STRUKTUR HEWAN
(ABKC 2403)
“SEL PENCERNAAN PADA HEWAN”
Disusun Oleh :
Arnopen Kristina (1910119220031)
Fatimah Rahmi (1910119220037)
Muliya Huridah (1910119320001)
Nida Shofia (1910119320003)
Nismah (1910119220033)
Kelompok VI A
Dosen Pengampu :
Drs. H. Kaspul, M.Si.
Riya Irianti, S.Pd., M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
FEBRUARI
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Sistem
Pencernaan pada Hewan”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................5
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………………...5
BAB II.....................................................................................................................6
A. Pengertian Sel Pencernaan..............................................................................6
B. Sel Pencernaan pada Protozoa.........................................................................7
C. Sel Pencernaan pada Amphibi.........................................................................9
D. Sel Pencernaan pada Aves………………………………………………….11
E. Sel Pencernaan pada Pisces……………………………………………...…14
iii
F. Sel Pencernaan pada Reptil…………………………………………..……..14
G. Sel Pencernaan pada Insekta…………………………………………..…...20
H. Sel Pencernaan pada Cacing…………………………………………….…25
I. Sel Pencernaan pada Mamalia……………………………………………...26
BAB III..................................................................................................................33
A. Kesimpulan.................................................................................................33
B. Saran............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua zat yang berasal dari tumbuhan dan hewan terdiri dari
komponen kompleks yang tidak dapat digunakan secara langsung, maka
diperlukan pemecahan agar menjadi komponen yang lebih sederhana.
Fungsi utama pencernaan adalah memecah molekul kompleks dan molekul
besar dalam makanan sehingga molekul itu dapat diserap dan digunakan
tubuh. Proses pencernaan makanan sangat penting sebelum makanan
diabsropsi atau diserap oleh dinding saluran pencernaan. Zat-zat makanan
tidak dapat diserap dalam bentuk alami dan tidak berguna sebagai zat
nutrisi sebelum proses pencernaan awal. Zat makanan akan dipersiapkan
untuk diabsorbsi melalui proses-proses tertentu dengan bantuan enzim-
enzim tertentu dalam saluran pencernaan. Struktur alat pencernaan
berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi
rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya.
Pada hewan invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih
sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara intrasel. Sedangkan
pada hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna,
saluran pencernaan terbentang dari bibir sampai anus, bagian-bagian
utamanya terdiri dari mulut, hulu kerongkongan, kerongkongan, lambung,
usus kecil dan usus besar. Panjang dan rumitnya sangat bervariasi diantara
spesies. Langkah –langkah dalam sistem digesti meliputi mekanis, biologis
dan enzimatis. Zat kimia dari hasil-hasil sekresi kelenjar pencernaan
memiliki peranan penting dalam sistem pencernaan hewan (Nugroho,
2020).
Pada hewan vertebrata sistem pencernaan berfungsi untuk
menerima makanan yang dimakan, menyimpan makanan sementara,
mereduksi makanan secara fisis, mereduksi makanan secara kimia,
mengabsorbsi hasil pencernaan, dan menahan sisa makanan yang tidak
5
dapat dicerna kemudian membuangnya ke luar tubuh. Dengan kata lain,
sistem pencernaan berfungsi untuk ingesti dan digesti makanan, absrobsi
sari makanan dan eliminasi sisa makanan (Tenzer, Amy et al, 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan sistem Pencernaan ?
