Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN

PROSES PENCERNAAN INVERTEBRATA

“Di ajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan”

Dosen Pengampu :

Dr. Dadi Setiadi, M.Sc.

Oleh :

1) Dita Anggraini Sipayung (E1A018019)


2) Dita Rieza Permatasari (E1A018020)
3) Echa Noviani (E1A018021)
4) Elga Amalinda Nathania (E1A018022)
5) Erna Witular (E1A018023)
6) Evilya Suraning Puji (E1A018024)
7) Faradilla Ngesti Habibah (E1A018025)
8) Fenysia Alfiana (E1A018026)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Fisiologi
Hewan yang berjudul “Sistem Pencernaan Invertebrata” ini dengan tepat waktu.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Dr. Dadi Setiadi, M.Sc. Selaku dosen
pengampu yang telah memberikan pengarahan kepada kami, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dan rekan-rekan kami dikelas Biologi A angkatan 2018 yang telah bersedia
memberikan kritik, saran, serta pendapat kepada kami, sehingga wawasan dan referensi kami
menjadi lebih baik dan ahkirnya dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi kami dengan baik.

Kami menyadari bahwa dalam laporan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar nantinya
makalah ini dapat memberi manfaat secara umum kepada pembaca dan kepada kami pada
khususnya.

Mataram, 5 Desember 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI…………………………….…………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN..………………………………………………………......3
A. Latar Belakang...…………………………………………………………………...3
B. Rumusan Masalah...…..………………………….………………………...............4
C. Tujuan ……………..…………………………………………..…………...….…..4
BAB II PEMBAHASAN …..…………………………………………………………5
A. Sistem Pencernaan Protozoa.…………………………………………………...…5
B. Sistem Pencernaan Coelenterata..............................................................................7
C. Sistem Pencernaan Porifera……………………….……….….………………......8
D. Sistem Pencernaan Platyhelminthes…………...………………………………….9
E. Sistem Pencernaan Nemathelminthes…...………………………………………..10
F. Sistem Pencernaan Mollusca ...……………………………………………..…….10
G. Sistem Pencernaan Annelida....………………………………………………...…11
H. Sistem Pencernaan Echinodermata …………………………………………....…14
I. Sistem Pencernaan Arthropoda……………………………………………….......15
BAB III PENUTUP.……………………………………………………………….....22
A. Kesimpulan…………………………………………………….……...………......22
B. Saran ………………………………………………………………..……….........22
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hewan adalah makhluk hidup yang dapat bergerak dan melakukan kegiatan hidup
tetapi tidak mampu berfikir. Untuk melakukan kegiatan hewan juga butuh asupan
makanan, dan secara tidak langsung hewan juga mengalami proses pencernaan makanan.
Fungsi utama system pencernaan makanan adalah untuk menyederhanakan atau
memproses suatu bahan-bahan makanan yang berguna, sehingga dapat di manfaatkan bagi
tubuh. Bila di tinjau dari prosesnya maka system pencernaan meliputi organ yang
berhubungan dengan pengambilan makanan, mekanismenya dan penyediaan zat-zat
makanan serta pengeluaran sisa-sisa hasil pencernaan keluar dari tubuh.
Proses pencernaan makanan sangat penting sebelum makanan diabsorbsi atau
diserap oleh dinding saluran pencernaan. Zat-zat makanan tidak dapat diserap dalam
bentuk alami dan tidak berguna sebagai zat nutrisi sebelum proses pencernaan awal. Zat
makanan akan dipersiapkan untuk diabsorbsi melalui proses-proses tertentu dengan
bantuan enzim-enzim tertentu dalam saluran pencernaan. Pola sistem pencernaan pada
hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung,
dan usus. Namun demikian struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis
hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis
makanannya.
Pada hewan tingkat rendah tidak ada organ pencernaan dan pencernaannya secara
intraseluler terjadi di dalam vakuola makanan. Tahapan proses pencernaannya, pertama
lisosom mensekresikan enzim pencernaan yang menyebabkan suasana berubah menjadi
asam kemudian terjadi pemisahan berbagai garam kalsium yang akan menciptakan kondisi
pH yang tepat untuk enzim berfungsi, sehingga bahan makanan dapat diserap oleh
sitoplasma, dan pada akhir proses pencernaan keadaan lingkungan menjadi netral. Bahan
makanan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui proses eksositosis.
Hewan tingkat rendah mempunyai alat pencernaan berupa gastrovaskuler, yaitu
ruang yang berfungsi untuk proses pencernaan dan sirkulasi. Sel yang membatasi rongga
gastrovaskuler disebut gastrodermis yang mampu mensekresikan enzim ke ruang

3
gastrovaskuler. Pencernaan makanan lengkap berlangsung secara intraseluler. Beberapa
spesies hewan sudah mempunyai mulut, tetapi tidak mempunyai rongga pencernaan.
Makanan dicerna oleh sel jaringan di dekat mulut, yang belum terorganisasi secara baik.
Ada pula hewan yang mempunyai saluran pencernaan mirip dengan ruang gastrovaskuler
tapi bercabang-cabang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pencernaan Protozoa?
2. Bagaimana proses pencernaan Coelenterata?
3. Bagaimana proses pencernaan Porifera?
4. Bagaimana proses pencernaan Platyhelminthes?
5. Bagaimana proses pencernaan Nemathelminthes?
6. Bagaimana proses pencernaan Mollusca?
7. Bagaimana proses pencernaan Annelida?
8. Bagaimana proses pencernaan Echinodermata?
9. Bagaimana proses pencernaan Arthropoda?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pencernaan Protozoa
2. Untuk mengetahui proses pencernaan Coelenterata
3. Untuk mengetahui proses pencernaan Porifera
4. Untuk mengetahui pencernaan Platyhelminthes
5. Untuk mengetahui proses pencernaan Nemathelminthes
6. Untuk mengetahui proses pencernaan Mollusca
7. Untuk mengetahui proses pencernaan Annelida
8. Untuk mengetahui proses pencernaan Echinodermata
9. Untuk mengetahui proses pencernaan Arthropoda

