Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN MINI RISET

PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

STRUKTUR ORGAN PENCERNAAN PADA BERBAGAI TINGKATAN


KLASIS HEWAN

OLEH :

NUR PUTRI ALIYAH


NIM. 4171141032
PENDIDIKAN BIOLOGI D 2017

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa, atas kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas Mini Riset dengan judul “ Struktur Organ Pencernaan pada
Berbagai Tingakatan Klasis. Tak lupa shalawat dan salam kita junjungkan untuk Nabi besar
kita Muhammad SAW. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan-Nya. Saya berterima
kasih kepada Asisten-Asisten Laboratorium telah memberikan ilmu-ilmu sehingga saya
mendapatkan apa yang tidak saya ketahui menjadi tahu. Mini Riset ini bertujuan untuk
memenuhi tugas Praktikum Struktur Hewan. Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam
penulisan Mini Riset ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran
dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi
kita semua.

Medan, 18 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR iv

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1 LATAR BELAKANG 1


1.2 RUMUSAN MASALAH 1
1.3 TUJUAN 1
1.4 MANFAAT 2

BAB II. TINJAUAN TEORITIS 3

A. SISTEM PENCERNAAN PADA PISCES 3


B. SISTEM PENCERNAAN PADA AMPHIBI 4
C. SISTEM PENCERNAAN PADA REPTIL 6
D. SISTEM PENCERNAAN PADA AVES 8
E. SISTEM PENCERNAAN PADA MAMALIA 12

BAB III. METODE PENELITIAN 15

3.1 Waktu dan Tempat 15


3.2 Alat dan Bahan 15
3.3 Prosedur kerja 15

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 17

A. Pembahasan Sistem Pencernaan Pada Pisces (Cyprinus Carpio) 17


B. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Amphibi ( Rana sp atau Bufo sp ) 17
C. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Reptil (Mabouya multifasciata atau Calotes sp )
18
D. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Aves (Columba livia atau Gallus-gallus sp ) 18
E. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Mamalia (Cavia cobaya ) 18

BAB V. PENUTUP 20

5.1 SIMPULAN 20

ii
5.2 SARAN 20

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN-LAMPIRAN 22

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi pencernaa pisces 3

Gambar 2. Mulut katak pada saat terbuka 5

Gambar 3. Anatomi pada katak 5

Gambar 4. Sistem pencernaan makanan pada kadal 6

Gambar 5 . Makrofotografi Situs vuscerum (tampak ventral) (A) dan anatomi saluran
pencernaan biawak air 8

Gambar 6. Organ penyusun sistem pencernaan pada merpati 9

Gambar 7. Kelenjar mukosa tembolok. (A) ayam kampung, (B) bebek, (C) merpati, (km)
kelenjar mukosa tembolok 12

Gambar 8. Kelenjar mukosa tembolok. (A) ayam kampung, (B) bebek (C) merpati. 12

Gambar 9. Kelenjar mukosa tembolok. (A) ayam kampung, (B) bebek, (ekb) epitel kuboid
bertingkat 12

Gambar 10. -organ penyusun sistem pencernaan pada marmut 14

iv
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perbedaan mendasar struktur organ pencernaan pada hewan berbagai tingkatan
kelas yaitu pada saluran pencernaan pada ikan dimulai dari mulut (cavum oris). Di dalam
rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah
dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakkan serta banyak menghasilkan
lender, tetapi tidak menghasilkan air ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk
ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk
kerucut, pendek, terdapat dibelakang insang dan bila tidak dilalui makanan lumennya
menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada
umunya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Dari lambung makanan masuk ke
usus melalui pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya, usus bermuara di anus.
Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hamper sama dengan ikan, meliputi
saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan salah satu binatang amphibi adalah katak
makanan katak berupa hewan-hewan kecil (serangga). Saluran pencernaan katak
dimulai dari rongga mulut, terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa
dan lidah menangkap mangsa, kemudian ke esophagus yang berupa saluran pendek,
kemudian menuju ke lambung yang berbentuk kantung bila terisi makanan menjadi
lebar, menuju usus usus dapat dibedakan usus halus dan tebal, Usus tebal berakhir
pada rektum dan menuju kloaka.
Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama
makanan. Kemudian makanan menuju usus yang terdiri dari usus halus dan usus tebal
yang bermuara pada kloaka. Tidak berbeda dengan hewan sebelumnya, letak perbedaan
hanya pada struktur giginya, pada kelinci makanan di kunyah kemudian masuk ke dalam
mulut, kemudian menuju kerongkongan dari kerongkongan makanan menuju lambung,
pada lambung proses fermentasi atau pembusukanan makanan dilakukan oleh bakteri
terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Kemudian menuju ke usus dan
bermuara pada anus.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana perbedaan mendasar struktur organ pencernaan pada berbagai tingkatan
klasis hewan?
1.3 TUJUAN PRAKTIKUM

