MIKROKLIMAT
1
Lakukan pengukuran kelembaban relatif udara pada ketinggian 1 m dan 2 m dengan
menggunakan Psychrometer. Lalu catat hasilnya dalam Tabel 1.2 berikut:
2
d.2.3. Kecepatan angin dan daya evaporasi
Lakukan pengukuran kecepatan angin dengan menggunakan anemometer. Lakukan
pengukuran laju evaporasi dengan menggunakan tabung Evaporimeter. Catatlah diameter
tabung dan luas kertas saring. Letakkan tabung pada ketinggian 0,5 m dan catat penurunan
jumlah air pada selang waktu yang telah ditentukan.(Tabel 1.5)
Catatan:
- Untuk daerah terdedah dan ternaung masing-masing satu anemometer
- Pengukuran dimulai dalam waktu yang bersamaan untuk semua kelompok, awal
pengukuran dihitung setelah 15 menit dari waktu yang pertama ditetapkan, dan lamanya
pengukuran tidak bopleh lebih dari 5 menit.
- Hasil pengamatan dibuat dalam bentuk grafik untuk menggambarkan adany variasi waktu
dan variasi ruang (Tabel 1.6)
Tabel 1.6. Temperatur
Lokasi:
Waktu:
3
Jam Maksimum Minimum
KEGIATAN 2
c.1. Lapangan
- Bor tanah, meteran, kompas Brunton/Hagameter/Hypsometer, termometer tanah,
komparator saku yang telah dikalibrasi, soil tester, pH-tester, kantung plastik kecil
c.2. Laboratorium
4
- Soil test-kit, pH meter elektronik, cawan krus, timbangan, gelas kimia, aquades,
aluminium foil, furnace muffle.
d. Cara Kerja
d.1. Lapangan
d..2. Laboratorium
- Ukurlah kandungan mineral (N,P,K) setiap sampel tanah dengan menggunakan Soil-test
kit
- Ukurlah pH tanah dengan pH meter elektronik. Caranya yaitu dengan mencampur 10 gr
tanah dengan 25 ml aquades, kemudian diaduk. Lalu ukurlah ph-nya.
- Ukurlah kadar air tanah dengan cara pengeringan. Kadar air dapat dinyatakan sebagai
persentase berat basah dengan berat kering tanah. Caranya: timbang 20 gr tanah, lalu
keringkan dalam oven pada suhu 105ºC selama 2 jam
- Kadar air tanah (X) atau (U) dalam %:
X = berat basah – berat kering / berat basah x 100%
U = berat basah – berat kering / berat kering x 100%
- Hitung kadar organik tanah dengan cara membakar 5 gr tanah kering dalam “Fuenace
Muffle’ pada suhu 600ºC selama 3 jam.
Kadar organik tanah (Z) dalam %:
Z = berat kering – berat abu / berat kering x 100%
5
tertampung dalam setiap tingkatan saringan ditimbang kembali. Persentase terhadap berat
tanah keseluruhan merupakan tekstur tanah tersebut. Selanjutnya dapat dilihat tabel
klasifikasi tekstur dan segitiga kelas tekstur tanah dari USDA (U.S Departement of
Agriculture).
- Semua data yang diperoleh dari pengukuran faktor fisika kimia tanah dimasukkan ke
dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Sifat Fisika-Kimia Tanah
Karakteristik Sumber Tanah
Lap. atas Lap. bawah
Warna
Ketebalan
Kadar air:
Berat segar
Berat kering
Kadar air
Tekstur:
Berat segar
Berat kering
Kerikil
Pasir kasar
Pasir halus
Debu
Liat
Reaksi:
Kertas pH
Soil tester
pH meter
Kadar organik
Kadar mineral
Berat segar
Berat kering
Berat abu
Kadar hara: N
P
Catatan:
6
Gambar 2.1. Segitiga testur tanah
KEGIATAN 3
METODE KOLEKSI FAUNA TROPIKA
7
7. Perangkap Steiner
8. Corong Barlese
9. Lampu lantera
10. Biosonometer
11. Aspirator atau Ekshaustor
12. Payung pemukul
13. Pinset
14. Kotak Pemisah
15. Botol Pembunuh
16. Amplop kertas (Papilot)
17. Botol koleksi (untuk spesimen)
18. Kantong Plastik pembunuh
19. Kapas
20. Tissue
21. Papan tripleks selebar kertas folio
22. Kertas putih ukuran folio
23. Baskom
24. Minyak makan
25. Air sabun/deterjen
26. Eter atau Kloroform 4%
27. Alkohol 70%
28. Kaca Pembesar
29. Mikroskop stereo
d. Prosedur Kerja
d.1. Jala Serangga (insect net)
Dalam pengertian sehari-hari, kata jala dalam istilah ini relatif sama dengan apa yang
disebut dengan jaring ataupun tangguk. Olehkarena itu, jika disebut jala serangga, maka itu
sama artinya dengan jaring ataupun tangguk serangga.
