Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN LENGKAP

APUSAN DARAH TEPI

DISUSUN OLEH :

NAMA: SURSILA KAHAR

NIM: 19134530047

MK : HEMATOLOGI I

DOSEN : AAN YULIANINGSIH ANWAR S.ST.,M.Kes

POLTEKKES KEMENKES TERNATE

TAHUN AKADEMIK

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Langkah pertama dalam menyiapkan materi segar untuk pengamatan


mikroskopis adalah fiksasi. Fiksasi juga merupakan langkah awal yang penting
dalam membuat sediaan utuh maupun sediaan sayatan. Tujuan fiksasi adalah untuk
menghentikan proses metabolisme secara cepat, mencegah kerusakan jaringan,
mengawetkan komponen-komponen sitologis dan histologist, mengawetkan
keadaan sebenarnya, dan mengeraskan. Fiksasi dapat dilakukan dengan cara
melewatkan preparat diatas api atau merendamnya dalam metanol. Untuk materi-
materi yang lunak akan terjadi koagulasi protoplasma dan maupun elemen-elemen
di dalam protoplasma

Untuk memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan Biologi,


seseorang perlu menggunakan suatu cara atau teknik tertentu. Ada kalanya teknik
yang digunakan tidak hanya yang bersifat makroskopis tetapi sering kali melalui
teknik yang bersifat mikroskopis. Untuk itu analisis dapat dibedakan atas analisis
kimia dan analisis struktur .

Analisis kimia dapat melalui spektroskopi dan kromatografi. Sedangkan


Analisis struktur dapat melalui mikroteknik dan mikroskrop electron. Teknik ini timbul
akibat keterbatasn kemampuan indra manusia. Panca indra manusia seringkali
hanya dapa melihat benda-benda atau organisme yang bersifat makroskopis saja.
Oleh karena itu, diperlukan metode mikroteknik untuk melihat struktur pada tingkat
sel maupun jaringan dan struktur yang bersifat sub-mikroskopik berupa
makromolekul yang biasanya dapat dilihat melalui miroskop electron.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah membuat sediaan olesan dari substansi
berupa cairan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Pembuatan sediaan apus darah biasanya digunakan dua buah kaca sediaan
yang sangat bersih terutama harus bebas lemak. Satu buah kaca sediaan bertindak
sebagai tempat tetes darah yang hendak diperiksa dan ynag lain bertindak sebagai
alat untuk meratakan tetes darah agar didapatkan lapisan tipis darah (kaca perata).
Darah dapat diperoleh dari tusukan jarum pada ujung jari. Sebaiknya tetesan darah
pertama dibersihkan agar diperoleh hasil yang memuaskan. Tetesan yang kedua
diletakan pada daerah ujung kaca sediaan yang bersih. Salah satu ujung sisi pendek
kaca perata diletakan miring dengan sudut kira- kira 45o tepat didepan tetes darah
menyebar sepanjang sisi pendek kaca perata, maka dengan mempertahankan
sudutnya, kaca perata digerakan secara cepat sehingga terbentuklah selapis tipis
darah diatas kaca sediaan. Setelah sediaan darah dikeringkan pada suhu kamar
barulah dilakukan pewarnaan sesudah difiksasi menurut metode yang dipilih, yaitu
metode Giemsa dan Wright yang merupakan modifikasi metode Romanosky
(Maskoeri, 2008).

Zat warna yang digunakan dalam metode Romanovsky adalah Giemsa yang
sebelumnya telah diencerkan dengan aquades. Sediaan apus yang telah
dikeringkan diudara, difixir dulu dengan methyl alkohol selama 3-5 menit. Semakin
lama pewarnaan yang dilakukan maka intensitasnya menjadi semakin tua. Preparat
apus yang yang telah selesai dibuat kemudian diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 100x. Gambar yang didapat dalam hasil menunjukan sel-sel butir darah
baik eritrosit, leukosit, trombosit, atau yang lain (Maskoeri, 2008).