1
“Untuk mengetahui perbedaan mendasar struktur organ pencernaan pada berbagai
tingkatan klasis hewan”
1.4 MANFAAT
 Bagi Penulis
1. Memenuhi Tugas Mini Riset Praktikum Struktur Hewan
2. Melatih kemampuan penulis dalam meneliti sistem pencernaan dari kelas Pisces,
Amphibi, Reptil, Aves, dan Mamalia
3. Menumbuhkan pola fikir yang kreatif tentang sistem pencernaan dari kelas Pisces,
Amphibi, Reptil, Aves, dan Mamalia
4. Menambah wawasan mengenai anatomi sistem pencernaan pada hewan vertebrata
 Bagi Pembaca
Menambah wawasan mengenai anatomi sistem pencernaan pada hewan vertebrata

2
BAB II. TINJAUAN TEORITIS

A. SISTEM PENCERNAAN PADA PISCES


Sistem pencernaan pada Cyprinus carpio, sebagaimana ikan pada umumnya,
terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan pada ikan
dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Pada rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang
berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat
digerakkan. Lidah ikan banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah
(enzim). Dari rongga mulut, makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat
di daerah sekitar insang kemudian makanan di dorong masuk ke lambung. Lambung ikan
pada umumnya membesar dan tidak memiliki batas yang jelas dengan usus. Dari
lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama
besarnya. Usus bermuara pada anus.

Gambar 1. Anatomi pencernaa pisces

Kelenjar pencernaan berguna untuk menghasilkan enzim pencernaan yang


nantinya akan bertugas membantu proses penghancuran makanan. Enzim pencernaan
yang dihasilkan oleh ikan buas juga berbeda dengan ikan vegetaris. Ikan buas pada
umumnya menghasilkan enzim-enzim pemecah protein, sedangkan ikan vegetaris
menghasilkan enzim-enzim pemecah karbohidrat. Kelenjar pencernaan terdiri dari hati
dan pankreas. Disamping itu, saluran pencernaannya (lambung dan usus) juga berfungsi
sebagai kelenjar pencernaan. Hati merupakan organ penting yang mensekresikan bahan
untuk proses pencernaan. Organ ini umumnya merupakan suatu kelenjar yang kompak,
be rwarna merah kecokelatan. Posisi hati terletak pada rongga tubuh bagian bawah, di
belakang jantung dan disekitar usus depan. Di sekitar hati terdapat organ berbentuk
kantong kecil, bulat, oval atau memanjang dan berwarna hijau kebiruan, organ ini

3
dinamakan kantung empedu yang fungsinya untuk menampung cairan empedu yang
disekresikan oleh organ hati. Secara umum hati berfungsi sebagi tempat metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein serta tempat memproduksi cairan empedu.

Pankreas merupakan organ yang mensekresikan bahan (enzim) yang berperan


dalam proses pencernaan. Pankreas ada yang berbentuk kompak dan ada yang diffus
(menyebar) di antara sel hati. Letak penkreas berdekatan dengan usus depan sebab
saluran pankreatik bermuara ke usus depan. Saluran pankreatik yaitu saluran-saluran
kecil yang bergabung satu sama lain dan pada akhirnya akan terbentuk saluran yang
keluar dari pankreas menuju usus depan. Sebuah sumber penting dari enzim pencernaan
pankreas. Organ ini berdekatan dengan lambung dan dapat sebagai organ diskrit atau
difusi. tergantung pada spesies. Enzim diproduksi oleh pankreas hanya di hadapan
makanan dan terlibat dalam pemecahan semua nutrisi. Baik hati dan kantung empedu
memainkan peran penting dalam pencernaan. Hati baik asimilasi produk-produk dari
pencernaan ke dalam bentuk yang dapat digunakan dan membantu proses pencernaan
melalui produksi empedu yang disimpan dalam kantung empedu.

(Syarifuddin, 2006)

B. SISTEM PENCERNAAN PADA AMPHIBI


Sistem pencernaan pada Rana cancrifora, yaitu Rongga mulut pada katak sawah
apabila dikuakkan akan tampak bagian-bagian pada gambar 2. Lidah katak berlekuk atau
bercabang di ujungnya dan berpangkal di ujung rahang bawah. Lidah katak sawah dalam
kondisi biasa dan tidak sedang digunakan dilipat ke arah proksimal. Rahang atas bergigi,
dan terdapat pula gigi kerucut (gigi vomer, yang akan terasa bergerigi jika diraba dengan
ujung jari), yang digunakan unruk mencengkeram mangsa sedangkan rahang bawah tidak
bergerigi.. Ujung rongga mulut di arah posterior disebut farink, dan pada farink tersebut
terdapat lubang esophagus sebagai jalan untuk memasukkan makanan ke dalam
esophagus yang pendek menuju ke lambung.