2. Bagaimana sistem pencernaan pada tingkat rendah (protozoa) ?
3. Bagaimana sistem pencernaan pada amfibi ?
4. Bagaimana Sistem pencernaan pada aves ?
5. Bagaiamana Sistem pencernaan pada pisces ?
6. Bagaimana Sistem pencernaan pada reptil ?
7. Bagaimana Sistem pencernaan pada insect ?
8. Bagaimana Sistem pencernaan pada cacing ?
9. Bagaimana Sistem pencernaan pada mamalia ?
C. Tujuan
1. Untuk memahami sistem Pencernaan
2. Untuk mengetahui Sistem pencernaan pada tingkat rendah (protozoa)
3. Untuk mengetahui Sistem pencernaan pada amfibi
4. Untuk mengetahui Sistem pencernaan pada aves
5. Untuk mengetahui Sistem pencernaan pada pisces (Ikan)
6. Untuk mengetahui Sistem pencernaan pada reptil
7. Untuk mengetahui Sistem pencernaan pada insect
8. Untuk mengetahui Sistem pencernaan pada cacing
9. Untuk mengetahui Sistem pencernaan pada mamalia
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan pada makalah ini, adalah dapat memberikan
informasi serta wawasan kepada para pembaca khususnya para mahasiswa
mengenai sistem pencernaan pada hewan mulai dari sistem pencernaan
pada tingkat rendah (protozoa) hingga sistem pencernaan pada mamalia.
BAB II
6
PEMBAHASAN
7
B. Sistem Pencernaan pada Protozoa
Protozoa merupakan hewan tingkat rendah yang hanya tersusun oleh
satu sel. Sistem pencernaan pada protozoa tentu saja berbeda dengan sistem
pencernaan pada manusia dan pada hewan vertebrata yang melibatkan banyak
alat-alat pencernaan.
Hewan tingkat rendah memperoleh makanan dengan cara yang
bervariasi tergantung bagaimana susunan dan kemampuan alat-alat
pencernaan makanan yang mereka miliki. Protozoa belum mempunyai alat
pencernaan makanan, protozoa memperoleh makanan melalui proses
penyerapan atau pinositosis.
Apabila ada makanan maka protozoa (amoeba) akan bergerak
mendekati makanan tersebut kemudian mengelilingi makanan tersebut
menggunakan kaki semunya dan akan terbentuk vakuola makanan. Di dalam
vakuola makanan akan terjadi proses pencernaan makanan. Sari-sari makanan
akan diedarkan ke seluruh tubuh oleh sitoplasma sedangkan sisa makanan
yang tidak diserap oleh sel akan dikeluarkan melalui membran plasma.
Protozoa mempunyai mulut yang berguna untuk memasukkan makanan
kemudian makanan bergerak menuju kerongkongan melalui sitofaring yang
berakhir pada vakuola non kontraktil (vakuola makanan), Sedangkan
protozoa yang tidak mempunyai mulut akan langsung menelan makanan atau
mangsanya secara utuh melalui permukaan selnya. Sisa sisa makanan yang
tidak diserap oleh tubuh akan dikeluarkan melalui lubang ektoplasma. (Agnez
Liuchan, 2015)
8
(Agnez Liuchan, 2015)
Proses pencernaan
Makanan pada protozoa berlangsung di dalam vakuola makanan. Pada
awalnya lisosom akan mengeluarkan enzim pencernaan ke dalam vakuola
kontraktil (vakuola makanan). Enzim pencernaan tersebut menyebabkan
vakuola kontraktil menjadi asam sehingga makanan menjadi mudah
dicerna. Kemudian terjadi proses pemisahan berbagai garam kalsium
sehingga menyebabkan suasana lingkungan mempunyai PH yang
seimbang dengan tujuan agar enzim pencernaan bekerja maksimal.
Dengan keadaan PH yang seimbang menyebabkan bahan makanan
menjadi lebih sederhana dan mudah diserap oleh sitoplasma. Apabila
vakuola makanan menjadi netral dengan lingkungannya menandakan
proses pencernaan makanan sudah selesai. Sari-sari makanan yang tidak
diserap oleh sel tubuh akan dikeluarkan melalui eksositosis.
Contoh lain, pada paramaecium proses pencernaan makanan berlangsung
di dalam vakuola kontraktil. Vakuola kontraktil dijumpai pada protozoa
yang hidup di air tawar. Vakuola kontraktil merupakan vakuola yang dapat
membesar maupun mengecil. Selain berfungsi sebagai alat pencernaan dan
alat ekskresi vakuola kontartil juga berfungsi sebagai pengatur tekanan
osmosis. Sehingga vakuola kontraktil juga disebut sebagai osmoregulator.
