutama sseperti diksi dan struktur kalimat), makna ini sering
diterjemahkan menjadi menyunting; 2) merencanakan penerbitan (surat kabar,
majalah); 3) menyusun (film, video rekaman) dengan memotong dan
memadukan kembali dan yang melakukan pengeditan dipanggil dengan
sebutan editor ahli. Sebelum mengetik konsep, penyusun lebih dahulu
memeriksanya. Tentu ada bagian yang tumpang tindih dan ada penjelasan yang
berulang-ulang. Buanglah penjelasan yang tidak perlu dan tambahkan
penjelasan yang dirasakan sangat menunjang pembahasan. Penyuntngan
sebaiknya dilakukan beberapa saat setelah selesai penulisan. Hal ini untuk
menjaga ketenangan berpikir dan ketelitian mengoreksi karya tulis ilmiah.
Dalam menulis karya tulis ilmiah, penulis juga berkewajiban menyelaraskan isi
bahasa, dan alur pikiran materi sebelum karya tulis ilmiah dikirimkan pada
penerbit. Tentu itu bukan bahwa karya tulis imiahnya akan diterima begitu saja
oleh penerbit tanpa dikutak-katik dan langsung diterbitkan begitu saja.
Peran penyunting (editor) sangat besar bagi penulis, karena merupakan rekan
penulis dalam mewujudkan impianya, yakni menerbitkan karya tulis ilmiah,
inilah senarai peranan mereka, yaitu :
1. Membantu penulis agar karyanya layak dibaca dan bisa diterbitkan.
2. Membebaskan karya tulis dari masalah kebahasaan, seperti ejaan, tata
bahasa, tanda baca.
3. Membantu agar tulisan memiliki koherensi yang baik anatar kalimat-
kalimat yang ada dalam suatu paragraf, antara paragraf satu denan paragraf
yang lain, dan antara subbab satu dengan subbab yang lainya.

10
4. Meluruskan ide-ide yang salah atau kurang tepat
5. Mendukung konsistensi dalam penulian
6. Membuat tulisan menjadi lebih sistematis, mudah dipahami, enak dibaca
dan menarik
Disinilah editor berperan sebagai pemandu penulis agar mencapai tujuanya
yang sesingkat mungkin dengan tingkat kesalahan seminimal mungkin, karena
kerja sama antar penyunting dan penulis sangat diperlukan untuk menghindari
massalahyang timbul dalam penyuntingan. Sebelum penyuntingan dimulai
harus terlebih dahulu menyadari bahwa penyuntingan diperlukan untuk
membuat kata, ungkapan, kalimat, paragraf, dan subbab koheerensi, halus,
menarik, dan lebih jelasnya supaya tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam
penyuntingan.
Secara umum proses pengeditan ada dua cara, yaitu :
a. Penyuntingn secara redaksional. Menurut cara ini, editor memeriksa setiap
kata dan kalimat agar logis, mudah dipahami dan tidak rancu (mempunyai ejaan
ynag benar, mempunya arti dan mudah dibaca).
b. Menyunting secara substansional, yakni editor memperhatikan data dan
fakta agar tetap akurat dan benar. Kegiatan-kegiatan yang dicakup dalam proses
pengeditan jenis ini adalah :
1. Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual
2. Menghindari kontradiksi dan mengedit berita untuk diperbaiki
3. Menghindari unsur-unsur seperti penghinaan
4. Menulis judul yang menarik
5. Membeerikan penjelassan tambahan untuk gambar atau tabel
6. Menelaah kembali hasil tulisan yang telah dicetak karena tidak
menutupkemungkinan masih terdapat kesalahan redaksional dan substansional.
Kebutuhan pengeditan muncul karena adanya prinsip dasar bahasa jurnalistik
yang harus terpenuhi dalam sebuah tulisan. Bahasa jurnalistik befungsi sebagai
bahasa komunikasi masa. Karena perananya tersebut, bahasa yang dipakai
haruslah lebih jelas dan mudah dibaca dengan tingkat intelektual minimal.
a). Macam-macam Editing Karya Tulis Ilmiah
1. Editing isi, materi, atau gagasan
Isi, materi atau gagasan yang terdapat dalam bentuk teks buku diibaratkan
sebagai gizi sebuah buku. Ketebalan atau tipisnya halaman buku terletak pada
banyak atau sedikitnya materi dari buku yang di tuliskanya. Buku yang akan di
terbitkan memerlukan ketebalan yang memadai agar buku itu secara estetika
indah dipandang atau disimpan. Ketebalan buku berkaitan dengan jumlah
halaman yang digambarkan isi atau materi atau gagasan. Buku yang berjumlah
halamnya kurang tidak memberikan daya tarik, terutama untuk penyimpanan