4
Gambar 2. Mulut katak pada saat terbuka

Lambung katak sawah berdinding tebal, berwarna putih,


putih, terletak di rongga perut
sebelah kiri. Pilorus merupakan daerah penyempitan di ujung kaudal lambung. Pilorus
ini dapat melebar ataupun menyempit sesuai dengan keadaan asam-basa
asam basa dari cairan yang
terdapat dalam lambung, serta adanya perbedaan tekanan antara
antara lambung dan usus. Usus
halus katak sawah walaupun dapat dibedakan menjadi duodenum (usus duabelas jari),
yeyenum, dan ileum, akan tetapi batas pasti antara ketiganya sulit dikenali. Rektum atau
usus besar merupakan muara dari ileum, dan berakhir sebagai
sebagai kloaka.

Gambar 3. Anatomi pada katak

5
Hati yang menghasilkan cairan empedu, dan cairan ini dialirkan lewat saluran
hepatikus ditampung di kandung empedu. Cairan empedu keluar dari kandung empedu
lewat saluran sistikus dan saluran koledokus yang bermuara pada duodenum. Letak
pankreas meliputi (menutupi) saluran koledokus, mempunyai saluran pelepasan yang
disebut saluran pankreatikus,
pankreatikus, dan saluran ini bermuara pada saluran koledokus. Enzim-
Enzim
enzim yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas adalah lipase,
lipase, amilase, dan enterokinase.
Limpa tidak termasuk dalam sistem pencernaan, berbentuk bulat kecil, berwarna merah,
terletak di dekat rektum, dan terikat oleh mesenterium (jaringan penggantung usus).

(Syarifuddin,2006)

C. SISTEM PENCERNAAN PADA REPTIL


Sistem pencernaan pada kadal tersusun oleh saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Saluran pencernaan dibangun oleh rongga mulut dimulai
dimulai dari celah mulut,
yang disokong oleh rahang atas dan rahang bawah dan pada masing-masing
masing rahang
terdapat deretan gigi berbentuk kerucut seperti pada gambar 4.

Gambar 4. Sistem pencernaan makanan pada kadal

Bagian saluran pencernaan kadal yang lain adalah usus halus yang pendek tidak
terlalu berbelit-belit,
belit, dan usus besar yang berfungsi sebagai rektum yang bermuara pada
kloaka. Usus buntu pada kadal sangat pendek terletak di antara batas usus halus dan usus

6
besar. Kelenjar pencernaan terdiri atas hati dan pankreas. Hati kadal terdiri atas dua
belahan (gelambir = lobus) kanan dan kiri berwarna coklat kemerahan, sedangkan
pankreas terletak di antara lambung dan duodenum berbentuk pipih kekuningan.
Kandung empedu merupakan tempat untuk menampung empedu yang dihasilkan oleh
hati, terletak di antara kedua belah hati. Saluran empedu bermuara pada usus halus
bagian anterior. Limpa terletak di dekat pankreas, merupakan organ hemopoietik (organ
pembuat sel darah) dan juga merombak sel-sel darah yang sudah tua atau rusak,
berbentuk oval atau bulat.

(Kurniawan, 2011)

Saluran pencernaan biawak air sebagian besar terdapat dalam rongga perut
(abdomen), kecuali kerongkongan (esofagus). Saluran pencernaan tersebut ditutupi
oleh jaringan yang tebal, terletak langsung di bawah otot dinding perut. Situs
viscerum organ reproduksi jantan hewan ini terlihat jelas setelah jaringan lemak
tersebut keluar dari rongga perut. Saluran pencernaan biawak air secara umum
mirip dengan reptil lainnya, yaitu terdiri atas esofagus, lambung (ventriculus), usus
halus (intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum) dan kloaka. Ukuran
masing-masing organ berbeda berdasarkan struktur dan fungsinya. Esofagus biawak
air merupakan saluran pencernaan terpanjang ketiga setelah usus halus dan usus
besar, yang mengubungkan daerah rongga mulut (cavum oris) dengan lambung dan
sebagai jalan masuknya makan menuju lambung. Esofagus berjalan di sepanjang
dorsamedial trachea (tenggorokan) sedikit menurun ke arah distal, kemudian
menembus diafragma dan berakhir di lambung. Lambung terletak di bagian kranial
ruang abdomen sebelah kiri tepat di sebelah kiri organ hati (hepar). Lambung biawak
air merupakan tipe lambung tunggal yang memiliki struktur mirip usus . Perbedaan
keduanya dapat dilihat dari diameter organ. Diameter lambung lebih besar
dibandingkan diameter usus halus. Hal ini dikarenakan salah satu fungsi lambung
sebagai tempat penampungan sementara makanan sebelum diserap di usus halus.