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. SISTEM PENCERNAAN PROTOZOA


Dalam proses pencernaan makanan, protozoa memiliki mulut yaitu dengan
memasukkan makananya melalui mulut kemudian menuju kerongkongan melalui
sitofaring dan berakhir pada vakuola makanan (vakuola nonkontraktif). Sebaliknya bagi
protozoa yang tidak memiliki mulut, yaitu dengan menelan secara utuh mangsanya melalui
permukaan selnya. Sisa-sisa makanan akan dibuang melalui lubang pada ektoplasma.
Pada protozoa proses pencernaan makanan terjadi pada vakuola makanan. Mula-
mula lisosom menyekresikan enzim pencernaan ke dalam vakuola makanan. Enzim
tersebut menyebabkan suasana vakuola berubah menjadi asam sehingga bahan makanan
tercerna. Selanjutnya terjadi pemisahaan berbagai garam kalsium. Hal ini menyebabkan
suasana lingkungan dengan PH yang tepat bagi berbagai enzim untuk berfungsi secara
optimal. Dala keadaan seperti itu, bahan makanan akan disederhanakan sehingga dapat
diserap oleh sitoplasma. Berakhirnya proses pencernaan ditandai dengan adanya perubahan
keadaan lingkungan dalam vakuola menjadi netral. Bahan makanan yang tidak dicerna
dikeluarkan melalui proses eksositosis. Contoh lain misalnya pada paramaecium dilakukan
pada vakuola kontraktil. Vakuola ini dapat ditemukan pada protozoa yang hidup di air
tawar. Disebut vakuola kontraktil karena vakuola ini bisa membesar dan mengecil. Selain
untuk eksresi vakuola kontartil juga berfungsi sebagai pengatur tekanan osmosis, itu
sebabnya sering disebut sebagai osmoregulator.
Protozoa yang bersifat parasit akan menyerap makanan (berupa cairan tubuh
inangnya) melalui seluruh permukaan tubuhnya. Protozoa yang memakan organisme lain
yang lebih kecil seperti bakteri, alga disebut holozoik. Jika makanan protozoa dihasilkan
sendiri melalui fotosintesis seperti pada tumbuhan hijau, maka protozoa disebut bersifat
haloptik. Protozoa yang makanannya berupa bahan-bahan organik dari sisa sisa tumbuhan
disebut saprofitik.
Salah satu contoh hewan Protozoa yaitu Paramecium Sp. Adapun ciri Fisiologis
Paramecium Sp. Adalah sebagai berikut: Pada paramecium, pencernaan makanan terjadi

5
dalam vakuola makanan. Vakuola makanan merupakan organel yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencerna makanan, dan mengedarannya ke seluruh bagian sel dengan
cara mengelilingi sel.
Proses pencernaan makanan pada paramecium sp diawali dengan masuknya
partikel-partikel makanan melalui rongga mulut (oral groove) secara endositosis, lalu
masuk ke dalam sitostoma dan kemudian makanan akan didorong masuk ke dalam
sitofaring dengan bantuan air yang masuk dan gerakan silia. Ketika mencapai bagian dasar
sitofaring vakuola makanan akan terbentuk. Pencernaan makanan akan terjadi pada saat
vakuola makanan bergerak di dalam sitoplasma (gerak siklosis) dengan membentuk
perputaran searah jarum jam. Adanya gerak siklosis tersebut akan mengakibatkan ukuran
vakuola makanan mengecil secara bertahap sehingga menjadi yang lebih sederhana.
Setelah makanan dicerna di dalam vakuola makanan maka akan terjadi proses penyerapan
zat-zat yang masih diperlukan oleh sitoplasma, akan tetapi bagian dari substansi makanan
yang tidak dapat dicerna akan disimpan sementara kemudian dibuang keluar tubuh melalui
sitofag (defekasi).
Adanya gelembung-gelembung atau partikel-partikel kecil yang keluar dari bagian
paramecium sp yang disebut dengan sitofag melalui proses eksositosis. Setelah makanan
dicerna,ada bagian dari substansi makanan yang diabsorpsi masuk kedalam darah untuk
diangkut menuju ke sel jaringan, namun ada juga bagian dari substansi makanan yang tidak
dapat dicerna (dalam bentuk zat buangan). Zat buangan ini disimpan untuk sementara utuk
kemudian dibuang keluar melalui sitopage. Proses pembuangan ini disebut defekasi. Proses
pencernaan berlangsung sangat cepat bahkan hanya dalam hitungan detik saja makanan
dapat dicerna sampai terjadinya pengeluaran (defekasi). Enzim yang terlibat adalah
protase, karbohidrase dan esterase yang disekresikan oleh lisosom. Vakuola makanan yang
bergerak secara siklosis akan mengecil ukurannya secara bertahap karena proses digesti
dan absropsi.