Protozoa yang bersifat parasit memperoleh makanan dengan cara
menyerap cairan makanan dari tubuh inangnya melalui permukaan di
seluruh tubuhnya. Protozoa juga memangsa organisme lain yang
mberukuran lebih kecil dari tubuhnya seperti bakteri, alga disebut
holozoik. Protozoa juga ada yang dapat menghasilkan makanan sendiri
9
melalui proses fotosintesis seperti pada tumbuhan hijau sehingga protozoa
bersifat haloptik. Jika makanan Protozoa berasal dari sisa tumbuhan dan
bahan organik lainnya maka protozoa dikatakan bersifat saprofitik. (Agnez
Liuchan, 2015)
10
b. Kerongkongan
Katak tidak memiliki leher sehingga kerongkongan katak berupa
saluran kecil dan sangat pendek .
c. Lambung
Lambung katak bersifat asam dengan tujuan untuk membunuh kuman-
kuman penyakit dan melumpuhkan mangsanya. Lambung katak
menyerupai lambung ikan. Pankreas katak terletak di dekat lambung.
Pankreas katak menghasilkan enzim yang membantu pencernaan
makanan. Pankreas katak berwarna kekuning-kuningan. Di dekat
lambung juga terdapat hati yang menghasilkan cairan empedu yang
berguna menetralisir racun.
d. Usus
Usus katak terdiri dari beberapa bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejenum), usus cerna (ileum). Di dalam usus
katak terjadi proses penyerapan sari-sari makanan dengan bantuan
enzim yang dihasilkan oleh pankreas. Usus katak hampir menyerupai
usus ikan.
e. Usus besar atau usus tebal
Di dalam usus besar sudah tidak ada proses pencernaan lagi. yang ada
hanya pembusukan sari-sari makanan dan penyerapan air saja.
f. Kloaka
Sisa makanan yang tidak diserap akan dikeluarkan melalui kloaka.
Bentuk kloaka pada katak menyerupai kloaka pada reptil dan ikan.
Kloaka pada katak mempunyai dua saluran yaitu saluran reproduksi dan
saluran pencernaan. (Agnez, 2015)
11
(Sumber: Agnez, 2015)
12
(Sumber: Abbaloa, 2010)
a. Di dalam rongga mulut burung tidak terdapat gigi sehingga makanan
tidak dikunyah dan langsung masuk ke dalam kerongkongan.
13
oleh hati. Sari-sari makanan hasil diserap pencernaan oleh pembuluh -
pembuluh darah di usus halus.
Makanan yang tidak tercerna akan keluar bersama ekskreta, oleh karena
itu sisa pencernaan pada unggas berbentuk cair. Sistem pencernaannya
disebut simple monogastric system.
14
E. Sistem Pencernaan pada Pisces
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum
oris). Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk
kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat
digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan
ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui
faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk kerucut,
pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan
lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke
lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan
usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas
bidang penyerapan makanan. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang
berupa pipa panjang berkelokkelok dan sama besarnya. Usus bermuara
pada anus. Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas.
Hati merupakan kelenjar yang berukuran besal, berwarna merah
kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus,
bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian
yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang
disimpan dalam kantung empedu untuk membanfu proses pencernaan
lemak. Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauary terletak di
sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung
empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila
diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik
sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim
– enzim pencernaan dan hormon insulin (Ferdianto, 2012).
15
atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada
beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau
melakukan pergantian kulit baik secara total maupun sebagian.
Pengelupasan secara total misalnya pada anggota sub-ordo ophidian dan
pengelupasan sebagian pada anggota sub-ordo lacertilia. Sedangkan pada
ordo chelonia dan crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami
pergantian atau pengelupasan. Pada umumnya, kulit pada Reptil memiliki
sedikit sekali kelenjar kulit. (Fdokumen, 2018).
