Anda di halaman 1dari 13

CRITICAL BOOK REPORT

METODE PEWARNAAN

Oleh:

JESIKA P. MANALU

4163220019

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
BAB I

PENGANTAR

dalam menyiapkan materi segar untuk pengamatan mikroskopisadalah


Fiksasi. Fiksasi juga merupakan langkah awal yang penting dalam membuat
sediaan utuh maupun sediaan sayatan. Tujuan fiksasi adalah untuk menghentikan
proses metabolisme secara cepat, mencegah kerusakan jaringan, mengawetkan
komponen-komponen sitologis dan histologis, mengawetkan keadaan sebenarnya
dan mengeraskan. Fiksasi dapat dilakukan dengan cara melewatkan preparat
diatas api atau merendamnya dalam metanol. Untuk materi-materi yang lunak
akan terjadi koagulasi protoplasma dan maupun elemen-elemen di dalam
protoplasma.

Untuk memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan


Biologi,seseorang perlu menggunakan suatu cara atau teknik tertentu.
Adakalanya teknik yang digunakan tidak hanya yang bersifat makroskopistetapi
sering kali melalui teknik yang bersifat mikroskopis. Untuk ituanalisis dapat
dibedakan atas analisis kimia dan analisis struktur.

Analisis kimia dapat melalui spektroskopi dan kromatografi. Sedangkan


Analisis struktur dapat melalui mikroteknik dan mikroskropelektron.
Teknik ini timbul akibat keterbatasn kemampuan indra manusia. Panca indra
manusia seringkali hanya dapa melihat benda- benda atau organisme yang bersifat
makroskopis saja. Oleh karena itu,diperlukan metode mikroteknik untuk melihat
struktur pada tingkat selmaupun jaringan dan struktur yang
bersifat submikroskopis berupamakromolekul yang biasanya dapat di lihat melalui
miroskop elektron.
Identitas Buku

BUKU UTAMA

Judul : Dasar-Dasar Teori Mikroteknik Teknik Pembuatan Sediaan Histologi

Penulis : Herbert Sipahutar

Penerbit : FMIPA Unimed

Tahun Terbit : 2017

Kota Terbit : Medan

Jumlah Halaman : 155 halaman

BUKU PEMBANDING

Judul : Metode Pewarnaan (Histologi & Histokimia)

Penulis : S.H. Suntoro

Penerbit : Bharata Karya Aksara

Tahun Terbit : 1983

Kota Terbit : Jakarta

Jumlah Halaman : halaman


BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

BUKU UTAMA

Dasar-Dasar Teori Mikroteknik Teknik Pembuatan Sediaan Histologi

Pembuatan Apusan (Smear Technique)

Untuk jaringan darah, sumsum tulang, neuron, sel-sel germinal dan sel
lainnya, jika pengamatan lebih dititik beratkan untuk melihat sel secara indovidual
dan bukan untuk mengamati jaringan secara menyeluruh, kadang-kadang teknik
apusan merupakan teknik yang paling tepat untuk dilaksanakan. Tetapi, hasil
apusan biasanya tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama sehingga
tidak dapat diamati secara berulang karena sifatnya adalah temporer.

a. Apusan Darah (Blood Smear)