7
Gambar 5 . Makrofotografi Situs vuscerum (tampak ventral) (A) dan anatomi
saluran pencernaan biawak air

Usus halus merupakan saluran lanjutan dari lambung dan merupakan saluran
pencernaan terpanjang pada biawak air. Karena ukurannya yang relatif panjang,
menyebabkan saluran ini berkelok-kelok di ruang abdomen tepatnya di daerah
posterior hati. Usus halus terdiri atas duodenum, yeyunum dan ileum, namun cukup
sulit membedakan ketiga saluran ini. Ilium merupakan saluran yang langsung
berbatasan dengan usus besar. Usus besar merupakan saluran pencernaan yang
menghubungkan usus halus dan kloaka. Usus besar biawak air tidak berkelok-kelok
seperti usus halus, saluran ini memanjang secara lateromedial ruang abdomen
menuju kloaka dan di antara ginjal kanan dan ginjal kiri. Panjang usus besar lebih
pendek dari usus halus, sedangkan diameter usus besar lebih besar dari usus halus.
Namun secara makroskopis sulit memastikan batas antara kedua organ tersebut.
Kloaka merupakan muara dari saluran pencernaan dan feses serta urin dikelu
arkan dari saluran ini. Panjang kloaka relatif sangat pendek dan cukup sulit
membatasi usus besar dan kloaka. Ujung kloaka biawak air terdapat di pangkal ekor,
yaitu di antara lubang ereksi hemipenis.

(Mahfud dan Ihwan,2016)

D. SISTEM PENCERNAAN PADA AVES

8
Gambar 6. Organ penyusun sistem pencernaan pada merpati

Sistem pencernaan pada burung merpati (Columba livia), yaitu Mulut pada merpati
mempunyai paruh yang dibangun dari zat tanduk. Esofagus bagian anterior berbentuk
saluran memanjang, sedangkan di bagian pangkal leher melebar membentuk kantong
yang disebut tembolok (ingluvies). Baik untuk merpati jantan maupun betina, dinding
tembolok sebelah dalam bersifat sebagai kelenjar, dan epitel pembangunnya dapat
berdegenerasi. Esofagus posterior merupakan kelanjutan dari tembolok dan bermuara
pada lambung.Lambung pada merpati terdiri atas dua bagian yaitu lambung kelenjar
(proventrikulus) dan lambung otot. Lambung kelenjar pada dinding sebelah dalam
banyak mengandung kelenjar yang menghasilkan enzim-enzim pencernaan. Lambung
otot berdinding tebal tersusun oleh jaringan otot yang kuat berfungsi untuk mencerna
makanan secara mekanis. Pilorus merupakan daerah penyempitan antara lambung otot
dan duodenum (usus duabelas jari) yang tampak membentuk huruf U, kemudian
berlanjut ke yeyenum, dan ileum. Akhir dari ileum, saluran pencernaan ini berbatasan
langsung dengan rektum, terdapat dua buah tonjolan bulat kecil yaitu usus buntu
(sekum=caecum) yang tidak baik pertumbuhannya. Rektum sebagai bagian akhir dari
usus yang bermuara pada bagian kloaka. Kelenjar pencernaan pada merpati terdiri atas
hati dan pankreas. Hati pada merpati ukurannya relatif besar, padat, berwana merah tua,
dan terdiri atas dua belahan yang tidak sama besarnya. Belahan hati sebelah kanan

9
ukurannya lebih besar daripada yang kiri. Merpati tidak memiliki kandung empedu, oleh
karena itu empedu yang dihasilkan oleh hati langsung dialirkan melalui dua buah saluran
yang masing-masing bermuara pada duodenum bagian anterior dan posterior. Kelenjar
yang lain adalah pankreas terletak pada lekukan duodenum, berwarna kemerahan,
menghasilkan enzim-enzim pencernaan yang disalurkan melewati tiga buah saluran
pankreatikus ke duodenum bagian posterior.

(Wisnu, 2001)

Sistem pencernaan pada unggas sangat sederhana dan merupakan hewan monogastrik
(berlambung tunggal). Sistem pencernan unggas terbagi menjadi dua bagian, yaitu
saluran cerna utama yang terdiri atas mulut (paruh), esofagus, tembolok (ingluvies),
proventrikulus, ventrikulus, usus halus, sekum, usus besar, dan kloaka serta kelenjar
pelengkap (asesoris) yaitu hati dan pankreas (Blakely dan Bade, 1998).