Reptil merupakan hewan pemakan daging (karnivora). Untuk
mencern makanannya, Reptil memiliki sistem pencernaan yang terdiri dari
organ pencernaan dan kelenjar pencernaan. Organ pencernaan pada reptil
terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan kloaka. Sedangkan
kelenjar pencernaan pada reptil yakni kelenjar ludah, hati, dan pankreas.
Pada umumnya reptil tidak mengunyah makanannya jadi giginya berfungsi
untuk menangkap mangsa. Pada rongga mulut terdapat lidah yang melekat
pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua. (Fdokumen, 2018).
Pada reptilian pemakan insekta memiliki lidah yang dapat
dijulurkan, sedangkan pada buaya dan kura-kura lidahnya relativ kecil dan
tidak dapat dijulurkan. Adapun organ pencernaan pada reptil secara umum,
yakni:
1. Mulut
2. Kerongkongan (esophagus)
3. Lambung (ventrikulus)
4. Usus halus (Intestinum)
5. Usus besar
6. Kloaka
16
1. Sistem Pencernaan Pada Buaya
17
kerongkongan. Pada kerongkongan makanan hanya lewat saja
dan tidak terjadi proses pencernaan. (Fdokumen, 2018).
Lambung buaya terdiri dari fundus dan piloris. Fundus
merupakan bagian yang agak bulat sedangkan piloris merupakan
bagian yang kecil. Lambung pada reptil juga berguna untuk
menampung makanan dan terletak di belakang kerongkongan.
Di dalam lambung terjadi pencernaan mekanik dengan bantuan
otot lambung dan pencernaan kimiawi dengan menggunakan
enzim. (Fdokumen, 2018).
Pada usus buaya bermuara dua saluran yaitu saluran dari
pankreas dan hati. Didalam usus terjadi proses pencernaan
makanan secara kimiawi dengan bantuan enzim pencernaan
yang dihasilkan oleh hati dan pankreas. Usus buaya terdiri dari
usus halus dan usus besar. Di dalam usus halus terjadi proses
penyerapan sari-sari makanan yang selanjutnya akan diedarkan
darah ke seluruh tubuh. Makanan yang tidak dicerna didorong
menuju usus besar. Terdapat sekum yang pendek yang
membatasi antara usus halus dengan usus besar. Di dalam usus
besar, makanan akan mengalami pembusukan dan pengurangan
kadar air. Dinding-dinding sel usus besar menyerap kelebihan
air dan nutrisi penting yang belum diserap saat di usus halus.
(Fdokumen, 2018).
Sisa-sisa makanan yang tidak dibutuhkan lagi, kemudian
akan dibawa kerectum. Rectum merupakan tempat
penampungan sisa-sisa makanan sebelum dibuang melalui
kloaka. (Fdokumen, 2018).
2. Sistem Pencernaan Pada Ular
18
Gambar 2. Organ-organ pada ular
(Sumber: Fdokumen, 2018).
1) Rongga mulut
Di dalam rongga mulut ular tedapat gigi taring serta
lidah yang dapat dijulurkan dan bercabang dua.
Kelenjar ludah akan mengeluarkan lendir untuk
membasahi mulut, melumasi mangsa, membantu
pencernaan dan mengeluarkan garam. Ular juga
memiliki kelenjar racun (kelenjar parotis) yang
merupakan modifikasi dari kelenjar racun. Pada
sebagian ular, kelenjar parotis ada yang
menghasilkan racun dan keluar lewat lubang taring.
Mulut dapat dibuka lebar- lebar untuk menelan
mangsa secara utuh karena terdapat tulang kuadrat
19
bebas dari tulang kepala dan mandibula, tulang
langit-langit bergerak bebas dan adanya pertautan
ujung dua mandibula (rahang bawah) oleh
ligamentum yang elastis. (Fdokumen, 2018).
