Anda di halaman 1dari 40

KEGIATAN 1

MIKROKLIMAT

a. Judul kegiatan: Mikroklimat


b. Tujuan kegiatan:
Melihat variasi faktor-faktor lingkungan secara vertikal dan horizontal pada daerah ternaung
dan terdedah, pada rentang waktu tertentu.
c. Alat dan Bahan
c.1 Alat
Sound level meter, komparator Griffin dan saku, tabung evaporimeter, Psychrometer,
botol semprot, Termometer tanah dan Anemometer
c.2 Bahan
Aquades dan kertas saring.
d. Cara Kerja
Lakukan pengukuran faktor-faktor lingkungan berdasarkan variasi ruang dan waktu
d.1. Pengukuran secara vertikal
d.1.1. Temperatur
Lakukan pengukuran temperatur udara pada ketinggian 1 m dan 2 m dengan
menggunakan komparator Griffin dan temperatur kering dari Psychrometer. Lakukan
pengukuran pada masing-masing ketinggian tersebut sebanyak satu kali. Lakukan
pengukuran kembali untuk tiap-tiap ketinggian setelah selang waktu 15 menit hingga didapat
6 kali pengukuran. Waktu pengukuran tidak boleh lebih dari 5 menit.
Lakukan pengukuran temperatur tanah dengan menggunakan termometer tanah dengan cara
yang sama. Catat hasil pengukuran dalam Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Temperatur tanah


No. Jam Suhu tanah Suhu 1 meter Suhu 2 meter

d.1.2. Kelembaban relatif udara

1
Lakukan pengukuran kelembaban relatif udara pada ketinggian 1 m dan 2 m dengan
menggunakan Psychrometer. Lalu catat hasilnya dalam Tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2 Kelembaban udara


No. Jam Kelembaban
1m 2m

d.2.1. Kelembaban relatif tanah


Lakukan pengukuran kelembaban relatif tanah dengan menggunakan komparator
saku. Catat hasilnya dalam Tabel 1.3 berikut:

Tabel 1.3 Kelembaban relatif tanah


Nilai pada
Jam komparator Komparator tanah

d.2.2. Intensitas cahaya dan kebisingan

Lakukan pengukuran intensitas cahaya dengan menggunakan komparator Griffin,


dalam satu interval lakukan pengukuran dengan menghadapkan probe ke empat arah mata
angin lalu anda rata-ratakan. Lakukan pengukuran kebisingan dengan Sound Level meter
pada empat arah mata angin. Catat hasilnya dalam Tabel 1.4 berikut:
Tabel 1.4 Intensitas cahaya dan kebisingan
No. Jam Cahaya Kebisingan
Rata-rata Utara Timur Selatan Barat

2
d.2.3. Kecepatan angin dan daya evaporasi
Lakukan pengukuran kecepatan angin dengan menggunakan anemometer. Lakukan
pengukuran laju evaporasi dengan menggunakan tabung Evaporimeter. Catatlah diameter
tabung dan luas kertas saring. Letakkan tabung pada ketinggian 0,5 m dan catat penurunan
jumlah air pada selang waktu yang telah ditentukan.(Tabel 1.5)

Tabel 1.5 Kecepatan angin dan evaporasi

No. Jam Angin Evaporasi


(dalam tabung)
Arah Kecepatan

d.2.4. Temperatur Max-Min


Pasanglah Termometer Max-Min pada masing-masing daerah, catat temperatur
maksimum dan minimum pada akhir percobaan

Catatan:
- Untuk daerah terdedah dan ternaung masing-masing satu anemometer
- Pengukuran dimulai dalam waktu yang bersamaan untuk semua kelompok, awal
pengukuran dihitung setelah 15 menit dari waktu yang pertama ditetapkan, dan lamanya
pengukuran tidak bopleh lebih dari 5 menit.
- Hasil pengamatan dibuat dalam bentuk grafik untuk menggambarkan adany variasi waktu
dan variasi ruang (Tabel 1.6)
Tabel 1.6. Temperatur
Lokasi:
Waktu:

3
Jam Maksimum Minimum

KEGIATAN 2

FAKTOR FISIKA KIMIA TANAH

a. Judul kegiatan : Faktor fisika-kimia tanah


b. Tujuan
- Memahami pentingnya peranan faktor fisika kimia tanah dalam suatu vegetasi
- Menguasai beberapa metode dalam pengukuran faktor-faktor fisika kimia tanah
- Melihat adanya variasi ruang baik secara vertikal maupun horizontal.

c. Alat dan Bahan

c.1. Lapangan
- Bor tanah, meteran, kompas Brunton/Hagameter/Hypsometer, termometer tanah,
komparator saku yang telah dikalibrasi, soil tester, pH-tester, kantung plastik kecil
c.2. Laboratorium

4
- Soil test-kit, pH meter elektronik, cawan krus, timbangan, gelas kimia, aquades,
aluminium foil, furnace muffle.
d. Cara Kerja

d.1. Lapangan

- Ukurlah panjang lereng dan kemiringannya dengan menggunakan kompas


Brunton/Hagameter/Hypsometer.
- Tentukan titik pengambilan sampel di puncak dan bawah lereng.
- Ukurlah suhu tanah, pH, dan kelembaban, serta amati warna tanah, kehadiran akar,
motling (bercak tanah), tektur tanah, dan kehadiran kerikil pada setiap lokasi (titik
pengamatan). Lakukan pengamatan pada dua kedalaman yang berbeda (5 cm dan 50 cm).
- Ambil sampel tanah secukupnya (lk 50 gr) dari setiap titik dan kedalaman untuk diperiksa
di laboratorium
- Amati kehadiran vegetasi di sepanjang lereng yang diamati, gambarkan sketsa permukaan
lereng dan vegetasinya.

d..2. Laboratorium
- Ukurlah kandungan mineral (N,P,K) setiap sampel tanah dengan menggunakan Soil-test
kit
- Ukurlah pH tanah dengan pH meter elektronik. Caranya yaitu dengan mencampur 10 gr
tanah dengan 25 ml aquades, kemudian diaduk. Lalu ukurlah ph-nya.
- Ukurlah kadar air tanah dengan cara pengeringan. Kadar air dapat dinyatakan sebagai
persentase berat basah dengan berat kering tanah. Caranya: timbang 20 gr tanah, lalu
keringkan dalam oven pada suhu 105ºC selama 2 jam
- Kadar air tanah (X) atau (U) dalam %:
X = berat basah – berat kering / berat basah x 100%
U = berat basah – berat kering / berat kering x 100%
- Hitung kadar organik tanah dengan cara membakar 5 gr tanah kering dalam “Fuenace
Muffle’ pada suhu 600ºC selama 3 jam.
Kadar organik tanah (Z) dalam %:
Z = berat kering – berat abu / berat kering x 100%

- Tentukan tekstur tanah dengan menggunakan saringan bertingkat.