6
B. SISTEM PENCERNAAN COELENTERATA
Coelenterata berasal dari kata coelon yang berarti berongga dan enteron yang
berarti perut. Dengan demikian, Coelenterata merupakan hewan yang menggunakan
rongga tubuhnya (perut) sebagai tempat pencernaan makanan. Sistem pencernaan
berlangsung secara ekstraseluler (dalam gastrovaskuler) dan intraseluler (dalam sel
endoderm). Alat pencernaan pada Coelenterata berupa gastrovaskuler, yaitu ruang yang
berfungsi untuk proses pencernaan sekaligus untuk sirkulasi. Sel yang membatasi rongga
gastrovaskuler disebut gastrodermis. Sel ini mampu menyekresikan enzim ke ruang
gastrovaskuler. Oleh karena itu, pemecahan bahan makanan secara kasar dapat
berlangsung dalam saluran tersebut. Namun, pencernaan makanan secara lengkap tetap
berlangsung secara intraseluler.
Hidra yang termasuk hewan Cnidaria merupakan contoh yang baik mengenai
bagaimana suatu rongga gastrovaskuler bekerja. Hidra adalah karnivora yang menyengat
mangsa dengan organel khusus yang disebut nematosit dan kemudian menggunakan
tentakel untuk memasukkan makanan dari mulut ke dalam rongga gastrovaskuler (Lihat
Gambar 1 dan 2).

7
Dengan adanya makanan di dalam rongga itu, sel-sel khusus gastrodermis, lapisan
jaringan yang melapisi rongga itu, mensekresikan enzim pencernaan yang merusak atau
merombak jaringan lunak pada mangsanya menjadi potongan-potongan kecil. Sel-sel
gastrodermal kemudian akan menelan partikel makanan, dan sebagian besar hidrolisis
makromolekul yang sesungguhnya terjadi secara intraseluler seperti pada Paramaecium
dan spons. Setelah hidra selesai mencerna makanannya, bahan-bahan yang tidak tercerna
yang masih tetap berada di dalam rongga gastrovaskuler, seperti eksoskeleton Crustacea
kecil, dikeluarkan melalui sebuah pembukaan tunggal, yang berfungsi ganda sebagai mulut
dan anus.

C. SISTEM PENCERNAAN PORIFERA


Pencernaan makanan pada porifera adalah intraseluler, intraseluler
merupakan pencernaan makanan yang terjadi di tingkat sel / didalam sel. Proses tersebut
diawali dari masuknya air melalui pori- pori tubuh porifera (ostium), selanjutnya air akan
masuk kedalam tubuh bersamaan dengan plankton dan bakteri yang menjadi sumber
makanannya. Melalui mikrofili yang terdapat pada sel koanosit lapisan
endodermis porifera, plankton dan bakteri akan tersaring. Sel amoeboid memiliki tugas
untuk mengedarkan hasil ‘tangkapan’ tersebut keseluruh tubuh porifera. Air-air yang
masuk bersamaan dengan makanan akan kembali dibuang melalui lubang yang berada di
pusta tubuhnya yaitu oskulum.

8
D. SISTEM PENCERNAAN PLATYHELMINTHES
Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem gastrovaskuler, dimana peredaran
makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus. Sistem pencernaan cacing pipih dimulai dari
mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan.Di belakang kerongkongan ini terdapat
usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh. Dengan demikian, selain mencerna makanan,
usus juga mengedarkan makanan ke seluruh tubuh.
Selain itu, cacing pipih juga melakukan pembuangan sisa makanan melalui mulut
karena tidak memiliki anus. Cacing pipih tidak memiliki sistem transpor karena
makanannya diedarkan melalui sistem gastrovaskuler. Sementara itu, gas O2 dan CO2
dikeluarkan dari tubuhnya melalui proses difusi.

9
E. SISTEM PENCERNAAN NEMATHELMINTHES
Sistem pencernaan Nemathelminthes berawal dari mulut yang dikelilingi oleh tiga
bibir. Mulut berlanjut pada faring atau esophagus yang berbentuk silindris. Bagian
belakang faring atau esophagus itu menebal, dan dilengkapi oleh klep. Dinding faring
mempunyai serabut-serabut otot radial yang dapat melebarkan rongga faring. Di dalam
rektum terdapat kelenjar rektal uniselular yang berukuran besar, jumlahnya tiga pada yang
betina dan enam pada yang jantan. Pada hewan jantan terdapat kloaka.
Sistem pencernaannya tidak dilengkapi dengan kelenjar pencernaan. Makanan yang
dimasukkan ke dalam tubuhnya berupa makanan setengah jadi yang berasal dari inangnya
dengan cara menggigit membran mukosa menggunakan bibirnya untuk mengisap darah
dan cairan jaringan dari inang.

F. SISTEM PENCERNAAN MOLLUSCA


Mollusca berasal dari Bahasa latin : mollus = lunak). Mollusca adalah kelompok
hewan yang sifatnya tripoblastik selomata dan invertebrate yang bertubuh lunak dan
multiseluler. Contohnya seperti berbagai jenis siput, kiton, kerang-kerangan serta cumi-
cumi dan kerabatnya. Sistem pencernaan Mollusca terdiri dari mulut, esofagus, lambung,
usus dan anus. Pada jenis Mollusca tertentu, dibagian mulutnya terdapat organ seperti
rahang dan lidah yang bergerigi yang bisa bergerak ke depan dan belakang.