(Sumber:Fdokumen, 2018).
2) Kerongkongan, lambung dan usus
Kerongkongan dapat digelembungkan untuk
menampung mangsa yang relatif besar.
Kerongkongan tengkorak yang tipis berotot. Pada
tingkat jantung ,kerongkongan melewati cincin
vaskular dibentuk oleh urat nadi kiri dan kanan. Ini
memiliki lipatan longitudinal dan ditutupi dengan
epitel bersilia kolumnar. Kerongkongan berakhir
sebagai sfingter jantung. (Fdokumen, 2018).
3) Hati, pankreas dan kandung empedu
Hati memanjang dan dibagi menjadi beberapa lobus
terpisah. Menurut ciri-ciri umum pada ular bahwa
ada jarak yang relatif panjang antara ujung ekor dari
hati dan kandung empedu. Ular memiliki kandung
empedu berkembang dengan baik berdekatan
dengan duodenum dan ekor ke hati. Beberapa
saluran empedu lulus dari kandung empedu, melalui
pankreas, ke duodenum. Dalam kebanyakan spesies,
kandung empedu, pankreas dan limpa yang erat
terkait. Dalam beberapa ular pankreas dapat
20
menyatu dengan limpa membentuk splenopancreas.
(Fdokumen, 2018).
4) Pipa kanalisasi
Kloaka ini dibagi menjadi tiga bagian (kranial ke
ekor) yaitu coprodeum,urodeum dan proctodeum.
Coprodeum mengumpulkan kotoran dari usus besar.
Urodeummerupakan bagian tengah dari kloaka,
mengumpulkan limbah urin dan produk dari
reproduksi .Papilla urogenital terletak bagian
punggung belakang lipatan kecil. Sedangkan,
proctodeum adalah reservoir untuk limbah feses dan
urin sebelum ekskresi dan berisi bukaan kelenjar
aroma kloaka. (Fdokumen, 2018).
(Sumber:Tria, 2017).
Jenis pencernaan ini
kebanyakan dilakukan oleh
mahluk hidup dimana
pencernaan terjadi didalam perut setelah makanan dimakan.
21
Saluran pencernaan berperan terutama untuk pencernaan dan
penyerapan makanan. Pada umumnya pencernaan terjadi sebagian
besar di dalam usus bagian tengah, dimana enzim-enzim
pencernaan banyak diproduksi. Enzim-enzim ini berfungsi
memecahkan substansi yang komplek di dalam makanan menjadi
substansi yang lebih sederhana sehingga dapat diserap dan
kemudian diasimilasi oleh serangga. (Tria, 2017).
Kebanyakan pencernaan terjadi di dalam usus tengah
tempat dimana enzim disekresikan, tetapi karena cairan-cairan usus
bagian tengah dimuntahkan kembali, sejumlah pencernaan dapat
terjadi juga di tembolok. Enzim yang berkaitan dengan pencernaan
terdapat dalam air liur dan sekresi usus bagian tengah. Enzim yang
terdapat dibagian usus tengah disesuaikan dengan makanan.(Tria,
2017).
Saluran pencernaan pada serangga dibagi menjadi tiga bagian
utama yaitu:
1) Saluran pencernaan depan (Stomodeum)
Pencernaan depan berasal dari jaringan ektodermal maka saluran
pencernaan bagian depan dilapisi kutikula yang disebut intima,
yang dilepaskan setiap pergantian kulit. Saluran pencernaan
depan lebih berfungsi sebagai penyimpan makanan dan sedikit
melakukan pencernaan. Pencernaan pada tempat ini disebabkan
masih adanya enzim-enzim yang terbawa dari mulut. (Tria,
2017).