Tembolok merupakan pelebaran esofagus yang dilapisi oleh epithelium squamosa


berlapis.Kelenjar tembolok ditemukan di bagian yang berdekatan dengan
esofagus. Tembolok hanya terdapat pada bangsa burung yang makan biji-bijian, tidak
terdapat pada bangsa burung pemakan serangga (Nesheim etal., 1979). Fungsi
utama tembolok adalah untuk menerima dan menyimpan makanan sementara
sebelum masuk ke proventrikulus, terutama pada saat memakan makanan dalam jumlah
yang banyak.Pada bagian dinding tembolok terdapat banyak kelenjar yang
menghasilkan mukus, berfungsi sebagai cairan lubrikasi yang bersifat melunakkan
makanan (Nesheim et al., 1979).

Struktur tembolok pada unggas belum banyak diteliti, terutama tentang kelenjar
tembolok. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa lingkungan dan makanan
dapat memengaruhi anatomi dan fisiologi organ pencernaan unggas (Bell dan Freeman,
1971). Lebih lanjut Sturkie (1965) menyatakan bahwa suhu dan musim ikut
memengaruhi perkembangan anatomi dan fisiologi pencernaan unggas. Koch (1973)
melaporkan pertumbuhan tembolok lebih cepat terjadi pada unggas pemakan hijauan
segar. Perbedaan jumlah dan bentuk kelenjar mukosa tembolok dari ketiga jenis
unggas yang diteliti. Jumlah kelenjar mukosa tembolok ayam kampung lebih banyak
dibandingkan bebek, sedangkan merpati tidak dijumpai kelenjar mukosa tembolok.
kelenjar mukosa tembolok ayam kampung lebih banyak karena membutuhkan mukus
yang lebih banyak pula untuk proses pelunakan makanan di dalamnya, sedangkan bebek

10
lebih menyukai makanan yang berair, sehingga kelenjar mukosa tembolok bebek tidak
berkembang banyak di dalamnya. Hal ini sesuai dengan laporan Sturkie (1965) yang
menyatakan bahwa konsistensi makanan juga ikut berpengaruh terhadap sekresi dari
kelenjar tembolok. Kelenjar mukosa tembolok ayam kampung berbentuk bulat,
sedangkan bebek berbentuk lonjong. Rasyaf (1998) melaporkan jenis makanan
berpengaruh terhadap bentuk tembolok.Tembolok ayam kampung dindingnya keras, kuat,
dan tebal, untuk melindunginya dari pengaruh iritasi makanan yang kasar, sedangkan
bebek tipis karena lebih banyak menyerap air. Kelenjar mukosa tembolok pada ayam
kampung maupun bebek tersebar di lamina propia, sedangkan pada merpati tidak dijumpai
kelenjar mukosa tembolok. Menurut (Blakely dan Bade,1998) kelenjar mukosa
tembolok pada merpati berkembang setelah terjadi perkawinan, yaitu pada saat merpati
mengerami telurnya, baik pada jantan maupun betina. Kelenjar tersebut akan
menghasilkan susu tembolok yang akan diberikan kepada anaknya setelah menetas. Levi
(1945) melaporkan bahwa proses pembentukan susu tembolok sangat berhubungan dengan
masa pengeraman. Proses pembentukan susu tembolok terjadi kurang lebih delapan hari
saat induk mengerami telurnya. Mekanisme terbentuknya susu tembolok adalah adanya
respons dari sekresi hormon prolaktin yang timbul saat merpati mengeram (Yuwanta,
2004). Pada merpati tidak dijumpai kelenjar mukosa tembolok, makanan yang masuk ke
tembolok terjadi penghalusan (pelunakan) dengan bantuan batu-batu kecil yang ikut
termakan bersama biji-bijian. Kemudian penghalusan makanan selanjutnya terjadi pada
saat makanan melewati proventrikulus dengan bantuan enzim-enzim pencernaan. Di
tembolok merpati pencernaan juga terjadi secara enzimatik, enzim didapat dari makanan
yang tercampur air liur (Yuwanta, 2004). Tidak dijumpainya kelenjar mukosa tembolok
pada merpati pada penelitian ini diduga karena merpati yang diambil pada penelitian ini
belum bertelur, sehingga kelenjar tembolok juga belum berkembang. Kelenjar mukosa
tembolok ayam kampung maupun bebek terdiri atas epitel kuboid bertingkat (berbentuk
seperti kubus), nukleusnya bulat dan besar yang terletak di tengah (Gambar 3), yang
tersusun oleh sel-sel bersisi dan bersudut banyak (poligonal). Kelenjar berkembang dari
permukaan epitel dengan cara tumbuh ke dalam jaringan ikat di bawahnya (kelenjar
eksokrin), kelenjar tersebut yang berfungsi sebagai penghasil sekret yang berupa mukus.
Hasil sekresi sel ini disalurkan melalui suatu saluran yang mengantarkannya ke
permukaan.

11
Gambar 7. Kelenjar mukosa tembolok. (A) ayam kampung, (B) bebek, (C) merpati, (km)
kelenjar mukosa tembolok

Gambar 8. Kelenjar mukosa tembolok. (A) ayam kampung, (B) bebek (C) merpati.