Caranya adalah dengan menimbang sejumlah tanah kering, kemudian digerus pelan-
pelan agar meremah. Selanjutnya diayak dengan saringan bertingkat. Jumlah tanah yang

5
tertampung dalam setiap tingkatan saringan ditimbang kembali. Persentase terhadap berat
tanah keseluruhan merupakan tekstur tanah tersebut. Selanjutnya dapat dilihat tabel
klasifikasi tekstur dan segitiga kelas tekstur tanah dari USDA (U.S Departement of
Agriculture).
- Semua data yang diperoleh dari pengukuran faktor fisika kimia tanah dimasukkan ke
dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Sifat Fisika-Kimia Tanah
Karakteristik Sumber Tanah
Lap. atas Lap. bawah
Warna
Ketebalan
Kadar air:
Berat segar
Berat kering
Kadar air
Tekstur:
Berat segar
Berat kering
Kerikil
Pasir kasar
Pasir halus
Debu
Liat
Reaksi:
Kertas pH
Soil tester
pH meter
Kadar organik
Kadar mineral
Berat segar
Berat kering
Berat abu
Kadar hara: N
P

Catatan:

6
Gambar 2.1. Segitiga testur tanah

KEGIATAN 3
METODE KOLEKSI FAUNA TROPIKA

a. Judul Kegiatan : Metode koleksi fauna tropika


b. Tujuan : Mengenal anekaragam metode koleksi fauna tropika
c. Alat dan Bahan
Dalam melakukan kegiatan koleksi fauna tropika, sejumlah alat dan bahan akan
dibutuhkan. Alat dan bahan ini kemungkinan besar sebahagian telah kamu kenal sewaktu
kamu mengikuti kegiatan praktikum pada matakuliah-matakuliah yang lain. Lebih jelasnya,
adapun alat dan bahan yang akan kamu gunakan untuk melaksanakan kegiatan ini adalah
sebagaiberikut:
1. Jala serangga darat
2. Jala serangga air
3. Jala serangga udara
4. Jala Kabut (mist net)
5. Perangkap cahaya
6. Perangkap jebak

7
7. Perangkap Steiner
8. Corong Barlese
9. Lampu lantera
10. Biosonometer
11. Aspirator atau Ekshaustor
12. Payung pemukul
13. Pinset
14. Kotak Pemisah
15. Botol Pembunuh
16. Amplop kertas (Papilot)
17. Botol koleksi (untuk spesimen)
18. Kantong Plastik pembunuh
19. Kapas
20. Tissue
21. Papan tripleks selebar kertas folio
22. Kertas putih ukuran folio
23. Baskom
24. Minyak makan
25. Air sabun/deterjen
26. Eter atau Kloroform 4%
27. Alkohol 70%
28. Kaca Pembesar
29. Mikroskop stereo

d. Prosedur Kerja
d.1. Jala Serangga (insect net)
Dalam pengertian sehari-hari, kata jala dalam istilah ini relatif sama dengan apa yang
disebut dengan jaring ataupun tangguk. Olehkarena itu, jika disebut jala serangga, maka itu
sama artinya dengan jaring ataupun tangguk serangga.

8
Gambar 3.1. Jala serangga (insect net)

Jala serangga, apakah itu jala serangga darat, jala serangga air dan jala serangga
udara bentuknya satu sama lain tidak jauh berbeda, karena itu relatif sama. Untuk
mengkoleksi atau mengumpulkan serangga dengan menggunakan jala, khususnya yang
terdapat pada tanaman ataupun tumbuhan, adapun langkah yang perlu anda lakukan adalah
sebagaiberikut:
a. Ayunkanlah jala pada permukaan tanaman. Pengayunan dapat dilakukan pertama-tama ke
kiri baru kemudian ke kanan, atau sebaliknya.
b. Sambil berjalan ke arah depan, lakukanlah ayunan hingga 50 x atau seringkali disebut
dengan 50 pukulan.
c. Cegahlah serangga yang sudah tertangkap dalam jala untuk tidak ke luar, dengan cara
melipatkan kantong jala serangga secara cepat setelah melakukan ayunan yang terakhir.
Catatan:
- Jika serangga yang tertangkap itu diperlukan dalam keadaan hidup dan ukurannya relatif
kecil, maka setelah langkah c di atas, serangga tersebut dapat diambil dengan
menggunakan aspirator atau ekshaustor.
- Jika serangga yang tertangkap itu kupu-kupu, ngengat ataupun capung, seranggga tersebut
harus diambil dari jala dan kemudian dipingsankan dengan cara menekan dada atau
toraksnya sebelum keseluruhan dari isi jala tadi dimasukkan ke dalam botol pembunuh.

9
Tujuannya adalah untuk mengurangi kerusakan sayapnya. Kupu-kupu, ngengat dan
capung tadi selanjutnya disimpan pada amplop kertas (papilot), kertas segitita atau pada
botol-botol yang sudah diberi kapur barus atau kamfer. Jadi awetan tersebut ada dalam
bentuk kering bukan awetan basah.
d. Jala serangga bersama serangga yang terdapat di dalamnya segera dimasukkan ke botol
pembunuh. Botol pembunuh dalam hal ini boleh juga berupa kantong plastik yang
didalamnya telah terdapat tissue atau kapas yang kepadanya telah ditetesi eter ataupun
kloroform.
e. Setelah kurang lebh 3 menit, periksalah jala dan serangga tadi dan selanjutnya serangga-
serangga tersebut dimasukkan ke botol koleksi (botol spesimen) yang sebelumnya telah
disediakan. Untuk mengawetkan serangga tersebut berilah Alkohol 70% hingga semua
serangga yang telah tertangkap betul-betul terendam (awetan basah).
f. Berilah label pada botol koleksi tadi yang memuat data atau informasi tanggal
penangkapan, lokasi penangkapan, waktu penangkapan, ketinggian tempat, keadaan
cuaca/iklim, dan nama kolektor.
g. Jika kegiatan koleksi telah selesai, maka serangga-serangga yang sudah berada dalam botol
spesimen selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk diproses lebih lanjut. Di laboratorium
koleksi tadi disortir atau dipisah-pisahkan sesuai dengan kelompoknya, kemudian diawetkan
kembali dalam botol spesimen lainnya. Jangan lupa memberikan informasi seperti yang telah
disebutkan di atas tadi pada botol spesimen tersebut. Sekarang, serangga hasil sortiran itu
telah siap untuk diidentifikasi. Kiranya perlu dikemukakan, bahwa larutan pengawet yang
digunakan untuk mengawetkan serangga dalam waktu tertentu harus diganti, terutama jika
warna larutan pengawetnya telah berubah warna menjadi kecoklat-coklatan. Hal lain yang
juga tidak boleh dilupakan adalah, spesimen harus senantiasa dalam keadaan terendam.
d.2. Jala Kabut (mist net)
Jala kabut ini dipakai untuk memerangkap burung yang terdapat di suatu habitat,
misalnya hutan. Sehubungan dengan itu jala tersebut dipasang antar pohon yang terdapat di
hutan tadi.