Fungsi dari larutan-larutan pada pembuatan preparat apus darah ikan dan
manusia adalah metanol untuk proses fiksasi yaitu untuk membunuh sel-sel pada
sediaan tersebut tanpa mengubah posisi (struktur) organel yang ada di dalamnya
yang dilakukan selama 2 menit, pewarna Giemsa 10% sebagai pewarna yang umum
digunakan agar sediaan terlihat lebih jelas. Pewarnaan ini sering disebut juga
pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak dipakai untuk mempelajari
morfologi darah, sel-sel sumsum dan juga untuk identifikasi parasit-parasit darah
misalnya dari jenis protozoa. Zat ini tersedia dalam bentuk serbuk atau larutan yang
disimpan di dalam botol yang gelap. Di dalam laboratorium-laboratorium banyak
dipakai larutan Giemsa 3% yang dibuat dari larutan baku Giemsa yang berupa
cairan (larutan) (Kurniawan, 2010).

 Tinjauan tentang Darah

Darah dianggap sebagai jaringan khusus yang menjalani sirkulasi. Aliran


darah dalam seluruh tubuh menjamin lingkungan yang tetap, agar semua sel serta
jaringan mampu melaksanakan fungsinya. Darah mempunyai dua komponen, yaitu
komponen cairan dan komponen sel darah yang terdiri dari tiga macam yaitu
eritrosit, leukosit, dan trombosit.

Darah adalah cairan tubuh yang mengalir dalam pembuluh dan beredar ke
seluruh tubuh. Darah pada umumnya terdiri atas unsur-unsur seluler dan matrik
cairan yang disebut plasma. Darah terdiri atas plasma dan komponen-komponen
seluler yaitu sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit dan
trombosit. Plasma merupakan cairan yang mengandung ion-ion dan molekul organik
meliputi protein, elektrolit, nitrien, materi sampah, zat terlarut dan materi terlarut
(Maskoeri, 2008).

Sel darah pada umumnya dikenal ada tiga tipe yaitu: eritrosit, lekosit dan
trombosit. Eritrosit manusia dalam keadaan normal berbentuk cakram bulat bikonkaf
dengan diameter 7,2 µm tanpa inti, lebih dari separoh komposisi eritrosit terdiri dari
air (60%) dan sisanya berbentuk substansi koloidal padat. Sel ni bersifat elastis dan
lunak. Lekosit (sel darah putih) terdapat pada bagian pinggir sel darah, lekosit ini
dibagi menjadi dua yaitu granulosit dan agranulosit.

Granulosit terbagi menjadi tiga yaitu Netrofil (terbanyak) berbentuk bulat


dengan diameter 10-12 µm, Eosinofil yang strukturnya lebih besar daripada netrofil
(10-15 µm) dan Basofil (paling sedikit) dengan ukuran hampir sama dengan netrofil
tetapi basofil sangat sulit ditemukan. Agranulosit dibagi menjadi dua yaitu Limfosit
yang mempunyai ukuran yang bevariasi, inti bulat sitoplasma mengelilingi inti seperti
cincin dan berperan penting dalam imunitas tubuh, dan Monosit (sel lekosit
terbesar), intinya berbentuk oval kadang terlipat-lipat dapat bergerak dengan
membentuk pseudopodia. Tipe ketiga yaitu Trombosit (disebut juga keping darah),
berbentuk sebagai keping-keping sitoplasma lengkap dengan membran yang
mengelilinginya, Trombosit terdapat khusus pada sel darah mammalia.