8
Gambar 3.1. Jala serangga (insect net)
Jala serangga, apakah itu jala serangga darat, jala serangga air dan jala serangga
udara bentuknya satu sama lain tidak jauh berbeda, karena itu relatif sama. Untuk
mengkoleksi atau mengumpulkan serangga dengan menggunakan jala, khususnya yang
terdapat pada tanaman ataupun tumbuhan, adapun langkah yang perlu anda lakukan adalah
sebagaiberikut:
a. Ayunkanlah jala pada permukaan tanaman. Pengayunan dapat dilakukan pertama-tama ke
kiri baru kemudian ke kanan, atau sebaliknya.
b. Sambil berjalan ke arah depan, lakukanlah ayunan hingga 50 x atau seringkali disebut
dengan 50 pukulan.
c. Cegahlah serangga yang sudah tertangkap dalam jala untuk tidak ke luar, dengan cara
melipatkan kantong jala serangga secara cepat setelah melakukan ayunan yang terakhir.
Catatan:
- Jika serangga yang tertangkap itu diperlukan dalam keadaan hidup dan ukurannya relatif
kecil, maka setelah langkah c di atas, serangga tersebut dapat diambil dengan
menggunakan aspirator atau ekshaustor.
- Jika serangga yang tertangkap itu kupu-kupu, ngengat ataupun capung, seranggga tersebut
harus diambil dari jala dan kemudian dipingsankan dengan cara menekan dada atau
toraksnya sebelum keseluruhan dari isi jala tadi dimasukkan ke dalam botol pembunuh.
9
Tujuannya adalah untuk mengurangi kerusakan sayapnya. Kupu-kupu, ngengat dan
capung tadi selanjutnya disimpan pada amplop kertas (papilot), kertas segitita atau pada
botol-botol yang sudah diberi kapur barus atau kamfer. Jadi awetan tersebut ada dalam
bentuk kering bukan awetan basah.
d. Jala serangga bersama serangga yang terdapat di dalamnya segera dimasukkan ke botol
pembunuh. Botol pembunuh dalam hal ini boleh juga berupa kantong plastik yang
didalamnya telah terdapat tissue atau kapas yang kepadanya telah ditetesi eter ataupun
kloroform.
e. Setelah kurang lebh 3 menit, periksalah jala dan serangga tadi dan selanjutnya serangga-
serangga tersebut dimasukkan ke botol koleksi (botol spesimen) yang sebelumnya telah
disediakan. Untuk mengawetkan serangga tersebut berilah Alkohol 70% hingga semua
serangga yang telah tertangkap betul-betul terendam (awetan basah).
f. Berilah label pada botol koleksi tadi yang memuat data atau informasi tanggal
penangkapan, lokasi penangkapan, waktu penangkapan, ketinggian tempat, keadaan
cuaca/iklim, dan nama kolektor.
g. Jika kegiatan koleksi telah selesai, maka serangga-serangga yang sudah berada dalam botol
spesimen selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk diproses lebih lanjut. Di laboratorium
koleksi tadi disortir atau dipisah-pisahkan sesuai dengan kelompoknya, kemudian diawetkan
kembali dalam botol spesimen lainnya. Jangan lupa memberikan informasi seperti yang telah
disebutkan di atas tadi pada botol spesimen tersebut. Sekarang, serangga hasil sortiran itu
telah siap untuk diidentifikasi. Kiranya perlu dikemukakan, bahwa larutan pengawet yang
digunakan untuk mengawetkan serangga dalam waktu tertentu harus diganti, terutama jika
warna larutan pengawetnya telah berubah warna menjadi kecoklat-coklatan. Hal lain yang
juga tidak boleh dilupakan adalah, spesimen harus senantiasa dalam keadaan terendam.
d.2. Jala Kabut (mist net)
Jala kabut ini dipakai untuk memerangkap burung yang terdapat di suatu habitat,
misalnya hutan. Sehubungan dengan itu jala tersebut dipasang antar pohon yang terdapat di
hutan tadi.
10
Gambar 3.2. Jala Kabut
11
Gambar 3.3. Aspirator
d.3. Perangkap Cahaya (Light traps)
Untuk menangkap serangga malam (nokturnal) yang terdapat pada berbagai habitat
seperti di Hutan, perkebunan maupun yang terdapat di daerah pertanian kita dapat
menggunakan perangkap cahaya. Ada berbagai macam tipe dari perangkap cahaya ini, yang
merupakan modifikasi dari perangkap cahaya standard. Misalnya, sebagai sumber cahayanya
ada yang menggunakan lampu neon TL, pijar, bahkan lampu lantera yang disebut juga lampu
badai. Pada prinsipnya, sewaktu perangkap ini dipasang pada malam hari, lampu yang hidup
akan memancarkan cahaya yang terdiri dari berbagai macam warna sesuai dengan jenis
lampu yang digunakan. Nah... serangga-serangga tersebut tertarik kepada warna tadi,
sehingga menjadi berkumpul pada sumber cahaya tersebut dan selanjutnya terperangkap.