10
Filum Mollusca terbagi atas 5 kelas berupa Amphineura, Scapopoda, Chepalopoda,
Gastropoda dan Pelecypoda (Lamellibranchiata). Setiap kelas menggunakan sistem
pencernaan yang telah sempurna. Akan tetapi terdapat beberapa perbedaan seperti
radulanya, kesempurnaan mulut, terdapatnya alat bantu makan seperti tentakel, letak mulut
dan anus. Sistem Pencernaan Makanan Mollusca pada kelas Amphineura contohnya
memiliki mulut yang belum sempurna, tidak memiliki tentakel sebagai alat bantu makan
(kecuali beberap spesies), dan letak mulut serta anus yang berlawanan arah.
Sistem pencernaan makanan mollusca kelas Chepalopoda hanya dibedakan atas
terdapatnya tentakel panjang atau jerait untuk membantu menarik makanan, memiliki gigi
kitin yang tajam. Pada Sistem Pencernaan makanan mollusca jenis Bivalvia atau kelas
Pelecypoda tidak memiliki radula. Hal ini membuat hewan kelas pelecypoda merupakan
filter feeder atau menyaring makanan menggunakan insang.
Contoh hewan kelas Gastrophoda yaitu keong (Pomacea canaliculata). Adapun ciri
fisiologisnya adalah sebagai berikut, Sistem pencernaan Mollusca (keong) sudah lengkap
dan berkembang sempurna, terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus dan anus. Pada jenis
Mollusca tertentu, dibagian mulutnya terdapat organ seperti rahang dan lidah yang
bergerigi yang bisa bergerak ke depan dan belakang.

G. SISTEM PENCERNAAN ANNELIDA


Annelida merupakan hewan simetris bilateral, mempunyai sistem peredaran darah
yang tertutup dan sistem saraf yang tersusun seperti tangga tali. Pembuluh darah yang utam
membujur sepanjang bagian dorsal sedangkan sistem syaraf terdapat pada bagian ventral.

11
Cacing-cacing anggota filum ini tubuhnya beruas-ruas. Beberapa organ (misalnya
pencernaan) membentang sepanjang tubuh. Organ yang lain seperti saluran pembuangan,
ada di setiap ruas. Annelida mempunyai rongga tubuh atau coelem. Rongga ini tidak saja
berisi organ-organ yang terbentuk dari mesoderm tetapi juga dilapisi oleh lapisan
mesoderm.
Contoh Annelida adalah cacing tanah (Pheretima) cacing ini hidup di tanah,
makananya berupa sisa tumbuhan dan hewan. Charles Darwin ahli biologi yang termahsur
adalah orang yang pertama kali menyatakan bahwa cacing tanah mempunyai peranan yang
penting dalam menggemburkan/menyuburkan tanah. Karena hidup di dalam tanah, cacing
ini membuat liang-liang sehingga tanah menjadi berpori dan mudah diolah. Cacing tanah
juga mencampur dedaunan dengan tanah, jadi menaikan kandungan humus tanah.
Sebagian besar anelida hidup dilaut, yaitu diliang-liang atau dibawah karang yang
dekat dengan pantai, misalnya neries. Golongan lain dari annelida yang banyak dikenal
adalah lintah pengisap darah. Lintah mempunyai balik penghisap dikedua ujung badannya.
Batil penghisap posterior dipergunakan untuk melekatkan diri pada inang, sedangkan batil
penghisap anterior dipergunakan untuk menghisap darah.
Annelida memiliki ciri-ciri/karakteristik antara lain, Memiliki tubuh bersegmen
(beruas-ruas yang mirip dengan cincin) dan memiliki otot. Bersifat tripoblastik selomata,
simetri bilateral, dan metameriMempunyai sistem pencernaan sempurna (mulut,
kerongkongan, perut otot, tembolok, usus, dan anus). Tubuh dilapisi dengan kutikula tipis
dan lembabSistem respirasi melalui permukaan kulit dan berlangsung difusiSistem saraf
berupa ganglion otak dan tali syaraf yang tersusun dari tangga tali. Sistem peredaran darah
annelida adalah tertutup dengan tersusun dari pembuluh darah yang mempunyai
hemoglobin. Sistem ekskresinya berupa nefridia atau nefrostom Sifat kelamin annelida
adalah hermaprodit, jadi reproduksi secara generatif dengan cara konjugasi, dan secara
vegetatif dengan fragmentasi/ generasi (mempunyai daya regenerasi yang tinggi).
Dikatakan pencernaan sempurna karena Annelida memiliki sistem pencernaan
yang lengkap, yaitu mulut, faring, esofagus, tembolok, lambung otot (empedal), usus halus,
dan anus. Proses pencernaan nya makanan diambil melalui mulutnya. Makanan di
esophagus tercampur dengan cairan sekresi kelenjar kapur yang terdapat pada dinding
esophagus. Dari esophagus makanan diteruskan ke proventrikulus (tempat penyimpan