Untuk melihat struktur sel-sel darah dengan mikroskop cahaya pada


umumnya dibuat sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini tidak hanya digunakan
untuk mrmpelajari sel darah tapi juga digunakan untuk menghitung perbandingan
jumlah masing-masing sel darah. Pembuatan preparat apus darah ini menggunakan
suatu metode yang disebut metode oles (metode smear) yangmerupakan suatu
sediaan dengan jalan mengoles atau membuat selaput (film) dan substansi yang
berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas benda yang bersih dan bebas lemak
untuk kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup (Handari,
2003)

 Faktor Kegagalan
Menurut Maskoeri (2008), adapun faktor yang mempengaruhi
ketidakberhasilan dalam pembuatan preparat yaitu:
Darah yang cepat menggumpal ataupun cepat mengering saat
diteteskan ke kaca benda Kurangnya pengalaman praktikan dan
kurangnya kesabaran praktikan

 Faktor Keberhasilan
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pembuatan preparat, terutama pada pembuatan preparat apus
diantaranya :

1. Pengambilan sampel

Sampel yang diambil adalah darah yang masih segar, karena darah
merupakan jaringan hidup yang dapat melakukan proses pembekuan saat terjadi
luka dan pendarahan.
2. Pemrosesan

Pemrosesan juga sangat mempengaruhi keberhasilan pembuatan preparat


terutama dalam proses perlakuan penggeseran darah pada kaca benda, karena hal
ini berpengaruh terhadap sel-sel darah.

3. Pewarnaan

Pemberian zat warna yang berlebihan akan mengakibatkan bagian-bagian sel


darah yang amat terlalu tebal, sehingga sulit diamati. Lamanya pemberian zat warna
juga berpengaruh karena adanya daya serap jaringan juga berbeda. Sehingga
dalam hal ini diperlukan keterampilan dan pengamatan yang cukup (Maskoeri,
2008).
BAB III

METODELOGI

3.1 Alat dan Bahan

 Alat
 Obejk glas
 Tabung EDTA
 Spuit
 Vakum tainer
 Holder
 Tourniquet

 Bahan
 Methanol
 Gimsa
 Darah

3.2 Prosedur kerja

1 persiapan alat dan bahan

2. pipet darah lalu di tuangkan obejek glas sebanyak 1 tetes

3. buatlah apusan berbebntuk lindah, tunggu hingga kering

4. setelah itu fiksasi mengunakan larutan gimsa tunggu hinggga kering.

5. setelah itu tambahkan larutan menatol di diamkan selama 30 menit.

6. lalu bilas dengan air kamudian amati dengan mikroskop.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

NO Jenis-jenis leukosit jumlah


1 Basophil 29
2 eosinofil 13
3 Neutrophil batang 3
4 Neutrophil segmen 3
5 monosit 1
6 limsofil 17
7 juven 4
8 myelu
JUMLAH 70%

4.2 Pembahasan

Pada praktikum pembuatan preparat apus yang digunakan adalah darah


manusial. Dari hasil pengamatan preparat darah manusia baik melalui mikroskop
secara langsung maupun dari hasil pengamatan potret preparat dapat diketahui
bentuk sel darah merahnya. Pada manusia bentuk sel darah merahnya berbentuk
lonjong/oval dan berinti.

Untuk kegiatan praktikum pembuatan preparat apus pengambilan darah


manusia dilakukan dengan cara mengambil darah manusia Setelah darah diulas
dan dibiarkan mengering agar darah menempel pada kaca benda kemudian
preparat tersebut diamati di bawah mikroskop dengan tujuan untuk mencari bagian-
bagian yang dianggap tepat, bagus dan sesuai dengan apa yang diinginkan atau
yang dicari. Apabila telah mendapatkan bagian yang tepat langkah selanjutnya
adalah pemberian (penetesan) alkohol 100%. Alkohol berfungsi sebagai dehidrasi
yang berperan dalam proses dehidrasi yaitu proses pengeluaran air dari dalam
jaringan. Apabila prosesnya tidak sempurna maka air akan tetap ada di dalam
jaringan dan seiring dengan berjalannya waktu akan dapat menyebabkan rusaknya
preparat yang lebih cepat. Oleh sebab itu dehidran harus mampu menarik air dari
tissu dan menggantikan kedudukan air tersebut. Dehidran dapat digantikan
kedudukannya oleh medium penjernihan. Dehidran yang digunakan pada praktikum
ini adalah alkohol 100%.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