Umumnya serangga lebih tertarik kepada cahaya biru atau violet. Perangkap yang kita
gunakan pada kegiatan ini dapat berupa kain layar putih, tripleks putih ataupun kertas koran
yang dilumuri dengan minyak. Sewaktu serangga tadi datang ke sumber cahaya, maka
serangga tersebut akan terjatuh ke kain layar putih, tripleks putih, ataupun ke atas kertas
koran dan menjadi melengket. Dengan menggunakan pinset, serangga-serangga yang
terperangkap dapat kita ambil ataupun kumpulkan. Tentu saja pengkoleksian ini akan
berlangsung lambat dan kemungkinan besar ada jenis-jenis serangga yang tidak terkoleksi
karena terbang lagi. Inilah yang menjadi kelemahan metode ini. Dengan mengkoleksi
serangga selama masa periode tertentu, maka lewat metode ini kita dapat mengetahui
komposisi, kepadatan dan fluktuasi serangga pada suatu habitat atau tempat. Secara umum
adapun langkah kerja yang kita lakukan sewaktu kita mengumpulkan serangga dengan
menggunakan perangkap cahaya standard yang telah dilengkapi dengan botol pembunuh
adalah sebagaiberikut:
- Pada ketingggian lebih kurang 5 m dari permukaan tanah pada lokasi penangkapan atau
sesuaikan dengan keadaan tempat dimana koleksi dilakukan, perangkap cahaya
digantungkan.
12
- Usahakan meletakkan perangkap cahaya sedemikian rupa sehingga dapat menyebarkan
cahayanya keseluruh arah disekitar areal penangkapan.
- Pemasangan perangkap dilakukan setelah hari mulai gelap dan pengambilannya dilakukan
pagi harinya.
- Penangkapan dapat dilakukan satu kali seminggu, satu atau dua kali sebulan, tergantung
pada waktu, tenaga dan dana yang tersedia.
- Serangga yang tertangkap pada botol pembunuh diidentifikasi dan dihitung, kemudian
diawetkan secara kering atau basah.
- Serangga yang akan diawetkan secara kering, terlebih dahulu dimasukkan ke dalam
inkubator dengan suhu 27°C selama 1-2 hari. Kemudian baru di pin dan disusun dalam kotak
serangga.
13
Hewan mamalia kecil (Rodentia), demikian juga serangga dapat juga dikoleksi
dengan cara mengumpan. Dalam hal ini pada suatu perangkap kita menempatkan suatu
umpan atau zat penarik, yang akan mengundang datangnya hewan tadi (mamalia kecil dan
serangga) ke perangkap tersebut. Untuk kelompok mamalia kecil, umpan yang sering
digunakan adalah kelapa bakar. Sementara itu untuk kelompok serangga, barangkali kamu
masih mengingat saat melakukan kegiatan Genetika, dimana untuk mengkoleksi anekaragam
lalat buah, kita dapat menggunakan pisang, buah bahkan tape sebagai umpannya. Untuk
mengkoleksi serangga lain, kita dapat juga menggunakan zat penarik (atraktant, berupa suatu
larutan kimia). Untuk mengkoleksi lalat buah yang menyerang tanaman jeruk misalnya, zat
penarik yang umum digunakan adalah Methyl Eugenol yang dapat dibeli di toko-toko yang
menjual kebutuhan pertanian dengan merek PETROGENOL. Dengan menggunakan zat
penarik ini misalnya, Manurung, B. dkk., (2012) telah menyelidiki pola aktivitas harian dan
dinamika populasi lalat buah yang menyerang tanaman jeruk di Kabupaten Karo-Sumatera
Utara. Dalam hal ini dengan menggunakan perangkap Steiner.
14
d.6. Perangkap
Ada berbagai jenis perangkap yang dapat dipergunakan untuk mengkoleksi serangga,
termasuk perangkap berperekat yang disebutkan di atas (papan atau tripleks yang dioles
dengan minyak atau dengan lem, atau kain putih atau kertas putih yang permukaannya di oles
dengan minyak). Perangkap lain yang umum digunakan untuk mengkoleksi serangga adalah
perangkap jebak (Pit Fall Trap, disebut juga Perangkap Barber, Gambar 3.5) dan corong
Barlese-Tullgreen (gambar 3.7). Perangkap jebak umumnya digunakan untuk memerangkap
serangga yang berada di permukaan tanah, sedangkan metode Barlese-Tullgreen untuk
mengkoleksi serangga yang ada di dalam tanah. Adapun cara kerja dari masing-masing
metode tersebut adalah sebagai-berikut:
d.6.1. Perangkap Jebak
Dipergunakan untuk menyelidiki serangga permukaan tanah
a. Alat dan Bahan :
- Bejana sebagai perangkap
- Seng sebagai atap
- Larutan deterjen
- Penggali luang (sekop, cangkul)
- Mikroskop binokuller, loup (kaca pembesar)
- Cawan petri
b. Tata kerja
1) Pilihlah beberapa biotop yang fauna permukaan tanahnya akan diselidiki
(misalnya : lapangan UNIMED, padang rumput, kebun teh, kebun kelapa sawit,
dan lain-lain).