12
makanan sementara) Selanjutnya makanan masuk ke Ventrikulus makanan dicerna
menjadi partikel Halus. Makanan halus masuk kedalam intestin. Di intestin makanan halus
dicerna lebih halus dan dapat di absorbsi oleh dinding intestin. Dinding intestin memiliki
enzim partikel makanan tadi di cerna menjadi monosakarida, asam lemak, gliserol, asam
amino yang Siap untuk diabsobsi. Senyawa yang diabsorbsi tadi dibawa ke seluruh tubuh
bersamaan dengan silkurasi darah.
Contoh hewan kelas Oligochaeta yaitu cacing tanah (Lumbricus terrestis). Saluran
pencernaan cacing tanah sudah lengkap, terdiri atas mulut, pharynx, esophagus,
proventriculus, ventriculus, intestine dan anus. Makanan cacing tanah terdiri atas sisa-sisa
hewan dan tanaman. Cacing tanah mencari makanannya di luar liang pada saat malam hari.
Makanan diambil melalui mulutnya. Makanan di dalam esophagus tercampur dengan
cairan hasil sekresi kelenjar kapur (calciferous glands) yang terdapat pada dinding
esophagus itu. Dari esophagus, makanan terus masuk ke dalam proventriculus yang
merupakan tempat penyimpan makanan yang bersifat sementara.
Selanjutnya, makanan masuk ke dalam ventriculus. Disini makanan dicerna
menjadi partikel-partikel halus. Dari ventriculus, partikel makanan ini masuk ke dalam
intestin. Di dalam intestine, makanan akan dicerna lebih lanjut sehingga menjadi substansi-
substansi yang lebih kecil, yang dapat diabsorbsi oleh dinding intestine tersebut. Dinding
intestin mengandung kelenjar-kelenjar yang menghasilkan enzim-enzim. Karena pengaruh
enzim-enzim ini, partikel-partikel makanan tadi dicernakan menjadi monosakarida, asam
lemak dan gliserol, dan asam amino yang siap untuk diabsorbsi. Senyawa-senyawa tersebut
diabsorbsi oleh dinding intestin dan selanjutnya bersama-sama dengan sirkulasi darah
diangkut ke seluruh bagian-bagian tubuh.

13
H. SISTEM PENCERNAAN ECHINODERMATA
Echinodermata merupakan salah satu hewan yang sangat penting dalam ekosistem
laut dan bermanfaat sebagai salah satu komponen dalam rantai makanan, pemakan sampah
organik dan hewan kecil lainnya mempunyai peran sebagai pembersih lingkungan laut
terutama pantai. Fhilum Echinodermata merupakan hewan yang termasuk invertebrata.
Echinordemata berasal dari bahasa yunani yaitu echinus = duri, derma = kulit. Secara
umum Echinodermata berarti hewan yang memiliki kulit berduri atau berbintil. Jika
dipegang kulitnya keras karena terbuat dari zat kapur (kitin) sebagai rangka luar dan
permukaan insang kulitnya terdapat duri-duri. Hewan ini sudah memiliki sistem
pencernaan yang lengkap seperti mulut, usus dan anus , serta merupakan hewan
triplobastik selomata yang dimana mulutnya terletak di bawah permukaan tubuh dan anus
berada di atas permukaan tubuh. Sistem pencernaan Echinodermata dimulai dari mulut
yang posisinya berada di bawah permukaan tubuh, kemudian diteruskan melalui faring, ke
kerongkongan, ke lambung, lalu ke usus, dan terakhir ke anus.
Filum pada hewan ini mencakup sekitar 6000 species. Kelompok utama fhilum
Echinodermata terdiri dari lima kelas, yaitu kelas bintang laut (Asteroidea) contoh:
Archastertypicus, kelas Bintang Ular (Ophiuroidea) contoh: Amphiodiaurtica, kelas
Landak Laut (Echinoidea) contoh: Diademasetosium, kelas lilia laut (Crinoidea) contoh:
Antedon-rosacea, dan kelas Tripang Laut (Holothuroidea) contoh: Holothuriascabra.

Gambar : Sistem pencernaan pada Echinodermata

14
Echinodermata memiliki pipa atau tabung pencernaan yang memanjang antara dua
pembukaan, mulut dan anus. Pipa atau tabung ini disebut saluran pencernaan lengkap
(complete digestive tract) atau saluran pencernaan (alimentary canal). Karena makanan
bergerak sepanjang saluran itu dalan satu arah, pipa itu dapat diorganisasikan menjadi
daerah terspesialisasi yan melaksanakan pencernaan dan penyerapan nutrien secara
bertahap. Makanan yang ditelan melalui mulut dan faring akan lewat melalui esofagus yang
menuju lambung. Lambung adalah organ dan umumnya berfungsi untuk penyimpanan dan
penumpukan makanan, sementara rempela akan menggerusnya. Makanan kemudian akan
memasuki usus halus, di mana enzim-enzim pencernaan menghidrolisis molekul makanan,
dan nutrien diserap melewati lapisan pipa pencernaan tersebut ke dalam darah. Bahan
buangan yang tidak tercerna akan dikeluarkan melalui anus.

Contoh hewan kelas Asteroidea yaitu blus star fish (Archaster sp), adapun sistem
pencernaannya sebagai berikut: Tractus digestivus (saluran pencernaan makanan) dimulai
dari mulut yang berbentuk pentagonal yang disebut actinostoma. Tract-us digestivus terdiri
atas peristoma, esofagus, ventrikulus, intestinum, berakhir pada anus. Esofagus merupakan
pipa pendek, sedangkan ventrikulus terbagi dalam pars cardiaca dan pars pylorica. Pars
cardiaca terdiri atas 5 lobi, tiap lobus menonjol ke dalam radius. Pars pylorica pendek dan
berbentuk pentagonal. Pada tiap sudut ada lanjutan yang kemudian bercabang dua yaitu:
sepasang ceca pylorica dan satu caecum pyloricum bercabang-cabang lagi. Mereka
mengandung kelenjar pencernaan makanan. Sepasang caeca pylorica menonjol ke dalam
satu radius. Intestin juga pendek dan mem¬punyai lima pasang caeca intestinalia yang
pendek yang terletak inter¬radial. Anus bermuara pada bagian aboral diskus..