Saluran pencernaan depan tersusun dari otot-otot yang
memanjang (longitudinal), otot-otot melingkar (circular), sel-sel
ephitelium yang pipih, sel-sel yang bersifat impermeable. Akibat
pergerakan otot-otot melingkar dan longitudinal menyebabkan
makanan dapat bergerak ke saluran tengah. Saluran pencernaan
depan terdiri dari beberapa bagian dan fungsi sebagai berikut :
a. Rongga mulut sebagai masuknya makanan
22
b. Faring (kerongkongan) merupakan bagian pertama sesudah
rongga mulut yang berfungsi sebagai penerus makanan ke
oesophagus. Otot-otot yang menempel pada faring
berkembang dengan baik, hal ini sesuai dengan perannya
yang mendorong makanan dari mulut ke oesophagus . Pada
serangga dengan tipe menusuk dan mengisap pada faring
terdapat pompa faringeal yang dipakai untuk mengambil
cairan.
c. Oesophagus adalah bagian usus depan yang tidak
berdiferensiasi yang berfungsi mendorong makanan dari
faring ke tembolok.
d. Tembolok merupakan pembesaran usus bagian depan
yang berfungsi sebagai penyimpan makanan. Seringkali bila
tembolok kosong akan melipat secara longitudinal dan
tranversal tetapi pada Periplanata (Dictyoptera) tembolok
hanya mengalami perubahan kecil pada volumenya karena
apabila tembolok tidak berisi makanan, tembolok tersebut
diisi oleh udara. Pada umumnya sekresi dan penyerapan tidak
terjadi di dalam tembolok, tetapi kadang kala terjadi secara
enzimatik. Enzim didapat dari makanaan yang tercampur air
liur yang bergerak ke belakang menuju tembolok serta enzim
dari mesenteron yang dimuntahkan dari usus tengah.
Walaupun proventrikulus bertindak sebagai klep yang
membatasi gerakan-gerakan makanan ke belakang tetapi
tidak menghalangi muntahan cairan.
e. Proventrikulus, bagian ini mengalami modifikasi yang b
eraneka ragam pada berbagai serangga. Pada serangga
pemakan bahan padat, proventrikulus berfungsi sebagai
pemecah makanan, sedangkan pada serangga pemakan cairan
proventrikulus termodifikasi menjadi katup. Pada lipas dan
jangkrik, intima di daalm proventrikulus berkembang
23
menjadi enam keping otot yang keras atau geligi yang
berfungsi untuk memecah makanan. Proventrikulus secara
keseluruhan mengontrol jalannya makanan dari stomadeum
ke mesenteron. (Tria, 2017)
2) Saluran pencernaan tengah (Mesenteron)
Saluran pencernaan bagian tengah berfungsi sebagai pencerna
dan penyerap makanan. Saluran ini berasal dari mesodermal sehingga
saluran ini tidak memiliki kutikula dan sebagai gantinya adalah
lapisan peritropik yang halus. Otot-otot pada saluran ini berkembang.
Menurut chapman (1982) saluran pencernaan ini disususn oleh otot
longitudinal, otot melingkar, sel-sel epityelium yang berbentuk
kolumnar, sel-sel regeneratif (penghasil enzim) dan membran
peritropik. (Tria, 2017).
Pergerakan makanan ke saluran belakang pada saluran ini lebih
disebabkan oleh membran peritropik. Membran peritropik adalah suatu
lapisan yang meliputi lumen untuk melindungi sel-sel kolumnar yang
berada di bawahnya dari makanan dan mikroba. Membran peritropik
terdiri atas khitin dan protein. Ada dua pendapat mengenai terjadinya
membran tersebut, pendapat pertama mengatakan bahwa lapisan
dihasilkan oleh bagian depan saluran pencernaan tengah, sedangkan
pendapat kedua mengatakan bahwa lapisan dihasilkan oleh sel-sel
kolumnar sendiri. (Tria, 2017).
Lumen memiliki mikropili yang merupakan tonjolan-tonjolan
pada sel yang dapat membentuk started border. Mikropili ini juga
berfungsi memperbesar luas permukaan penyerapan. Pada sel-sel ini
terdapat banyak mitokondria sebagai penghasil energi (ATP) untuk
pergerakan makanan. Pada sel ini juga terdapat banyak retikulum
endoplasma sebagai tempat sintesis protein untuk menghasilkan
enzim-enzim pencernaan. (Tria, 2017).