2) Buatlah beberapa jalur transek pada biotop tersebut. Jarak jalur yang satu
dengan lainnya ± 5 m
3) Galilah luang dengan jarak ± 5 m di sepanjang jalur transek tadi.
4) Tempatkanlah perangkaap pada lubang ± tersebut setelah itu kedalam
15
7) Biarkanlah perangkap tersebut selama beberapa hari. Hal ini bergantung kepada
bagian dari penyelidikan kita.
Misalnya :
- Mulai dari jam 7.00 wib – 17.00 wib, apabila untuk menyelidiki serangga
tanah yang diurnal.
- Mulai dari 17.30 wib – 6.00 wib, apabila untuk serangga tanah yang
nocturnal.
8) Setelah selang waktu yang telah ditetapkan ambillah perangkap tersebut dan
serangga tanah yang terjebak ke dalamnya disisihkan dan ditempatkan dalam
botol khusus serta beri label dari perangkap mana fauna tersebut diperoleh.
9) Setelah sampai di laboratorioum, dengan menggunakan Loupe atau Mikroskop
binokuler serta dengan dibantu kunci identifikasi fauna tanah identifikasilah
serangga yang anda peroleh dan hitunglah kelimpahannya.
I II III IV
5m
5m
Gambar 3.5a : Perangkap Jebak Gambar 3.5b : I. II. III. Jalur transek
Keterangan : Dimana perangkap jebak/bejana
1. Bejana berisi deterjen ditempatkan
2. Atap berupa seng
16
b.1. Pengambilan sampel tanah
1. Dengan menggunakan bor tanah (diameter tertentu) (Gambar 3.6) ambillah
sampel tanah dari beberapa biotop. Ambillah hingga kedalaman 5 cm, atau
bagian “top soilnya”.
2. Masukkanlah sampel tanah tersebut ke kantong kain katun dan dengan
secepatnya bawa ke laboratorium. Usahakan waktunya tidak lebih dari 4
jam.
b.2. Ekstraksi serangga tanah
3. Setelah sampai di laboratorium, segeralah tanah tersebut tempatkan pada
saringan yang terdapat dalam corong Barlese – Tullgren. Segera juga
tempatkan botol penampung berisi alkohol 70 % pada bagian bawah dari
corong tersebut
4. Selanjutnya nyalakanlah lampu pijar (bola 25 watt) yang terdapat pada
corong Barlese – Tullgren. Biarkan menyala ± 4 hari.
5. Ambillah botol penampang tersebut dan dengan bantuan Loupe, mikroskop
binokuler, sortirlah serangga tanah yang diperoleh dan identifikasi serta
selidikilah kenekaragaman dan kelimpahannya.
17
Perangkap Steiner ini (modifikasi) terbuat dari botol bekas air mineral berukuran
1500 ml. Kurang lebih seperempat bagian dari arah mulut botol dipotong dan hasil potongan
itu, kemudian dimasukkan kembali ke dalam botol (corong terbalik) (Gambar 3.8a). Pada
bagian dalam botol digantungkan kawat dan kapas sebesar ibu jari dibalut pada kawat
tersebut. Pada kapas tersebut ditetesi metil eugenol sebanyak empat tetes, sebagai zat
pemikat. Perangkap ini biasanya digantung pada pohon yang berbuah (seperti jeruk, jambu,
mangga dll.) kurang lebih 1,5 meter dari permukaan tanah. Bentuk lain dari perangkap
Steiner ini dapat diperhatikan pada Gambar 3.8b, yakni dengan menggunkan corong sebagai
jalan masuknya serangga ke dalam perangkap
a b
Gambar 3.8. Perangkap Steiner
Perangkap ini tebuat dari wadah (piring, karton, plastik berwarna kuning) yang pada
permukaan atasnya diolesi dengan lem. Perangkap ini selanjutnya digantungkan di dahan
pohon atau ditempatkan pada suatu tempat berupa tiang. Umumnya dipergunakan untuk
memerangkap serangga (Gambar 3.9)
18
Gambar 3.9. Perangkap kuning (yellow trap)
d.8. Biosoenometer
Sebuah biocoenometer tidak lain suatu bentuk berupa sungkup, yang ditutupi oleh kain kasa
dimana bagian dasarnya terbuka, sedangkan bagian atasnya tertutup (Gambar 3.10).