10
Gambar 3.2. Jala Kabut

d.2. Aspirator dan Pinset


Aspirator atau alat pengisap (orang Jerman menyebutnya Ekshaustor) dipergunakan
untuk mengumpulkan serangga yang berukuran relatif kecil dan tidak begitu aktif bergerak..
Serangga-serangga yang dapat dikoleksi dengan menggunakan aspirator ini umumnya hidup
menempel pada tanaman ataupun hewan inang (misalnya serangga hama ataupun parasit
kecil). Pada umumnya kita menggunakan aspirator dengan cara memasukkan salah satu
pipanya ke bagian mulut, sedangkan pipa yang lain ke serangga sasaran. Dengan cara
mengisap melalui mulut maka serangga sasaran akan tersedot ke dalam tabung ataupun vial
dari aspirator. Pada masa sekarang, dengan kemajuan teknologi, demikian juga dalam rangka
mengurangi resiko tertelannya berbagai mikroorganisma yang dapat mempengaruhi
kesehatan dari para kolektor, aspirator telah ada juga yang dirancang dengan menggunakan
baterai. Dengan menggunakan tipe aspirator yang demikian, maka kesehatan dari para
kolektor akan menjadi lebih terjamin.
Disamping aspirator, untuk menangkap serangga yang memang diperlukan dalam
keadaan hidup untuk kebutuhan penelitian, dapat juga digunakan Pinset. Tentu saja kamu
sekalian telah kenal apa yang disebut dengan pinset itu. Sama halnya dengan aspirator, pinset
dapat berfungsi hanya bilamana serangga sasaran menunjukkan perilaku yang relatif
immobil.

11
Gambar 3.3. Aspirator
d.3. Perangkap Cahaya (Light traps)
Untuk menangkap serangga malam (nokturnal) yang terdapat pada berbagai habitat
seperti di Hutan, perkebunan maupun yang terdapat di daerah pertanian kita dapat
menggunakan perangkap cahaya. Ada berbagai macam tipe dari perangkap cahaya ini, yang
merupakan modifikasi dari perangkap cahaya standard. Misalnya, sebagai sumber cahayanya
ada yang menggunakan lampu neon TL, pijar, bahkan lampu lantera yang disebut juga lampu
badai. Pada prinsipnya, sewaktu perangkap ini dipasang pada malam hari, lampu yang hidup
akan memancarkan cahaya yang terdiri dari berbagai macam warna sesuai dengan jenis
lampu yang digunakan. Nah... serangga-serangga tersebut tertarik kepada warna tadi,
sehingga menjadi berkumpul pada sumber cahaya tersebut dan selanjutnya terperangkap.
Umumnya serangga lebih tertarik kepada cahaya biru atau violet. Perangkap yang kita
gunakan pada kegiatan ini dapat berupa kain layar putih, tripleks putih ataupun kertas koran
yang dilumuri dengan minyak. Sewaktu serangga tadi datang ke sumber cahaya, maka
serangga tersebut akan terjatuh ke kain layar putih, tripleks putih, ataupun ke atas kertas
koran dan menjadi melengket. Dengan menggunakan pinset, serangga-serangga yang
terperangkap dapat kita ambil ataupun kumpulkan. Tentu saja pengkoleksian ini akan
berlangsung lambat dan kemungkinan besar ada jenis-jenis serangga yang tidak terkoleksi
karena terbang lagi. Inilah yang menjadi kelemahan metode ini. Dengan mengkoleksi
serangga selama masa periode tertentu, maka lewat metode ini kita dapat mengetahui
komposisi, kepadatan dan fluktuasi serangga pada suatu habitat atau tempat. Secara umum
adapun langkah kerja yang kita lakukan sewaktu kita mengumpulkan serangga dengan
menggunakan perangkap cahaya standard yang telah dilengkapi dengan botol pembunuh
adalah sebagaiberikut:
- Pada ketingggian lebih kurang 5 m dari permukaan tanah pada lokasi penangkapan atau
sesuaikan dengan keadaan tempat dimana koleksi dilakukan, perangkap cahaya
digantungkan.

12
- Usahakan meletakkan perangkap cahaya sedemikian rupa sehingga dapat menyebarkan
cahayanya keseluruh arah disekitar areal penangkapan.
- Pemasangan perangkap dilakukan setelah hari mulai gelap dan pengambilannya dilakukan
pagi harinya.
- Penangkapan dapat dilakukan satu kali seminggu, satu atau dua kali sebulan, tergantung
pada waktu, tenaga dan dana yang tersedia.
- Serangga yang tertangkap pada botol pembunuh diidentifikasi dan dihitung, kemudian
diawetkan secara kering atau basah.
- Serangga yang akan diawetkan secara kering, terlebih dahulu dimasukkan ke dalam
inkubator dengan suhu 27°C selama 1-2 hari. Kemudian baru di pin dan disusun dalam kotak
serangga.

d.4. Pemukulan dan Tepukan


Metode ini digunakan untuk serangga yang sulit dikoleksi karena ukur tubuhnya
terlalu kecil atau melekat pada tanaman. Metode ini dapat digunakan pada serangga di
pertanaman padi, palawija dan tanaman keras.
Untuk mengkoleksi serangga pada pertanaman padi misalnya, kita dapat
mempersiapkan baskom yang telah diisi dengan air atau deterjen, papan atau tripleks yang
pada permukaannya telah dioleskan minyak tanah ataupun lem. Baskom tadi selanjutnya
diletakkan dekat tanaman, kemudian tanaman dicondongkan ke arah baskom dan kemudian
tanaman padi ditepuk/dipukul beberapa kali. Serangga yang berjatuhan ke dalam baskom
kemudian dikoleksi dengan menggunakan aspirator. Sama halnya seperti pada baskom,
tanaman padi di dekatkan pada papan/tripleks yang permukaannya telah diolesi dengan lem
atau minyak makan, kemudian tanaman tersebut dicondongkan ke arah papan atau tripleks
dan selanjutnya di tepuk ataupun dipukul. Serangga yang berjatuhan ke atas papan atau
tripleks kemudian dikoleksi dengan menggunakan aspirator. Khusus untuk tanaman keras,
koleksi serangga dapat dilakukan dengan cara menggantungkan payung secara terbalik pada
salah satu ranting atau cabang dari tanaman. Dengan menggunakan kayu atau tongkat, cabang
atau ranting dari tanaman dipukul beberapa kali sehingga serangga yang ada pada cabang
atau ranting tanaman itu berjatuhan ke dalam payung tadi. Dengan menggunakan aspirator,
serangga yang terjatuh tadi dapat kita kumpulkan lebih lanjut. Dengan menggunakan ketiga
metode di atas, kita dapat mengetahui populasi hama yang terdapat pada suatu tanaman,
demikian juga dengan musuh alaminya.
d.5. Penggunaan Umpan ataupun Zat Penarik (Bait)

13
Hewan mamalia kecil (Rodentia), demikian juga serangga dapat juga dikoleksi
dengan cara mengumpan. Dalam hal ini pada suatu perangkap kita menempatkan suatu
umpan atau zat penarik, yang akan mengundang datangnya hewan tadi (mamalia kecil dan
serangga) ke perangkap tersebut. Untuk kelompok mamalia kecil, umpan yang sering
digunakan adalah kelapa bakar. Sementara itu untuk kelompok serangga, barangkali kamu
masih mengingat saat melakukan kegiatan Genetika, dimana untuk mengkoleksi anekaragam
lalat buah, kita dapat menggunakan pisang, buah bahkan tape sebagai umpannya. Untuk
mengkoleksi serangga lain, kita dapat juga menggunakan zat penarik (atraktant, berupa suatu
larutan kimia). Untuk mengkoleksi lalat buah yang menyerang tanaman jeruk misalnya, zat
penarik yang umum digunakan adalah Methyl Eugenol yang dapat dibeli di toko-toko yang
menjual kebutuhan pertanian dengan merek PETROGENOL. Dengan menggunakan zat
penarik ini misalnya, Manurung, B. dkk., (2012) telah menyelidiki pola aktivitas harian dan
dinamika populasi lalat buah yang menyerang tanaman jeruk di Kabupaten Karo-Sumatera
Utara. Dalam hal ini dengan menggunakan perangkap Steiner.