Sebelum memulai pembuatan apusan darah, sediakan sejumlah slide atau
sesuai dengan kebutuhan yang telah dibersihkan dengan metode biasa dan di
bilas beberapa kali dengan akuades dan dikeringkan dengan kain lap kering.
Jangan pernah menyentuh permukaan slide dengan jari, simpan di dalam
kotak bertutup rapat atau bungkus dengan kertas tipis bebas serat.
b. Apusan Sumsum Tulang (Bone Marrow Smear)
Sumsum tulang dapat di peroleh dari bagian ujung tulang rusuk hewan
percobaan dengan cara memecah tulang tersebut dengan secara hati-hati.
Sampel sumsum kemudian diletakkan pada bagian tengah atau pusat
permukaan slide yang bersih. Tumpukan sumsum tersebut kemudian di timpa
dengan slide kedua lalu di tekan hingga sumsum tersebar merata di atas
permukaan slide yang pertama. Jika setelah kering, apusan ini dapat diwarnai
dengan pewarna Wright mengikuti prosedur yang telah dijelaskan
sebelumnya untuk pewarnaan darah. Setelah pewarnaan, apusan harus
dijernihkan dan kemudian ditutup dengan kaca penutup menggunakan
Canada Balsam.
Dengan metode lain, apusan diatas dapat di fiksasi dengan larutan Bouin,
kemudian diwarnai Eosin-metilen biru, lalu di diferensiasi dalam alkohol
95%, di dehidrasi dengan alkohol absolut, selanjutnya dijernihkan dan
ditutup.
c. Apusan Jaringan Saraf (Nervous Tissue Smear)
Neuron bersama inklusi dan serabut-serabutnya dapat di demonstrasikan
dengan baik, dengan cara mencuplik sedikit bagian kelabu (gray matter)
tanduk ventral sumsum tulang belakang sapi dan meletakkannya pada bagian
tengah permukaan slide yang bersih. Cuplikan tersebut kemudian di timpa
dengan slide kedua dan ditekan sehingga menyebar di atas permukaan slide
dengan merata. Apusan kemudian di fiksasi dengan alkohol 95% selama 1-2
menit dan kemudian dibiarkan sampai kering. Setelah itu apusan diwarnai
dengan larutan metilen biru (aqueous) 1% beberapa menit. Selesai pewarnaan
slide kemudian di cuci dengan air kemudian langsung dilewatkan pada
larutan-larutan berikut, alkohol 95%, alkohol absolut, alkohol absolut-xilol
(1:1), xilol selanjutnya ditutup seperti biasa.
d. Apusan Sel-Sel Germinal (Germ Cells Smear)
Apusan dapat dibuat dari testis hewan-hewan invertebrata maupun vertebrata
dengan cara meletakkan potongan kecil testis pada bagian tengah slide
kemudian ditimpa dengan slide yang kedua sampai pecah dan menyebar
secara merata pada permukaan slide pertama (seperti pembuatan apusan
sumsum tulang). Slide yang akan digunakan harus bersih dan kering seperti
telah dijelaskan sebelumnya. Apusan ini kemudian dapat difiksasi dengan
larutan bouin secara singkat, diwarnai dengan hematoksilin alum atau iron-
hematoxylin, di diferensiasi, dehidrasi, dijernihkan dan terkahir ditutup
seperti biasa.

BUKU PEMBANDING
Metode Pewarnaan (Histologi & Histokimia)

Metode Oles

Metode oles (smear methods) adalah suatu pembuatan sediaan dengan


jalan mengoles atau membuat selaput (film) dari substansinya berupa cairan atau
bukan cairan diatas gelas benda yang bersih dan bebas lemak, untuk selanjutnya
kemudian di fiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup.

Langkah yang penting dalam pembuatan sediaan ini adalah sebagai berikut:

1. Tebal film harus diperhatikan.


2. Film kemudian difiksasi agar melekat erat pada gelas benda sehingga yakin
bahwa sel-sel yang ada didalamnya tetap normal bentuknya.
3. Memberi warna.
4. Menutup dengan gelas penutup.

Biasanya yang sering dibuat sediaan oles adalah darah, walaupun cairan yang
lain juga dapt dibuat sediaan oles misalnya cairan nanah (eksudat) atau jaringan-
jaringan tertentu.

Film dari pembuatan sediaan dengan cara ini untuk mempelajari sitologi
darah, sumsum tulang merah, pulpa putih lien, eksudat dari bermacam-macam
jaringan yang meradang. Untuk menunjukan adanya bakteria protozoa, dan
rickettsiae yang terdapat dalam jaringan adalah lebih baik dengan menggunakan
metode irisan dengan mikrotom. Sedang dengan menunjukkan adanya protozoa
dalam darah maka dibuat film darah yang tebal dan dihemolisa sebelum atau
selama pewarnaan, sehingga jika seandainya ada lamodiu, trypanasoma ataupun
mikrofilaria dapat segera dilihat. Film darah tebal dibuat juga untuk memplajari
sitologi darah avertebrata oleh karena jumlah sel-sel didalam plasma darah
avertebrata hanya sedikit. Darah ataupun cairan diambil dengan pipet tetes tetapi
untuk darah perifer misalnya dari ujung jari, setelah darah keluar dapat diteteskan
langsung diatas gelas benda untuk selanjutnya di proses.