I. SISTEM PENCERNAAN ARTHROPODA


Serangga makan hampir segala zat organik yang terdapat di dalam, dan sistem-
sistem pencernaan mereka menunjukkan variasi yang besar. Saluran pencernaan adalah
suatu buluh, biasanya berkelok, yang memanjang dari mulut sampai anus. Sistem
percernaan ini sangat beragam tergantung macam-macam makanan yang dimakan.
Kebiasaan-kebiasaan makan bahkan mungkin sangat beragam pada satu jenis tunggal.
Larva dan serangga dewasa biasanya mempunyai kebiasaan makan yang sama sekali

15
berbeda dan hal ini tentu akan menyebabkan perbedaan dalam sistem-sistem pencernaan
(Batubara, 1999).

a) Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan pada serangga dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu :
1) Saluran pencernaan depan (Stomodeum)
2) Saluran pencernaan tengah (Mesenteron)
3) Saluran pencernaan belakang (Proktodeum)

Saluran-saluran pencernaan tersebut berasal dari turunan yang berbeda, saluran


pencernaan depan dan belakang berasal dari jaringan ektodermal dan saluran pencernaan
tengah berasal dari jaringan endodermal. Bentuk saluran pencernaan ini dipengaruhi oleh
cara makan dan makanan serangga, sehingga hal ini akan menyebabkan adanya perbedaan-
perbedaan (penyesuaian-penyesuaian) diantara bentuk pencernaan serangga.
Pada banyak serangga bagianbagian utama ini terbagi menjadi bagian lain dengan
berbgai fungsi yaitu faring, esofagus, krop dan proventrikulus pada saluran pencernaan
bagian depan, ventrikulus pada bagian pencernaan tengah, dan pirolus, illeum serta rektum
pada pencernaan bagian belakang. Beberapa sistem yang mendukung fungsi sistem
pencernaan adalah sistem syaraf pusat, sistem syaraf stomatogastik, sistem endokrin dan
sistem pernapasan (Batubara, 1999).

1) Saluran Pencernaan Depan


Saluran pencernaan depan berasal dari jaringan ektodermal maka saluran
pencernaan bagian depan dilapisi kutikula yang disebut intima, yang dilepaskan setiap
pergantian kulit. Saluran pencernaan depan lebih berfungsi sebagai penyimpan

16
makanan dan sedikit melakukan pencernaan. Pencernaan pada tempat ini disebabkan
masih adanya enzim-enzim yang terbawa dari mulut.
Saluran pencernaan depan tersusun dari (Borror, 1982):
- Otot-otot yang memanjang (longitudinal)
- Otot-otot melingkar (circular)
- Sel-sel ephitelium yang pipih
- Sel-sel yang bersifat impermiable
Akibat pergerakan otot-otot melingkar dan longitudinal menyebabkan makanan
dapat bergerak ke saluran tengah. Saluran pencernaan depan terdiri dari beberapa
bagian dan fungsi sebagai berikut (Harris 1971) :
• Rongga mulut sebagai masuknya makanan
• Faring (kerongkongan) merupakan bagian pertama sesudah rongga mulut yang
berfungsi sebagai penerus makanan ke oesophagus. Otot-otot yang menempel pada
faring berkembang dengan baik, hal ini sesuai dengan perannya yang mendorong
makanan dari mulut ke oesophagus . Pada serangga dengan tipe menusuk dan
mengisap pada faring terdapat pompa faringeal yang dipakai untuk mengambil
cairan.
• Oesophagus adalah bagian usus depan yang tidak berdiferensiasi yang berfungsi
mendorong makanan dari faring ke tembolok.
• Tembolok merupakan pembesaran usus bagian depan yang berfungsi sebagai
penyimpan makanan. Seringkali bila tembolok kosong akan melipat secara
longitudinal dan tranversal tetapi pada Periplanata (Dictyoptera) tembolok hanya
mengalami perubahan kecil pada volumenya karena apabila tembolok tidak berisi
makanan, tembolok tersebut diisi oleh udara.
• Pada umumnya sekresi dan penyerapan tidak terjadi di dalam tembolok, tetapi
kadang kala terjadi secara enzimatik. Enzim didapat dari makanaan yang
tercampur air liur yang bergerak ke belakang menuju tembolok serta enzim dari
mesenteron yang dimuntahkan dari usus tengah. Walaupun proventrikulus
bertindak sebagai klep yang membatasi gerakan-gerakan makanan ke belakang
tetapi tidak menghalangi muntahan cairan.

17
• Proventrikulus, bagian ini mengalami modifikasi yang beraneka ragam pada
berbagai serangga. Pada serangga pemakan bahan padat, proventrikulus berfungsi
sebagai pemecah makanan, sedangkan pada serangga pemakan cairan
proventrikulus termodifikasi menjadi katup. Pada lipas dan jangkrik, intima di
daalm proventrikulus berkembang menjadi enam keping otot yang keras atau geligi
yang berfungsi untuk memecah makanan. Proventrikulus secara keseluruhan
mengontrol jalannya makanan dari stomadeum ke mesenteron.