11
dan pendokumentasian.Penyuntingan terhadap isi buku dapat dilakukan
dengan caraa pengurangan, penggantian, dan penambahan isinya yang relevan
dengan topik dan tema kajianya.
Pengurangan terhadap isi, materi atau gagasan bila memang dianggap tidak
relevan dengan topik kajianya. Kalau memungkinkan ada sumber lain yang
aktual dan akurat, seorang penulis dapat saja menambahkan isi, materi, atau
gagasan itu untuk melengkapinya, misalnya grafik, tabel, gambar, atau data lain
yang dianggap perlu.
Proses editing atau penyuntingan ini dilakukan selain berkaitan dengan akurasi
data, informasi yang aktual jugauntuk menambah wawasan ilmu dan
pengetahuan bagi penulis dan pembacana. Dengan demikian dapat menambah
ketebalan halaman buku secara langsung hingga mencapai ukuran ideal sebuah
buku mata ajar yang akan diterbitkan.
B). Tujuan penyuntingan karya tulis ilmiah
Tahap pemeriksaan atau penyuntingan konsep ini bertujuan untuk :
1. Melengkapi data yang dirasa masih kurang.
2. Membuang dan mengedit data yang dirasa tidak relevan serta tidak cocok
dengan pokok bahasan karya ilmah.
3. Mengedit setiap kata-kata dalam karya ilmiah untuk menghindari
penyajian bahan-bahan secara berulang-ulang atau terjadi tumpang tindih antara
tulisan satu dengan yang lain.
4. Mengedit setiap bahasa yang ada dalam karya ilmiah untuk menghindari
pemakaian bahasa yang kurang efektif, contoh dalam penyusunan dan
pemilihan kata, penyesuaian kalimat, penyesuaian paragraf, maupun penerapan
kaidah ejaan sesuai EYD.
D. PENGETIKAN
Pengetikan merupakan tahapan yang penting dalam penulisan karya tulis
ilmiah. Melalui pengetikan, karya tulis ilmiah memiliki tampilan yang lebih rapi,
cantik, menarik, mudah terbaca.
Untuk memperoleh karakteristik tersebut, maka umumnya penulkisan karya
tulis ilmiah diketik dengan syarat-syarat baku, sebagai berikut :
 Jenis huruf
 Jarak baris
 Ruang ketikan
 Batas tepi
 Indensi
 Bilangan satuan
 Judul bab

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk
suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat
dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes),
dokumentasi, dan lain-lain. Dalam penulisan karya tulis ilmiah proses
penyuntingan sangat penting untuk dilakukan. Penyuntingan merupakan
aktivitas menyiapkan naskah dan sebagainya untuk diedarkan atau diterbitkan
dalam bentuk cetakan dengan memperhatikan tata penyajiannya.
Di dalam karya tulis ilmiah, penyuntingan atau pengeditan dilakukan pada
isi, paragraf, dan kebahasaan. Karya tulis ilmiah yang baik adalah jika isi tulisan
tersebut mengena para pembaca, oleh karenanya harus ditunjang dengan isi

13
yang berbobot. Karya tulis ilmiah juga dikatakan baik jika mengandung paragraf
yang efektif di mana paragraf tersebut berisi kalimat-kalimat yang efektif.
Jadi, dapat disimpulkan belajar menulis karya ilmiah itu sangat penting. Supaya
di setiap proses dan tahapannya sesuai dengan aturan yang berlaku. Selain itu,
pentingnya belajar menulis karya ilmiah juga dapat memperjelas sasaran atau
tujuan dilaksanakannya penelitian sehingga dalam pembahasannya dapat
disampaikan secara tepat dan mudah dipahami oleh pembaca.
B. Saran
Kami membuat makalah ini untuk pembelajaran bersama. Kami
mengambil dari berbagai sumber, jadi apabila pembaca menemukan kesalahan
dan kekurangan, maka kami sarankan untuk mencari referensi yang lebih baik.
Apabila pembaca merasa ada kekurangan dapat membaca buku yang menjadi
referensi secara lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

https://slideplayer.info/slide/16113725/

http://keepinmind-blog.blogspot.com/2015/11/syarat-pengetikan-dalam-karya-
tulis.html

https://meaua.blogspot.com/2019/11/makalah-kti-pengumpulan-data.html

14

Anda mungkin juga menyukai