Contoh-contoh pembuatan sediaan oles:


1. Pembuatan film darah tipis
Darah yang dibuta sediaan dapat darah hewan atau darah manusia atau
darah homo. Bila darah homo yang akan diperiksa maka caranya adalah sbb :
Darah diambil dari ujung jari ke tiga, empat atau lima yang ditusuk dengan
jarum franke atau jarum injeksi yang sebelumnya telah disterilkan dulu
dengan alkohol 70%. Ujung jari yang akan ditusuk diusapi dulu dengan
alkohol 70%. Alkohol 70% disini berfungsi untuk menghindari infeksi,
tetesan darah yang pertama sebaiknya dibuang, karena masih mengandung
banyak cairan jaringan. Baru tetesan yang kedua dan seterusnya diambil
untuk sediaan oles.
2. Pembuatan sediaan oles dari jaringan
Untuk ini film jaringan dapat dikerjakan dengan cara yang sangat
sederhana.
Caranya adalah sbb:
Tekanlah gelas benda yang bersih dengan hati-hati diatas permukaan
potongan jaringan yang segar. Pembuatan sediaan oles secara ini dapat
dikerjakan untuk jaringan otak, dan jaringan-jaringan yang selnya mudah
terlepas.
3. Pembuatan film darah tebal
Apabila cairan darah yang akan dibuat sediaan oles tidak cukup
mengandung protein lebih baik gelas benda yang akan dipakai diolesi dengan
gliserin. Alumunium terlebih dahulu agar sel-selnya melekat erat pada gelas
benda.
Pembuatan sediaan oles dengan film tebal ini da[at dikerjakan selain untuk
darah hewan-hewan golongan avertebrata, juga digunakan untuk pembuatan
film darah manusia yang tujuannya untuk mencari ada atau tidak adanya
parasit darah yang biasanya jarang terdapat didalamnya.
4. Pembuatan film nanah yang tebal
Untuk sediaan ini, biasanya nanah diencerkan terlebih dahulu dengan
serum atau cairan yang lain (seperti halnya sediaan oles untuk lien dan
sumsum).
Eksudat yang sudah encer ini dapat dibuat sediaan oles seperti halnya
darah. Oleh karena nanah atau eksudat yang diencerkan tadi merupakan
cairan yang keruh, maka untuk menjernihkannya cairan tersebut perlu
disentrifugal, terlebih dahulu. Endapan yang diencerkan lagi dengan serum.
Hasil dari pengenceran ini sekarang sudah siap untuk dioleskan pada gelas
benda. Untuk nanah yang diambil dari lapisan serosa yang mengalami
peradangan, dimana disini kandungan protein relatif tinggi, disini cairan
supernatan sangat baik sekali untuk melarutkan kembali endapan tersebut.
Akan tetapi untuk endapan urin ataupun cairan cerebrospinalis, pelarutnya
akan lebih memuaskan hasilnya bila digunakan serum.
Catatan:
Pembuatan sediaan oles dari bahan padat (bukan suatu cairan) hasilnya akan
lebih baik untuk jaringan-jaringan yang vascularisasinya tidak banyak, seperti
misalnya jaringan-jaringan yang termasuk nervosum sentrale.

Cara fiksasi sediaan oles

Ada 2 macam fiksasi sediaan oles ialah :

1. Fiksasi sediaan setelah kering


2. Fiksasi sediaan sebelum kering

Biasanya macam fiksatif yang digunakan setelah sediaan yang menjadi


kering, adalah fiksatif-fiksatif yang berbentuk cairan yang paling banyak
digunakan adalah metil alkohol, alkohol absolute, dan alkohol eter. Cara fiksasi
macam ini sangat baik untuk bakteria dan eritrosit yang keduanya tidak banyak
mengalami perubahan bentuk. Walaupun sediaan sudah menjadi kering. Metode
ini dapat juga dipakai untuk leukosit apabila tujuannya tidak untuk melihat bentuk
normalnya.

Beberapa sediaan oles :