 Alkohol 100% berperan dalam proses dehidrasi yaitu proses pengeluaran air
dari dalam jaringan
 Tujuan pewarnaan pada pembuatan preparat adalah untuk mempertajam
atau memperjelas berbagai elemen tissu, terutama sel-selnya sehingga dapat
dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop
 Dari hasil pengamatan dengan menggunakan metode apus pada darah kadal
menghasilkan preparat yang sudah bagus atau bisa juga dikatakan berhasil,
hal tersebut dapat dilihat dari hasil yang didapatkan bahwa terlihat sel darah
merah karena hasil pewarnannya terlihat jelas sehingga dapat diamati
bagian-bagiannya.

5.2 Saran

Dalam pembuatan preparat darah dengan metode apus membutuhkan


adanya ketelitian, ketelatenan serta ketepatan waktu dalam tiap tahap
pemrosesannya. Hendaknya batas pengambilan darah diperpendek kontaknya
karena darah cepat sekali mengering atau membeku jika terkena udara.

Eritrosit pada manusia berbentuk kepingan bikonkaf yang diratakan


dandiberikan tekanan di bagian tengahnya, dengan bentuk seperti ³barbell´jika
dilihatsecara melintang. Bentuk ini (setelah nukei dan organelnya dihilangkan)
akanmengoptimisasi sel dalam proses perukaran oksigen dengan jaringan tubuh
disekitarnya. Bentuk sel sangat fleksibel sehingga muat ketika masuk ke dalam
pembuluhkapiler yang kecil. Eritrosit biasanya berbentuk bundar.Kepingan eritrosit
manusia memiliki diameter sekitar 6-8 mikronmeter danketebalan 2 mikronmeter,
lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuhmanusia.

Eritrosit normal memiliki volume sekitar 9 femtoliter. Sekitar sepertiga


darivolume diisi oleh hemoglobin, total dari 270 juta molekul hemoglobin, dimana
setiapmolekul membawa 4 gugus heme.Orang dewasa memiliki 2-3 x 1013 eritrosit
setiap waktu (wanita memiliki 4-5 juta eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki
5-6 juta. Sedangkan orang yangtinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen
yang rendah maka cenderunguntuk memiliki sel darah merah yang lebih
banyak).Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi dibandingkan dengan
partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih yang hanya memiliki sekitar
4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya memiliki 150000-400000 di
setiapmikroliter dalam darah manusia.Morfologi sel darah merah yang normal adalah
bikonkaf. Cekungan (konkaf) pada eritrosit digunakan untuk memberikan ruang pada
hemoglobin yang akanmengikat oksigen

DAFTAR PUSTAKA

Budiono, J.D. 1992. Pembuatan Preparat Mikroskopis. University Press.


IKIP. Surabaya.
Campbell, Reece, Mitchell. 2004. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 3. Jakarta.
Erlangga.

Eli. 2011. Bahan Ajar Mikroteknik. Jurusan Biologi FMIPA UNNES.


Semarang.

Gunarso, Wisnu. 1989. Bahan Pengajaran Mikroteknik. Bogor : DEPDIKBUD


Institiut Pertanian Bogor.

Juwono dr, dan Achmad dr. 2000. Biologi Sel. Buku kedokteran GGC.
Semarang

Lesson C, et al. 1990. Mempersiapkan Jaringan dalam Buku Ajar Histologi.


Edisi V. EGC. Jakarta. Hal 7-8.

Poedjiadi, Anna.1994. Dasar dasar biokimia. Indonesia University Press.


Jakarta.

Sundoro, S.H. 1983. Metode Pewarnaan (Histologis dan Histokimia). Penerbit


Bhrataro Karya Aksara. Jakarta.

Ganong, W. P. 1988. Review of Medical Physiologis.Long Medical Publishing


Los Atos. California.

Guyton. 1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Prees.
Yogyakarta.

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai