Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

“Pengamatan Tipe Sel Darah”

DISUSUN OLEH

Penanggung Jawab:

Lenny Novita (2443017220)

Anggota Kelompok:

Anna Maria F. Rumfaan (2443017138)


Regina Eva Dini (2443017131)
Okta Silvia Ningsih (2443017091)
Gregorius G. A Lamatokan (2443017164)
GOLONGAN Q

KELOMPOK IV

Selasa, 24 Oktober 2017

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
BAB I
TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui macam-macam bentuk sel darah

BAB II
LANDASAN TEORI

Darah memilik komponen-komponen penyusun yaiutu sel darah, plasma darah (tersusun atas air,
protein dan faktor pembekuan darah), dan serum darah tersusun atas (air dan protein). Komponen-
komponen tersebutlah yang penting dalam membentuk sel-sel darah.
Sel darah manusia terdiri atas beberapa jenis yaitu; Eritrosit (sel darah merah), Leukosit (sel darah
putih), dan Trombosit (platelet darah). Jenis-jenis tersebut memiliki fungsi yang sangat penting
dalam pengaturan homeostasis.
Darah memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi transport, darah berfungsi mentransport oksigen ke seluruh tubuh, dan mengangkut
karbondioksida serta limbah hasil metabolisme. Darah juga berfungsi mentransport
hormon.
2. Fungsi regulasi, darah berfungsi dalam osmoregulasi yakni sebagai pengatu pH
(keasaman), sebagai buffer dan mengatur suhu.
3. Fungsi imunitas, dalam hal imunitas sel darah putihlah yang mengambil peran penting
karena ia berfungsi dalam memfagositosis agen-agen perusak yang masuk ke dalam tubuh
manusia.
4. Fungsi pembekuan, fungsi ini dilakukan oleh platelet darah, yang berfungsi untuk
mencegah kehilangan darah berlebih.

Dapat dilihat pada tabel di atas menunjukkan jumlah normal dari Leukosit, Eritrosit dan
Trombosit.
BAB III
ALAT DAN BAHAN
1. Gelas objek
2. Lancet
3. Lancing device
4. Alcohol swab
5. Mikroskop
6. OptiLab Viewer
7. Spidol OHP
8. Metanol
9. Giemsa
10. Minyak Emersi
11. Tisu
12. Kertas Lensa
13. Sampel Darah
BAB IV
PROSEDUR KERJA
1. Teteskan darah sampel pada ujung objek gelas.
2. Segera ratakan darah dengan ujung dari gelas objek lainnya (dengan membentuk sudut 30-
40 derajat). Ketebalan dari hapus dapat dikontrol dengan mengubah besaran sudut antara
kedua gelas objek tersebut.
3. Keringkan preparat darah dengan sempurna sebelum dilakukan pengecatan preparat
(jangan ditiup karena kelembaban akan menimbulkan artifak sel darah merah). Preparat
hapusan darah yang baik memiliki karakteristik: tebal di satu sisi dan semakin tipis ke
ujung yang lainnya dan menghasilkan ujung yang bundar dan halus, hapusan darah
menutupi 2/3 total area yang ada, dan tidak menyentuh ujunggelas objek.
4. Tuangkan methanol (untuk fiksasi) sehingga lapisan darah tadi menjadi basah, biarkan 2-
3 menit, dan keringkan. Hal ini harus dilakukan segera setelah preparat kering. Jaga agar
preparat tidak terkena air sebelum proses fiksasi selesai.
5. Kemudian kita warnai dengan larutan giemsa (yaitu: lapisan darah ditutupi larutan giemsa
selama 10-15 menit).
6. Setelah 10-15 menit cucilah preparat tadi dengan air dan keringkan.
7. Teteskan minyak emersi pada preparat.
8. Amati dan gambarkan ciri khas maca-macam sel darah dengan lensa 100 x dibawah
mikroskop.
BAB V
HASIL PRAKTIKUM

Pada gambar menunjukkan Pada gambar menunjukkan Basofil, Limfosit


Neutrofil, Eusinofil, dan Monosit dan Monosit

Pada gambar menunjukkan Pada gambar menunjukkan Basofil dan


Limfosit Eusinofil
Gambar 2.1 Eritrosit

Gambar 2.2 Leukosit


Gambar 2.2.1 Granulosit

(a) Eusinofil (b) Basofil (c) Neutrofil

Gambar 2.2.2 Agranulosit

(d) Monosit (e) Limfosit


BAB VI
PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan di bawah mikroskop kami dapat melihat bahwa ada dua jenis sel darah
yakni sel darah merah (Eritrosit) dan sel darah putih (Leukosit). Sel darah putih sendiri terdiri atas
dua tipe Granulosit dan Agranulosit, Tipe-tipe dari sel darah putih itu sendiri masih terbagi lagi
menjadi beberapa jenis. Berikut pembahasan tentang tipe-tipe sel darah:
Eritrosit

Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Setiap mm kubik darah pada seorang laki-
laki dewasa mengandung kira-kira 5 juta sel darah merah dan pada seorang perempuan dewasa
kira-kira 4 juta sel darah merah.
Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah 7,5 µm dan tidak berinti.
Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah karena dalam sitoplasmanya
terdapat pigmen warna merah berupa hemoglobin.
Tiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul hemoglobin. Hemoglobin (Hb)
merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin. Hemoglobin mempunyai fungsi
mengikat oksigen di paru-paru dan mengedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Jadi, dapat dikatakan
bahwa di paruparu terjadi reaksi antara hemoglobin dengan oksigen.
2 Hb2+ 4 O2 ==> 4 Hb O2 (oksihemoglobin)
Setelah sampai di sel-sel tubuh, terjadi reaksi pelepasan oksigen oleh Hb.
4 Hb O2 ==> 2 Hb2+ 4 O2
Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah. Seperti hitung
leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu manual dan elektronik
(automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung.
Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit.
Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis untuk memudahkan
menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan Pengencer yang digunakan adalah:
Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid 0.25 g, aquadest 100
ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat
menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi.
Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml, aquadest 200 ml. Larutan ini
mencegah aglutinasi dan rouleaux.
Natrium klorid 0.85 %
Harga Normal :
Dewasa laki-laki : 4.50 – 6.50 (x106/μL)
Dewasa perempuan : 3.80 – 4.80 (x106/μL)
Bayi baru lahir : 4.30 – 6.30 (x106/μL)
Anak usia 1-3 tahun : 3.60 – 5.20 (x106/μL)
Anak usia 4-5 tahun : 3.70 – 5.70 (x106/μL)
Anak usia 6-10 tahun : 3.80 – 5.80 (x106/μL)
Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian dirombak di dalam hati dan
limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang
memberi warna empedu. Zat besi hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa,
selanjutnya digunakan untuk membentuk eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada 200.000 eritrosit
yang dibentuk dan dirombak. Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah eritrosit secara keseluruhan.
Leukosit tidak memiliki Haemoglobin berbeda dengan eritrosit, sehingga Leukosit tidak berwarna
kecuali jika diwarnai oleh zat warna tertentu untuk dilihat dibawah mikroskop. Tidak seperti
eritrosit yang struktutnya uniform, berfungsi identik, dan jumlahnya konstan. Leukosit bervariasi
dalam struktur, fungsi dan jumlah. Terdapat Leukosit memiliki 2 kategori yakni Granulosit dan
Agranulosit. Bergantung pada gambaran nucleus dan ada tidaknya granula.
Yang termasuk Granulosit adalah Neutrofil, Eusinofil, dan Basofil. Polimorfonkleus “banyak
bentuk nucleus. Nukleus sel-sel ini bersegmentasi menjadi beberapa lobus dengan beragam
bentuk, dan sitoplasma mereka mengandung banyak granula yang terbungkus membran.
Terdapat tiga jenis granulosit berdasarkan afinitas mereka dalam menyerap zat warna: Eusinofil
memiliki afinitas menyerap warna merah eosin, Basofil menyerap zat warna biru basa, dan
neutrophil bersifat netral, tidak memperlihatkan kecendrungan dalam menyerap zat warna.
Yang termasuk Agranulosit adalah Monosit dan Limfosit. Mononukleus “satu nukleus”. Keduanya
memiliki satu nukleus besar tidak bersegmen dan memiliki sedikit granula.
Monosit lebih besar dari Limfosit dan memiliki nuleus bebrbentuk oval atau seperti ginjal.
Limfosit merupakan leukosit terkecil ditandai dengan nucleus bulat besar yang menempati
sebagian besar sel.
Berikut penjelasan mengenai jenis-jenis Granulosit:
1. Neutrofil adalah sel yang sudah matang ketika masuk ke jaringan. Neutrofil fungsinya mirip
seperti makrofag, karena berfungsi untuk menyerang dan menghacurkan bakteri, virus, dan zat-zat
merugikan lainnya yang masuk ke dalam tubuh. Neutrofil merupakan sel pertahanan pertama pada
invasi bakteri dan, dengan demikian, sangat penting dalam respon peradangan. Selain itu, neutrofil
juga melakukan fungsi pembersihan debris. Peningkatan neutrofil dalam darah biasanya terjadi
karena infeksi bakteri akut.
2. Eusinofil normalnya mencakup sekitar dua persen dari seluruh leukosit darah. Eusinofil
merupakan sel fagosit yang lemah dan menunjukkan fenomena kemotaksis, namun bila
dibandingkan dengan neutrofil, eusinofil dalam pertahan tubuh terhadap tipe infeksi masih
diragukan. (Silverthorn, D.U., dkk.,2015, Fisiologi Manusia. Edisi VI, hlm 426)
Peningkatan eusinofil di sirkulasi darah sering terjadi pada keadaan alergi (misalnya asma dan
hayfever) juga dikarenakan infeksi parasit internal (misalnya cacing). Eusinofil jelas tidak dapat
memakan cacing parasitic yang berukuran besar, tetapi sel-sel ini melekat ke cacing dan
mengeluarkan bahan-bahan yang dapat mematikan cacing tersebut. Eusinofil dapat membunuh
parasi dengan beberapa cara:
1. Dengan melepaskan enzim hidrolitik dari granulanya dengan modifikasi lisosom.
2. Mungkin juga dengan melepaskan bentuk oksigen yang sangat reaktif yang khususnya
bersifat mematikan bagi parasite.
3. Dengan melepaskan suatu polipeptida yang sangat larvasidal dari granulanya yang disebut
protein dasar utama. (Silverthorn, D.U., dkk.,2015, Fisiologi Manusia. Edisi VI, hlm 426)
4.“Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya. Sel-sel basofil secara struktural dan
fungsional mirip dengan sel mast, yang tidak pernah beredar dalam darah tetapi tetapi tersebar
pada jaringan ikat di seluruh tubuh. Dahulu dianggap bahwa basofil berubah menjadi sel mast
dengan bermigrasi dari sistem sirkulasi, tetapi para peneliti membuktikan bahwa basofil berasal
dari sum-sum tulang sedangkan sel mast berasal dari sel prekursor yang terletak di jaringan ikat.
Baik basofil maupun sel mast membentuk dan menyimpan histamin dan heparin, yaitu zat-zat
kimia yang kuat yang dapat dikeluarkan apabila sel-sel tersebut mendapatkan rangsangan yang
sesuai. Pengeluaran histamin penting dalam reaksi alergi, sedangkan heparin mempercepat
pembersihan partikel-partikel lemak dari darah dan mencegah pembekuan darah (koagulasi)”.
(Sherwood L. Fisologi Manusia dari Sel ke Sistem, 1996. Halaman355, edisi 2)
“Sel mast dan basophil berperan penting pada beberapa tipe reaksi alergi, yaitu tipe imunuglobulin
E (IgE), mempunyai kecendrungan khusus untuk melekat pada sel mast dan basophil. Selanjutnya
bila terdapat antigen yang spesifik untuk antibodi IgE tertentu dan kemudian antigen ini bereaksi
dengan antibodi, maka akan terjadi pelekatan antara antigen dan antibodi yang menyebabkan sel
mast atau basofil menjadi pecah dan melepaskan sejumlah besar histamine, bradykinin, serotonin,
heparin, substansi anafilaksis yang bereaksi lambat, da sejumlah enzim lisosomal. Bahan-bahan
ini selanjutnya menyebabkan reaksi jaringan dan pembuluh dah setempat yang menyebabkan
banyak atau sebagian besar manifestasi alergi”. (Silverthorn, D.U., dkk.,2015, Fisiologi Manusia.
Edisi VI, hlm 426)
Ciri-ciri dilihat dari Tipe Granulosit
Neutrofil Eusinofil Basofil
Banyaknya Granula (Berbutir) Granula sedikit Granula banyak dan kasar Granula banyak, besar
dan kasar
Inti sel Memiliki 3 inti sel Memiliki 2 lobus Inti tidak bersegmen
Ukuran (diameter) ± 8µm 10-12 µm 12-15 µm
Jumlah dalam tubuh 60-70% 1-4 % 0.25-0,5%
Waktu hidup 6-20 jam 8-12 hari Beberapa hari
Sifat Fagositik Fagositik dan Asam Fagositik dan Basa
Kemampuan menyerap warna Netral Menyerap warna merah Menyerap warna biru

BAB VII
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan tipe sel darah dibawah mikroskop dapat disimpulkan bahwa sel darah terdiri
atas dua macam yaitu Eritrosit (sel darah merah) dan Leukosit (sel darah putih).
Sel darah putih terdiri atas dua tipe yaitu granulosit (bergranula) dan agranulosit (tidak bergranula).
Granulosit terdiri atas Neutrofil, Eusinofil, dan Basofil. Sedangkan Agranulosit terdiri atas
Monosit dan Limfosit.

BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA
Barrett, K.E., Barman, S.M., Boitano, S., Brooks, H.L., 2014, Fisiologi Kedokteran. Ganong, Edisi
XXIV, Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Silverthorn, D.U., Jhonson, B.R., Ober, W.C., Garrison, C.W., Silverthorn, A.C., 2015, Fisiologi
Manusia. Edisi VI, Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Soeliono, Ivon., Krisnamurti, Angelica.,2017/2018, Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi
Manusia (PHM302P). Laboratorium Biomedik Fakultas Farmasi UKWMS.

Anda mungkin juga menyukai