2) Saluran Pencernaan Tengah


Saluran pencernaan bagian tengah berfungsi sebagai pencerna dan penyerap
makanan. Saluran ini berasal dari mesodermal sehingga saluran ini tidak memiliki
kutikula dan sebagai gantinya adalah lapisan peritropik yang halus. Otot-otot pada
saluran ini berkembang. Menurut chapman (1982) saluran pencernaan ini disususn
oleh :
- Otot longitudinal
- Otot melingkar
- Sel-sel epityelium yang berbentuk kolumnar
- Sel-sel regeneratif (penghasil enzim)
- Membran peritropik

Pergerakan makanan ke saluran belakang pada saluran ini lebih disebabkan oleh
membran peritropik. Membran peritropik adalah suatu lapisan yang meliputi lumen
untuk melindungi sel-sel kolumnar yang berada di bawahnya dari makanan dan
mikroba. Membran peritropik terdiri atas khitin dan protein. Ada dua pendapat
mengenai terjadinya membran tersebut, pendapat pertama mengatakan bahwa lapisan
dihasilkan oleh bagian depan saluran pencernaan tengah, sedangkan pendapat kedua
mengatakan bahwa lapisan dihasilkan oleh sel-sel kolumnar sendiri. Lumen memiliki
mikropili yang merupakan tonjolan-tonjolan pada sel yang dapat membentuk started
border. Mikropili ini juga berfungsi memperbesar luas permukaan penyerapan. Pada
sel-sel ini terdapat banyak mitokondria sebagai penghasil energi (ATP) untuk
pergerakan makanan. Pada sel ini juga terdapat banyak retikulum endoplasma sebagai

18
tempat sintesis protein untuk menghasilkan enzim-enzim pencernaan (Batubara,
1999)..
Pada sel epitelium yang kolumnar ditemukan sel Goblet. Pada selaput dasar
memiliki banayak lekukan-lekukan dan disana banyak terdapat mitokondria yang
panjang-panjang sehingga hal tersebut menjadi pembeda dengan sel-sel lain.
Saluran pencernaan tengah terdiri dari grastrik kaekum dan ventrikulus, tempat
terjadinya pencernaan secara enzimatis dan absorbsi nutrisi (Batubara, 1999)..
3) Saluran Pencernaan Belakang
Saluran pencernaan belakang berfungsi sebagai tempat pengeluaran sisa-sisa
makanan yang tidak terserap dan memaksimalisasi penyerapan sisa makanan yang
tidak terserap pada saat di mesenteron. Saluran pencernaan belakang ini berasal dari
jaringan ektodermal sehingga saluran ini memiliki kutikula yang disebut intima. Pada
saluran inilah sifat hemoestasis serangga terdapat. Saluran pencernaan belakang
menurut Snogras (1935) tersusun dari :
- Otot melingkar
- Otot longitudinal
- Sel-sel epitel tipis yang berbentuk kubus
- Intima yang bersifat permiabel
Otot-otot pada saluran ini lebih berkembang sehingga dapat menyebabkan sisa
makanan dapat bergerak ke belakang dan keluar melalui anus. Saluran pencernaan
belakang ini terdiri dari :
• Pilorus, bagian depan dari saluran ini tempat berpangkalnya tabung malphigi
• Illeum, berfungsi sebagai penyerapan air dari hemolimf atau juga penyerapan
amonia pada serangga “blowfly”. Pada rayap di illeum ini terdapat kantung-kantung
tempat organisme lain bersimbiosis (Chapman, 1982)
• Rektum, berfungsi sebagai reabsorbsi air, asam amino dan pada serangga tertentu
memiliki insang trakea. Pada rektum ini terjadi diferensiasi sel-sel, ada yang
memanjang dan ada yang membentuk bantalan
• Anus, bagian ujung saluran sebagai tempat keluarnya faeses

19
Terdapat beberapa jenis kelenjer yang dapat beradsosiasi dengan sistem pencernaan
diantaranya adalah kelenjer mandibel, kelenjar maksila, kelenjar faring dan kelenjar
labium.
A. Pencernaan dan Penyerapan
1. Pencernaan
Pencernaan adalah pemecahan molekul-molekul besar dan komplek (makro
molekul) menjadi molekul-molekul kecil dan sederhana (mikro molekul) yang dapat
melewati seluruh jaringan tubuh. Enzim-enzim yang berkzitzn dengan pencernaan ada
di dalam air liur dan dalam sekresi usus bagian tengah. Kecuali itu pencernaan
dipermudah oleh mikroorganisme. Terdapat dua jenis pencernaan yaitu (Batubara,
1999). :
a) Pencernaan Di Luar Saluran Usus (Ekstrainstestinal Digestion)
Jenis pencernaan dimana makanan sebelum masuk ke dalam perut terlebih dahulu
telah mendapat perlakuan pencernaan sebelumnya. Karena iar liur mengandung
enzim, seringkali pencernaan dimulai sebelum makanan ditelan. Hal ini terjadi pada
serangga-seranggga pengisap cairan. Enzim disemprotkan pada makanan sehingga
larut sebelum ditelan.
b) Pencernaan Di Bagian Dalam Usus (Intrainstestinal Digestion)
Jenis pencernaan ini kebanyakan dilakukan oleh mahluk hidup dimana pencernaan
terjadi didalam perut setelah makanan dimakan. Saluran pencernaan berperan
terutama untuk pencernaan dan penyerapan makanan. Pada umumnya pencernaan
terjadi sebagian besar di dalam usus bagian tengah, dimana enzim-enzim pencernan
bayak diproduksi. Enzim-enzim ini berfungsi memecahkan subtansi yang komplek
di dalam makanan menjadi subtansi yang lebih sederhana sehingga dapat diserap
dan kemudian diasimilasi oleh serangga. Kebanyakan karbohidrat diperoleh
menjadi monosakarida. Kebanyakan serangga tidak memiliki enzim yang dapat
memecahkan selulosa yang biasanya terdapat didalam makanan serangga. Dalam
proses pencernaan dan penyerapan makanan ini, untuk melaksanakan tugas enzim
secara optimal dipengaruhi oleh kisaran pH dan Suhu
2. Penyerapan