Gambar 3.4. Perangkap Mamalia Kecil

Disamping yang telah dikemukakan sebagaimana di atas, serangga dapat juga


dikoleksi atau dikumpulkan dengan menggunakan umpan madu (honey bait). Caranya adalah,
setelah madu tersebut di encerkan, kemudian disemprotkan pada daun suatu tanaman, dan
setelah waktu kira-kira 1 jam, serangga yang datang ke daun tersebut ditangkap dengan
menggunakan jala serangga atau aspirator.

14
d.6. Perangkap
Ada berbagai jenis perangkap yang dapat dipergunakan untuk mengkoleksi serangga,
termasuk perangkap berperekat yang disebutkan di atas (papan atau tripleks yang dioles
dengan minyak atau dengan lem, atau kain putih atau kertas putih yang permukaannya di oles
dengan minyak). Perangkap lain yang umum digunakan untuk mengkoleksi serangga adalah
perangkap jebak (Pit Fall Trap, disebut juga Perangkap Barber, Gambar 3.5) dan corong
Barlese-Tullgreen (gambar 3.7). Perangkap jebak umumnya digunakan untuk memerangkap
serangga yang berada di permukaan tanah, sedangkan metode Barlese-Tullgreen untuk
mengkoleksi serangga yang ada di dalam tanah. Adapun cara kerja dari masing-masing
metode tersebut adalah sebagai-berikut:
d.6.1. Perangkap Jebak
Dipergunakan untuk menyelidiki serangga permukaan tanah
a. Alat dan Bahan :
- Bejana sebagai perangkap
- Seng sebagai atap
- Larutan deterjen
- Penggali luang (sekop, cangkul)
- Mikroskop binokuller, loup (kaca pembesar)
- Cawan petri
b. Tata kerja
1) Pilihlah beberapa biotop yang fauna permukaan tanahnya akan diselidiki
(misalnya : lapangan UNIMED, padang rumput, kebun teh, kebun kelapa sawit,
dan lain-lain).
2) Buatlah beberapa jalur transek pada biotop tersebut. Jarak jalur yang satu
dengan lainnya ± 5 m
3) Galilah luang dengan jarak ± 5 m di sepanjang jalur transek tadi.
4) Tempatkanlah perangkaap pada lubang ± tersebut setelah itu kedalam

perangkap (bejana) tersebut di isi larutan deterjen ± 1/3 bagian bejana


5) Permukaan perangkap tersebut secara persis harus sama dengan permukaan
tanah
6) Untuk menhindari masuknya air hujan ke dalam perangkap tersebut, buatlah
atap padanya. Tingginya ± 15 cm dari permukaan tanah

15
7) Biarkanlah perangkap tersebut selama beberapa hari. Hal ini bergantung kepada
bagian dari penyelidikan kita.
Misalnya :
- Mulai dari jam 7.00 wib – 17.00 wib, apabila untuk menyelidiki serangga
tanah yang diurnal.
- Mulai dari 17.30 wib – 6.00 wib, apabila untuk serangga tanah yang
nocturnal.
8) Setelah selang waktu yang telah ditetapkan ambillah perangkap tersebut dan
serangga tanah yang terjebak ke dalamnya disisihkan dan ditempatkan dalam
botol khusus serta beri label dari perangkap mana fauna tersebut diperoleh.
9) Setelah sampai di laboratorioum, dengan menggunakan Loupe atau Mikroskop
binokuler serta dengan dibantu kunci identifikasi fauna tanah identifikasilah
serangga yang anda peroleh dan hitunglah kelimpahannya.

I II III IV

5m

5m

Gambar 3.5a : Perangkap Jebak Gambar 3.5b : I. II. III. Jalur transek
Keterangan : Dimana perangkap jebak/bejana
1. Bejana berisi deterjen ditempatkan
2. Atap berupa seng

d.6.2. Corong Barlese - Tullgren


Dipergunakan untuk menyelidiki serangga yang terdapat dalam tanah.
a. Alat dan Bahan :
- Bor tanah
- Corong Barlese – Tullgren
- Kantong dari kain katun warna hitam
- Loupe dan mikroskop binokuler
- Cawan petri
- Alkohol 70 %
b. Tata kerja :

16
b.1. Pengambilan sampel tanah
1. Dengan menggunakan bor tanah (diameter tertentu) (Gambar 3.6) ambillah
sampel tanah dari beberapa biotop. Ambillah hingga kedalaman 5 cm, atau
bagian “top soilnya”.
2. Masukkanlah sampel tanah tersebut ke kantong kain katun dan dengan
secepatnya bawa ke laboratorium. Usahakan waktunya tidak lebih dari 4
jam.
b.2. Ekstraksi serangga tanah
3. Setelah sampai di laboratorium, segeralah tanah tersebut tempatkan pada
saringan yang terdapat dalam corong Barlese – Tullgren. Segera juga
tempatkan botol penampung berisi alkohol 70 % pada bagian bawah dari
corong tersebut
4. Selanjutnya nyalakanlah lampu pijar (bola 25 watt) yang terdapat pada
corong Barlese – Tullgren. Biarkan menyala ± 4 hari.
5. Ambillah botol penampang tersebut dan dengan bantuan Loupe, mikroskop
binokuler, sortirlah serangga tanah yang diperoleh dan identifikasi serta
selidikilah kenekaragaman dan kelimpahannya.

Gambar 3.6 : Bor tanah Gambar 3.7 : Corong Barlese-Tullgren


Keterangan :
1. Botol penampung berisi alkohol 70 %
2. Saringan beserta dengan sampel tanah

d.6.3. Perangkap Steiner

17
Perangkap Steiner ini (modifikasi) terbuat dari botol bekas air mineral berukuran
1500 ml. Kurang lebih seperempat bagian dari arah mulut botol dipotong dan hasil potongan
itu, kemudian dimasukkan kembali ke dalam botol (corong terbalik) (Gambar 3.8a). Pada
bagian dalam botol digantungkan kawat dan kapas sebesar ibu jari dibalut pada kawat
tersebut. Pada kapas tersebut ditetesi metil eugenol sebanyak empat tetes, sebagai zat
pemikat. Perangkap ini biasanya digantung pada pohon yang berbuah (seperti jeruk, jambu,
mangga dll.) kurang lebih 1,5 meter dari permukaan tanah. Bentuk lain dari perangkap
Steiner ini dapat diperhatikan pada Gambar 3.8b, yakni dengan menggunkan corong sebagai
jalan masuknya serangga ke dalam perangkap

a b
Gambar 3.8. Perangkap Steiner

d.6.4. Perangkap Kuning (Yellow trap, Sticky trap)

Perangkap ini tebuat dari wadah (piring, karton, plastik berwarna kuning) yang pada
permukaan atasnya diolesi dengan lem. Perangkap ini selanjutnya digantungkan di dahan
pohon atau ditempatkan pada suatu tempat berupa tiang. Umumnya dipergunakan untuk
memerangkap serangga (Gambar 3.9)

18
Gambar 3.9. Perangkap kuning (yellow trap)

d.8. Biosoenometer
Sebuah biocoenometer tidak lain suatu bentuk berupa sungkup, yang ditutupi oleh kain kasa
dimana bagian dasarnya terbuka, sedangkan bagian atasnya tertutup (Gambar 3.10).

Gambar 3.9: Sebuah Biosoenometer

Dalam mengkoleksi serangga dengan menggunakan alat tersebut, kita sambil berjalan
ke arah mana yang akan kita tuju, kemudian dengan hati-hati dan perlahan-lahan kita
menempatkan sungkup tersebut pada lokasi yang ingin kita ketahui keberadaan serangganya.
Setelah dipasang, maka biasanya serangga yang terperangkap akan meloncat ke dinding
biocoenometer. Selanjutnya, dengan menggunakan ekshaustor kita dapat mengkoleksi
serangga. Alat ini umumnya dipergunakan untuk mengkoleksi serangga yang terdapat pada

19
tanaman yang pertumbuhan vegetatifnya masih pada tahap awal, atau dengan kata lain,
tanamannya masih relatif rendah/pendek..

Pertanyaan: Dengan metode yang mana lagi anda ketahui dapat mengkoleksi fauna tropika,
sebutkan dan jelaskanlah.

20
KEGIATAN 4
ANALISIS VEGETASI: KURVA SPESIES AREA

a. Judul kegiatan : Analisi Vegetasi: Kurva Spesies Area


b. Tujuan Kegiatan : Untuk menentukan luas petak minimum yang dapat mewakili tipe
komunitas yang sedang di analisis guna keperluan ekologi
c. Alat dan Bahan
c.1. Alat

 Tali/benang dan meteran untuk menentukan luas petak penelitian


 Penghitung atau counter untuk menghitung jumlah individu di dalam petak
penelitian
 Petak tanda batas agar memudahkan pekerjaan di lapangan
 Alat tulis dan kertas label untuk mengumpulkan data
 Perlengkapan pembuatan herbarium

c.2. Bahan

 Objek, berupa tipe komunitas tumbuhan tertentu

d. Prosedur Kerja:
1. Pilih satu tipe vegetasi yang dapat dipakai sebagai contoh dan tentukan batas-batasnya
2. Ditengah komunitas tersebut ditentukan petak contoh 1. Ini tergantung pada luasan
areal dan keragaman jenisnya. Namun demikian petak contoh yang lazim digunakan
untuk permulaan petak contoh pada tanaman herba adalah 1 x 1 m atau sebuah
lingkaran dengan jari-jari 0,56 m.
3. Catat jumlah jenis yang terdapat pada petak contoh 1 dalam tabel lembar data
4. Perluas petak contoh 1 menjadi 2 kali lipatnya (= petak contoh 2) dan catat
pertambahan jenis yang terdapat pada petak contoh 2
5. Perluas contoh 2 menjadi 2 kali lipatnya (= petak contoh 3) dan catat pertambahan
jenis yang terdapat pada petak contoh 3. Demikian seterusnya.
6. Penambahan petak contoh dihentikan bila tidak ada kenaikan jumlah jenis atau
penambahan jenis sudah tidak berarti atau kurang 5 - 10 % (Oosting, 1958; Cain &
Castro, 1959 dalam Apriani 2014).

21
7

5
6

4
1 2

Gambar 4.1. Petak Contoh

Keterangan :
Petak contoh 1 = 1 m2
Petak contoh 2 = petak contoh 1 + 2 = 2 m2
Petak contoh 3 = petak contoh 1 + 2 + 3 = 4 m2
Petak contoh 4 = petak contoh 1 + 2 + 3 + 4 = 8 m2
Petak contoh 5 = petak contoh 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 16 m2
dan seterusnya.

e. Data dan Analisis Data


Tabel 4.1. Lembar pengamatan data untuk kurva spesies area
Petak contoh

22
Jenis tumbuhan 1 2 3 4 5 6 7
1.
2.
3
4
5
6
Keterangan :
- Bubuhkanlah tanda (√) jika praktikan menemukan jenis tanaman pada petak contoh
tanaman.
-
f. Pertanyaan dan Refleksi:
1. Apa arti kurva spesies area?
2. Uraikanlah hubungan luas minimum area dengan metode kuadrat ?
3. Mengapa keanekaragaman jenis disuatu daerah dikaitkan dengan percobaan kurva spesifik
area ?
4. Setelah mengetahui keanekaragaman suatu spesies di daerah yang dilakukan percobaan
hal apa saja yang akan dilakukan?
5. Untuk apa melakukan praktikum kurva spesies area ?
6. Untuk apa menentukan kurva spesies area?
7. Alat apa saja yang paling digunakan saat melakukan percobaan

KEGIATAN 5

ANALISIS VEGETASI: METODE KUADRAT (PETAK, PLOT)

23
a. Judul kegiatan : Analisis Vegetasi: Metode Kuadrat (Petak, Plot)
b. Tujuan Kegiatan : Untuk mengetahui komposisi jenis, peranan, penyebaran dan struktur
dari setiap suatu tipe vegetasi yang diamati.
c. Alat dan Bahan
c.1. Alat

 Tali rafiah untuk menentukan luas petak percobaan


 Penghitung atau counter untuk menghitung jumlah jenis individu di
dalam petak contoh
 Alat tulis dan kertas label untuk mengumpulkan data
 Patok tanda batas
 Perlengkapan pembuatan herbarium

c.2. Bahan

 Buku – buku identifikasi


 Suatu tipe komunitas tumbuhan tertentu sebagai objek praktikum

d. Prosedur Kerja:
1. Tentukan suatu areal tipe vegetasi yang menjadi objek untuk dianalisis
2. Luas petak contoh ditentukan dari hasil pembuatan kurva spesies area dan banyaknya
petak contoh tergantung dari biaya, waktu dan tenaga. Tetapi dari banyak berbagai
pengalaman, pada dasarnya ukuran petak contoh seluas 1 m2 dibuat untuk
menganalisis tumbuhan herba, 10 – 20 m2 dibuat untuk menganalisis tumbuhan semak
atau terhadap pohon tingkatan sapling yang tingginya kurang dari 3 m dan 100 m2
untuk komunitas pohon berbentuk hutan. Bnetuk petak contoh dapat berupa lingkaran,
empat persegi panjang, bujur sangkar, tergantung dari tujuan serta komunitas yang
diamati.
3.
e. Data dan Analisis Data
Penentuan awal petak contoh dicatat data setiap individu jenis yang diperoleh:
Data yang dicatat tersebut berupa:
a. Kerapatan

24
Banyaknya individu dari jenis tumbuhan dapat dihitung. Apabila banyaknya individu
tumbuhan dinayatakan per satuan luas, maka nilai itu disebut kerapatan (densiti).
 Kerapatan Mutlak jenis i (KM)
KM (i) = Jumlah individu jenis i dalam petak contoh
Total luas area petak contoh

 Kerapatan Relatif Jenis i (KR)


Kerapatan jenis i
KR (i) = x 100
Kerapatan seluruh jenis

b. Frekuensi
Frekuensi dipakai sebagai parameter vegetasi yang dapat menunjukkan distribusi atau
sebaran jenis tumbuhan di dalam ekosistem atau memperlihatkan pola distribusi tumbuhan
 Frekuensi Mutlak jenis i (FM)
Jumlah subplot yang berisi jenis i
FM (i) =
Jumlah semua subplot yanng diamati
 Frekuesi Relatif jenis i (KR)
Frekuensi mutlak jenis i
FR (i) = x 100 %
Jumlah frekuensi mutlak semua jenis

c. Dominansi
Untuk menghitung dominansi pada vegetasi berbentuk herba dan semak rendah
dilakukan dengan cara menaksir presentase (%) penutupan tajuk atau dihitung biomassanya,
sedangkan untuk vegetasi berbentuk pohon dilakukan dengan menghitung luas bidang dasar
pada tinggi 1,30 m dari muka tanah atau pada ketinggian dada orang dewasa.
 Dominansi mutlak jenis i (DM)
DM (i) = jumlah luas bidang dasar suatu jenis i (untuk vegetasi pohon)
Atau
DM (i) = jumlah penutupan tajuk jenis i (untuk vegetasi herba dan semak)

 Dominansi relatif jenis i (DR)


jumlah dominansi jenis i
DR (i) = x 100 %
Jumlah dominansi mutlak semua jenis i

25
5. Tentukan besarnya Indeks Nilai Penting (INP) dari masing-masing jenis dengan
menjumlahkan parameter masing-masing jenis tersebut
INP = KR + FR + DR

6. Tentukan perbandingan nilai penting (SDR = Summed Dominant Ratio)

SDR menunjukkan jumlah Indeks Nilai Penting dibagi dengan besaran yang
membentuknya. SDR dipakai karena jumlahnya tidak lebih dari 100% sehingga mudah untuk
diinterpretasikan.

FR+ DR
SDR = X 100%
2

SDR = Nilai dominan suatu jenis (Summed Dominant Ratio)


SDR = Nilai Dominan suatu jenis
DR = Dominan atau kerapatan relatif suatu jenis

Tabel 5.1. Lembar pengolahan data Kerapatan dan Frekuensi


No Jenis Plot/Petak* Total KM Total FM
Tanaman Jumlah Plot**
Individu
1 1 2 3 4 5
2
3
4
5
6
dst
Total KM Total
FM
Ket : * Jumlah Individu
** Jumlah plot yang diduduki oleh satu jenis tumbuhan

Tabel 5.2. Lembar Data Kerapatan


No Jenis Tumbuhan KM KR (%)

26
1
2
3
4
dst
Total
Keterangan :
- KM = Kerapatan Mutlak (Absolut)

- KR = Kerapatan Relatif

Tabel 5.3. Lembar Data Frekuensi


No Jenis Tanaman FM FR (%)
1
2
3
4
dst
Total
Keterangan :
- FM = Frekuensi Mutlak

- FR = Frekuensi Relatif

Tabel 5.4. Lembar Data Dominansi


No Jenis Tanaman FM FR (%)
1
2
3
4
Dst
Total
Keterangan :

27
- FM = Frekuensi Mutlak

- FR = Frekuensi Relatif

Tabel 5.5. Lembar Data INP (Indeks Nilai Penting)


No Jenis Tanaman KR FR DR INP SDR
(%) (%) (%) (%) (%)
1
2
3
dst
Total
Keterangan :
- FM = Frekuensi Mutlak - INP = Indeks Nilai Penting

- FR = Frekuensi Relatif - SDR = Summed Dominan Ratio

- DR = Dominansi Relatif

INP = KR + FR + DR

INP
SDR =
3

(Setiadi, 1989)
Jenis yang nilai SDR atau INP paling tinggi merupakan jenis yang dominan.

f. Pertanyaan dan Refleksi:


1. Apa arti metode kuadrat?
2. Uraikanlah mengapa lebih akurat bentuk segi empat jika dibandingkan dengan bentuk
lingkaran?
3. Apa keuntungan melakukan metode kuadrat?
4. Apa kerugian melakukan metode kuadrat?
5. Apa yang dapat anda simpulkan dari pernyataan di atas?
6. Untuk apa dilakukan metode kuadrat?
7. Uraikanlah mengapa metode kuadrat diakitkan dengan analisis vegetasi?
8. Uraikanlah sumbangan praktikum yang kamu lakukan ini untuk:

28
- Kebutuhan manusia masa kini

- Kebutuhan manusia yang akan datang

KEGIATAN 6

ANALISIS VEGETASI: METODE KUADRAN (PLOTLESS)

a. Judul Kegiatan : Analisis Vegetasi: Metode Kuadran (Plotless)


b. Tujuan Kegiatan : Untuk menduga komunitas yang menduga komunitas yang berbentuk
pohon dan tihang.
c. Alat
Tali rafiah
dan Bahanuntuk menentukan luas petak percobaan
 Alat
c.1. Penghitung atau counter untuk menghitung jumlah jenis individu di
dalam petak contoh
 Alat tulis dan kertas label untuk mengumpulkan data
 Patok tanda batas
 Perlengkapan pembuatan herbarium
29
c.2. Bahan

 Buku – buku identifikasi


 Suatu tipe komunitas tumbuhan tertentu sebagai objek praktikum

d. Prosedur Kerja:
1. Langkah awal dari pengerjaan metode ini adalah dengan berpedoman pada peta vegetasi
dan areal yang akan dianalisis dengan menentukan pengematan di lapangan menggunakan
transek yaitu garis lurus memotong areal yang kan diamati.
2. Langkah selanjutnya tentukan satu titik (misalnya A) terletak pada transek tersebut. Pada
titik A tersebut dibuat garis lurus yang tegak lurus terhadap transek.
3. Selanjutnya untuk arah pergerakan (kompas) disesuaikan dengan arah transek (Lihat
gambar 1). Hasil dari perpotongan garis dengan transek tersebut didapat empat kuadran
yaitu kuadran 1, 2, 3 dan 4.
4. Pada tiap kuadran dilakukan pengukuran jarak diameter pohon dan tihanng dengan titik
pengematan (titik A) dan diameter pohon setinggi dada atau 50 cm diatas akar papan
(banir). Apabila diameter tersebut lebih besar atau sama dengan 20 cm disebut pohon, dan
jika diameter tersebut antara 10-20 cm disebut tihang (pole) dan jika tinggi pohon 2,5 m
dan berdiameter 10 meter disebut pancang dan anakan sampai pohon setinggi 2,5 m
disebut seedling (anakan/semai).
5. Dalam gambar terlihat bahwa walaupun dalam kuadran I terdapat 2 jenis pohon, tetapi
yang dilakukan pengukuran adalah jarak pohon terdekat dengan titik A. Jadi dengan kata
lain tiap kuadran hanya dilakukan pengukuran terhadap satu pohon dan satu tihang.
6. Penentuan jarak antara titik-titik pengamatan selanjutnya, dinilai dari awal pengematan
(A) dengan mengukur jarak ke B, sejauh lebih dari 2 (dua) kali (> 2 kali) jarak rata-rata
antar pohon yang ada di daerah vegetasi yang akan dianalisis. Begitu juga dengan titik