Gambar 9. Kelenjar mukosa tembolok. (A) ayam kampung, (B) bebek, (ekb) epitel
kuboid bertingkat

(Zainuddin, 2015)

E. SISTEM PENCERNAAN PADA MAMALIA


Sistem pencernaan pada marmut (Cavia cobaya), Sistem pencernaan pada marmut
juga tersusun atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan
dimulai dari rongga mulut yang sudah dilengkapi dengan langit-langit sekunder sebagai
pemisah sempurna antara nasofarink dan rongga mulut. Langit-langit sekunder bagian
anterior dinamakan langit-langit keras, dan bagian posterior dinamakan langit-langit

12
lunak. Sepasang gigi seri masing-masing terdapat pada rahang atas dan rahang bawah.
Gigi seri ini tampak dari luar karena adanya celah pada bibir atas selalu tumbuh dan
digunakan untuk mengerat. Perilaku mengerat ini dilakukan setiap saat untuk
menghambat laju pertumbuhan gigi dimaksud oleh karena gigi ini tumbuh terus. Marmut
tidak memiliki gigi taring, sehingga antara gigi seri dan geraham pertama ada tempat
yang kosong disebut diastema. Gigi premolar sebanyak empat buah, korona nya
memiliki krista-krista dari bahan dasar email yang melintang dan tajam berguna untuk
mengunyah. Gigi molar pada marmut berjumlah 12 buah terletak di arah kaudal dari
premolar, korona nya berkrista juga berfungsi untuk mengunyah. Jadi jumlah gigi pada
marmut sebanyak 20 buah. Berdasarkan macam dan jumlah giginya, maka rumus gigi
dari marmut adalah:

M3 P1 C0 I1 : I1 C0 P1 M3

_____________________________

M3 P1 C0 I1 : I1 C0 P1 M3

Farink merupakan daerah persilangan antara saluran pernafasan dari nasofarink ke


trakea dengan saluran pencernaan dari rongga mulut ke esophagus. Kelenjar ludah
pada marmut tampak pada daerah leher. Kelenjar ludah ini terdiri atas depasang
kelenjar parotis letaknya di samping otot meseter melekat pada kulit. Setelah bahan
makanan melewati pilorus masuk ke duodenum. Duodenum merupakan bagian paling
anterior dari usus halus, kemudian diikuti oleh yeyenum dan ileum dimana penyerapan
sari-sari makanan terjadi. Secara morfologik batas antara ketiga bagian usus tersebut
tidak begitu jelas. Sekum (usus buntu) pada marmut mengalami perluasan dan
pemanjangan yang luar biasa, sehingga tampak mendominasi terhadap organ lain dari
saluran pencernaan.

13
Gambar 10. -organ penyusun sistem pencernaan pada marmut

Usus besar yang terdiri atas kolon dan rektum merupakan kelanjutan dari sekum
berdekatan dengan muara ileum pada sekum. Rektum (usus akhir) tampak merupakan
tempat untaian dari feses yang berbentuk butiran-butiran keras, dan saluran ini berakhir
sebagai anus. Kenyataan ini menunjukkan bahwa penyerapan air masih terjadi di lumen
rektum. Pankreas pada marmut adalah kelenjar yang enghasilkan enzim dan hormon,
berarti pankreas merupakan campuran antara kelenjar eksokrin yang menghasilkan
enzim, dengan kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon. Enzim yang dihasilkan
oleh pankreas berperan dalam pencernaan makanan secara enzimatis, disalurkan ke
lumen duodenum. Hati merupakan kelenjar pencernaan terbesar, dan fungsi utamanya
adalah menghasilkan getah empedu, tempat terjadinya sintesis protein, tempat
detoksifikasi, tempat deaminasi membentuk urea, dan sebagai tempat untuk
penyimpanan metabolit sekunder misalnya vitamin dan hormon. Kandung empedu
(vesica felea) merupakan tempat penyimpanan sementara getah empedu yang dihasilkan
oleh hati.

(Arhur, 2012)

14
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan setiap hari Jumat pukul 09.40 – 12.10 WIB. Praktikum ini
dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan.
3.2 Alat dan Bahan
a. Alat praktikum
No Alat Praktikum Jumlah
1. Gunting Bedah 4 buah
2. Pisau Bedah 4 buah
3. Tissu Secukupnya
4. Plastik Sampah Secukupnya
5. Botol Bius 2 buah
6. Kapas Secukupnya
7. Jarum pentul 1 gulungan
8. Bak parafin 2 buah

b. Bahan Praktikum
No Bahan Praktikum Jumlah
1. Wakil Vertebrata (Pisces) Cyprinus carpio
2. Wakil Vertebrata (Amphibi) Bufo sp atau Rana sp
3. Wakil Vertebrata (Reptilia) Mabouya multifasciata atau Calotes sp
4. Wakil Vertebrata (Aves) Columba livia atau Gallus-gallus sp
5. Wakil Vertebrata (Mamalia) Cavia cobaya atau Mus muscullus
6. Kloroform atau ether Secukupnya