Dalam mengkoleksi serangga dengan menggunakan alat tersebut, kita sambil berjalan
ke arah mana yang akan kita tuju, kemudian dengan hati-hati dan perlahan-lahan kita
menempatkan sungkup tersebut pada lokasi yang ingin kita ketahui keberadaan serangganya.
Setelah dipasang, maka biasanya serangga yang terperangkap akan meloncat ke dinding
biocoenometer. Selanjutnya, dengan menggunakan ekshaustor kita dapat mengkoleksi
serangga. Alat ini umumnya dipergunakan untuk mengkoleksi serangga yang terdapat pada
19
tanaman yang pertumbuhan vegetatifnya masih pada tahap awal, atau dengan kata lain,
tanamannya masih relatif rendah/pendek..
Pertanyaan: Dengan metode yang mana lagi anda ketahui dapat mengkoleksi fauna tropika,
sebutkan dan jelaskanlah.
20
KEGIATAN 4
ANALISIS VEGETASI: KURVA SPESIES AREA
c.2. Bahan
d. Prosedur Kerja:
1. Pilih satu tipe vegetasi yang dapat dipakai sebagai contoh dan tentukan batas-batasnya
2. Ditengah komunitas tersebut ditentukan petak contoh 1. Ini tergantung pada luasan
areal dan keragaman jenisnya. Namun demikian petak contoh yang lazim digunakan
untuk permulaan petak contoh pada tanaman herba adalah 1 x 1 m atau sebuah
lingkaran dengan jari-jari 0,56 m.
3. Catat jumlah jenis yang terdapat pada petak contoh 1 dalam tabel lembar data
4. Perluas petak contoh 1 menjadi 2 kali lipatnya (= petak contoh 2) dan catat
pertambahan jenis yang terdapat pada petak contoh 2
5. Perluas contoh 2 menjadi 2 kali lipatnya (= petak contoh 3) dan catat pertambahan
jenis yang terdapat pada petak contoh 3. Demikian seterusnya.
6. Penambahan petak contoh dihentikan bila tidak ada kenaikan jumlah jenis atau
penambahan jenis sudah tidak berarti atau kurang 5 - 10 % (Oosting, 1958; Cain &
Castro, 1959 dalam Apriani 2014).
21
7
5
6
4
1 2
Keterangan :
Petak contoh 1 = 1 m2
Petak contoh 2 = petak contoh 1 + 2 = 2 m2
Petak contoh 3 = petak contoh 1 + 2 + 3 = 4 m2
Petak contoh 4 = petak contoh 1 + 2 + 3 + 4 = 8 m2
Petak contoh 5 = petak contoh 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 16 m2
dan seterusnya.
22
Jenis tumbuhan 1 2 3 4 5 6 7
1.
2.
3
4
5
6
Keterangan :
- Bubuhkanlah tanda (√) jika praktikan menemukan jenis tanaman pada petak contoh
tanaman.
-
f. Pertanyaan dan Refleksi:
1. Apa arti kurva spesies area?
2. Uraikanlah hubungan luas minimum area dengan metode kuadrat ?
3. Mengapa keanekaragaman jenis disuatu daerah dikaitkan dengan percobaan kurva spesifik
area ?
4. Setelah mengetahui keanekaragaman suatu spesies di daerah yang dilakukan percobaan
hal apa saja yang akan dilakukan?
5. Untuk apa melakukan praktikum kurva spesies area ?
6. Untuk apa menentukan kurva spesies area?
7. Alat apa saja yang paling digunakan saat melakukan percobaan
KEGIATAN 5
23
a. Judul kegiatan : Analisis Vegetasi: Metode Kuadrat (Petak, Plot)
b. Tujuan Kegiatan : Untuk mengetahui komposisi jenis, peranan, penyebaran dan struktur
dari setiap suatu tipe vegetasi yang diamati.
c. Alat dan Bahan
c.1. Alat
c.2. Bahan
d. Prosedur Kerja:
1. Tentukan suatu areal tipe vegetasi yang menjadi objek untuk dianalisis
2. Luas petak contoh ditentukan dari hasil pembuatan kurva spesies area dan banyaknya
petak contoh tergantung dari biaya, waktu dan tenaga. Tetapi dari banyak berbagai
pengalaman, pada dasarnya ukuran petak contoh seluas 1 m2 dibuat untuk
menganalisis tumbuhan herba, 10 – 20 m2 dibuat untuk menganalisis tumbuhan semak
atau terhadap pohon tingkatan sapling yang tingginya kurang dari 3 m dan 100 m2
untuk komunitas pohon berbentuk hutan. Bnetuk petak contoh dapat berupa lingkaran,
empat persegi panjang, bujur sangkar, tergantung dari tujuan serta komunitas yang
diamati.