30
pengamatan berikutnya (C, D dan seterusnya) jaraknya adalah lebih dianalisis. Begitu juga
dengan titik pengamatan berikutnya lebih besar 2 (dua) kali jarak rata-rata pohon D.
7. Selanjutnya pada setiap titik pengamatan dibuat 4 (empat) kuadran yang berpusat di titik
pengamatan tersebut. Pada setiap kuadran lakukan pengukuran terhadap satu pohon dan
satu hilang yang jaraknya paling dekat ke titik pengamatan. Hal ini seperti telah dilakukan
pada titik A (point 2 dan 3).
e. Data dan Analisis Data
1. Hasil pengamataan lapangan masukkan pada tabel 13 dan setelah pengukuran di lapangan
selesai, lakukan pengolahan data berikutnya dengan menghitung nilai Kerapatan, Frekuensi,
Dominansi dan Indeks Nilai Penting berdasarkan rumus-rumus yang dikemukan oleh Cox
(1972) sebagai berikut:

1. Kerapatan
Luas area(h a)
- Kerapatan total seluruh jenis =
d2
Dimana d adalah jarak rata-rata seluruh jenis pohon dari titik pengamatan.
Jumla h individu jenis i
- Kerapatan Relatif jenis i (KR) = x 100 %
jumla h total seluru h jenis
kereapatan relatif jenis i
- Kerapatan Mutlak jenis i (KM) = x 100 %
100

2. Frekuensi
- Frekuensi Mutlak jenis i ( FM)
∑titik pengamatan yanng diduduki jenis i
FM (i) =
∑ titik pengamatan yang diduduki seluru h jenis
- Frekuensi Relatif jenis i (FR)
Frekuensi Mutlak jenis i
FR (i) =
Jumla h total frekuensi mutlak seluru h jenis

3. Dominansi
- DM (i) = jumlah luas bidang dasar jenis i
atau

31
- DM (i) = jumlah penutupan tajuk jenis i

- Dominansi Relatif jenis i (DR)


Dominansi Mutlak jenis i
DR (i) = x 100 %
Jumla h dominansi mutlak seluruh jenis

4. Indeks Nilai Penting


INP = KR (i) + FR (i) + DR (i)
Jenis pohon yang mempunyai INP paling tinggi merupakan jenis yang dominan dari
vegetasi yang dianalisis.

Gambar 6.1. Contoh Metode Kuadran


Keterangan:
Q = Pohon
X = Tihang

d 1+ d 2+d 3+d 4
di = Jarak pohon ke titik pusat pengamatan, dA=
4

Tabel 6.1. Data Lapangan Metode Kuadran


Lokasi Pengamatan :
Ketinggian : mdpl
Nama Pengamatan :
Tanggal Pengamatan :

32
Objek yang diamati : Pohon/Tihang *
Nomor Nama Keliling/diameter Jarak Tinggi Ket
Tumbuhan (meter) (d) pohon
Titi Kuadran Lokal Botani (Meter) (h)
k (meter)

Keterangan :
Keliling = 2 πr
Diameter =2r
r = Jari-jari batang pohon
Jarak = d, jarak pohon dari titik pengamatan
*Coret yang tidak perlu

Tabel 6.2. Data Hasil Pengamatan Metode Kuadran


Jumlah Jumla Jumlah
No Nama Pohon h titik luas Kerapatan Frekuensi Dominansi INP
Jenis (N) bd.Dasar

33
Keterangan :
K = Kerapatan
KR = Kerapatan Relatif
F = Frekuensi
FR = Frekuensi Relatif
D = Dominansi
DR = Dominansi Relatif

f. Pertanyaan dan Refleksi


1. Apa keuntungan melakuan metode kuadran?
2. Apa kerugian melakuan metode kuadran?
3. Apa yang membedakan metode kuadran dengan metode kuadrat?
4. Bagaimana jika suatu daerah tidak terdapat tihang atau pohon, apakah kita dapat
melakukan metode kuadran?
5. Untuk apa dilakukan metode kuadran?
6. Untuk apa metode kuadran digunakan dalam analisis vegetasi hutan ?
7. Uraikanlah sumbangan praktikum yang kamu lakukan ini untuk:
- Kebutuhan manusia masa kini dan masa yang akan datang

KEGIATAN 7
FAUNA TANAH TROPIKA

34
Tanah merupakan suatu materi dimana berbagai macam kehidupan terdapat padanya.
Tanah terbantuk sebagai akibat dari adanya proses dekomposisi yang dilakukan oleh flora
dan fauna.tanah.
Ada banyak sekali fauna (hewan) yang terdapat pada tanah mulai dari yang berukuran
kecil hingga yang berukuran besar. Berdasarkan ukuran tubuhnya, Wallwork (1970)
memilah fauna tersebut ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1. Mikro fauna : kelompok hewan yang memiliki ukuran tubuh berkisar antara 20-200
mikron, misalnya : Protozoa, Acarina, Nematoda, Rotifera, Tardigrada, dan sebagainya.
2. Meso fauna : kelompok hewan yang memiliki ukuran tubuh berkisar antara 200
mikron sampai 1 cm, misalnya : Acarina, Colembola, Nematoda, Rotifera, Larva serangga,
Isopoda, dan sebaginya.
3. Makro fauna : kelompok hewan yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dari 1 cm,
misalnya : Megascolidisidae, Molusca, Insekta, Arachnida, dan vertebrata kecil.
Kelimpahan (kerapatan) dan keanekaragaman fauna dalam tanah dipengaruhi oleh berbagai
faktor lingkungan, antara lain : vegetasi tanah, suhu tanah, pH tanah, kadar air, atmosfir tanah
dan profil tanah (Wallwork, 1970).
Dalam kegiatan ini kita akan menyelidiki aspek keanekaragaman dan kelimpahan
fauna tanah yang terdapat pada beberapa biotop. Juga faktor fisika dan kimia dalam
lingkungan dimana fauan tanah tersebut ditemukan.