3.3 Prosedur Kerja


1. Bius preparat terlebih dahulu dengan cara memasukkan dalam botol bius berisi kapas
yang telah ditetesi ether atau kloroform. Letakkan preparat diatas bak paraffin dalam
posisi terlentang. Fiksasikan keempat ektremitasnya menggunakan jarum pentul pada
bak parafin agar preparat berada pada posisi aman dan terikat.
2. Amatilah morfologi dari setiap preparat yang mau diamati yang menjadi ciri khas dari
masing-masing bahan tersebut.

15
3. Setelah diamati morfologi setiap preparat, kemudian amatilah anatomi dari ciri-ciri
khas preparat tersebut dengan cara mebedah abdomen dari setiap preparat.
4. Gunting bagian kulit perut perlahan-lahan dari arah ventrocranial, sehimgga tampak
bagian otot seluruhnya
5. Gunting sedikit di bagian perut, dimulai dari 0,5 cm di depan lubang anus. Masukkan
bagian ujung tumpul gunting kedalam lubang tadi, gunting otot perut ke arah cranial
hingga mencapai batas mandibula. Buka bagian muskuler yang telah digunting.
Amatilah seluruh rongga tubuh preparat tersebut.
6. Pengecualian jika pada kelas aves dan mamalia, basahi di bagian perut hingga ke
leher, agar pada waktu di cabut dan dibersihkan tidak bertebrangan. Cabut bulu di
daerah perut dan leher hingga tampak permukaan kulitnya.

16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Sistem Pencernaan Pada Pisces (Cyprinus Carpio)


Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut. Di dalam rongga mulut
terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada
dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak
menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui
faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek,
terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari
kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umumnya
membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat
tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan. Dari lambung,
makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya
bermuara pada anus. Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hati
merupakan kelenjar yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan, terletak di
bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus. Fungsi hati menghasilkan empedu
yang disimpan dalam kantung empedu untuk membantu proses pencernaan lemak.
Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauan terletak di sebelah kanan hati, dan
salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan
empedu. Fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan
hormon insulin
B. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Amphibi ( Rana sp atau Bufo sp )
Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hamper sama dengan ikan, meliputi saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan salah satu binatang amphibi adalah katak makanan
katak berupa hewan-hewan kecil (serangga). Saluran pencernaan katak dimulai dari
rongga mulut, terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah
menangkap mangsa, kemudian ke esophagus yang berupa saluran pendek, kemudian
menuju ke lambung yang berbentuk kantung bila terisi makanan menjadi lebar,
menuju usus usus dapat dibedakan usus halus dan tebal. Usus halus meliputi:
duodenum, jejunum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya. Kelenjar pencernaan
pada amphibi, terdiri atas hati dan pancreas. Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri
atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobus. Hati berfungsi mengeluarkan
empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan. Pankreas