20
Kebanyakan pencernaan terjadi di dalam usus tengah tempat dimana enzim
disekresikan, tetapi karena cairan-cairan usus bagian tengah dimuntahkan kembali,
sejumlah pencernaan dapat terjadi juga di tembolok. Enzim yang berkaitan dengan
pencernaan terdapat dalam air liur dan sekresi usus bagian tengah. Enzim yang terdapat
di bagian usus tengah disesuaikan dengan makanan. Bila suatu serangga utamanya
memakn protein maka protease menjadi penting, sedangkan serangga yang makan
madu tidak terdapat protease. Serangga yang memakan bagian ploem yang tidak
mengandung polisakarida atau protein tidak terdapat amilase dan protease, tetapi
invertase (Batubara, 1999)..
Produk pencernaan diserap di dalam usus tengah dan sedikit pada usus bagian
belakang. Terdapat sejumlah penyerapan kembalui dari air seni pada usus bagian
belakangini. Sel-sel yang berhubungan dengan penyerapan mirip dengan sel-sel yang
menghasilkan enzim. Tidak terjadi fagositas terhadap partikel makanan, semua
subtansi diserap dalam bentuk cairan (Batubara, 1999)..
Proses penyerapan dapat terjadi akibat proses yang aktif dan pasif terutama
tergantung pada konsentrasi relatif subtansi di dalam dan di luar usus, difusi terjadi dari
konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah. Pergerakan air yang pasif yang
mencakup pergerakan dari larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang rendah ke
tekanan osmisis yang tinggi. Pergerakan aktif tergantung dari beberapa proses
metabolik untuk pergerakan subtansi terhadap konsentrasi (Batubara, 1999)..

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem pencernaan invertebrata merupakan sistem pencernaan yang paling sederhana.
Kebanyakan invertebrata menggunakan pencernaan ekstraseluler; Namun, ada beberapa
filum yang dapat menggunakan kedua pencernaan intraseluler dan ekstraseluler. sistem
pencernaan protozoa, cacing tanah, dan insekta umumnya pencernaannya masih belum
sempurna dan terjadi secara intrasel. Cara makan dan jenis makanan hewan sangat
bervariasi, tergantung pada susunan alat yang dimiliki serta kemampuannya untuk
mempersiapkan makanan agar dapat diserap. Pada protozoa proses pencernaan makanan
terjadi pada vakuola makanan Alat pencernaan pada Coelenterata berupa gastrovaskuler,
yaitu ruang yang berfungsi untuk proses pencernaan sekaligus untuk sirkulasi. Sistem
pencernaan porifera merupakan sistem pencernaan intaseluler. Sistem pencernaan cacing
pipih disebut sistem gastrovaskuler. Sistem pencernaan Mollusca, Annelida,
Echinodermata dan Arthropoda merupakan sistem pencernaan yang lengkap. Dalam
rongga gastrovaskular hanya terdiri dari satu lubang yang berfungsi sebagai mulut untuk
mengambil makanan dan anus untuk sebagai alat ekskresi. Rongga gastrovaskular
memiliki sel-sel lapisan itu yang mengeluarkan enzim pencernaan untuk memecah partikel
makanan melalui proses yang disebut pencernaan intraseluler.

B. Saran
Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, sejatinya kesalahan ini
berasal dari kami. Maka, saya memohon koreksi apabila terdapat kesalahan dalam
penyusunan makalah ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Alvyanto. 2010. Filum Annelida. Semarang : Sahabat Tiga.

Batubara, R. 1999. Anatomi dan Aktivitas Enzim Selulase Dalam Saluran Pencernaan Rayap
Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren dan Macrotermes gilvus Hagen. Bogor.
Borror, D. J, C. A Triplehorn and N. F Johnson. 1982. An Introduction to the Study of Insecs. Sixth
Edition. Saunders Collage Publishing. Advision of Holt. rinehart and Winston, Inc.
Brown Walker Press. ISBN 978-1-59942-498-9. Hal. 37-41.
Cambell, dkk. 2015. Biologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga,.

Campbell, Neil A, Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.

Chapman, R. F. 1982. The Insect : Structur and Function. Third Edition. Harvard University press.
Cambriidge, Masschusett.
Harris, Victor, W. 1971. Termites : Their Recognition and Control. Second Edition. Longman.
Bristol, Inggris.
Isnaeni, Wiwi. 2016. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : PT Kanisius.

Jalaluddin., dan Ardeslan. 2017. Identifikasi dan Klasifikasi Philum Echinodermata di Perairan
Lautan Desa Sembilan kecamatan Simeulue barat kabupaten Simeulue. Jurnal Biology
Education. 6 (1) : 81-97.

Kastawi, Yusuf, dkk. 2001. Zoology Avertebrata. Universitas malang-Press.

Kastawi, Y. dkk. 2003. Common Text Book, Zoologi Avertebrata. Malang: JICA dan FMIPA
Universitas Negeri Malang.
Lumowa, Sonja V. T. 2014. Zoologi Invertebrata. Yogyakarta: Kepel press.
Purnamasari, Risa dan Dwi Rukma Santi. 2017. Fisiologi Hewan. Surabaya : Program Studi
Arsitektur UIN Sunan Ampel.

Raffiudin, R. 1991. Populasi Flagellata Dalam Usus Rayap Coptotermes Curvignathus Holmgren
Dengan Pemberian Tiga Jenis Pakan. Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam IPB. Bogor.

23
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. Jakarta : Alfabeta

Snodgrass, R. E. 1956. Anatomy of Honey bee. Constable, London.

Suwignyo, sugiarti. 2005. Avertebrata Air. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wojciech Pisula (2009). Curiosity and Information Seeking in Animal and Human Behavior.

24

Anda mungkin juga menyukai