Pada sel epitelium yang kolumnar ditemukan sel Goblet. Pada
selaput dasar memiliki banayak lekukan-lekukan dan disana banyak
24
terdapat mitokondria yang panjang-panjang sehingga hal tersebut
menjadi pembeda dengan sel-sel lain. Saluran pencernaan tengah
terdiri dari grastrik kaekum dan ventrikulus, tempat terjadinya
pencernaan secara enzimatis dan absorbsi nutrisi. (Tria, 2017).
3) Saluran pencernaan belakang (Proktodeum)
Saluran pencernaan belakang berfungsi sebagai tempat
pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak terserap dan
memaksimalisasi penyerapan sisa makanan yang tidak terserap pada
saat di mesenteron. Saluran pencernaan belakang ini berasal dari
jaringan ektodermal sehingga saluran ini memiliki kutikula yang
disebut intima. Pada saluran inilah sifat hemoestasis serangga terdapat.
Saluran pencernaan belakang menurut Snogras (1935) tersusun dari
otot melingkar, otot longitudinal, sel-sel epitel tipis yang berbentuk
kubus, intima yang bersifat permiabel. (Tria, 2017).
Otot-otot pada saluran ini lebih berkembang sehingga dapat
menyebabkan sisa makanan dapat bergerak ke belakang dan keluar
melalui anus. Saluran pencernaan belakang ini terdiri dari :
1. Pilorus, bagian depan dari saluran ini tempat berpangkalnya tabung
malphigi
2. Illeum, berfungsi sebagai penyerapan air dari hemolimfa atau juga
penyerapan amonia pada serangga “blowfly”. Pada rayap di illeum
ini terdapat kantung-kantung tempat organisme lain bersimbiosis
(Chapman, 1982)
3. Rektum, berfungsi sebagai reabsorbsi air, asam amino dan pada
serangga tertentu memiliki insang trakea. Pada rektum ini terjadi
diferensiasi sel-sel, ada yang memanjang dan ada yang membentuk
bantalan
4. Anus, bagian ujung saluran sebagai tempat keluarnya feces.
(Tria, 2017).
Saluran-saluran pencernaan tersebut berasal dari turunan yang
berbeda, saluran pencernaan depan dan belakang berasal dari jaringan
25
ektodermal dan saluran pencernaan tengah berasal dari jaringan
endodermal. (Tria, 2017).
26
(Sumber: Radengino, 2016)
27
(Sumber: Gambarhewan, 2012)
28
hewan ruminansia umumnya berukuran sangat pendek yakni sekitar 5
cm, namun lebarnya mampu membesar (berdilatasi) untuk
menyesuaikan ukuran dan tekstur makanannya. (Setiawan, 2020)
3. Organ Lambung
Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 darti isi
rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk
menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali (kedua
kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan
peragian. Ruangan lambung tersebut terbagi menjadi 4 bagian yakni
rumen (80%), reticulum (5%), omasum (7-8%) dan abomasum (7-
8%). Setelah melalui esophagus, makanan akan masuk ke dalam
lambung. Lambung pada hewan ruminansia selain berperan dalam
proses pembusukan dan peragian, juga berguna sebagai tempat
penyimpanan sementara makanan yang akan dikunyah kembali.
(Setiawan, 2020)
(Rahmawati, 2014)
29
(Nugroho, 2020)
a. Rumen (Perut Besar)
Rumen berfungsi sebagi tempat penyimpanan sementara bagi
makanan yang telah ditelan, setelah rumen terisi cukup makanan,
sapi akan beristirahat sembari mengunyah kembali makanan yang
dikeluarkan dari rumen ini.