17
berwarna kekuningan, melekat diantara lambung dan ususdua belas jari (duodenum).
Pancreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormone yang bermuara pada duodenum.
C. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Reptil (Mabouya multifasciata atau Calotes sp )
Terdiri dari sepasang ginjal, dari ginjal keluar ureter yang bermuara di kloaka. Pangkal
ureter terdapat vesica urinaria. Organ urogenital jantan terdiri atas sepasang testis,
epidermis, vas deferens, dan sepasang hemipenis. Hemipenis merupakan alat kopulasi
yaitu untuk memasukkan sperma dalam tubuh Kadal betina, sehingga kadal jantan
mengadakan fertilisasi internal. Organ pencernaan dimulai dari cavum oris kemudia
dilanjutkan dengan kerongkongan setelah makanan masuk ke kerobgkongan maka diolah
oleh ventriculus dan di lanjutkan ke intestinum tenue dan mengalami pembusukan di
intestinum crassum dan akan bermuara di kloaka.
D. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Aves (Columba livia atau Gallus-gallus sp )
Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Makanan bukung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan. Saluran
pencernaan burung dimulai dari paruh yang merupakan modifikasi gigi, rongga mulut
terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut dan tanduk.
Kemudian menuju faring berupa saluran pendek, esophagus pada burung terdapat
pelebaran pada bagian ini disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan
makanan yang dapat diisi dengan cepat. Kemudiang menuju ke lambung, lambung
terdiri atas proventrikulus (lambung kelenjar) banyak menghasilkan enzim
pencernaan, dinding ototnya tipis. Ventrikulus (lambung pengunyah), ototnya berdinding
tebal. Pada burung pemakan biji- bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama
makanan. Kemudian makanan menuju usus yang terdiri dari usus halus dan usus tebal
yang bermuara pada kloaka.
E. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Mamalia (Cavia cobaya )
Berdasarkan sifatnya gigi-gigi mamalia adalah heterodont, thecodont, dan diphyodont.
Dipandang dari cara menapakkan kakinya, mamalia ada yang bersifat plantigrad,
digitigrad, dan unguligrad. Mamalia juga memiliki diafragma yang memisahkan rongga
dada dari rongga perut. Sistem saraf pada mamalia, secara general memiliki tingkat
perkembangan yang lebih tinggi dari kelas lain. Serebrum berukuran lebih besar jika
dibandingkan keseluruhan bagian otak. Serebellum juga berukuran lebih besar dan
berlobus lateral 2 buah. Lobus optikus ada 4 buah, setiap bagian lateralnya dibagi oleh
alur transversal menjadi lobus anterior dan posterior. Otak (Encephalon) terdiri dari
beberapa bagian yang hampir sama dengan vertebrata yang lain, seperti prosencephalon,
18
lobus opticus, cerebellum dan medulla oblongata. Umumnya perkembangan cephalon
pada mamalia hampir sempurna terkecuali pada manusia yang memiliki struktur
sempurna pada otak
Sistem pencernaan terdiri dari kelenjar pencernaan dan organ pencernaan. Kelenjar
pencernaannya terdiri dari 4 pasang kelenjar ludah: paratiroid, infaorbital, submaksilari,
dan sublingual. Terdapat kantung empedu dengan saluran empedu dan saluran getah
pancreas yang bermuara dalam duodenum. Sekum (caecum) berdinding tipis, panjangnya
kira-kira 50 cm, mempunyai appendiks vermiformis (umbai cacing) yang bentuknya
seperti jari. Sedangkan organ pencernaannnya terdiri dari mulut, kerongkongan,
ventriculus, duodenum, ileum, rectum, dan anus
pada mencit makanan di kunyah kemudian masuk ke dalam mulut, kemudian menuju
kerongkongan dari kerongkongan makanan menuju lambung, pada lambung proses
fermentasi atau pembusukan makanan dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang
banyak mengandung bakteri. Kemudian meuju ke usus dan bermuara pada anus

19
BAB V PENUTUP

5.1 SIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat pada praktikum ini yaitu setiap kelas memiliki kita
bisa mengetahui perbedaan sistem pencernaan pada pisces, dimulai dari rongga mulut,
kemudian ke esopagus melalui faring, kemudian makanan di dorong ke lambung, masuk
ke usus dan bermuara pada anus. Sistem pencernaan pada amphibi, dimulai dari rongga
mulut, kemudian ke esopagus, menuju ke lambung dank usus bermuara di kloaka.
Kemudian sistem pencenaan pada aves, dimulai dari paruh kemudian rongga mulut,
kemudian faring, pada faring terdapat pelebaran pada bagain ini yang disebut tembolok,
kemudian ke lambung, usus dan bermuara pada kloaka. Dan terakhir sistem pencernaan
pada mamalia dalam sampel yaitu mencit makanan di kunyah kemudian masuk ke
dalam mulut, kemudian menuju kerongkongan dari kerongkongan makanan menuju
lambung, pada lambung proses fermentasi atau pembusukanan makanan dilakukan oleh
bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Kemudian menuju ke usus
dan bermuara pada anus.

5.2 SARAN

Adapun saran yang dapat saya berikan setelah melakukan praktikum ini adalah agar
praktikan memperhatikan betul bagian-bagian dari system pencernaan hewan yang
diamati.

20
DAFTAR PUSTAKA

Syarifuddin. 2006. Dasar-dasar histologi vertebrata. Jakarta: Erlangga

Kurniawan, aji. 2011. Bahan Ajar sistem pencernaan vertebrata. Jakarta: Exis

Wisnu, Putra. 2001. Histologi vertebrata: Aves. Bandung: PT Gramedia Pustaka Utama

Mahfud dan Ihwan,2016, Anatomi Saluran Pencernaan (Digesti) Biawak Air


(Varanus Salvator) (Reptil: Varanidae), Jurnal Veteriner, 16(2): 152-158

Zainuddin, dkk.2015. Gambaran Histologi Kelenjar Tembolok Ayam Kampung, Bebek,


Dan Merpati, Jurnal Medika Veterinaria, vol 9 (1):67-70

Arthur, dkk. 2012. Anatomi Sistem Pencernaan pada Marmut (Cavia


cobaya), jurnal veterinaria, vol (2): 1 : 1-6

21
LAMPIRAN LAMPIRAN

A. PISCES

B. AMPHIBI

22
C. REPTIL

23
D. AVES

E. MAMALIA

24
25

Anda mungkin juga menyukai