3.
e. Data dan Analisis Data
Penentuan awal petak contoh dicatat data setiap individu jenis yang diperoleh:
Data yang dicatat tersebut berupa:
a. Kerapatan
24
Banyaknya individu dari jenis tumbuhan dapat dihitung. Apabila banyaknya individu
tumbuhan dinayatakan per satuan luas, maka nilai itu disebut kerapatan (densiti).
Kerapatan Mutlak jenis i (KM)
KM (i) = Jumlah individu jenis i dalam petak contoh
Total luas area petak contoh
b. Frekuensi
Frekuensi dipakai sebagai parameter vegetasi yang dapat menunjukkan distribusi atau
sebaran jenis tumbuhan di dalam ekosistem atau memperlihatkan pola distribusi tumbuhan
Frekuensi Mutlak jenis i (FM)
Jumlah subplot yang berisi jenis i
FM (i) =
Jumlah semua subplot yanng diamati
Frekuesi Relatif jenis i (KR)
Frekuensi mutlak jenis i
FR (i) = x 100 %
Jumlah frekuensi mutlak semua jenis
c. Dominansi
Untuk menghitung dominansi pada vegetasi berbentuk herba dan semak rendah
dilakukan dengan cara menaksir presentase (%) penutupan tajuk atau dihitung biomassanya,
sedangkan untuk vegetasi berbentuk pohon dilakukan dengan menghitung luas bidang dasar
pada tinggi 1,30 m dari muka tanah atau pada ketinggian dada orang dewasa.
Dominansi mutlak jenis i (DM)
DM (i) = jumlah luas bidang dasar suatu jenis i (untuk vegetasi pohon)
Atau
DM (i) = jumlah penutupan tajuk jenis i (untuk vegetasi herba dan semak)
25
5. Tentukan besarnya Indeks Nilai Penting (INP) dari masing-masing jenis dengan
menjumlahkan parameter masing-masing jenis tersebut
INP = KR + FR + DR
SDR menunjukkan jumlah Indeks Nilai Penting dibagi dengan besaran yang
membentuknya. SDR dipakai karena jumlahnya tidak lebih dari 100% sehingga mudah untuk
diinterpretasikan.
FR+ DR
SDR = X 100%
2
26
1
2
3
4
dst
Total
Keterangan :
- KM = Kerapatan Mutlak (Absolut)
- KR = Kerapatan Relatif
- FR = Frekuensi Relatif
27
- FM = Frekuensi Mutlak
- FR = Frekuensi Relatif
- DR = Dominansi Relatif
INP = KR + FR + DR
INP
SDR =
3
(Setiadi, 1989)
Jenis yang nilai SDR atau INP paling tinggi merupakan jenis yang dominan.
28
- Kebutuhan manusia masa kini
KEGIATAN 6
d. Prosedur Kerja:
1. Langkah awal dari pengerjaan metode ini adalah dengan berpedoman pada peta vegetasi
dan areal yang akan dianalisis dengan menentukan pengematan di lapangan menggunakan
transek yaitu garis lurus memotong areal yang kan diamati.
2. Langkah selanjutnya tentukan satu titik (misalnya A) terletak pada transek tersebut. Pada
titik A tersebut dibuat garis lurus yang tegak lurus terhadap transek.
3. Selanjutnya untuk arah pergerakan (kompas) disesuaikan dengan arah transek (Lihat
gambar 1). Hasil dari perpotongan garis dengan transek tersebut didapat empat kuadran
yaitu kuadran 1, 2, 3 dan 4.
4. Pada tiap kuadran dilakukan pengukuran jarak diameter pohon dan tihanng dengan titik
pengematan (titik A) dan diameter pohon setinggi dada atau 50 cm diatas akar papan
(banir). Apabila diameter tersebut lebih besar atau sama dengan 20 cm disebut pohon, dan
jika diameter tersebut antara 10-20 cm disebut tihang (pole) dan jika tinggi pohon 2,5 m
dan berdiameter 10 meter disebut pancang dan anakan sampai pohon setinggi 2,5 m
disebut seedling (anakan/semai).
5. Dalam gambar terlihat bahwa walaupun dalam kuadran I terdapat 2 jenis pohon, tetapi
yang dilakukan pengukuran adalah jarak pohon terdekat dengan titik A. Jadi dengan kata
lain tiap kuadran hanya dilakukan pengukuran terhadap satu pohon dan satu tihang.
6. Penentuan jarak antara titik-titik pengamatan selanjutnya, dinilai dari awal pengematan
(A) dengan mengukur jarak ke B, sejauh lebih dari 2 (dua) kali (> 2 kali) jarak rata-rata
antar pohon yang ada di daerah vegetasi yang akan dianalisis. Begitu juga dengan titik
30
pengamatan berikutnya (C, D dan seterusnya) jaraknya adalah lebih dianalisis. Begitu juga
dengan titik pengamatan berikutnya lebih besar 2 (dua) kali jarak rata-rata pohon D.