Di dalam rumen, populasi bakteri dan Protozoa menghasilkan
enzim oligosakharase, hidrolase, glikosidase, amilase, dan enzim
selulase yang berfungsi untuk menguraikan polisakarida termasuk
selulosa yang terdapat dalam makanan alami mereka dan enzim
proteolitik sebagai pengurai protein serta enzim pencerna lemak
juga terdapat di sana. (Setiawan, 2020)
Mikroorganisme dalam rumen merombak selulosa untuk
membentuk asam-asam lemak terbang. Mikroorganisme tersebut
mencerna pula pati, gula, lemak, protein dan nitrogen bukan
protein untuk membentuk protein mikrobial dan vitamin B. Tidak
ada enzim dari sekresi lambung ruminansia tersangkut dalam
sintesis mikrobial. (Nugroho, 2020)
b. Reticulum (Perut Jala)
Di reticulum, makanan diaduk-aduk dan dicampur dengan
enzim-enzim sampai menjadi gumpalan-gumpalan kasar (bolus)
dengan bantuan kontraksi otot dinding reticulum. kemudian
30
didorong kembali ke rongga mulut untuk dimamah kedua kalinya
sampai lebih sempurna saat sapi tengah beristirahat. (Setiawan,
2020)
c. Omasum (Perut Buku)
Saat gumpalan makanan yang dikunyah lagi itu ditelan kembali,
makanan akan masuk ke omasum yang melewati rumen dan
reticulum. Di dalam omasum, kelenjar enzim akan membantu
penghalusan makanan secara kimiawi. (Setiawan, 2020).
d. Abomasom (Perut Masam)
Abomasums merupakan perut yang sebenarnya karena di organ
inilah sistem pencernaan hewan ruminansia secara kimiawi bekerja
dengan bantuan enzim-enzim pencernaan dan asam klorida (HCI)
yang berfungsi membantu dalam pengaktifan enzim pepsinogen yang
dikeluarkan dinding abomasums, dan sebagai desinfektan bagi bakteri
jahat yang masuk bersama dengan makanan. (Setiawan, 2020)
e. Organ Usus Halus dan Anus
Setelah makanan tersebut telah halus dari ruang abomasums
makanan tersebut kemudian, didorong masuk ke usus halus. Usus
pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter yang
berfungsi menyerap sari-sari diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.
(Nugroho, 2020) Yang selanjutnya ampas atau sisa makanan keluar
melalui anus. (Setiawan, 2020)
Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai
struktur lambung seperti pada sapi untuk fermentasi seluIosa. Proses
fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada
sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum
tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran
kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses pencernaan selulosa
hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan pada sapi proses
pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang kedua-
duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu. Pada kelinci dan
31
marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali.
Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat
makanan, yang akan dicernakan lagi oleh kelinci. Usus pada sapi sangat
panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh
makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa). (Nugroho,
2020).
Proses pencernaan oleh Ruminansia Proses pencernaan oleh kuda, kelinci dan
(Domba, sapi, kerbau) marmut
Mempunyai struktur lambung yang Tidak mempunyai struktur lambung
lengkap
Proses pencernaan selulosa dua kali Proses pencernaan selulosa satu kali
melalui lambung dan sekum. yakni pada sekum
Fermentasi seluosa sempurna karena Fermentasi selulosa tidak seefektif
terjadi dilambung karena tidak terjadi di lambung
Menghasilkan kotoran lebih halus dan Menghasilkan kotoran yang lebih kasar
telah hancur
kotoran yang telah keluar tubuh tidak kotoran yang telah keluar tubuh
dicerna kembali seringkali dicerna kembali karena masih
mengandung banyak zat makanan,
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini kami menyarankan , agar kita
semua lebih memperdalam lagi belajar tentang Struktur hewan dalam hal
Sistem Pencernaan. Mudah-mudahan makalah yang ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
Setyani, Tamanda Sekar. (2019). Aves. Diakses melalui
.https://www.slideshare.net/mobile/Tamanda Sekar/aves-130332191 pada
tanggal 12 Februari 2021.
35