A. Keanekaragaman dan kelimpahan fauna tanah


Untuk menyelidiki keanekaragaman dan kelimpahan fauna tanah, kita akan
menggunakan 3 (tiga) metoda pengambilan/pemisahan fauna tanah dari sekian banyak
metoda yang dapat dipergunakan. Metoda tersebut adalah dengan menggunakan suatu alat
yang disebut perangka jebak (fit fall traps), corong Barlese-Tullgren dan metoda
pengapungan (mekanik).
I. Perangkap jebak.
Dipergunakan untuk menyelidiki permukaan tanah.
a. Alat dan bahan:
- Bejana sebagai perangkap
- Seng sebagai atap
- Larutan deterjen
- Penggali lubang (sekop, cangkul).
- Mikroskop binokuller, loup

35
- Cawan petri
b. Tata kerja
1. Pilihlah beberapa biotop yang fauna tanahnya akan diselidiki. Misalnya : lapangan
UNIMED Medan, padang rumput, kebun the, kebun kelapa sawit dan lain-lain.
2. Buatlah beberapa jalur transek pada biotop tersebut. Jarak jalur yang satu dengan
yang lainnya kurang lebih 5 meter.
3. Galilah lubang dengan jarak kurang lebih 5 meter di sepanjang jalur transek tadi.
4. Tempatkanlah perangkap pada lubang tersebut, lalu isilah kurang lebih 1/3 bagian
bejana (perangkap) tersebut dengan larutan deterjen.
5. Permukaan perangkap tersebut harus diposisikan persis sama dengan permukaan
tanah.
6. Untuk menghindari masuknya air hujan ke dalam perangkap tersebut, buatlah atap
di atasnya. Tinggi atap tersebut kurang lebih 15 cm dari permukaan tanah.
7. Biarkan lah perangkap tersebut selama beberapa hari. Hal ini tergantung pada
penyelidikan kita. Misalnya :
 Mulai dari pukul 07.00 wib – 17.00 wib, untuk penyelidikan fauna tanah
yang diurnal (siang).
 Mulai dari pukul 17.30 wib – 06.00 wib, untuk penyelidikan fauna tanah
yang nocturnal (malam).
8. Setelah selang waktu yang telah ditetapkan ambillah perangkap tersebut dan fauna
tanah yang terjebak kedalamnya disisihkan dan ditempatkan dalam botol khusus
serta diberi label dari perangkap mana fauan tersebut diperoleh.
9. Setelah sampai dilaboratorium, dengan menggunakan loupe atau mikroskop
binokuller serta bantuan identifikasi fauna maka identifikasikanlah fauna yang
anda peroleh dan hitunglah kelimpahannya.

36
Gambar 7. 1. Perangkap jebak Gambar 7.2. I.II.III. Jalur transek.
Keterngan: Keterangan :
1. Bejana berisi deterjen. Jalur transek adalah tempat jebakan
2. atap dari seng. di tempatkan

Bahan laporan
Dari ketiga metoda pengambilan fauna tanah di atas. Maka ada beberapa hal yang
perlu anda laporkan, yaitu:
1. Tentukan keanekaragaman (takson) fauna tanah yang anda peroleh dan buatlah
deskripsinya.
2. a. Kelimpahan (takson) fauna tanah yang anda peroleh :
- satuan individu /perangkap/hari untuk perangkap jebak.
- satuan individu/m2 pada kedalaman 5 cm untuk corong Barlese – Tullgren dan
pengapungan.
b. Jumlah kepadatan (kerapatan) kelompok fauna berdasarkan % pada masing-masing
biotop (kerapatan relatip).
3. Hitunglah :
a. Indeks kenekaragaman fauna yang anda peroleh dengan menggukan :
a.1. Rumusan Margalep : H´´ = s -1 /ln N

a.2. Rumusan Shannon – Wiever : HI = - ∑ Pi Ln Pi, bilamana pengambilan


sampelnya acak random), dimana:
HI = Indeks keanekaragaman
S = Jumlah spesies (kelompok) fauna di suatu biotop.
N = Jumlah individu pada biotop trsebut
Pi = Jumlah individu suatu jenis pada suatu biotop
Jumlah individu semua jenis pada suatu biotop
Ln = logaritma natural.

b. Indeks kesamaan fauna tanah antara 2 stasiun pengamatan/biotop yamg dibandingkan


dengan menggunakan rumus Grieg – Smith (Wiegert, 1974) :
n

37
CS = ∑ Wi x 100 % dimana : Wi = persentase terendah dari kelompok fauna ke-i
i-i dikedua biotop yang dibandingkan .
n = Jumlah total kelompok fauna pada
kedua botopyang dibandingkan.

4.a. Uraikan kebaikan dan kelemahan ketiga metode pengambilan sampel fauna tanah di atas
dalam rangka penyelidikan fauna tanah.

Tabel 7.1 : Keanekaragaman dan Kelimpahan fauna tanah.


No Takson Biotop/Stasiun I % Biotop/Stasiun II %
1 2 3 4 ∑ 1 2 3 4 ∑

Jumlah total
Indeks keragaman
Indeks kesamaan

b. Lingkungan Fisiko – Kimia fauna tanah.


Dalam kegiatan ini kita akan mengukur suhu tanah, PH tanah, kadar air tanah dan kadar
organik air tanah.

1. Suhu tanah.
Suhu tanah langsung diukur saat pengambilan sampel tanah atau saat studi fauna
tanah dilaksanakan. Dalam hal ini termometer dimasukkan ke dalam tanah yan
sebelumnya telah dibuat suatu lubang dengan garis tengah termometer tersebut.
Atau dengan menggunakan “Soil tester” .

2. pH tanah.
Untuk pengukuran PH tanah dilakukan di laboratorium. Dalam hal ini digunakan
tanah sebagi sampel sebanyak 100 gram dan dicampur dengan air destilasi
sebanyak 250 gram dan kemudian diaduk secara perlahan. Tanah tersebut
didiamkan selama satu malam lalu diaduk lagi. Setelah beberapa saat baru diukur
PHnya dengan menggunakan PH meter atau dengan menggunakan “Soil tester”.

38
3. Kadar air tanah.
Parameter ini juga ditentukan di laboratorium. Sebanyak 20 gram tanah
dimasukkan ke dalam oven pada suhu 1050 c selama 2 jam. Setelah itu tanah
diambil kembali dan dilakukan penimbangan.

Kadar air tanah (%) = berat basah – berat kering x 100 %


berat basah

4. Kadar organik tanah.


Terlebuh dahulu tanah sampel dikeringkan sebanyak 5 gram setelah itu dipanaskan di
dalam “Furnace muffle” (tungku pembakar) pada suhu 6000 c selama 3 jam.

Kadar organik (%) = berat keing – berat abu x 100 %


berat kering

c. Vegetasi.
Vegetasi yang terdapat pada biotop dimana fauna tanah sedang diselidiki juga perlu
diinventarisasi. Vegetsi yang spesiesnya belum diketahui dengan pasti, beberapa sampelnya
harus dibawa ke herbarium. Dan dengan bantuan petugas herbarium tersebut diminta
diidentifikasi.
Pertanyaan :
1. Jelaskan mengapa suhu tanah, pH tanah, kadar air tanah dan kadar organik
tanah,dapat berperan sebagai faktor pembatas terhadap keanekaragaman dan
kelimpahan fauna tanah.
2. Daerah Rhizosfir dari suatu vegetasi memiliki nilai tersendiri bagi fauna tanah dan
biasanya keanekaragaman dan kelimpahan fauna tanah lbih berlimpah di sana.
Mengapa demikian ? Jelaskan!

Lembar Data : Faktor Fisiko – Kimia Tanah.


Parameter Pengukuran Rata-rata
1 2 3 4 5
o
1. Suhu tanah ( C)
2. Kadar air tanah (%)

39
3. pH tanah
4. kadar organik
tanah (%)

Lembar Data : Vegetasi tanah.


Takson (Jenis)
1. ………………………………………………
2. ………………………………………………
3. ………………………………………………
4. ………………………………………………
5. ………………………………………………
6. ………………………………………………

40

Anda mungkin juga menyukai