7. Selanjutnya pada setiap titik pengamatan dibuat 4 (empat) kuadran yang berpusat di titik
pengamatan tersebut. Pada setiap kuadran lakukan pengukuran terhadap satu pohon dan
satu hilang yang jaraknya paling dekat ke titik pengamatan. Hal ini seperti telah dilakukan
pada titik A (point 2 dan 3).
e. Data dan Analisis Data
1. Hasil pengamataan lapangan masukkan pada tabel 13 dan setelah pengukuran di lapangan
selesai, lakukan pengolahan data berikutnya dengan menghitung nilai Kerapatan, Frekuensi,
Dominansi dan Indeks Nilai Penting berdasarkan rumus-rumus yang dikemukan oleh Cox
(1972) sebagai berikut:
1. Kerapatan
Luas area(h a)
- Kerapatan total seluruh jenis =
d2
Dimana d adalah jarak rata-rata seluruh jenis pohon dari titik pengamatan.
Jumla h individu jenis i
- Kerapatan Relatif jenis i (KR) = x 100 %
jumla h total seluru h jenis
kereapatan relatif jenis i
- Kerapatan Mutlak jenis i (KM) = x 100 %
100
2. Frekuensi
- Frekuensi Mutlak jenis i ( FM)
∑titik pengamatan yanng diduduki jenis i
FM (i) =
∑ titik pengamatan yang diduduki seluru h jenis
- Frekuensi Relatif jenis i (FR)
Frekuensi Mutlak jenis i
FR (i) =
Jumla h total frekuensi mutlak seluru h jenis
3. Dominansi
- DM (i) = jumlah luas bidang dasar jenis i
atau
31
- DM (i) = jumlah penutupan tajuk jenis i
d 1+ d 2+d 3+d 4
di = Jarak pohon ke titik pusat pengamatan, dA=
4
32
Objek yang diamati : Pohon/Tihang *
Nomor Nama Keliling/diameter Jarak Tinggi Ket
Tumbuhan (meter) (d) pohon
Titi Kuadran Lokal Botani (Meter) (h)
k (meter)
Keterangan :
Keliling = 2 πr
Diameter =2r
r = Jari-jari batang pohon
Jarak = d, jarak pohon dari titik pengamatan
*Coret yang tidak perlu
33
Keterangan :
K = Kerapatan
KR = Kerapatan Relatif
F = Frekuensi
FR = Frekuensi Relatif
D = Dominansi
DR = Dominansi Relatif
KEGIATAN 7
FAUNA TANAH TROPIKA
34
Tanah merupakan suatu materi dimana berbagai macam kehidupan terdapat padanya.
Tanah terbantuk sebagai akibat dari adanya proses dekomposisi yang dilakukan oleh flora
dan fauna.tanah.
Ada banyak sekali fauna (hewan) yang terdapat pada tanah mulai dari yang berukuran
kecil hingga yang berukuran besar. Berdasarkan ukuran tubuhnya, Wallwork (1970)
memilah fauna tersebut ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1. Mikro fauna : kelompok hewan yang memiliki ukuran tubuh berkisar antara 20-200
mikron, misalnya : Protozoa, Acarina, Nematoda, Rotifera, Tardigrada, dan sebagainya.
2. Meso fauna : kelompok hewan yang memiliki ukuran tubuh berkisar antara 200
mikron sampai 1 cm, misalnya : Acarina, Colembola, Nematoda, Rotifera, Larva serangga,
Isopoda, dan sebaginya.
3. Makro fauna : kelompok hewan yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dari 1 cm,
misalnya : Megascolidisidae, Molusca, Insekta, Arachnida, dan vertebrata kecil.
Kelimpahan (kerapatan) dan keanekaragaman fauna dalam tanah dipengaruhi oleh berbagai
faktor lingkungan, antara lain : vegetasi tanah, suhu tanah, pH tanah, kadar air, atmosfir tanah
dan profil tanah (Wallwork, 1970).
Dalam kegiatan ini kita akan menyelidiki aspek keanekaragaman dan kelimpahan
fauna tanah yang terdapat pada beberapa biotop. Juga faktor fisika dan kimia dalam
lingkungan dimana fauan tanah tersebut ditemukan.
35
- Cawan petri
b. Tata kerja
1. Pilihlah beberapa biotop yang fauna tanahnya akan diselidiki. Misalnya : lapangan
UNIMED Medan, padang rumput, kebun the, kebun kelapa sawit dan lain-lain.
2. Buatlah beberapa jalur transek pada biotop tersebut. Jarak jalur yang satu dengan
yang lainnya kurang lebih 5 meter.
3. Galilah lubang dengan jarak kurang lebih 5 meter di sepanjang jalur transek tadi.
4. Tempatkanlah perangkap pada lubang tersebut, lalu isilah kurang lebih 1/3 bagian
bejana (perangkap) tersebut dengan larutan deterjen.
5. Permukaan perangkap tersebut harus diposisikan persis sama dengan permukaan
tanah.
6. Untuk menghindari masuknya air hujan ke dalam perangkap tersebut, buatlah atap
di atasnya. Tinggi atap tersebut kurang lebih 15 cm dari permukaan tanah.
7. Biarkan lah perangkap tersebut selama beberapa hari. Hal ini tergantung pada
penyelidikan kita. Misalnya :
Mulai dari pukul 07.00 wib – 17.00 wib, untuk penyelidikan fauna tanah
yang diurnal (siang).
Mulai dari pukul 17.30 wib – 06.00 wib, untuk penyelidikan fauna tanah
yang nocturnal (malam).
8. Setelah selang waktu yang telah ditetapkan ambillah perangkap tersebut dan fauna
tanah yang terjebak kedalamnya disisihkan dan ditempatkan dalam botol khusus
serta diberi label dari perangkap mana fauan tersebut diperoleh.
9. Setelah sampai dilaboratorium, dengan menggunakan loupe atau mikroskop
binokuller serta bantuan identifikasi fauna maka identifikasikanlah fauna yang
anda peroleh dan hitunglah kelimpahannya.
36
Gambar 7. 1. Perangkap jebak Gambar 7.2. I.II.III. Jalur transek.
Keterngan: Keterangan :
1. Bejana berisi deterjen. Jalur transek adalah tempat jebakan
2. atap dari seng. di tempatkan
Bahan laporan
Dari ketiga metoda pengambilan fauna tanah di atas. Maka ada beberapa hal yang
perlu anda laporkan, yaitu:
1. Tentukan keanekaragaman (takson) fauna tanah yang anda peroleh dan buatlah
deskripsinya.
2. a. Kelimpahan (takson) fauna tanah yang anda peroleh :
- satuan individu /perangkap/hari untuk perangkap jebak.
- satuan individu/m2 pada kedalaman 5 cm untuk corong Barlese – Tullgren dan
pengapungan.
b. Jumlah kepadatan (kerapatan) kelompok fauna berdasarkan % pada masing-masing
biotop (kerapatan relatip).
3. Hitunglah :
a. Indeks kenekaragaman fauna yang anda peroleh dengan menggukan :
a.1. Rumusan Margalep : H´´ = s -1 /ln N
37
CS = ∑ Wi x 100 % dimana : Wi = persentase terendah dari kelompok fauna ke-i
i-i dikedua biotop yang dibandingkan .
n = Jumlah total kelompok fauna pada
kedua botopyang dibandingkan.
4.a. Uraikan kebaikan dan kelemahan ketiga metode pengambilan sampel fauna tanah di atas
dalam rangka penyelidikan fauna tanah.
Jumlah total
Indeks keragaman
Indeks kesamaan
1. Suhu tanah.
Suhu tanah langsung diukur saat pengambilan sampel tanah atau saat studi fauna
tanah dilaksanakan. Dalam hal ini termometer dimasukkan ke dalam tanah yan
sebelumnya telah dibuat suatu lubang dengan garis tengah termometer tersebut.
Atau dengan menggunakan “Soil tester” .
2. pH tanah.
Untuk pengukuran PH tanah dilakukan di laboratorium. Dalam hal ini digunakan
tanah sebagi sampel sebanyak 100 gram dan dicampur dengan air destilasi
sebanyak 250 gram dan kemudian diaduk secara perlahan. Tanah tersebut
didiamkan selama satu malam lalu diaduk lagi. Setelah beberapa saat baru diukur
PHnya dengan menggunakan PH meter atau dengan menggunakan “Soil tester”.
38
3. Kadar air tanah.
Parameter ini juga ditentukan di laboratorium. Sebanyak 20 gram tanah
dimasukkan ke dalam oven pada suhu 1050 c selama 2 jam. Setelah itu tanah
diambil kembali dan dilakukan penimbangan.
c. Vegetasi.
Vegetasi yang terdapat pada biotop dimana fauna tanah sedang diselidiki juga perlu
diinventarisasi. Vegetsi yang spesiesnya belum diketahui dengan pasti, beberapa sampelnya
harus dibawa ke herbarium. Dan dengan bantuan petugas herbarium tersebut diminta
diidentifikasi.
Pertanyaan :
1. Jelaskan mengapa suhu tanah, pH tanah, kadar air tanah dan kadar organik
tanah,dapat berperan sebagai faktor pembatas terhadap keanekaragaman dan
kelimpahan fauna tanah.
2. Daerah Rhizosfir dari suatu vegetasi memiliki nilai tersendiri bagi fauna tanah dan
biasanya keanekaragaman dan kelimpahan fauna tanah lbih berlimpah di sana.
Mengapa demikian ? Jelaskan!
39
3. pH tanah
4. kadar organik
tanah (%)
40