1. Pewarnaan Giemsa.
Pewarnaan ini sering disebut juga pewarnaan romanowski. Metode
pewarnaan ini banyak dipakai untuk mempelajari morfologi sel-sel darah, sel-
sel lien, sel-sel sumsum dan juga untuk identifikasi parasit-parasit darah
misalnya dari jenis protozoa antara lain tripanosoma, leismaniae, plasmodia,
bartomelae.
Zat pewarna ini dapat dibeli dalam bentuk serbuk atau larutan yang
disimpan didalam botol yang gelap.
Dalam laboratorium-laboratorium banyak dipakai larutan giemsa 3% yang
dibuat dari larutan baku giemsa yang berupa cairan atau larutan. Hampir
semua larutan baku untuk pewarnaan sediaan oles, pelarutnya adalah metil
alkohol.
2. Pewarnaan May Grunwald
Adalah larutan eosin metilene blue dalam metil alkohol. Eosin metilene
blue atau yang lazim disebut May Grunwald dapat dibeli dia apotik-apotik,
perusahaan dagang yang menjual zat kimia dalam bentuk serbuk. Campuran
eosin metilene blue ini sebenarnya juga dapat dibuat sendiri tetapi hasilnya
kurang memuaskan. Serbuk may grunwald yang akan dipakai, dibuat larutan
dengan persentase 0,25% dalam metil alkohol sebaiknya dapat dibuat larutan
dalam jumlah seperlunya saja, sebab larutan may grunwald yang sudah agak
lama tidak akan memberikan hasil yang baik.
Metil alkohol yang terdapat dalam komposisi larutan may grunwald ini
mempunyai 2 fungsi ialah:
a. Sebagai pelarut serbuk may grunwald.
b. Sebagai fiksatif jaringan oles.
Oleh karena itu dalam pewarnaan ini proses fiksasi dan pewarnaan
berjalan bersama-sama.
3. Pewarnaan Pappenheim
Pewarnaan ini sebenarnya merupakan kombinasi dari pewarnaan may
Grunwald dan pewarnaan Giemsa.
4. Pewarnaan Wright
Zat pewarna ini dapat di beli di apotek atau penjual bahan kimia dalam
bentuk serbuk atau fuder atau sudah dalam bentuk cairan. Bila terdapat dalam
bentuk serbuk jika akan dipakai harus dilarutkan di dalam metil alkohol,
sejumlah 0,1 gram dalam 60 cc. Cara melarutkan dapat dengan jalan
menggerus serbuk tadi didalam mortir, sedikit demi sedikit tambahkan metil
alkohol sampai volumenya 60 cc. Kemudian dimasukkan kedalam botol yang
berwarna gelap dan ditutup rapat-rapat.
BAB III

KEUNGGULAN BUKU

a. Keterkaitan antar bab


Pada buku utama keterkaitan antar bab adalah berketerkaitan, sebab pada
buku tersebut dijelaskan dari hal-hal yang umum kemudian ke hal-hal yang
khusus dan disusun secara rapi sehingga pembaca dapat mudah memahami isi
buku.
b. Kemutakhiran buku
Pada buku utama tergolong kedalam mutakhir sebab buku diterbitkan pada
tahun 2017.
BAB IV

KELEMAHAN BUKU

a. Keterkaitan antar bab


Pada buku keterkaitan antar bab adalah kurang berketerkaitan sebab pada
buku tersebut susunannya kurang rapi. Misalnya pada metode-metode dasar
dalam mikroteknik dipisah-pisah menjadi beberapa bab tetapi susunannya
tidak berurutan. Sehingga pembaca kesulitan dalam membacanya.
b. Kemutakhiran buku
Pada buku pembanding tidak mutakhir karena buku diterbitkan pada tahun
1983.
BAB V

IMPLIKASI

A. Teori
Dari segi teori yang ada pada kedua buku yang saya bahas merupakan
teori yang benar dan dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya, karena
benar-benar mencakup tentang metode pewarnaan
B. Program pembangunan diindones
Dari beberapa penjelasan dalam kedua buku tersebut sangat lah jelas bagus
dalam memberikan pengetahuan yang lebih lagi mengenai fiksasi dan yang
lainnya dan ini merupakan suatu hal yang bagus dalam pembangunan
produk baru tanpa di dalam maupun luar negeri.
C. Pembahasan dan analisis

dimana di terangkan dalam kedua buku ini yaitu sebagai dasar acuan
dalam melakukan metode pewarnaa yang merupakan dasar awal untuk
mengembangkan wawasan, pengembangan kemampuan berpikir ditujukan
untuk beberapa hal, diantaranya adalah mendapat latihan berfikir secara
kritis dan kreatif,mengaplikasikan pengetahuan, menghasilkan idea atau
ciptaan yang kreatif dan inovatif, mengatasi cara-cara berfikir yang
terburu-buru, kabur dan sempit, meningkatkan aspek kognitif dan afektif,
dan seterusnya perkembangan intelek mereka.
BAB VI

PENUTUP

a. Kesimpulan
Dari kedua buku tersebut jika di gunakan dalam pembelajaran mahasiswa
cocok untuk referensi mahasiswa dalam pembelajaran mikroteknik. Sebab
kedua buku te

DAFTAR PUSTAKA

Sipahutar, H. (2017). Dasar-Dasar Teori Mikroteknik Teknik Pembuatan Sediaan


Histologi. FMIPA Unimed : Medan.

Suntoro, S.H. (1983). Metode Pewarnaan (Histologi & Histokimia). Bharata


Karya Aksara : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai