DISUSUN OLEH :
NIM: 19134530047
MK : HEMATOLOGI I
TAHUN AKADEMIK
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah membuat sediaan olesan dari substansi
berupa cairan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembuatan sediaan apus darah biasanya digunakan dua buah kaca sediaan
yang sangat bersih terutama harus bebas lemak. Satu buah kaca sediaan bertindak
sebagai tempat tetes darah yang hendak diperiksa dan ynag lain bertindak sebagai
alat untuk meratakan tetes darah agar didapatkan lapisan tipis darah (kaca perata).
Darah dapat diperoleh dari tusukan jarum pada ujung jari. Sebaiknya tetesan darah
pertama dibersihkan agar diperoleh hasil yang memuaskan. Tetesan yang kedua
diletakan pada daerah ujung kaca sediaan yang bersih. Salah satu ujung sisi pendek
kaca perata diletakan miring dengan sudut kira- kira 45o tepat didepan tetes darah
menyebar sepanjang sisi pendek kaca perata, maka dengan mempertahankan
sudutnya, kaca perata digerakan secara cepat sehingga terbentuklah selapis tipis
darah diatas kaca sediaan. Setelah sediaan darah dikeringkan pada suhu kamar
barulah dilakukan pewarnaan sesudah difiksasi menurut metode yang dipilih, yaitu
metode Giemsa dan Wright yang merupakan modifikasi metode Romanosky
(Maskoeri, 2008).
Zat warna yang digunakan dalam metode Romanovsky adalah Giemsa yang
sebelumnya telah diencerkan dengan aquades. Sediaan apus yang telah
dikeringkan diudara, difixir dulu dengan methyl alkohol selama 3-5 menit. Semakin
lama pewarnaan yang dilakukan maka intensitasnya menjadi semakin tua. Preparat
apus yang yang telah selesai dibuat kemudian diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 100x. Gambar yang didapat dalam hasil menunjukan sel-sel butir darah
baik eritrosit, leukosit, trombosit, atau yang lain (Maskoeri, 2008).
Fungsi dari larutan-larutan pada pembuatan preparat apus darah ikan dan
manusia adalah metanol untuk proses fiksasi yaitu untuk membunuh sel-sel pada
sediaan tersebut tanpa mengubah posisi (struktur) organel yang ada di dalamnya
yang dilakukan selama 2 menit, pewarna Giemsa 10% sebagai pewarna yang umum
digunakan agar sediaan terlihat lebih jelas. Pewarnaan ini sering disebut juga
pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak dipakai untuk mempelajari
morfologi darah, sel-sel sumsum dan juga untuk identifikasi parasit-parasit darah
misalnya dari jenis protozoa. Zat ini tersedia dalam bentuk serbuk atau larutan yang
disimpan di dalam botol yang gelap. Di dalam laboratorium-laboratorium banyak
dipakai larutan Giemsa 3% yang dibuat dari larutan baku Giemsa yang berupa
cairan (larutan) (Kurniawan, 2010).
Darah adalah cairan tubuh yang mengalir dalam pembuluh dan beredar ke
seluruh tubuh. Darah pada umumnya terdiri atas unsur-unsur seluler dan matrik
cairan yang disebut plasma. Darah terdiri atas plasma dan komponen-komponen
seluler yaitu sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit dan
trombosit. Plasma merupakan cairan yang mengandung ion-ion dan molekul organik
meliputi protein, elektrolit, nitrien, materi sampah, zat terlarut dan materi terlarut
(Maskoeri, 2008).
Sel darah pada umumnya dikenal ada tiga tipe yaitu: eritrosit, lekosit dan
trombosit. Eritrosit manusia dalam keadaan normal berbentuk cakram bulat bikonkaf
dengan diameter 7,2 µm tanpa inti, lebih dari separoh komposisi eritrosit terdiri dari
air (60%) dan sisanya berbentuk substansi koloidal padat. Sel ni bersifat elastis dan
lunak. Lekosit (sel darah putih) terdapat pada bagian pinggir sel darah, lekosit ini
dibagi menjadi dua yaitu granulosit dan agranulosit.
Faktor Kegagalan
Menurut Maskoeri (2008), adapun faktor yang mempengaruhi
ketidakberhasilan dalam pembuatan preparat yaitu:
Darah yang cepat menggumpal ataupun cepat mengering saat
diteteskan ke kaca benda Kurangnya pengalaman praktikan dan
kurangnya kesabaran praktikan
Faktor Keberhasilan
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pembuatan preparat, terutama pada pembuatan preparat apus
diantaranya :
1. Pengambilan sampel
Sampel yang diambil adalah darah yang masih segar, karena darah
merupakan jaringan hidup yang dapat melakukan proses pembekuan saat terjadi
luka dan pendarahan.
2. Pemrosesan
3. Pewarnaan
METODELOGI
Alat
Obejk glas
Tabung EDTA
Spuit
Vakum tainer
Holder
Tourniquet
Bahan
Methanol
Gimsa
Darah
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB V
Alkohol 100% berperan dalam proses dehidrasi yaitu proses pengeluaran air
dari dalam jaringan
Tujuan pewarnaan pada pembuatan preparat adalah untuk mempertajam
atau memperjelas berbagai elemen tissu, terutama sel-selnya sehingga dapat
dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop
Dari hasil pengamatan dengan menggunakan metode apus pada darah kadal
menghasilkan preparat yang sudah bagus atau bisa juga dikatakan berhasil,
hal tersebut dapat dilihat dari hasil yang didapatkan bahwa terlihat sel darah
merah karena hasil pewarnannya terlihat jelas sehingga dapat diamati
bagian-bagiannya.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Juwono dr, dan Achmad dr. 2000. Biologi Sel. Buku kedokteran GGC.
Semarang
Guyton. 1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Prees.
Yogyakarta.
DOKUMENTASI